Anda di halaman 1dari 36

KEBIJAKAN DAN STRATEGI

PROGRAM KEKARANTINAAN KESEHATAN


DALAM PENANGGULANGAN KKMMD

DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH


SISTEMATIKA
1. Latar Belakang
2. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
3. Kekarantinaan Kesehatan
menurut UU No. 6 tahun 2018 ttg Kekarantinaan Kesehatan
4. Kesimpulan
1. Latar Belakang
LATAR BELAKANG (1)
 Indonesia negara kepulauan, terdiri dari 17.504 pulau, letaknya sangat
strategis dijalur lalu-lintas perdagangan Internasional dengan banyak pintu
masuk ke wilayah Indonesia
 Peluang sekaligus tantangan karena besarnya faktor risiko
terjadinya penyebaran penyakit
 Derasnya arus Globalisasi transportasi dan perdagangan meningkatkan
volume dan frekuensi perjalanan antar negara
 Meningkatnya risiko penyebaran dan penularan penyakit antar
negara.
 Meningkatnya kejadian emerging infectious diseases
 memerlukan kapasitas Detect, Prevent & Respons yang adekuat
ANCAMAN KESEHATAN DUNIA – ANCAMAN PERTAHANAN NEGARA
LATAR BELAKANG (2)

 Komitmen Negara dalam Pelaksanakan International Health


Regulation (IHR) 2005
 Membutuhkan Program Kekarantinaan Kesehatan di
Pintu Masuk Negara & di luar pintu masuk
(Wilayah/Daerah)
 Penanggulangan kondisi PHEIC membutuhkan kendali kuat dari
Pemerintah
 Koordinasi dan Kerjasama dengan berbagai pihak terkait
di tingkat Global, Nasional, Provinsi serta Kab/Kota
GAMBARAN PENULARAN PENYAKIT
Wilayah
Pintu Keluar
Pintu Masuk

Index Case - Importasi


Kontak di alat angkut
Subsequent case
Mild Kasus-Kontak kasus di
masyarakat
KEJADIAN DI DUNIA TERKAIT KESEHATAN: 1980-2009

DAMPAK KESEHATAN, EKONOMI DAN KEMANANAN


2. Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT

Deteksi
SISTEM DAN INFRASTRUKTUR
Verifikasi KESMAS ADEKUAT
MEMERLUKAN •Memiliki infrastruktur kesmas yang dapat berfungsi
Investigasi
untuk PENCEGAHAN penyakit menular
Notifikasi •Sistem Kesmas yg EFISIEN; SENSITIF;
MEMADAI utk deteksi; respon  fase epidemi;
Respon penyakit baru; penyakit belum terdeteksi

Tanggung jawab: Kegagalan sistem kesmas berakibat terjadi


Pemerintah Pusat
YANG Pemerintah Provinsi wabah penyakit
ADEKUAT Pemerintah Kab/Kota
Masyarakat
UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT

1. TO DETECT (DETEKSI)
MELALUI DETEKSI DINI DAN DIAGNOSIS DINI

2. TO PREVENT (MENCEGAH)
SASARANNYA TERUTAMA UNTUK MENGENDALIKAN
FAKTOR RISIKO (LINGKUNGAN, PERILAKU,
PENGETAHUAN, DAN AWARENESS)

