PMK No. 949/Menkes/SK/VIII/ 2004 ttg Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini KLB
PMK No. 1501/Menkes/Per/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat
Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan
PMK No.92 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Komunikasi Data Dalam Sistem Informasi Kesehatan
Terintegrasi
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN 2015-2019
• Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat,
VISI Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan
Gotong-royong
Universal
Coverage Masyarakat
Upaya Kuratif Sehat Yang
Mandiri Dan
ntif, Berkeadilan
re ve
a ya P otif
Up Prom
Surveilans
/ SKDR
Pendukung/penunjang
IHR (2005) Implementation
Core Capacities :
- Policy and legislation
– Detection
- Risk Communication – Verification
- Coordination
- Surveillance
– Investigation
- Human Resource – Notification
- Laboratory
- Response
– Response
Capacity for control of emerging diseases, food safety,
zoonosis, chemical, radiology
Capacities at Point of Entry
Promotif Preventif
Komunikasi Pengendalian
risiko faktor risiko
Edukasi Pengebalan
Meminimalkan
Hazard dan
Vulnerability
Health Specific
Promotion Protection Deteksi Respon
Surveilans
Tatalaksana kasus
penyakit
Early Diagnosis
si m a lkan
k
Mema city
and Prompth Memutus rantai
Surveilans sindrom
penularan
Capa
Treatment
Penyakit in i da n
id
et eks pons
D
Penyakit Potensial wabah Res
Surveilans epidemiologi
TUJUAN
Penyakit Baru
Kekarantinaan Mencegah masuk
Penyakit yang Muncul Pengendalian dampak dan keluarnya
kembali kesehatan lingkungan ancaman masalah
kesehatan di negara
Penyakit yang tereliminasi Pelayanan kesehatan dan wilayah
Pengawasan OMKABA
Bioterorisme Pengamanan Nubika
Unsur Biologi, Kimia dan
Radiasi
RESPON KESMAS
Ancaman
DN
Penyakit Emerging, New
Emerging, Degeneratif,
Faktor Lain PHEIC (H5N1, H7N9,
IKLIM West Nile Virus,
TEMPERATUR Legionella, MersCov,
KELEMBABAN Ebola, Zika, dll)
Epidemiologi Wilayah Endemis
Mobilisasi OMKABA
HOST AGENT
inter dan antar wilayah
Politik, Sosial, Budaya
Karakteristik daerah
SDM (tdk merata,
ENVIRONMENT
kompetensi)
POE ?
PUBLIC HEALTH EMERGENCY OF INTERNATIONAL CONCERN
Faktor Risiko –Munculnya Penyakit EID
Kesehatan hewan
Prilaku hewan
Distribusi Geographik
keperluan Habitat
Kepemilikan hewan,
hewan sebagi bahan makanan, Hewan Ekspansi / berkurangnya area
peternakan , Manajemen Wildlife Spesies Invasive
Gangguan Habitat Kondisi lingkungan untuk hidup
hewan (Vektor)
Kesehatan manusia
Health behaviour, Budaya
Lifestyle, Ekonomi, Tehnologi iklim global, regional, lokal
Mobilisasi, Transportasi,
Perdagangan Manusia Lingkungan Temperatur, Kelembaban
Tanah dan jenis Vegetasi
External Assessment
19 technical 2017
areas 60 negara
8 technical 2016
29 negara Indonesia Nov
areas
2014 - 2016 2017
PREVENT: DETECT :
1.National Legislation, Policy 8.National Lab System
and Financing 9.Real time surveillance RESPONSE
2.IHR Coordination, Communication 10.Reporting 12.Preparedneess
and Advocacy 11.Workforce Development 13. Emergency Response
3.Anti Microbial Resistance Operations
14. Linking Public Health and
(AMR) JEE TOOL Security Authorities
4.Zoonotic Diseases
15. Medical
5.Food safety OTHER IHR related
hazards and PoE Countermeasures and
6.Biosafety dan Biosecurity Personnel deployment
17.Point of Entry
7.Immunization 16.Risk Communication
18.Chemical hazards
19.Radiation Emergency
Indikator - indikator Real Time Surveillance
Skor D.2.1 Sistem surveilens berbasis Indikator dan D.2.2 Sistem pelaporan elektronik real time yang saling
Kejadian berhubungan dan inter operabel
Tidak ada Tidak ada sistem surveilens berbasis indikator
Tidak ada sistem pelaporan real time yang saling
1
kapasitas atau kejadian yang eksis berhubungan dan inter operabel
sistem surveilens berbasis Indikator dan Negara sedang mengembangkan sistem pelaporan
Kejadian direncanakan dimulai tahun ini elektronik real time, saling berhubungan dan inter
2 Kapasitas terbatas operabel, baik untuk kesehatan masyarakat atau
hewan
Ada sistem surveilens berbasis Indikator atau Negara memiliki sistem pelaporan elektronik real time
berbasis Kejadian untuk mendeteksi ancaman - yang saling berhubungan dan inter operabel bagi
3
Kapasitas ancaman kesehatan masyarakat sistem surveilen kesehatan masyarakat atau hewan.
