Oleh :
Kelompok 1
Nasmia Martha Lenny (1511212007)
Rahmania Adrianus (1511212010)
Kevin Oktra Gilang (1511212012)
Rafida Meilisa (1511212037)
Nindi Elfiza (1511212049)
Haptiah (1511212058)
Rufaida Farhanni Nazira (1511212066)
Hayatul Hasnah (1511212071)
Ameliya Bugesti (1511212074)
Halaman Judul
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Deklarasi Alma Ata Tahun 1978
2.2 Konferensi Internasional Promosi Kesehatan Tingkat Dunia
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
D. Perspektif global
Perspektif global adalah cara pandang yang melihat semua makhluk dari
berbagai belahan dunia adalah bagian yang integral dari ekosistem bumi.
Demikian pula halnya dengan kesehatan, adalah bagian yang tak terpisahkan dari
lingkungan hidupnya. Pengaruh lingkungan terhadap kehidupan mahkluk hidup
sangat besar. Oleh karena itu untuk mempertahankan kualitas hidupnya, manusia
harus berprilaku yang selaras dengan upaya melestarikan dan mengelola
lingkungan yang sejalan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan.
Hal tersebut merupakan tantangan besar bagi umat manusia, di tengah
berbagai ketidakadilan. Ketidakadilan yang dipicu oleh ketimpangan yang besar
dalam pendapatan masyarakat antarbangsa telah menyebabkan terjadinya
ketidaksetaraan dalam akses masyarakat dalam kesehatan, lingkungan hidup,
pemukiman, air bersih dan sanitasi. Pengambilan keputusan politik dan
pengembangan industri lebih sering didasarkan pada perencanaan jangka pendek
dan keuntungan ekonomi yang tidak memperhitungkan risiko kesehatan dan
kerusakan lingkungan. Berbagai penyelesaian hutang telah menguras sumber daya
negara-negara miskin. Belanja militer meningkat dan peperangan telah
menyebabkan kematian, kecacatan, dan kini menyebabkan terjadinya vandalisme
ekologis.
Eksploitasi tenaga kerja, eksportasi dan dumping bahan-bahan berbahaya,
khususnya pada bangsa-bangsa yang lemah dan miskin dan konsumsi sumber
daya dunia secara mubazir, mendemonstrasikan bahwa pendekatan pembangunan
yang ada merupakan sebuah krisis. Diperlukan pengembangan etika baru dan
perjanjian global yang didasarkan pada hidup bersama secara damai guna
memungkinkan distribusu dan penggunaan yang merata dari sumber daya bumi
yang terbatas ini.
B. Sejarah Baru
Penyelenggaraan Konferensi Internasional Promosi Kesehatan ini
merupakan bagian sejarah tersendiri, karena Konferensi ini dilaksanakan hampir
20 tahun setelah negara – negara angggota WHO mendeklarasikan “Kesehatan
untuk Semua tahun 2000” atau “Health for All by the year 2000” di Alma Ata.
Konferensi Internasional Promosi Kesehtana di Jakarta diselenggaraka 10 tahun
setelah Konferensi Internasional Promosi Kesehatan yang pertama menghasilkan
Piagam Ottawa atau “Ottawaa Charter”
Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Jakarata, mempunyai
keunikan yakni dengan melibatkan pihak swasta (non government organization).
Pada konferensi sebelumnya hanya melibatkan pihak – pihak praktisi kesehatan
pemerintah dan swasta dann pihak – pihak akademisi dari perguruan tinggi, tetapi
konferensi internasional Promosi Kesehatan di Jakarta ini , disamping keterlibatan
unsur – unsur diatas tersebut, juga melibatkan pihak swasta. Pentingnya
melibatkan pihak swasta dalam program – program kesehatan adalah dalam
rangka perwujudan dari “corporate sosial responsbility” bagi pihak sswasta,
khususnya dalam membantu program – program kesehatan. Oleh sebab itu dalam
rangka menangani masalah – masalah kesehatan, termasuk Promosi Kesehatan,
pihak swasta harus dilibatkan. Itulah sebabnya maka pada Konferensi
Internasioanal Promosi Kesehatan di Jakarta ini melibatkan sektor swasta bukan
hanya sebagai peserta konferensi, tetapi juga dalam perencanaan dan pembiayaan
konferensi. Dari Konferensi Internasional Promosi Kesehatan yang keempat di
Jakarta ini, disepakatinya “Deklarasi Jakarta tentang Promosi Kesehatan Abad 21”
atau “The Declaration on Heaklth Promotion into the 21 Century”.
a. Pendekatan komprehensif
Pendekatan komprehensif yang dimaksud disini adalah
melaksanakan kelima strategi “Ottawa Charter” secara bersamaan
dalam Promosi Kesehatan untuk strategi mengembangkan
kebijakan yang berwawasan kesehatan, menciptakan lingkungan
yang mendukung, reorientasi pelayanan kesehatan ditujukan
kepada para pembuat keputusan (sasaran tertier) dan tokoh
masyaraakt (sekunder). Sedangkan untuk strategi memperkuat
kegiatan masyarakat, meningkatkan keterampilan perorangan
sasaran utamanya adalah masyarakat dalam berbagai jenis
kelompok dan tatanan (sasaran primer), dan juga tokoh
masyarakat (sasaran sekunder).
b. Pendekatan melalui tatanan
Tatanan implementasi Promosi Kesehatn dapat dibedakan
menjadi berbagai jenis, antara lain :
1. Tatanan administrasi pemerintahan, misalnya :
Kabupaten/kota, Kecamatan, Desa atau Kelurahan, Pulau,
dan sebagainya.
2. Institusi pendidikan : Sekolah, Madrasah, Perguruan Ringgi.
3. Institusi pelayaan kesehatan : Rumah Sakit, Poliklinik, dan
sebagainya.
4. Tempat – tempat kerja : pabrik, perusahaan, kantor, dan
sebagainya.
5. Tempat – tempat umum : Pasar, terminal, mall, stasiun kereta
api, dan sebagainya.
6. Keluarga, sebagai unit masyarakat terkecil : Keluarga atau
rumah tangga adalah merupakan tempat promosi kesehatan
yang pertama dan utama.
c. Peran serta masyarakat
Dengan peran serta masyarakat dalam program kesehatan,
mereka akan menyadari bahwa kesehatan atau pelayan kesehatan
sebenarnya adalah berasal dari dan oleh mereka sendiri.
d. Pembelajaran kesehatan
Promosi Kesehatan adalah merupakan pembelajaran
kesehatan oleh masyarakat. Pembelajaran harus datang dalam diri
yang belajar atau masyarakat. Haisl dari pembelajaran kesehatan
bagi masyarakat, adalah bahwa kesehatan adalah sumber
kehidupan mereka, yang perlu disambung dan ditingkatkan.
Guna menghadapi tatangan – tanntangan pada tahun
mendatang, memerlukan pendobrakan terhadap sekat – sekat atau
dinding – dinding yang selama ini menghambat terwujudnya kerja
sama tersebut.
C. Prioritas Promosi Kesehatan Abad 21
Adapun dalam konferensi Internasional Promosi Kesehatan yang ke
empat di Jakarta ini menetapkan prioritas sebagi berikut :
1. Partisipasi:
Publik, perorangan, dan sektor-sektor yang ada di setiap lapisan masyarakat
akan dirangsang untuk terlibat aktif dalam tahap persiapan rencana aksi yang
difasilitasi oleh Menteri Kesehatan.
2. Adaptabilitas:
Rencana aksi harus tanggap terhadap kebutuhan lokal. Setiap negara akan
mempersiapkan perencanaan berdasarkan kondisi lingkungan, tatanan,
program, dan investasi yang tersedia di negara masing-masing.
3. Feasibilitas:
Aktivitas yang diajukan harus memperhitungkan waktu yang sesuai sehingga
memungkinkan sumber daya yang ada, dukungan ekonomi, kebijakan legal
dan sosial, serta kapasitas yang tersedia untuk memperkuat kemitraan dan
aliansi.
4. Terukur:
Evaluasi proses dan dampak harus dilakukan.
5. Inovasi:
Proses pengembangan rencana harus melibatkan pendekatan baru dalam
komunikasi dan dapat merangsang tumbuhnya kegiatan kreatif serta dialog.
b. Dukungan dan fasilitas
Dukungan diperoleh terutama dengan menggunakan sumber-sumber yang
tersedia pada setiap negara, termasuk sektor nonkesehatan. Mitra-mitra lain yang
dianggap relevan juga perlu dilibatkan, seperti WHO, UNESCO, organisasi-
organisasi bilateral dan multilateral, akademisi, Pusat Promosi Kesehatan,
Yayasan Promosi Kesehatan Nasional, IUHPE, dan Lembaga Swadaya
Masyarakat lainnya, sektor swasta, kelompok asuransi sosial, koperasi dan
sebagainya.
c. Keluaran (outcomes) yang diharapkan
Berdasarkan pernyataan hasil konferensi Promosi Kesehatan di Meksiko,
maka langkah-langkah di bawah ini perlu diambil:
1. Memperkuat jaringan nasional, regional, dan internasional dalam rangka
promosi kesehatan.
2. Melakukan advokasi tentang dampak kesehatan dari agenda masing-masing.
3. Melaporkan secara periodik kepada panitia regional dan pertemuan
organisasi kesehatan dunia tentang kemajuan yang dihasilkan oleh rencana
aksi tersebut.
Strategi Operasional
1. Proses perencanaan
a. Penilaian kebutuhan (needs assesment) meliputi:
Identifikasi skala prioritas isu-isu kesehatan yang penting.
Identifikasi aset-aset yang ada, seperti kebijakan, legislasi,
sumber daya manusia, dan sumber daya alam yang tersedia.
Identifikasi kapasitas sumber daya manusia dan infrastruktur
yang tersedia.
Proses identifikasi kebutuhan dan penentuan skala prioritas harus
melibatkan anggota masyarakat dan sektor-sektor publik dan swasta yang
relevan, yang meliputi:
a. Tujuan yang jelas dan hasil yang diharapkan sesuai dengan waktu
yang tersedia.
b. Dampak yang diharapkan dan indikator pencapaian harus
diidentifikasi secara jelas.
c. Kontribusinya terhadap pengembangan perencanaan nasional,
terutama di bidang kesehatan harus nyata.
d. Keterlibatan “stakeholder” dan kontributor kunci harus diarahkan
pada tingkat yang tepat, mencakup anggota masyarakat, LSM, sektor
swasta, akademisi, lembaga-lembaga agama, WHO, UNESCO,
UNICEF, serta penyandang lainnya.
b. Menentukan skala prioritas, tujuan, dan hasil yang diharapkan
Ketika skala prioritas telah tersusun, maka tujuan, dan hasil yang
diharapkan dapat ditentukan. Telaah sumber-sumber dan aset yang
tersedia merupakan suatu yang penting. Konsultasi dan komunikasi juga
perlu ditingkatkan.
c. Pemilihan strategi dan intervensi yang paling efektif
Upaya ini meliputi pemilihan dan pertimbangan arah gerakan yang
sesuai dengan situasi objektif, subjek utama (target sasaran), tujuan yang
diharapkan, bentuk dan mekanisme intervensi, teknik intervensi
(mekanisme penjenjangan), serta setting tempatnya. Selanjutnya rencana
aksi yang telah dibuat perlu dilakukan uji coba (pre-test) metode dan
bahan-bahan yang digunakan.
2. Implementasi
Rencana aksi upaya promosi kesehatan yang efektif harus melibatkan
berbagai macam kegiatan seperti berikut ini:
a. Peningkatan kesadaran publik dan para pelaku politik di berbagai lapisan,
seperti tingkat pemerintah pusat, provinsi, kabupaten dan kecamatan,
bahkan di tingkat desa.
b. Bagaimana pesan-pesan promosi kesehatan dapat dikomunikasikan
secara efektif.
c. Menawarkan atau mengusulkan kebijakan publik yang berwawasan
kesehatan.
d. Memperkuat gerakan masyarakat dalam upaya kesehatan.
e. Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan serta merangsang
terciptanya gaya hidup sehat di setiap lapisan masyarakat.
3. Monitoring dan Evaluasi
Jika dilakukan secara berkala dapat memberikan informasi atau
peringatan secara dini terhadap masalah atau kendala yang dihadapi. Ukuran
hasil dari upaya promosi kesehatan dapat mencakup beberapa indikator,
antara lain seperti di bawah ini:
a. Ukuran tentang pemahaman kesehatan, yang meliputi tingkat
pengetahuan, sikap, motivasi, tendensi perilaku, keterampilan personal,
dan kepercayaan diri.
b. Ukuran pengaruh dan gerakan masyarakat, yang meliputi unsur
partisipasi masyarakat, pemberdayaan masyarakat, norma sosial, dan
opini publik.
c. Ukuran yang mencakup unsur kebijakan publik berwawasan kesehatan,
yang meliputi pernyataan politik, legislasi, regulasi, alokasi sumber daya,
unsur budaya, dan perilaku.
d. Ukuran kondisi kesehatan dan gaya hidup sehat (healthy lifestyle), yang
meliputi unsur-unsur penggunaan tembakau, pilihan dan kesempatan
untuk memperoleh makanan makanan sehat, aktivitas fisik, alkohol,
narkoba, rasio tentang faktor-faktor yang protektif dan berisiko pada
lingkungan fisik dan lingkungan sosial budaya.
e. Ukuran efektivitas pelayanan kesehatan, yang meliputi penyediaan
pelayanan pencegahan, akses ke tempat-tempat pelayanan kesehatan,
serta faktor-faktor sosial budaya yang berhubungan dengan pelayanan
kesehatan.
f. Ukuran lingkungan sehat, yang meliputi membatasi akses dalam
penggunaan tembakau, alkohol, obat-obat terlarang, penyediaan
lingkungan positif bagi anak-anak dan orang lanjut usia, kebebasan dari
kekerasan dari berbagai bentuk penyalahgunaan.
g. Ukuran dampak sosial, yang meliputi kualitas hidup, kemadirian,
jaringan dukungan sosial, diskriminasi positif, dan pemerataan dan
keadilan.
h. Ukuran dampak kesehatan, yang meliputi penurunan tingkat kesakitan,
kematian dan ketidak mampuan, kompetensi psikososial, serta
keterampilan diri.
i. Ukuran pengembangan kapasitas (capacity building), yang meliputi
ukuran kelangsungan partisipasi masyarakat dan pemberdayaan.
Mekanisme Aksi (Menchanism for Action)
Lima Mekanisme aksi pelengkap yang di usulkan dalam konferensi ini adalah
sebagai berikut:
D. Aksi Bersama
Pada saat ini negara berkembang dan negara maju dihadapkan pada
penyebaran penyakit yang seharusnya dapat dicegah,dimana penyakit tersebut
menjadi ancaman dan memperlemah pembangunan perekonomian di masa
mendatang.
Tahun 2016 akan menandai ulang tahun ke-30 dari Konferensi Promosi
Kesehatan Global sejak diadakan pertama kalinya, dan konferensi di China
memegang peranan penting. Hal ini tidak hanya menunjukkan kepada penduduk
China, pengalaman berharga dan kemajuan luar biasa di bidang pembangunan
kesehatan dan promosi kesehatan, yang akan memperkuat posisi dan peran
kesehatan dalam membantu mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan setelah
2015, tetapi juga mempromosikan pengembangan teori dan praktek pada promosi
kesehatan, memberikan kontribusi untuk hidup sehat dari semua bangsa di dunia.