3. TO RESPOND (MERESPON)
ANTARA LAIN MELALUI MENANGANI, MELAPORKAN,
MENGGERAKKAN MASYARAKAT, DLL

KEBERHASILAN DETECT, PREVENT, DAN RESPON SANGAT DITENTUKAN OLEH


KEBIJAKAN PROGRAM P2P
1. Peningkatan surveilans epidemiologi faktor risiko dan penyakit
2. Peningkatan perlindungan kelompok berisiko
3. Penatalaksanaan epidemiologi kasus dan pemutusan rantai penularan
4. Pencegahan dan penanggulangan KLB/Wabah termasuk yang
berdimensi internasional
5. Peningkatan pemanfaatan teknologi tepat guna untuk pencegahan
dan pengendalian penyakit
6. Pemberdayaan dan peningkatan peran swasta dan masyarakat
7. Pelayanan kesehatan jiwa
8. Peningkatan keterpaduan program promotif & preventif dlm
pencegahan dan pengendalian penyakit
STRATEGI P2P
1. Melaksanakan Review Dan Memperkuat Aspek Legal
2. Melaksanakan Advokasi Dan Sosialisasi
3. Melaksanakan Intensifikasi, Akselerasi Dan Inovasi Program
4. Meningkatkan Kompetensi Sumber Daya Manusia Di Bidang Pencegahan
Dan Pengendalian Penyakit
5. Memperkuat Jejaring Kerja Dan Kemitraan
6. Memperkuat Manajemen Logistik
7. Meningkatkan Surveilans Dan Aplikasi Teknologi Pendukung (SKDR)
8. Melaksanakan Monitoring, Evaluasi Dan Pendampingan Teknis
9. Mengembangkan Dan Memperkuat Sistem Pembiayaan Program
10. Meningkatkan Pengembangan Teknologi Preventif
3. Kekarantinaan
Kesehatan
REGULASI TERKAIT PROGRAM KEKARANTINAAN KESEHATAN

 UU no. 6 tahun 2018 tentang  UU No.17 Tahun 2006


Kekarantinaan Kesehatan Tentang Kepabeanan
 UU No. 4 Tahun 1984 tentang  UU No. 17 Tahun 2008
Wabah Penyakit Menular Tentang Pelayaran
 UU No.36 Tahun 2009 tentang  UU No. 1 Tahun 2009
Kesehatan Tentang Penerbangan
 UU No.6 Tahun 2011
 PP No 40 Tahun 1990 tentang
Tentang Keimigrasian
Penanggulangan Wabah
Penyakit Menular  UU No. 23 Tahun 2014
Tentang Pemerintahan
Daerah
KEKARANTINAAN KESEHATAN DI PINTU MASUK NEGARA
DAN DILUAR PINTU MASUK NEGARA

•REGULASI SURV. KES


PENGAWASAN
PINTU MASUK
•NSPK FAKTOR RISIKO
NEGARA DAN
•SDM DETEKSI
DI LUAR PINTU
MASUK
•PEMBIAYAAN PELAYANAN
DINI,
PENCEGAHA NEGARA/DAER
KESEHATAN N, DAN AH BEBAS DARI
•SARANA- KEKARANTINAAN RESPON
CEPAT ANCAMAN
PRASARANA KEDARURATA
N KESEHATAN
•MONITORING- MASYARAKAT
PENGENDALIAN
EVALUASI FAKTOR RISIKO
LINGKUNGAN

PROGRAM KEKARANTINAAN KESEHATAN YANG SINERGI DI PINTU MASUK NEGARA DAN DILUAR PINTU MASUK NEGARA
DAPAT MENJAMIN NEGARA BEBAS DARI ANCAMAN KEDARURATAN KESEHATAN MASYARAKAT
PERSYARATAN KAPASITAS INTI IHR SECARA NASIONAL

8 KAPASITAS INTI : Bahaya Potential


– Legislasi dan Kebijakan – Biological
– Koordinasi antar pihak terkait ; Infectious
– Surveilans ; Zoonosis
– Respon Cepat ; Food safety
– Kesiapsiagaan – Chemical
– Komunikasi Risiko – Radio nuclear
– Sumber Daya Manusia
– Laboratorium
(NUBIKA)

3 level : Kejadian
– Nasional
– Provinsi dan Kab/Kota
Di Pintu Masuk Negara dan
– Masyarakat wilayah Daerah

PENGUATAN IMPLEMENTASI IHR TIDAK HANYA DI PINTU MASUK NEGARA


PENYELENGGARAAN KEKARANTINAAN KESEHATAN
DALAM INDIKATOR PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN DAN
KOMITMEN GLOBAL