terbangun Sistem ini belum dapat dipakai untuk berbagi data
secara real-time
Ada sistem surveilens berbasis Indikator dan Negara memiliki sistem pelaporan elektronik real time,
Kejadian untuk mendeteksi ancaman - ancaman saling berhubungan dan inter operabel bagi sistem
4
Kapasitas dapat kesehatan masyarakat surveilen kesehatan masyarakat atau hewan. Sistem
ditunjukkan ini belum sepenuhnya dilakukan berkesinambungan
oleh negara
Selain sistem surveilans, negara menggunakan Negara miliki sistem pelaporan elektronik real time,
keahliannya untuk mendukung negara-negara saling berhubungan, inter operabel, termasuk kedua
Kapasitas ber lain dalam membangun sistem surveilens dan sistem surveilens kesehatan masyarakat dan hewan
5
kesinambungan memberikan data yang terstandarisasi kepada yang didukung pemerintah dan mampu berbagi data
WHO dan OIE dalam lima tahun terakhir tanpa dengan stake-holders terkait sesuai kebijakan negara
dukungan eksternal berarti dan kewajiban internasional
Indikator - indikator Real Time Surveillance
Skor
Laboratorium
Laboratorium RS Laboratorium Puskesmas
Swasta
KESIAPAN MENGHADAPI KKM POTENSIAL WABAH
Kementerian Verifikasi/Analisis
Kesehatan
B alik
pan
Lap.Rutin Um
Laporan KLB
<24 Jam Dinkes Verifikasi/Analisis Kebijakan/
UPT Tindakan/
Provins Situasi Kes
i KLB Penanggulangan
alik Wabah
an B
Lap.Rutin U mp
Diseminasi
Dinas Kesehatan Verifikasi/Analisis Informasi ke LS & Masy
Kab/Kota
alik
an B
U mp
Lap.Rutin
Verifikasi/Analisis Kebijakan/
Puskesmas Tindakan
B alik
pan
Lap.Rutin Um
Poskesdes
Posyandu Sistem surveilans yang ada
menjamin deteksi dini & respon
Laporan/ cepat dalam menyikapi
Rumor peningkatan kejadian penyakit
menular & keracunan
25 pangan
Masyarakat
PHEOC Bisa diakses
PUBLIC HEALTH EMERGENCY OPERATION CENTRE masyarakat
www.infopenyakit.org
Mekanisme Kerja :
1.Laporan dari system EBS, diverifikasi
setiap hari oleh PHEOC;
2.Diumpanbalikan harian
a) ke daerah melalui komunikasi prov, b)
ke email LP/LS terkait
3.Dinkes mengupdate (kontak) PHEOC
terkait TL yg sdh dilakukan/belum
dilakukan
Alur Informasi, Komunikasi dan Respon
Watch dan Alert Mode Respon Mode
Keterangan:
Garis Komando
kedalam (Informasi)
Garis Koordinasi
Keluar (Informasi)
Indicators - Emergency Response Operations
R.2.4 Case management
Score R.2.1 Capacity to
R.2.2 Emergency Operations Centre R.2.3 Emergency procedures are
Activate Emergency
Operating Procedures and Plans Operations Program implemented for IHR
Operations
relevant hazards.
No identified
procedures have been No case management
No EOC plans/procedures for Incident
No developed to No exercises have been guidelines are available for
Management Structure (or equivalent) are
Capacity - 1 determine when to completed priority epidemic-prone
in place
activate public health diseases7
emergency operations
EOC plans/procedures describing incident
management structure (IMS) or
equivalent structure are in place; plan
EOC point of contact Table top exercise has been Case management guidelines
Limited describes key structural and operational
is available 24/7 to completed to test systems are available for priority
Capacity - 2 elements for basic roles (including
guide response and decision making epidemic-prone diseases
Incident management or command,
Operations, Planning, Logistics and
Finance)
Functional exercise has been
EOC staff team is completed to test operations Case management guidelines
trained in emergency In addition to meeting requirements of capabilities but EOC has not for other IHR relevant hazards8
management and “limited capacity”, EOC plans are in place yet been activated for a are available at relevant health
Developed PHEOC standard for functions including public health response. System is not yet system levels and SOPs are
Capacity - 3 operating procedures science (epidemiology, medical and other capable of activating a available for the management
and is available for subject matter expertise), public coordinated emergency and transport of potentially
response when communications, partner liaison response within 120 minutes infectious 9 patients in the
necessary of the identification of a public community and at PoE
health emergency
Indicators - Emergency Response Operations
R.2.1 Capacity to R.2.4 Case management
Score = R.2.2 Emergency Operations
Activate R.2.3 Emergency procedures are
Centre Operating Procedures
Emergency Operations Program implemented for IHR
and Plans
Operations relevant hazards.
In addition to In addition to meeting EOC activated a Case management,
activities for “developed capacity”, the coordinated emergency patient referral and
“developed following EOC plans are in response or exercise transportation, and
Demonstra capacity”, there is place: concept of operations; within 120 minutes of the management and
ted dedicated EOC Forms and templates for identification of a public transport of potentially
Capacity - staff that has data collection, reporting, health emergency; infectious patients are
4 received training briefing; Role descriptions response utilized implemented according
and can activate and job aids for EOC operations, logistic and to guidelines and/or SOPs
a response within functional positions planning functions
two hours
In addition to In addition to meeting In addition to achieving In addition to
activities for “demonstrated capacity”, demonstrated capacity, a demonstrated capacity,
Sustainab “demonstrated response plans are in place follow up evaluation was appropriate staff and
capacity”, that describe scaled levels of conducted and corrective resources (as defined by
le
exercises are response with resource action plan was developed the country) is in place in
Capacity conducted two or requirements for each level and implemented managemen
– more times per and procedures for acquiring
year to test EOC additional resources
ALAT ANALISIS
Reporting
Data Information
Analysis &
Evaluation Interpretation
Feedback
Action Decision
PERAN INSTITUSI
1. Perencanaan,
2. Implementasi,
3. Evaluasi kegiatan kesehatan masyarakat.
LANGKAH KEGIATAN SURVEILANS
Pengolahan Analisis
Pengumpulan & & Interpretasi
data penyajian data data
Pembuatan laporan,
Tindakan
rekomendasi tindak
Pencegahan &
lanjut & diseminasi
Penanggulangan
informasi
Komponen Kegiatan surveilans
1. Pengumpulan data
2. Kompilasi, analisis dan interpretasi
3. Umpan balik dan diseminasi informasi
Pengumpulan data
Data harus jelas, tepat dan ada hubungan nya dengan penyakit ybs.
Tujuan :
• a. Menentukan kelompok risiko tinggi penyakit
• b. Menentukan jenis agen dan karakteristiknya
• c. Menentukan reservoir dari penyakit infeksi
• d. Memastikan keadaan berlangsungnya transmisi
• e. Mencatat kejadian penyakit secara keseluruhan
Pengumpulan Data
karakteristik data :
• Sumber pelaporan
• Tingkat pelapor
• Kelengkapan jumlah laporan
• Ketepatan waktu
• Kualitas
2. Tabel
3. Grafik
Diseminasi informasi
Yaitu penyebar luasan informasi Untuk meningkatkan ketepatan waktu:
kepada individu atau kelompok 1. Analisis sedekat mungkin dengan
tertentu yang berkaitan /
berkepentingan. pelapor data : informasi cepat ----
tindakan segera
Disseminasi dapat dalam bentuk :
Laporan 2. Lembagakan pelaporan wajib untuk
sejumlah peny ttt ( notifiable disease)
Buletin
Seminar / simposium 3. Melibatkan sektor swasta melalui
Kongres, dll peraturan perundangan.