1. Perpres No 2 Tahun 2015 tentang RPJMN Tahun 2015-


2019.
2. Kepmenkes RI No.52/2015 tentang Rencana Strategik
Kementerian Kesehatan.
3. Implementasi IHR (2005)
4. GHSA (Global Health Security Agenda)
5. Joint External Evaluation/ JEE

KESIAPSIAGAAN MENGHADAPI ANCAMAN KESEHATAN TIDAK HANYA DI PINTU MASUK


NEGARA TETAPI JUGA DI DAERAH/WILAYAH
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat adalah kejadian kesehatan masyarakat yang bersifat
luar biasa dengan ditandai penyebaran penyakit menular dan/atau kejadian yang
disebabkan oleh radiasi nuklir, pencemaran biologi, kontaminasi kimia, bioterorisme,
dan pangan yang menimbulkan bahaya kesehatan dan berpotensi menyebar lintas
wilayah atau lintas negara.

ditetapkan dan dicabut oleh Pemerintah Pusat, yang sebelumnya ditetapkan


1.
jenis penyakit dan faktor risiko yang dapat menimbulkan Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat

Penyelenggaraan Kekarantinaan Kesehatan pada Kedaruratan Kesehatan


2.
Masyarakat dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat secara cepat dan tepat , dan
dapat berkoordinasi dan bekerja sama dengan dunia internasional
Kekarantinaan Kesehatan adalah upaya mencegah Dalam bentuk pengamatan penyakit dan faktor
dan menangkal keluar atau masuknya penyakit risiko kesehatan masyarakat terhadap Alat Angkut,
dan/atau faktor risiko kesehatan masyarakat yang orang, Barang, dan/atau lingkungan serta respons
berpotensi menimbulkan kedaruratan kesehatan terhadap kedaruratan kesehatan masyarakat
masyarakat.

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab melindungi kesehatan masyarakat
dari potensi adanya Kedaruratan Kesehatan Masyarakat melalui penyelenggaraan Kekarantinaan
Kesehatan

1. Pintu Masuk : pelabuhan, bandar udara, maupun pos lintas batas darat negara
2. Wilayah
ASAS DAN TUJUAN PENYELENGGARAAN
KEKARANTINAAN KESEHATAN
ASAS :
Kekarantinaan Kesehatan diselenggarakan dengan berasaskan perikemanusiaan, manfaat,
perlindungan, keadilan, non diskriminatif, kepentingan umum, keterpaduan, kesadaran
hukum, dan kedaulatan negara.

TUJUAN :
a)Melindungi masyarakat dari penyakit dan/atau Faktor Risiko Kesehatan Masyarakat yang
berpotensi menimbulkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat;
b)Mencegah dan menangkal penyakit dan/atau Faktor Risiko Kesehatan Masyarakat yang
berpotensi menimbulkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat;
c)Meningkatkan ketahanan nasional di bidang kesehatan masyarakat; dan
d)Memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat dan petugas kesehatan.
KEBIJAKAN OPERASIONAL
a. Integrasi kegiatan dalam Kerangka Regulasi dan Kebijakan Nasional
b. Pendekatan lintas sektoral baik di pusat maupun di daerah.
c. Pengembangan kapasitas secara bertahap dan berjenjang
d. Membangun komitmen, tanggung jawab dan upaya bersama dalam
mencegah penyebaran penyakit.
e. Upaya pencegahan dalam rangka perlindungan Indonesia dan dunia dari
risiko Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Internasional
f. Penguatan pelaksanaan fungsi surveilans, laboratorium dan rujukan secara
berjenjang
g. Penguatan pencegahan, deteksi dan respond di wilayah dan pintu masuk
negara
PENYELENGGARAAN KEKARANTINAAN KESEHATAN DI WILAYAH

• Dalam rangka melakukan tindakan mitigasi faktor risiko di wilayah pada situasi
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat dilakukan:
a. Karantina Rumah;
b. Karantina Wilayah;
c. Karantina Rumah Sakit; atau
d. Pembatasan Sosial Berskala Besar.
oleh Pejabat Karantina Kesehatan dan harus didasarkan pada pertimbangan
epidemiologis, besarnya ancaman, efektifitas, dukungan sumber daya, teknis
operasional, pertimbangan ekonomi, sosial, budaya dan keamanan.
• Untuk Karantina Wilayah dan Pembatasan Sosial Berskala Besar ditetapkan
oleh Menteri.
TINDAKAN KEKARANTINAAN KESEHATAN

Terdiri dari :
 Karantina, isolasi, pemberian vaksinasi/ profilaksis, rujukan,
disinfeksi, dan/atau dekontaminasi terhadap orang sesuai indikasi;
 Pembatasan Sosial Berskala Besar;
 Disinfeksi, dekontaminasi, disinseksi, dan/atau deratisasi terhadap
alat angkut dan barang;
 Penyehatan, pengamanan, dan pengendalian terhadap media
lingkungan.
PENYELENGGARAAN KEKARANTINAAN KESEHATAN

Penyelenggaraan Kekarantinaan Di Pintu Masuk Negara


dilaksanakan oleh Pemerintah melalui Kantor Kesehatan
Pelabuhan
Penyelenggaraan Kekarantinaan Kesehatan di daerah
dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah melalui Dinas
Kesehatan Provinsi dan Kabupaten /Kota

Pemerintah Dan Pemerintah Daerah Bertanggung Jawab Melindungi Kesehatan Masyarakat Dari Penyakit Dan/Atau Faktor
Risiko Kesehatan Masyarakat Yang Berpotensi Menimbulkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Melalui Penyelenggaraan
Kekarantinaan Kesehatan
TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH
DAN PEMERINTAH DAERAH
 Pemerintahdan Pemerintah Daerah bertanggung jawab
melindungi kesehatan masyarakat dari penyakit dan/atau Faktor
Risiko Kesehatan Masyarakat yang berpotensi menimbulkan
kedaruratan kesehatan masyarakat melalui penyelenggaraan
Kekarantinaan Kesehatan.
 Pemerintah
dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab
menyelenggarakan Kekarantinaan Kesehatan secara terpadu.
 Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab terhadap
ketersediaan sumber daya yang diperlukan dalam
penyelenggaraan kekarantinaan kesehatan.
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DAN
KABUPATEN/KOTA DALAM PROGRAM
KEKARANTINAAN KESEHATAN 26

 Legislasi dalam proses perencanaan dan pelaksanaan


kegiatan
 Adanya Forum dan Mekanisme Koordinasi
 Adanya Pengelola Program Kekarantinaan Kesehatan
 Pengembangan Kapasitas di Bidang Kekarantinaan
Kesehatan
BENTUK DUKUNGAN & KEGIATAN
KEKARANTINAAN KESEHATAN DI DAERAH27

Pelaksanaan dan penguatan fungsi :


 Kesiapsiagaan : Penyusunan rencana kontijensi KKM dan uji
rencana kontijensi (table top, simulasi).
 Mapping dan Penilaian potensi KKM di wilayah.
 Deteksi : Surveilans - Penguatan Sistem Kewaspadaan Dini dan
Respons serta dukungan laboratorium.
 Respons : Koordinasi, penanggulangan, rujukan, komunikasi
risiko, sumber daya, Tim Gerak Cepat.
Dibutuhkan Adanya Unit Yang Membidangi
KOORDINASI DAN KOMUNIKASI DALAM PENYELENGGARAAN
KEKARANTINAN KESEHATAN
Menteri Kesehatan