Isinya tergantung kepada siapa 4. Fasilitasi agar keputusan diambil
disseminasi dilakukan. dengan cepat dalam penentuan
prioritas .
5. Implementasikan sistem umpan
balik tunggal, dua arah dan segera .
Diseminasi informasi
Akurasi Representatif dan lengkap
Mampu mendeteksi insidens Sistem surveilans efektif
penyakit ( sensitif ) dan bukan memantau situasi yang
penyakit (spesifik) sesungguhnya dalam populasi.
Mampu meramalkan
kecenderungan akan terjadi (nilai
prediktif positif ) dan tidak terjadi (
nilai prediktif negatif ) insidens Kendala berupa:
penyakit yang akan datang . petugas di
keterwakilan & pelayanan kes
Akurasi surveilans dipengaruhi : menutupi kasus
kelengkapan data
infrastruktur laboratorium atau dengan
kemampuan petugas sengaja
“underreporting“
Pendekatan surveilans
Pendekatan surveilans individu
• memonitor individu yang kontak dengan penyakit serius (deteksi gejala) --> isolasi terhadap kontak dan
penyakit dapat dikendalikan
• cth pendekatan individu : karantina
Surveilans syndromic
• pengawasan terus- menerus thd sindroma penyakit, bukan penyakit.
• mengamati indikator individu sakit spt ; pola
• perilaku, gejala dan tanda, temuan laboratorium yang dapat ditelusuri dari berbagai
sumber sebelum konfirmasi laboratorium .
Total 111/372 14 33 22 39 1 1 1
(29,8%) (12,6%) (29,7%) (19,8%) (35,1%) (0,9%) (0,9%) (0,9%)
ALUR DATA DAN PELAPORN
SISTEM SURVEILANS DI
INDONESIA
DR. dr. Irene, MKM
SKDR (SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPON)
Sistem deteksi dini yang Mengapa SKDR ?
digunakan dalam 1. KLB selalu ada
memantau penyakit 2. Faktor risiko
potensial KLB dan merespon 3. Mobilisasi penduduk
penanggulangan secara 4. Regulasi Nasional
cepat.
5. Regulasi Internasional
TUJUAN SKDR
1. Melakukan deteksi dini penyakit
potensial KLB
2. Mengetahui trend penyakit potensial KLB
3. Menilai dampak program pencegahan
dan pengendalian penyakit
4. Trigger dalam melakukan respon cepat
penanggulangan penyakit
Laboratory
Mekanisme KERJA SKDR
Verifikasi/ Validasi
Indikator SKDR
Kabupaten aler
t
1. Completeness (90%)
Penyelidikan
Epidemiologi 2. Timeliness (80%)
Ke Field Provinsi
aler
3. Respon Alert (90%)
SMS t
EOC Regional/Sub
Regional
ale Pusat/PHEOC
rt
alert
Server SKDR
KINERJA SKDR INDONESIA THN Penguatan SKDR
2015-2019 1. SDM (jumlah dan kapasitas)
100.00
90.3
2. Hardware
88.8
90.00 86.2
83.6
81
3. Analisis dan Feedback
78.40 77.1
80.00
73.4 72
75.4 4. Pembiayaan
70.00 66.10 5. Jejaring (LP/LS/Lab)
60.1
60.00
52.90 Persentase sinyal kewaspadaan dini yang direspon (SPM):
50.4
50.00 • Target 2019 yaitu 90%
• Capaian 2019 (mg.sd. 35 yaitu 81 %)
40.00
10.00 27.970
- 2018 (Mgg 1-52)
Kelengkapan Ketepatan % RESPON
2015 2016 2017 2018 2019 51.563
PENGEMBANGAN SKDR
Pengembangan SKDR berbasis
Rumah Sakit dan Laboratorium.
Tahun 2019 pengembangan di 3
Provinsi (Riau, Lampung, dan
Sulsel)
10 KELOMPOK PENYAKIT
DIARE AKUT :
BAB yang frekuensinya lebih sering dari
biasanya (pada umumnya 3 kali atau
lebih per hari dengan konsistensi cair
dan berlangsung kurang dari 7 hari).
DIARE BERDARAH / DISENTRI :
Diare dengan darah dan lendir dalam
tinja dapat disertai dengan adanya
tenesmus.
TERSANGKA KOLERA :
Penderita dengan dehidrasi berat karena
diare akut cair secara tiba-tiba (biasanya
disertai muntah dan mual), tinjanya cair
seperti air cucian beras tanpa rasa sakit
Gastroenteritis akut perut atau mulas.
Algoritma
Algoritma respon KLB diare akut,
DIARE
DIARE BERDARAH /
DISENTRI
TERSANGKA KOLERA diare berdarah, tersangka kolera
Respons Pelaporan
Respons Register Respons Kes. Masyarakat:
Kemungkinan Etiologi:
Tatalaksana • Verifikasi peningkatan kasus
Kemungkinan Etiologi:
Viral Gastro, E. Coli, Shigella, Salmonela, Kemungkinan Etiologi: Kasus: Kirim laporan W1 ke • Lakukan PE
Dinkes Kab/Kota. • Surveilans Ketat
Giardiasis, Amuba, Vibrio Kolera • Lakukan • Penyiapan logistik (oralit, zinc,
Cryptosporidium, dll dll pengobatan Untuk suspek kolera: obat yang sesuai etiologi).
• Menjamin tersedianya air
sesuai SOP dan laporan langsung ke bersih
etiologi. DinKes Kab/Kota • Penyuluhan masyarakat
• Rujuk pasien ke dan koordinasi tentang PHBS meliputi:
dengan Dinkes CTPS sebelum dan sesudah
RS bila Propinsi. makan.
diperlukan Membersihkan bahan
Jika ada tanda peringatan makanan sebelum dimasak
• Spesimen: Kronologi terjadinya Memasak makanan dan
KLB, ambil specimen dengan KLB. • Pola
media Carry-Blair
Pengambilan minuman sampai matang
penyebaran Memberikan desinfektan
sample tinja & • KU penderita. (Kaporisasi) pada sumber air
kirim ke lab • Hasil PE. diduga tercemar
Hanya makan makanan
Provinsi • Hasil yang segar
penanggulangan KLB
dan RTL
Jika hasil positif, Lakukan
RESPONS KLB
Tersangka
campak
Algoritma campak
CAMPAK KLINIS = Demam dan ruam maculopapular + Batuk/Pilek
ATAU Conjungtivitis
SINDROM INFEKSI
SALURAN PERNAFASAN
Definisi operasional
PNEUMONIA :
Pada usia <5 thn ditandai dgn batuk DAN/ ATAU tanda
kesulitan bernapas (adanya nafas cepat, kadang disertai
tarikan dinding dada bagian bawah kedalam atau gambaran
radiologi foto torak menunjukan infiltrat paru akut), frekuensi
nafas berdasarkan usia penderita:
<2 bulan : 60/menit
2-12 bulan : 50/menit
1-5 tahun : 40/menit
Pada usia >5thn ditandai dgn demam ≥ 38°C, batuk DAN/
ATAU kesulitan bernafas, dan nyeri dada saat menarik nafas
TERSANGKA PERTUSIS :
Batuk lebih dari 2 minggu disertai dgn batuk yang khas (terus-
menerus/ paroxysmal), napas dgn bunyi “whoop” dan kadang
muntah setelah batuk.
Definisi .............
TERSANGKA DIFTERI :
Panas >38°C, sakit menelan, sesak napas disertai bunyi
(stridor) dan ada tanda selaput putih keabu-abuan
(pseudomembran) di tenggorokan dan pembesaran kelenjar
leher.
DEMAM
Definisi operasional
MALARIA KONFIRMASI :
Penderita yang di dalam tubuhnya ada plasmodium atau parasit
malaria dan dibuktikan dengan RDT (Rapid Diagnostic Test)
positif dan atau pemeriksaan Mikroskopis positif.
TERSANGKA DEMAM DENGUE :
Demam mendadak tanpa sebab yang jelas 2-7 hari, mual,
muntah, sakit kepala, nyeri dibelakang bola mata (nyeriretro
orbital ), nyeri sendi, DAN/ATAU adanya manifestasi perdarahan
sekurang-kurangnya uji torniquet positif.
TERSANGKA CHIKUNGUNYA :
Demam mendadak diatas 38,5 derajat celcius dan nyeri sendi
yang hebat dapat disertai adanya ruam.
TERSANGKA DEMAM TIFOID :
Anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan gejala demam,
gangguan saluran cerna dan tanda gangguan kesadaran.
Algoritma DEMAM
TERSANGKA
TERSANGKA TERSANGKA
DEMAM
DEMAM TIFOID FLU BURUNG
DENGUE
MALARIA TERSANGKA
CHIKUNGUNYA ILI
KONFIRMASI
Demam Dengue/Chik:
Demam Tifoid : Flu Burung/ILI :
Malaria Konfirmasi : Cek Darah Lengkap
Widal, Serologi, Rontgen dada,
RDT, Mikroskopis (Tromb & Ht),
Serologi Kultur Darah usap nasofaring
Respons Kesehatan
Respons tatalaksana Respons sistem Masyarakat:
kasus: pelaporan:
• Penyelidikan Epidemiologi
• Lakukan pengobatan W1 • Melakukan
menggunakan ACT Hasil pemeriksaan pemberantasan vektor
(Artemicin penunjang/lab meliputi :
Combination • Distribusi Kelambu
Theraphy) berinsektisida
• Pengobatan • Penyemprotan
simtomatik rumah dengan
• Rujuk ke RS apabila insektisida
diperlukan • Larviciding.
pengobatan lebih • Penyuluhan
lanjut. Kesehatan Masyarakat
• Mass Blood Survey (80%
penduduk diperiksa
darahnya)
5.
SINDROM JAUNDIS
AKUT
Definisi operasional
SINDROM JAUNDIS AKUT :
Gejala penyakit yg timbul secara mendadak (< 14 hari)
ditandai dgn kulit dan sclera berwarna kuning (ikterik) dan
urine berwarna gelap.
TERSANGKA LEPTOSPIROSIS :
Pasien dengan gejala demam > 38 derajat Celcius dengan
gejala khasconjuctival suffusion (radang pada konjungtiva),
nyeri betis, jaundice/kuning.
Algoritma sindrom jaundis akut
Catat dan Kirim ke Dinkes Kabupaten/Kota
HEPATITIS
LEPTOSPIROSIS DEMAM DENGUE MALARIA
A, B, C, D, E
TERSANGKA
ANTRAKS
Definisi operasional
Antraks Kulit (Cutaneus Anthrax)
Papel pada inokulasi, rasa gatal tanpa disertai rasa sakit, 2-3
hari vesikel berisi cairan kemerahan, haemoragik menjadi
jaringan nekrotik, ulsera ditutupi kerak hitam, kering, Eschar
(patognomonik), demam, sakit kepala dan pembengkakan
kelenjar limfe regional
Antraks Saluran Pencernaan (Gastrointestinal Anthax)
Rasa sakit perut hebat, mual, muntah, tidak nafsu makan,
demam, konstipasi, gastroenteritis akut kadang disertai darah,
hematemesis, pembesaran kelenjar limfe daerah inguinal,
perut membesar dan keras, asites dan oedem scrotum,
melena.
Definisi operasional
Antraks Paru-paru (Pulmonary Anthrax)
Gejala klinis antraks paru-paru sesuai dengan tanda-tanda
bronchitis. Dalam waktu 2-4 hari gejala semakin berkembang
dengan gangguan respirasi berat, demam, sianosis, dispnue,
stridor, keringat berlebihan, detak jantung meningkat, nadi
lemah dan cepat. Kematian biasanya terjadi 2-3 hari setelah
gejala klinis timbul.
Antraks Meningitis (Meningitis Anthrax)
Komplikasi bentuk antraks yang lain, dengan gambaran klinis
mirip dengan kasus meningitis purulenta akut.
Algoritma Tersangka antraks
Catat dan Kirim ke Dinkes Kab/Kota
Preparat dikirim
Media Transport : VTM atau Hanks ke PBTDK
Balitbangkes
KLUSTER PENYAKIT
YANG TIDAK LAZIM
Definisi operasional
Rujuk Ke RS
Rujuk ke RS Rujukan
Rujuk ke RS Rujukan
Rujuk ke RS Rujukan