NATIONAL
COMMITTEE

IHR – NFP
DG P&DC Dinas Kes. Provinsi
Otoritas Terkait
(QICP)
Dinas Kesehatan
Kab/Kota

Otoritas
PoE (Adpel) KKP Puskesmas

Wilker
JEJARING KERJA DALAM PENYELENGGARAAN
KEKARANTINAAN KESEHATAN

INTERNATIONAL PORT
HEALTH
INTERNASIONAL
LINTAS
PROGRAM
WHO KEMENKES
KKP
v
DITJEN P2P

NASIONAL DINKES
BTKLPP, BLK,
RS RUJUKAN Loka Litbang

LINTAS SEKTOR
TERKAIT
PENYIDIKAN
Pelaksana
→ dapat dilakukan oleh PPNS Kekarantinaan Kesehatan
PPNS Kekarantinaan Kesehatan adalah pejabat
pegawai negeri sipil di lingkungan Kementerian Kesehatan
yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang ini
Penyidika untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang
Kekarantinaan Kesehatan.
n

Pelaksanaan
Dalam melakukan penyidikan, PPNS Kekarantinaan Kesehatan
berkoordinasi dan bekerja sama dengan penyidik di lingkungan
Kepolisian Negara Republik Indonesia dan dapat berkoordinasi
dan bekerja sama dengan penyidik di lingkungan Tentara
Nasional Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

30
KETENTUAN PIDANA (1)

1. Nakhoda yang menurunkan atau menaikkan orang dan/atau Barang


sebelum memperoleh Persetujuan Karantina Kesehatan berdasarkan hasil
pengawasan Kekarantinaan Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19 ayat (3) dengan maksud menyebarkan penyakit dan/atau faktor
risiko kesehatan yang menimbulkan Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)
tahun atau denda paling banyak Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar
rupiah).
2. Kapten Penerbang yang menurunkan atau menaikkan orang
dan/atau Barang sebelum memperoleh Persetujuan Karantina
Kesehatan berdasarkan hasil pengawasan Kekarantinaan Kesehatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dengan maksud
menyebarkan penyakit dan/atau faktor risiko kesehatan yang
menimbulkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat dipidana dengan
pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun atau denda paling
banyak Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah). 31
KETENTUAN PIDANA (2)
KETENTUAN PIDANA (2)
3. Pengemudi Kendaraan Darat yang menurunkan atau menaikkan orang dan/atau
Barang sebelum dilakukan pengawasan Kekarantinaan Kesehatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2) dengan maksud menyebarkan penyakit dan/atau
faktor risiko kesehatan yang menimbulkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat
dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun atau denda
paling banyak Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah).

4. Setiap orang yang tidak mematuhi penyelenggaraan Kekarantinaan Kesehatan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) dan/atau menghalang-halangi
penyelenggaraan Kekarantinaan Kesehatan sehingga menyebabkan Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun
dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

32
KETENTUAN PIDANA (3)

5. Pidana pokok yang dijatuhkan terhadap korporasi adalah pidana denda


maksimum ditambah dengan pidana pemberatan 2/3 (dua pertiga).
6. Dalam hal tindak pidana dilakukan atau diperintahkan oleh personel
pengendali korporasi atau pengurus korporasi, pidana pokok yang
dijatuhkan adalah pidana penjara maksimum dan pidana denda
maksimum yang masing-masing ditambah dengan pidana pemberatan 2/3 (dua
pertiga).

1
4. Kesimpulan
KESIMPULAN
 Program Kekarantinaan Kesehatan Mempunyai Fungsi Strategis Dalam Menjaga

Keselamatan Dan Keamanan Bangsa Dan Negara Dari Risiko Penyakit Yang

Menyebar Lintas Daerah Dan Negara

 Perlu Penguatan Program Kekarantinaan Kesehatan Untuk Menghadapi Tantangan

Globalisasi Dan Arus Perdagangan Yang Meningkatkan Kerentanan Keselamatan

Negara Di Bidang Kesehatan


Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai