Anda di halaman 1dari 50

MAKALAH

DASAR-DASAR PROMOSI KESEHATAN

Dosen Pengampu: Suryati, S.Pd, M.Kes, Kons

Oleh :

Kelompok 1
Nasmia Martha Lenny (1511212007)
Rahmania Adrianus (1511212010)
Kevin Oktra Gilang (1511212012)
Rafida Meilisa (1511212037)
Nindi Elfiza (1511212049)
Haptiah (1511212058)
Rufaida Farhanni Nazira (1511212066)
Hayatul Hasnah (1511212071)
Ameliya Bugesti (1511212074)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS
2016
DAFTAR ISI

Halaman Judul
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Deklarasi Alma Ata Tahun 1978
2.2 Konferensi Internasional Promosi Kesehatan Tingkat Dunia
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Adanya promosi kesehatan bermula dari kesepakatan yang sudah
dilakukan negara-negara berkembang dan negara-negara maju dalam deklarasi
yang dilaksanakan di Alma Ata, Kazakhstan, pada tahun 1978. Deklarasi Alma
Ata ini selanjutnya terkenal dengan kesehatan semua untuk tahun 2000 atau
“Health for All by The Year 2000”. Salah satu bentuk pelayanan dasar yang
dinyatakan dalam deklarasi ini yaitu pendidikan kesehatan yang sekarang dikenal
dengan promosi kesehatan. Ini berarti bahwa sejak deklarasi Alma Ata tahun
1978, para delegasi 140 negara tersebut telah mengakui betapa pentingnya peran
promosi kesehatan dalam mencapai kesehatan untuk semua.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Deklarasi Alma Ata Tahun 1978


Deklarasi Alma Ata tahun 1978 merupakan bentuk kesepakatan bersama
antara 140 negara (termasuk Indonesia), adalah merupakan hasil Konferensi
Internasional Pelayanan Kesehatan Primer (Primary Health Care) di Kota Alma
Ata, Kazakhstan (sebelumnya merupakan bagian Uni Soviet). Konferensi
Internasional “Primary Health Care” ini disponsori oleh organisasi kesehatan
dunia (WHO) dan organisasi PBB untuk anak (UNICEF). Isi pokok dari deklarasi
ini bahwa Pelayanan Kesehatan Primer (Dasar) adalah merupakan strategi utama
untuk pencapaian kesehatan untuk semua (Health for All) sebagai bentuk
perwujudan HAM.
Deklarasai Alma Ata ini selan jutnya terkenal dengan kesehatan semua
untuk tahun 2000 atau “Health for All by The Year 2000”. Bentuk operasional
dalam mencapai kesehatan untuk semua (kesuma) tahun 2000 di Indonesia adalah
PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa). Meskipun sebenarnya di
Indonesia “cikal bakal” atau “embrio” PKMD sudah berkembanga sejak tahun
1970an di Solo dan Banjarnegara yang di p rakarsai oleh Yakkum dalm bentuk
dana sehat, pos obat desa, dan sebagainya.
Deklarasi Alma Ata juga menyebutkan bahwa untuk mencapai kesehatan
untuk semua tahun 2000 adalah melalui pelayanan kesehatan dasar yang
sekurang-kurangnya mencakup 8 pelayanan dasar, yakni :
1. Pendidikan kesehatan (health education)
2. Peningkatan penyediaan makanan dan gizi (promotion of food supplies
and proper nutrition)
3. Penyediaan air bersih yang cukup dan sanitasi dasar (adequate supply of
safe water and basic sanitation)
4. Pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana (Maternal
and child care, including family planning)
5. Imunisasi (Immunization against the major infectious diseases)
6. Pencegahan dan pemberantasan penyakit endemic (preventation and
control of locally endemic diseases)
7. Pengobatan penyakit umum (Appropriate treatment of common diseases
and injuries)
8. Penyediaan obat esensial (provision essential drugs)
Dari 8 pelayanan kesehatan dasar tersebut diatas, pendidikan kesehatan
(sekarang promosi kesehatan) di tempatkan pada urutan pertama. Ini berarti
bahwa sejak konferensi Alma Ata tahun 1978, para delegasi 140 negara tersebut
telah mengakui betapa pentingnya peran promosi kesehatan dalam mencapai
kesehatan untuk semua. Oleh sebab itu, dalam Konferensi Internasional Promosi
Kesehatan yang pertama di Ottawa, yang menghasilkan Piagam Ottawa (Ottawa
Charter) ini, deklarasi Alma Ata dijadikan dasar pijakannya. Hal ini dapat dilihat
dalam pembukaan Piagam Ottawa yang menyebutkan :
“The first International Conference on Health Promotion, meeting in Ottawa
in 21st of November 1968, hereby present this charter for action to achieve
Health for All by the year 2000 and beyond”.
Dalam pernyataan ini tersirat bahwa para delegasi atau peserta dari semua
negara, melalui piagam atau “charter” tersebut bersepakat untuk melanjutkan
pencapaian “sehat untuk semua” tahun 2000 dan sesudahnya seperti yang telah
dideklarasikan dalam piagam Alma Ata. Hal tersebut adalah merupakan bentuk
komitmen semua negara untuk melanjutkan terwujudnya kesehatan untuk semua
(Health for All) melalui promosi kesehatan. Lebih jelas lagi dalam pendahuluan
Piagam Ottawa juga disebutkan :
“….it built on the progress made through Declaration on Primary Health
Care at Alma Ata, the World Orgnization’s target for health for All document,
and the recent debate the World Assembly on intersectoral action for health”.
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa sejarah promosi
kesehatan pada akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21 yang dimulai dengan
Konferensi Internasional Promosi Kesehatan yang pertama di Ottawa, Kanada ini
tidak terlepas dari Deklarasi Alma Ata.
2.2 Konferensi Internasional Promosi Kesehatan Tingkat Dunia

1. Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa, Kanada,


Tahun 1986
A. Gerakan menuju kesehatan masyarakat baru
Konferensi Internasional Promosi Kesehatan yang pertama dilaksanakan di
Ottawa, Kanada yang berlangsung tanggal 17-21 November 1986. Konferensi
Promosi Kesehatan yang pertama ini mengambil tema “Menuju Kesehatan
Masyarakat Baru” (The Move Towards a New Public Health).
Konferensi diikuti oleh perwakilan dari kurang lebih 100 negara, baik
yang berasal dari negara-negara maju dan maupun negara berkembang.
Konferensi Promosi Kesehatan yang pertama ini tidak terlepas dari deklarasi
Alma Ata tahun 1978 tentang “Pelayanan Kesehatan Dasar atau Primary Health
Care”. Kesepakatan-kesepakatan yang dicapai dalam konferensi merupakan
peletakan dasar pembaharuan promosi kesehatan, dalam konteks seperti tema
konferensi ini, yakni Gerakan Menuju Kesehatan Masyarakat Baru. Kesepakatan
bersama tersebut dituangkan dalam Piagam Ottawa (Ottawa Charter). Isi Piagam
Ottawa beserta pembahasannya yaitu :
1) Batasan promosi kesehatan
Menurut Piagam Ottawa, promosi kesehatan adalah suatu proses yang
memungkinkan orang untuk meningkatkan kendali (control) atas kesehatannya
dan meningkatkan status kesehatan mereka (Health Promotion is the process of
enabling people to increase control over and to improve their health). Untuk
mencapai status kesehatan paripurna baik fisik, mental, dan kesejahteraan sosial,
setiap individu atau kelompok harus mampu mengidentifikasi setiap aspirasi,
untuk memenuhi kebutuhan, dan mengubah atau mengantisipasi keadaan
lingkungan. Karena itu, promosi kesehatan bukan saja tanggung jawab sektor
kesehatan, tapi juga meliputi sektor-sektor lain yang mempengaruhi hidup sehat
dan sejahtera sosial.
2) Determinan kesehatan
Teori klasik yang dikembangkan oleh Bloom (1974) mengatakan ada
empat determinan utama yang mempengaruhi derajat kesehatan individu,
kelompok atau masyarakat. Empat determinan tersebut secara berturut-turut
besarnya pengaruh terhadap kesehatan adalah :
a. Lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan non fisik
(sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebaginya).
b. Perilaku
c. Pelayanan kesehatan
d. Keturunan atau heriditer
Determinan lingkungan ini lebih lanjut dapat dibedakan menjadi dua
kelompok yakni lingkungan fisik (cuaca, iklim, sarana, dan parasarana, dan
sebagainya), dan lingkungan non fisik, seperti lingkungan sosial, budaya,
ekonomi, politik, dan sebagainya.
Derajat kesehatan dibedakan antara derajat kesehatan individu, kelompok
atau masyarakat. Hal ini dapat dipahami karena derajat kesehatan perorangan atau
individu, kelompok dan masyarakat memang berbeda.
Faktor faktor determinan yang menentukan atau mempengaruhi kesehatan
individu, kelompok atau masyarakat, dalam piagam otawa (OTTAWA
CHARTER) disebut prasyarat untuk kesehatan (Prerequisites for health).
Piagam Ottawa, 1986 mengidentifikasikan prasyarat untuk kesehatan
dalam Sembilan faktor, yakni :
 Perdamaian dan keamanan (peace)
 Perumahan ( shelter)
 Pendidikan (education)
Di negara-negara berkembang seperti Indonesia ini terdapat tiga masalah
sosial yaitu:
 kebodohan (ignorancy), akibat rendahnya pendidikan.
 Berbagai macam penyakit (diseases), akibat rendahnya derajat dan
pelayanan kesehatan.
 Kemiskinan (proverty), akibat rendahnya ekonomi.
Ketiga hal ini saling mempengaruhi dan membentuk lingkaran setan :
 Kebodohan  Kemiskinan  Penyakit
 Kemiskinan  Penyakit  Kebodohan
 Penyakit  Kemiskinan  Kebodohan
Oleh sebab itu solusi untuk memutuskan mata rantai tersebut dapat
dilakukan melalui ketiga upaya secara bersama, yang hasilnya juga akan saling
berpengaruh :
1. Pendidikan,
2. Ekonomi
3. Kesehatan
4. Makanan
5. Ekosistem yang stabil

B. Misi Promosi Kesehatan


Secara implisit dirumuskan 3 misi promosi kesehatan, yakni ;
1. Advokasi (advocacy)
Kesehatan yang baik merupakan sumber utama untuk perkembangan
sosial, ekonomi, dan personal, dan merupakan dimensi penting dari
kualitas hidup.
2. Memampukan atau memperkuat
Aksi atau gerakan promosi kesehatan bertujuan untuk mengurangi
perbedaan di dalam status kesehatan dan menjamin sumber dan
kesempatan yang sama yang memungkinkan semua orang mencapai
potensi kesehatan yang seluas-luasnya.
3. Menjembatani
Promosi kesehatan membutuhkan aksi yang terkoordinasi dengan sektor
lain oleh pemerintah, sektor kesehatan, sektor sosial, ekonomi, dan dengan
organisasi-organisasi pemerintah lainnya seperti relawan, swasta,
pemerintah daerah, sektor industri, serta media. Berbagai pemangku
kepentingan atau “stakesholder” perlu dilibatkan dalam upaya promosi
kesehatan.

C. Strategi Promosi Kesehatan


1. Mengembangkan kebijakan publik berwawasan sehat ( bulid healthy
public policy)
2. Menciptakan lingkungan yang mendukung (supportive environment)
3. Memperkuat aksi/gerakan masyarakat ( strengthening community action)
4. Pengembangan keterampilan perseorangan (develop personal skills)
5. Reorientasi sistem pelayanan kesehatan ( reorient health service)

D. Komitemen Terhadap Promosi Kesehatan


Konferensi Ottawa menghasilkan kesepakatan-kesepakatan yang terkait
dengan komitmen terhadap promosi kesehatan ke depan sebagai berikut :
1. Memusatkan sasaran ke aras kebijakan publik berwawasan kesehatan, dan
melakukan advokasi untuk memperoleh komitmen politik yang jelas
terhadap kesehatan dan kesetaraan/keadilan di seluruh sektor.
2. Melakukan perlawanan atau penolakan terhadap tekanan yang berasal dari
produk-produk berbahaya, pengurasan sumber daya alam secara tidak
bertanggung jawab, kondisi lingkungan hidup yang tidak nyaman untuk
kesehatan, gizi, serta, memusatkan perhatian pada isu-isu globab seperti
polusi, kecelakaan dan keselamatan kerja pengadaan perumahan dan
pembentukan pemukiman yang aman dan sehat.
3. Merespon kesenjangan dalam pelayanan kesehatan yang ada di dalam
masyrakat dan menjembatanni kesenjangan tersebut dengan kebijakan dan
peraturan-peraturan yang dapat mendorong terciptanya kesetaraan atau
keadilan, baik untuk mendapatkan kesempatan dalam pelayanan kesehatan
maupun fasilitas atau kesempatan lainnya seperti pekerjaan, jaminan
asuransi kesehatan dan sebagainya.
4. Menempatkan manusia sebagai subjek utama kesehatan.
5. Melakukan reorientasi dalam sistem pelayanan kesehatan dan sumber daya
yang ada demi peningkatan status kesehatan, serta berbagai peran dengan
sektor dan disiplin lain.
6. Menempatkan kesehatan dan pemeliharaannya sebagai investasi sosial
untuk mengamanatkan isu ekologis kehidupan masyarakat secara
menyeluruh.
7. Konferensi ini mendorong pihak yang berkepentingan untuk bekerja sama
denga mereka sebagai mitra kesehatan masyarakat yang kuat.

Pilar-Pilar Promosi Kesehatan


1. Gerakan Menuju Kesehatan Masyarakat Baru
Ottawa Charter juga merumuskan strategi promosi keseharan yang baru,
yakni :
a. Membuat kebijakan berwawasan kesehatan (Built healthy public
policy).
b. Menciptakan lingkungan yang mendukung (Create support ive
environment).
c. Memperkuat kegiatan masyarakat (Strengthen community action).
d. Mengembangkan kemampuan keterampilan petugas (Develop
personal skill).
e. Reorientasi pelayanan kesehatan (Reorient health services).
2. Mengembangkan Kebijakan Berwawasan Kesehatan (Built Healthy Public
Policy)
Hasil konferensi Internasional Promisi Kesehatan yang kedua dituangkan
dalam rekomendasi Adelaide (The Adelaide Recommend ation). Membuat
kebijakan masyarakat sehat atau kebijakan berwawasan kesehatan sebagai Strategi
Promosi Kesehatan yang pertama didasarkan pada asumsi bahwa :
a. Kesehatan adalah tanggung jawab bersama diantara sektor-sektor
pembangunan di setiap negara. Kesehatan adalah hak asasi manusia
yang sangat fundamental dan merupakan investasi sosial.
b. Masih terkait dengan kesehatan merupakan hak asasi manusia, maka
perlu adanya pemeratan pelayanan kesehatan.
3. Menciptakan Lingkungan yang Mendukung Kesehatan (Create Supportive
Environment)
Konferensi ketiga diarahkan untuk lebih mengelaborasi atau penjabaran
strategi kedua, yaitu terciptanya lingkungan yang mendukung kesehatan.
4. Pemeran Baru pada Era Baru (New Player for The New Era)
Pada konferensi yang ketiga di Jakarta dibahas tentang bagaimana
melibatkan pihak lain khususnya dunia usaha atau para pemegang otoritas untuk
mengeluarkan kebijakan berwawasan kesehatan dan menciptakan lingkungan
yang mendukung kesehatan (strategi 2).
5. Menjembatani Kesenjangan Pemerataan (Bridging the Equity Gap)
Keadilan, atau pemerataan dalam konteks kesehatan adalah terjaminnya
semua orang untuk memperoleh kesempatan untuk hidup sehat. Namun pada
kenyataannya dalam masyarakat, terutama di negara-negara berkembang terjadi
kesenjangan (gap) untuk memperoleh kesempatan tersebut.
Untuk itu diperlukan terobosan-terobosan baru guna menutup kesenjangan
tersebut, paling tidak mengurangi atau memperpendek kesenjangan tersebut.
6. Promosi Kesehatan di Dunia yang Mengglobal (Health Promotion in
Globalized World)
Dalam rangka globalisasi promosi kesehatan untuk mewujudkan salah satu
hak asasi manusia, Konferensi Bangkok berhasil mengidentifikasi faktor-faktor
yang kritis dan penting yang mempengaruhi, bahkan sebagai ancaman kesehatan
masyarakat global, yakni :
a. Meningkatnya ketidakadilan di dalam dan antarnegara
b. Pola baru konsumsi dan komunikasi
c. Komersialisasi
d. Perubahan lingkungan global
e. Urbanisasi
7. Meningkatkan Kesehatan dan Pembangunan, Menutup Kesenjangan
Untuk menutup kesenjangan pembangunan, termasuk pembangunan
kesehatan tersebut, konferensi Promosi Kesehatan di Nairobi telah berhasil
membahas rencana aksi di berbagai perspektif, yang dikelompokkan menjadi :
a. Penguatan lembaga (institusi) promosi kesehatan (capacity building for
health promotion), melalui upaya-upaya antara lain :
1) Memperkuat kepemimpinan Promosi Kesehatan
2) Memperkuat manajemen kerja
3) Meningkatkan pembiayaan atau anggaran promosi kesehatan, dan
sebagainya.
b. Memperkuat sistem kesehatan (strengthening health system), antara
lain melalui :
1) Menyempurnakan kebijakan –kebijakan publik yang terkait dengan
isu-isu kesehatan yang strategis yang menjadi ancaman kesehatan
penduduk, seperti meluasnya penyebaran HIV/AIDS, menurunnya
kesehatan perempuan yang dapat berakibat terhadap kualitas hidup
bagi generasi selanjutnya, meningkatkan populasi lansia, dsb.
2) Meningkatkan akses pelayanan kesehatan bagi kelompok
masyarakat dimanapun, tidak hanya karena jarak yang dekat antara
masyarakat dengan fasilitas pelayanan kesehatan, tetapi juga
dengan menurunkan biaya pelayanan kesehatan.
c. Kemitraan dan kerja sama lintas sektor (partnership and inter sector
action)
d. Pemberdayaan masyarakt (community empowerment)
e. Melek/sadar kesehatan dan perilaku sehat (health literacy and health
behavior)

2. Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Adelaide, Australia


tahun 1988
Konferensi Internasional Promosi Kesehatan ke dua dilaksanakan di
Adelaide, Australia pada tanggal 5-9 April 1988. Tema dari konferensi ke dua
adalah membangun kebijakan publik yang berwawasan kesehatan, merupakan
strategi promosi kesehatan yang pertama dari Ottawa Charter. Hasil kesepakatan
konferensi promosi kesehatan di Adelaide ini dituangkan dalam rekomendasi
Adelaide (Adelaide Recommendation).

A. Isi Rekomendasi Adelaide dan Penjelasannya


1. Lingkungan dan Perilaku Kondusif bagi Kesehatan
Konferensi kedua promosi kesehatan ini menghasilkan seperangkat
strategi guna mendukung terciptanya masyarakat yang hidup dalam lingkungan
yang sehat dan berperilaku sehat. Strategi tersebut meliputi :
a. Kebijakan public berwawasan kesehatan.
b. Mendorong terwujudnya revitalisasi nilai-nilai asasi kesehatan.
c. Pemerataan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.
d. Akuntabilitas dalam program kesehatan.
e. Meningkatkan program melampaui “pelayanan”.
f. Kemitraan.
2. Mengembangkan Kebijakan Publik Berwawasan Kesehatan
Kebijakan public berwawasan kesehatan adalah seperangkat kebijakan,
peraturan maupun regulasi yang menjamin tercapainya tujuan pembangunan
kesehatan. Adanya kebijakan publik ini akan mendorong segera terwujudnya
lingkungan fisik, maupun lingkungan sosial budaya yang mendukung, yang
memungkinkan setiap insan hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat.
Kebijakan publik yang berwawasan kesehatan diharapkan mampu mendorong
setiap sector utamanya sector pemerintah untuk senantiasa mengedepankan
petingnya kesehatan dalam setiap formulasi kebijakannya.
Kebijakan public berwawasan kesehatan adalah suatu konsep yang dapat
diinterpresentasikan memiliki dua pengertian, yang pertama sebagai sesuatu yang
sangat menarik untuk dikonsumsi, namun di sisi lain dapat diartiakan sebagai
sesuatu yang mengancam, terutama bagi yang tidak memperoleh manfaat
langsung dari kebijakan tersebut.
Kebijakan dapat dianalisis menggunakan 3 domain :
1. Proses terbentuknya kebijakan.
2. Isi kebijakan yang dihasilkan.
3. Dampak kebijakan yang diambil.

3. Revitalisasi Nilai Azasi Kesehatan


Pada tahun 1991, Dahlgren dan Whitehead menjelaskan bahwa determinan
kesehatan terdiri dari :
a. Aspek sosial budaya dan lingkungan.
b. Kondisi kehidupan dan pekerjaan.
c. Jejaring sosial dan komunitas.
d. Gaya hidup perorangan.
e. Umur, jenis kelamin dan factor keturunan.
Berkembangnya ilmu kesehatan sekaligus antisipasi dari semakin
kompleknya problematika kesehatan.
Menurut WHO, Problematika kesehatan dapat diatasi melalui :
a. Penguatan kapasitas masyarakat.
b. Penguatan keterampilan individu.
c. Perluasan akses (masyarakat) terhadap fasilitas dan pelayanan.
d. Mendorong tumbuhnya kebijakan berwawasan kesehatan.

B. Pemerataan, Uses dan Pengembangan


Herdeman dkk. Mengidentifikasi, setidaknya ada 4 faktor yang menjadi
kendala utama untuk menjangkau pelayanan kesehatan, yaitu :
a. financial
b. geografis
c. keterpaparan informasi
d. persoalan internal rumah tangga
Bridge dan Annear mengidentifikasi ada 5 hal yang menjadi kendala
dalam menjangakau pelayanan, yaitu :
a. hambatan fisik
b. hambatan financial
c. kualitas pelayanan
d. pengetahuan pengguna tentang ketersedian pelayanan, jaminan
kerahasian.
e. Hambatan sosial budaya.
Namun harus diakui bahwa dalam menghadapi peradaban dan tantangan
yang semakin kompleks termasuk problematika kesehatan, sebagian masyarakat
masih berada pada kondisi :
a. kebodohan
b. kekakuan tradisi
c. penduduk yang tidak terampil
d. konsumtif
e. tidak mampu alih teknologi/waralaba
f. salah penempatan/penggunaan.

C. Akuntabilitas untuk Kesehatan


Kebijakan public yang bersifat akuntabel berciri :
a. kebijakan tersebut rasional.
b. menjangkau khalayak yang luas.
c. efektif untuk mengatasi persoalan.
d. Oleh masyarakat dapat diterima.
Sehingga kebijakan public yang akuntabel juga menghasilkan aksi masyarakat
yang kondusif.

1. Bergerak melampaui pelayanan kesehatan.


Kebijakan public berwawasan kesehatan yang dibuat merupakan
respons dari terjadinya dinamika problematika kesehatan dan
perkembangan teknologi yang sangat cepat.
2. Mitra dalam proses kebijakan.
Kemitraan memiliki beberapa cirri :
1. kerjasama pada berbagai jenjang (individu, kelompok, institusi)
2. adanya kesepakatan tentang peran dari tiap pihak.
3. Bersama-sama mencapai tujuan tertentu.
4. Saling menanggung risiko dan manfaat
Persoalan dan kendala dalam kemitraan dilihat dari 3 sisi pelaku
kemitraan :
a. kendala bermitra di pihak pemerintah
1. asimetris, pemerintah merasakan dirinya sebagai patron, sebab
menyandang dana, mengatur, mempunyai SDM yang baik
2. orientasi pemerintah tidak berdasarkan benar-benar suatu
kebutuhan (felt needs), tetapi hanya berdasarkan intusisi saja, dan
seringkali implementasi proyek tidak sesuai dengan kondisi
lapangan. Dengan kapasitas SDM yang kuat, pemerintah
mempunyai kemampuan prediksi.
3. egosentrisme sektoral.
4. Birokratis (menghambat proses sosial exchange).
b. kendala bermitra di pihak swasta
1. asimetris (merasa sebagai klien pemerintah, dipaksa untuk
melayani masyarakat).
2. tidak merasakan need sendiri (tidak merasa bahwa dirinya punya
masalah, belum melihat manfaat langsungnya belum dapat dilihat
segera).
3. motivasi tidak sesuai dengan tujuan program (ikut program untuk
menggalang koneksi dengan pemerintah, takut didemo
masyarakat).
4. Egoism individu, kelompok (merasa lebih hebat, lebih tinggi
dibandingkan masyarakat).

D. Area Utama Kebijakan Publik Berwawasan Kesehatan

1. Dukungan Terhadap (Program) Kesehatan Perempuan

Perempuuan adalah promoter kesehatan utama di dunia, utamanya dalam


mewujudkan derajat kesehatan keluarga yang setinggi-tingginya, namun banyak
diantara mereka mengalami berbagai diskriminasi, termasuk diantaranya upah
yang rendah pada perempuan yang bekerja.
Konferensi juga mengusulkan agar semua Negara mengembangkan
kebijakan dan program yang berwawasan kesehatan dimana perempuan menjadi
focusnya. Untuk itu perlu ada :
a. keadilan memperoleh kesempatan ekonomi, atau mendapatkan pekerjaan.
b. Hak melahirkan kebutuhan dan preferensinya.
c. Kesempatan menjalankan fungsi mengasuh anak-anaknya.
d. Kebebasan menentukan pelayanan kesehatan.

2. Pangan dan Gizi

Pangan dan gizi adalah tujuan fundamental kebijakan public berwawasan


kesehatan. Kebijakan ini harus menjamin bahwa pertanian, ekonomi dan
lingkungan yang mempunyai dampak pada kesehatan harus menjadi prioritas
pemerintah. Kebiajakan pangan dan gizi yang diperlukan adalah yang menjamin
terintegrasinya factor produksi dan distribusi makanan oleh swasta dan public,
sehingga dicapai harga yang adil dan terjangkau.

3.Tembakau dan Alkohol

Penggunaan tembakau (rokok) dan penyalahgunaan alcohol adalah dua


bahaya kesehatan yang patut mendapat tindakan segera melalui pengembangan
kebijakan public yang sehat. Konsumsi tembakau tidak hanya merugikan si
perokok, namun juga merugikan lingkungan di sekitarnya (perokok pasif).
Alcohol berkontribusi sangat besar pada kriminalitas, trauma fisik dan mental,
termasuk juga memberikan sumbangan terhadap terjadinya perselisihan sosial. Di
sisi lain, penggunaan tembakau sebagai komoditas ekonomi kelompok miskin
berimplikasi pada krisis dunia dalam produksi dan distribusi pangan.

4. Menciptakan Lingkungan yang Mendukung


Lingkungan adala determinan utama status kesehatan. Dalam
melaksanakan pengelolaan lingkungan hidup terdapat setidaknya terdapat dua
prinsip dasar, yaitu harus dapat melindungi kesehatan manusia dari langsung dan
tidak langsung efek samping dari factor-faktor biologi, kimia dan fisik, serta harus
mengakui bahwa perempuan dan laki-laki adalah bagian dari ekosistem yang
kompleks. Dalam mengelola lingkungan, komitmen semua tingkat dan lini
pemerintahan diperlukan.
a. Aliansi baru untuk kesehatan.
Konferensi yang diselerenggarakan di bagian selatan Benua Australia juga
menyarankan tentang perlunya lembaga-lembaga pemerintah, swasta maupun
lembaga swadaya masyarakat local, nasional maupun internasional
menyelerenggarakan :
1. Upaya-upaya meyebarluaskan pengalaman dalam melaksanakan
praktik-praktik promosi kesehatan sebagai upaya meningkatkan
kemampuan semua pihak dalam melaksanakan program, melalui
pendirian clearing house.
2. Jejaring sumber daya promosi kesehatan dalam riset, pelatihan, dan
program yang menjadi implementasi kebijakan berwawasan kesehatan.
b. Komitmen untuk kesehatan masyarakat global.
Agar kesehatan dan kesejahteraan tercapai diperlukan beberapa syarat, yaitu
perdamaian, makanan bergizi, air bersih, pendidikan, perumahan, peran sosial
yang jelas, pendapatan, serta dukungan ekosistem.
E. Tantangan Masa Depan

a. Keadilan dan pemerataan dalam penguasaan dan kepemilikan sumber


daya ekonomi.
b. Terjaminnya Keselamatan, kesejahteraan dan kesehatan masyarakat
dalam melaksanakan aktivitas pekerjaannya.
c. Pengembangan jejaring internasional dalam mewujudkan perdamaian,
keadilan sosial, hak asasi manusia, konservasi lingkungan serta
pembangunan berkelanjutan.
d. Terwujudnya komitmen semua pihak dari beragam latar belakang
aspirasi sosial politiknya dalam menumbuhkan kebijakan berwawasan
kesehatan.
e. Memastikan bahwa memajuan teknologi dalam kesehatan harus
membantu meningkatkan tercapainya masyarakat yang sehat, bukan
menghambatnya.

3. Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Sundsvall, Swedia


tahun 1991
A. Menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan
Konferensi internasional promosi kesehatan yang ketiga, dilaksanakan di
Sundsvall, Swedia, tanggal 9-15 Juni 1991. Tema konferensi yang ketiga ini
adalah Menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan atau “Supportive
Environment for Health”. Tema ini merupakan strategi yang kedua promosi
kesehatan dan telah dirumuskan dalam piagam ottawa (ottawa charter).
Konferensi di Sundsvall merupakan penjabaran yang lebih rinci tentang
pengembangan lingkungan yang mendukung kesehatan. Konferensi dihadiri oleh
318 orang peserta atau perwakilan dari 81 negara, baik dari negara maju maupun
negaran berkembang. Hasil konferensi promosi kesehatan yang ketiga ini
dirumuskan dalam pernyataan sundsvall (sundsvall statement).
Konferensi diselenggarakan berjarak tiga tahun setelah konferensi di
adelaide, Australia, dan 5 tahun setelah konferensi pertama di ottawa. Sesuai
dengan tujuan yang disusun sejak awal perencanaan konferensi, konferensi
memang dimaksudkan untuk memfokuskan diri pada hal yang bersifat kegiatan
“action”. Untuk itu, peserta yang datang ke konferensi ini membawa dan
menyajikan pengalaman mereka tentang upaya-upaya yang sudah berhasil
dijalankan berkenaan dengan “lingkungan yang mendukung kesehatan”. Ada
tujuh isu pokok tentang lingkungan yang mendukung ini, dan didiskusikan
melalui lokakarya yaitu pendidikan, makanan dan gizi, rumah dan lingkungan
rumah tangga, pekerjaan dan tempat kerja, transportasi, dan dukungan sosial.
1. Model praktik promosi kesehatan
a. Health promotion strategy analysis model (HELPSAME)
Model ini berguna untuk manganalisis pengalaman dalam menciptakan
lingkungan yang mendukung. Dengan menyediakan struktur analisis,
HELPSAME dapat dipakai sebagai alat analisis dalam menciptakan
lingkungan yang mendukung dan mengklarifikasi strategi dan unsur-
unsur yang penting untuk dipakai dalam menjalankan promosi
kesehatan.
b. Sundsvall pyramid of supportive environment
Yang didasarkan pad 6 topik yang didiskusikan yaitu makanan, rumah
dan lingkungan tetangga, makanan dan transportasi sebagai alas
piramid, dan pendidikan dan dukungan sosial sebagai dinding piramid.
c. Supportive environment action model (SESAME)
Model ini berperan dalam memfasilitasi kegiatan, dan dapat dilihat
sebagai sebuah spiral. HELPSAME dan SESAME bersifat saling
melengkapi, tidak masing-masing eksklusif dan tidak pula dapat saling
mengganti.
2. Lingkungan yang mendukung kesehatan
Konferensi sundsvall yakin bahwa proposal untuk penerapan strategi
kesehatan untuk semua harus mencerminkan dua prinsip dasar:
a. Pemerataan harus menjadi prioritas dasar dalam percepatan lingkungan
yang mendukung bagi kesehatan, dengan mengeluarkan energi dan
kekuatan kreatif dan mengajak semua orang dalam upaya yang unik
ini.
b. Kegiatan publik untuk lingkungan yang mendukung bagi kesehatan
harus mengakui saling ketergantungan diantara semua makhluk hidup
dan harus menatalaksana semua sumber daya alam, dengan
memperhatikan kebutuhan generasi masa depan

B. Dimensi-dimensi Aksi untuk Menciptakan Lingkungan yang


Mendukung
Dalam konteks kesehatan, lingkungan yang mendukung aspek fisik, sosial,
dan budaya di mana masyarakat tinggal, beraktivitas, serta dengan siapa saja
mereka berinteraksi. Oleh karena itu konsep lingkungan tidak dapat dipisahkan
dari besarnya akses terhadap sumber data dan daya dukung yang memadai untuk
kehidupannya, dan seberapa besar peluang bagi masyarakat untuk diberdayakan.
Dengan demikian, dalam menciptakan lingkungan yang mendukung, setidaknya
terrdapat beberapa dimensi, yaitu melakukan perubahan fisik, perubahan sosial,
meningkatkan aspek spiritual, serta mendorong peningkatan kualitas ekonomi dan
politik. Semua dimensi saling terkait membentuk interaksi yang dinamis.
Oleh sebab itu, pemerintah dan masyarakat di berbagai negara perlu
mencermati terjadinya perubahan, sekaligus melakukan berbagai tindakan proaktif
dan antisipatif yang cerdas, serta empatik. Berbagai aksi perlu dirancang dengan
cermat, dan koordinasi pada tingkat lokal, regional, nasional, dan tingkat global
harus dilakukan agar solusi yang diperoleh tepat dan sejalan dengan prinsip-
prinsip pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development).
Konferensi ini mengupas empat dimensi dalam lingkungan yang mendukung
kesehatan, yaitu:
1. Dimensi sosial budaya
Dimensi sosial meliputi nilai dan norma, adat kebiasaan serat proses-
proses sosial di masyarakat yang mempengaruhi kesehatan. Dalam
masyarakat tradisional berbagai praktik sosial budaya dapat mengancam
kesehatan. Di sisi lain, terdapat juga budaya masyarakat yang berdampak
positif terhadap kesehatan, mislanya kebiasaan bergotong-royong
masyarakat.
2. Dimensi politik
Sejalan dengan tumbuh kembangnya demokrasi, terjadi pergeseran
perspektif hubungan antara pemerintah dan rakyatnya, dari suatu keadaan
kewenangan mutlak pemerintah atas rakyatnya (the state society) menjadi
partisipasi rakyat dalam mengelola negara (civil society). Untuk itu
pemerintah harus menjamin peran serta masyarakat dalam mengambil
keputusan, menumbuhkan tanggung jawabnya sekaligus
mendesentralisasikan sumber daya yang diperlukan dalam pembangunan.
3. Dimensi ekonomi
Ekonomi adalah determinan utama kesehatan, untuk menjamin
tercapainya kesehatan untuk semua dan pembangunan berkelanjutan
diperlukan peningkatan dan redistribusi ekonomi, termasuk di dalamnya
penggunaan teknologi yang aman dan terpercaya.
4. Dimensi gender
Sejalan dengan terjadinya perkembangan peradaban, berbagai pihak perlu
melihat secara lebih berimbang tentang persoalan gender. Berbagai peran
dalam pembangunan seharusnya terbebaskan dari diskriminasi gender.
Perempuan mempunyai kemampuan yang tidak kalah dari laki-laki.
Untuk mewujudkan lingkungan yang mendukung kesehatan,
konferensi sundsvall merumuskan pelaksanaan promosi kesehatan yang
berdasarkan dua prinsip utama, yakni ekuitas (pemerataan) dan
keseimbangan ekologis dan sustainabilitas.

C. Mempromosikan lingkungan yang mendukung


Konferensi sundsvall mengidentifikasi empat strategi utama ditingkat
masyarakat dalam mempromosikan terciptanya lingkungan yang mendukung
kesehatan, yaitu:
1. Advokasi
Advokasi adalah upaya yang dilakukan untuk memperoleh dukungan
politis dalam kebijakan dan implementasi program. Nerdasarkan
kepentingannya, sasaran advokasi dapat dikelompokkan menjadi:
1) Pengambil kebijakan utama
2) Legislatif
3) Stakeholder
4) Public figur
5) Asosiasi/organisasi profesi

Tujuan dari advokasi adalah:

a) Meningkatkan jumlah kebijakan publik yang selaras dengan yang


diharapkan
b) Meningkatkan opini masyarakat dalam mendukung program
c) Teratasinya masalah yang menimpa banyak orang

Untuk dalam rangka memenuhi syarat dasar melakukan advokasi, pada


waktu memilih sasaran advokasi hal-hal berikut perlu diperhatikan:
1) Bentuk instrumen kebijakan publik yang diinginkan (apakah
berbentuk peraturan, anggaran, atau hal lain)
2) Kompetensi dan jangkauan kewenangan unsur atau istansi yang
hendak diadvokasi
3) Ciri dan kondisi spesifiknya sebagai sasaran komunikasi
a. Substansi advoaksi
Beberapa syarat tertentu agar suatu substansi/program tertentu dapat
diadvokasikan:
1. Credible, Program yang diajukan dapat dipercaya
2. Feasible, secara teknis program layak untuk dilaksanakan
3. Relevant, program memenuhi kebutuhan masyarakat dan benar-
benar memecahkan masalah
4. Urgent, program harus segera dilaksanakn
5. High priority, program mempunyai prioritas tinggi
b. Kompone advokasi
1. Analisis terhadap para pemangku kepentingan (stakholders).
2. Analisis terhadap jejaring (network) dalam pengambilan
keputusan/ pemberian dukungan.
3. Merumuskan strategi advokasi.
4. Pendekatan kunci dalam advokasi.
2. Pendidikan dan pemberdayaan masyarakat
Sebagai suatu proses, jackson (1989) dan rissel (1994) mengatakan
pemberdayaan masyarakat melibatkan beberapa komponen berikut, yaitu
pemberdayaan personal, pengembangan kelompok kecil,
pengorganisasian masyarakat, kemitraan dan aksi sosial dan politik.
Pemberdayaan masyarakat dapat dilaksanakan dengan mengikuti langkah-
langkah:
a. Menetapkan tujuan
b. Merancang program
c. Memilih strategi pemberdayaan
d. Implementasi strategi dan manajemen
3. Kemitraan
Kemitraan adalah tema yang mulai sering dibicarakan sejalan dengan
adanya kesadaran tentang dunia yang mengglobal, serta diperlukannya
kerja sama di berbagai jenjang dari lokal hingga internasional dalam
mengatasi berbagai persoalan, kemiskinan, hak asasi manusia, hingga
kesehatan. Kesehatan adalah masalah yang cukup kompleks. Dalam
kesehatan, tema kemitraan semakin menguat setelah dilaksanakannya
konferensi internasional promosi kesehatan ke 4 di jakarta, idonesia,
dengan tema The new players for the new era (pemeran-pemeran baru
untuk era baru)
4. Mediasi
Promosi kesehatan adalah kegiatan yang besar, luas, sekaligus berat.
Promosi kesehatan dilaksanakan dengan berpedoman pada 6 faktor:
a) Masalah
b) Nilai-nilai
c) Teori
d) Fakta
e) Strategi
f) Aksi

D. Perspektif global
Perspektif global adalah cara pandang yang melihat semua makhluk dari
berbagai belahan dunia adalah bagian yang integral dari ekosistem bumi.
Demikian pula halnya dengan kesehatan, adalah bagian yang tak terpisahkan dari
lingkungan hidupnya. Pengaruh lingkungan terhadap kehidupan mahkluk hidup
sangat besar. Oleh karena itu untuk mempertahankan kualitas hidupnya, manusia
harus berprilaku yang selaras dengan upaya melestarikan dan mengelola
lingkungan yang sejalan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan.
Hal tersebut merupakan tantangan besar bagi umat manusia, di tengah
berbagai ketidakadilan. Ketidakadilan yang dipicu oleh ketimpangan yang besar
dalam pendapatan masyarakat antarbangsa telah menyebabkan terjadinya
ketidaksetaraan dalam akses masyarakat dalam kesehatan, lingkungan hidup,
pemukiman, air bersih dan sanitasi. Pengambilan keputusan politik dan
pengembangan industri lebih sering didasarkan pada perencanaan jangka pendek
dan keuntungan ekonomi yang tidak memperhitungkan risiko kesehatan dan
kerusakan lingkungan. Berbagai penyelesaian hutang telah menguras sumber daya
negara-negara miskin. Belanja militer meningkat dan peperangan telah
menyebabkan kematian, kecacatan, dan kini menyebabkan terjadinya vandalisme
ekologis.
Eksploitasi tenaga kerja, eksportasi dan dumping bahan-bahan berbahaya,
khususnya pada bangsa-bangsa yang lemah dan miskin dan konsumsi sumber
daya dunia secara mubazir, mendemonstrasikan bahwa pendekatan pembangunan
yang ada merupakan sebuah krisis. Diperlukan pengembangan etika baru dan
perjanjian global yang didasarkan pada hidup bersama secara damai guna
memungkinkan distribusu dan penggunaan yang merata dari sumber daya bumi
yang terbatas ini.

E. Mencapai akuntabilitas global


Konferensi sundsvall menyerukan kepada masyarakat internasional agar
memantapkan mekanisme baru dalam program kesehatan dan akuntabilitas
ekologi yang dibangun di atas prinsip-prinsip pembangunan kesehatan yang
berkelanjutan. Untuk itu, diperlukan berbagai inisiatif, etika dan kebijakan peda
tingkat global dalam rangka pembangunan yang berkelanjutan. Salah satu
diantaranya adalah dalam mengendalikan perdagangan dan pemasaran produk zat
berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Berbagai lembaga donor internasional
dan multilateral, misalnya bank dunia dan dan moneter internasional didesak
untuk menggunakan panduan tentang pembangunan berkelanjutan dalam
menyusun perencanaan , pelaksanaan dan menilai proyek-proyek pembangunan.
Negara-negara miskin dan berkembang perlu dibantu sehingga lebih mandiri
dalam mengambil keputusan yang mereka perlukan.
Konferensi sundsvall telah menunjukkan kembali bahwa isu-isu kesehatan,
lingkungan dan pembangunan manusia tidak dapat dipisah-pisahkan.
Pembangunan harus dimaknai sebagai upaya meningkatkan kualitas hidup dan
kesehatan, sambil menjaga kelestarian lingkungan. Kemitraan global diperlukan
untuk menjamin masa depan kehidupan umat manusia dimuka bumi ini.

4. Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Jakarta, Indonesia


tahun 1997
A. Pemeran Baru di Era Baru
Jakarta adalah merupakan tempat penyelenggaraan Konferensi
Innternasional Promosi Kesehatan yang ke empat, dan merupakan pertama kali
konferensi ini diselenggarakan di negara berkembang. Konferensi ini
diselenggarakan pada tanggal 21 – 25 Juli 1997, dengan mengambil tema :
Pemeran Baru pada Era Baru atau ”New Player for a New Era”. Konferensi
sebelumnya diselenggarakan di negara maju, yakni Kanada, Australia, dan
Swedia. Konferensi ini dihadiri oleh 250 orang peserta yang berasal dari negara –
negara berkembang maupun negara – negara maju. Hasil konferensi dituangkan
dalam Deklarasi Jakarta (Jakarta Declaration).

B. Sejarah Baru
Penyelenggaraan Konferensi Internasional Promosi Kesehatan ini
merupakan bagian sejarah tersendiri, karena Konferensi ini dilaksanakan hampir
20 tahun setelah negara – negara angggota WHO mendeklarasikan “Kesehatan
untuk Semua tahun 2000” atau “Health for All by the year 2000” di Alma Ata.
Konferensi Internasional Promosi Kesehtana di Jakarta diselenggaraka 10 tahun
setelah Konferensi Internasional Promosi Kesehatan yang pertama menghasilkan
Piagam Ottawa atau “Ottawaa Charter”
Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Jakarata, mempunyai
keunikan yakni dengan melibatkan pihak swasta (non government organization).
Pada konferensi sebelumnya hanya melibatkan pihak – pihak praktisi kesehatan
pemerintah dan swasta dann pihak – pihak akademisi dari perguruan tinggi, tetapi
konferensi internasional Promosi Kesehatan di Jakarta ini , disamping keterlibatan
unsur – unsur diatas tersebut, juga melibatkan pihak swasta. Pentingnya
melibatkan pihak swasta dalam program – program kesehatan adalah dalam
rangka perwujudan dari “corporate sosial responsbility” bagi pihak sswasta,
khususnya dalam membantu program – program kesehatan. Oleh sebab itu dalam
rangka menangani masalah – masalah kesehatan, termasuk Promosi Kesehatan,
pihak swasta harus dilibatkan. Itulah sebabnya maka pada Konferensi
Internasioanal Promosi Kesehatan di Jakarta ini melibatkan sektor swasta bukan
hanya sebagai peserta konferensi, tetapi juga dalam perencanaan dan pembiayaan
konferensi. Dari Konferensi Internasional Promosi Kesehatan yang keempat di
Jakarta ini, disepakatinya “Deklarasi Jakarta tentang Promosi Kesehatan Abad 21”
atau “The Declaration on Heaklth Promotion into the 21 Century”.

1. Promosi Kesehatan : Investasi Swasta yang Berharga


Memasuki abad ke – 21 ini kesehatan menghadapi tantangan luar biasa
besarnya. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, memang manusia
memperoleh kemudahan – kemudahan yang luar biasa dalam hidupnya, mulai
dari makanan, tempat tinggal, hiburan, komunikasi, transportasi, dan sebagainya.
Namun disisi lain dampak dari kemudahan itu juga mengancam kesehatan
manusia itu sendiri.
Kemudahan – kemudahan yang dicapai oleh manusia juga berakibat
terhadap gaya hidup yang berisiko kesehatan. Dampak yang diakibatkan oleh
perkembangan ilmu dan teknologi ke depan, khusunya abad ke – 21 ini juga
berkembangnya perilaku – perilaku yang berisiko tinggi terhadap kesehatan.
Dipihak lain, masyarakat tidak atau kurang siap mengantisipasi dampak dari
perkembangan tersebut, maka orang menjadi rentan terhadap faktor risiko
kesehatan.
Cara untuk mengeliminir faktor perilaku yang berisiko terhadap kesehatan
ini yang paling utam adalah dengan promosi kesehatan. Karena dengan promosi
kesehatan, bukan hanya perilaku masyarakat yang dipersiapkan untuk menghadapi
risiko kesehatan, tetapi juga pihak – pihak yang menimbulkan terjadinya faktor
risiko kesehatan.
Promosi kesehatan, dengan berbagi kegiatan dan strategi, dengan berbagai
metode dan teknik berupaya untuk memerangi perilaku – perilaku masyarakat
yang berisiko dan mengembangkan perilaku hidup sehat. Hal ini berarti bukan
hanya meningkatnya perilaku sebagai salah satu determinan kesehatan yang lain
sehingga berpengaruh positif terhadap kesehatan, teapi juga meningkatnya
determinan kesehatan yang lain sehingga berpengaruh positif terhadap kesehatan.
Dengan kata lain promosi kesehatan merupakan investasi yang sangat berharga
dalam rangka meningkatnya derajat kesehatan dimana pun juga.
Menyadari akan pentingnya Promosi Kesehatan ini, maka para peserta
Konferensi Internasional Promosi Kesehatan yang keempat di Jakarta ini berupaya
melibatkan semua pihak yang berkepentingan terhadap kesehatan.
2. Determinan Kesehatan : Tantangan Baru
Dalam Deklarasi Jakarta tentang promosi kesehatan, masalah – masalah
kesehatan dan determinan – determinan kesehatan telah diidentifikasikan, dan bila
disederhanakan dapat dikelompokkan menjadi :
a. Prasyarat untuk kesehatan
Prasyarat untuk terwujudnya derajat kesehatan yang juga merupakan
determinan secara akumulatif terhadap kesehatan masyarakat ini
mencakup :
1. Perdamaian.
2. Perumahan.
3. Pendidikan.
4. Perlindungan sosial.
5. Hubungan kemasyarakatan.
6. Pangan.
7. Pendapatan.
8. Pemerdatyaan perempuan.
9. Ekosisitem yang mantap.
10. Pemanfaatan sumber daya yang berkelanjutan, keadilan sosial,
penghormatan terhadap hak – hak asasi manusia.
11. Persamaan.
b. Kecenderungan demografi
Struktur atau pola demograsi pada abad 21 sudah barang tentu akan
mengalami perubahan disebabkan antara lain karena :
1. Kenaikan jumlah penduduk usia lanjut sebagai kelompok yang rentan
terhadap masalah kesehatan, akibat meningkatnya harapan hidup.
2. Urbanisasi yang tinggi akibat ketimpangan pembangunan antar desa
dan kota akan memperberat masalah kesehatan perkotaan (urban
health).
3. Perbandingan antara jumlah penduduk wanita dan laki – laki yang
tidak seimbang, jumlah penduduk wanita cenderung lebih tinggi
dibandingkan jumlah penduduk laki – laki.
4. Sementara itu juga terjadi perubahan perilaku, sosial, dan biologis
seperti : kebiasaan kurang gerak (sedentary), kebal antibiotik dan obat
– obatan, penyalahgunaan obta, kekerasan baik di dalam keluarga
maupun di masyarakat, dan sebagainya merupakan ancaman
kesehatan dan kesejahteraan manusia.
c. Faktor antarbangsa
Dampaknya terhadap kesehatan, antara lain : ekonomi global, pasar
uang dan perdagangan, akss ke media teknologi komunikasi dan juga
degradasi lingkungan akibat penggunaan sumber daya secara tidak
bertanggung jawab.
d. Masalah kesehatan utama : Penyakit
Penyakit infeksi (menular) :
Penyakit – penyakit baru yang dulu tidak ada, tetapi belakangan ini
muncul (new emerging disease), seperti HIV/AIDS, Flu Burung, dan Flu
Babi. Sementara itu penyakit – penyakit lama yang sudah menurun bahkan
sudah tidak ada, tetapi meningkat atau muncul lagi (emerging diseases),
seperti TB Paru dan Cacar.

Penyakit Tidak Menular :


Di negara – negara berkembang menghadapi beban ganda masalah
kesehatan. Di satu sisi masih tingginya penyakit – penyakit infeksi
(menular), tetapi dipihak lain penyakit – penyakit tidak menular seperti
hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung dan pembuluh darah
cenderung meningkat. Perubahan –perubahan dan masalah – masalah
tersebut membawa perubahan terhadap norma, gaya hidup dan lingkungan
tempat tinggal bagi semua orang diseluruh dunia.

3. Pendekatan Baru Promosi Kesehatan


Selama konferensi dirumuskan dalam Deklarasi Jaklarta, antara lain
menyebutkan bahwa :
a. Dari penelitian – penelitian yang dihasilkan oleh peneliti – peneliti
dari berbagai negara memberikan bukti bahwa Promosi kesehatan
mempunyai pengaruh daklam menunjang keberhasilan program
kesehatan yang lain, antara lain meningkatkan cakupan imunisasi,
meningkatkan cakupan ibu hamil yang melakukan “ante natal
care”, meningkatkan masyarakat dalam penggunaan jamban dan air
bersih, dan sebagainya.
b. Strategi promosi kesehatan yang telah dirumuskan dalam Ottawa
Charter, yakni :
1. Mengembangkan kebijakan yang berwawasan kesehatan,
2. Menciptakan lingkungan yang mendukung,
3. Memeperkuat kegiatan masyarakat dalam kesehatan,
4. Meningkatkan keterampilan perorangan dan memelihara
kesehatan,
5. Reorientasi pelayaan kesehatan.

Pendekatan baru promosi kesehatan yang dimaksud dalam Deklarasi


Jakarta ini adalah sebagai berikut :

a. Pendekatan komprehensif
Pendekatan komprehensif yang dimaksud disini adalah
melaksanakan kelima strategi “Ottawa Charter” secara bersamaan
dalam Promosi Kesehatan untuk strategi mengembangkan
kebijakan yang berwawasan kesehatan, menciptakan lingkungan
yang mendukung, reorientasi pelayanan kesehatan ditujukan
kepada para pembuat keputusan (sasaran tertier) dan tokoh
masyaraakt (sekunder). Sedangkan untuk strategi memperkuat
kegiatan masyarakat, meningkatkan keterampilan perorangan
sasaran utamanya adalah masyarakat dalam berbagai jenis
kelompok dan tatanan (sasaran primer), dan juga tokoh
masyarakat (sasaran sekunder).
b. Pendekatan melalui tatanan
Tatanan implementasi Promosi Kesehatn dapat dibedakan
menjadi berbagai jenis, antara lain :
1. Tatanan administrasi pemerintahan, misalnya :
Kabupaten/kota, Kecamatan, Desa atau Kelurahan, Pulau,
dan sebagainya.
2. Institusi pendidikan : Sekolah, Madrasah, Perguruan Ringgi.
3. Institusi pelayaan kesehatan : Rumah Sakit, Poliklinik, dan
sebagainya.
4. Tempat – tempat kerja : pabrik, perusahaan, kantor, dan
sebagainya.
5. Tempat – tempat umum : Pasar, terminal, mall, stasiun kereta
api, dan sebagainya.
6. Keluarga, sebagai unit masyarakat terkecil : Keluarga atau
rumah tangga adalah merupakan tempat promosi kesehatan
yang pertama dan utama.
c. Peran serta masyarakat
Dengan peran serta masyarakat dalam program kesehatan,
mereka akan menyadari bahwa kesehatan atau pelayan kesehatan
sebenarnya adalah berasal dari dan oleh mereka sendiri.
d. Pembelajaran kesehatan
Promosi Kesehatan adalah merupakan pembelajaran
kesehatan oleh masyarakat. Pembelajaran harus datang dalam diri
yang belajar atau masyarakat. Haisl dari pembelajaran kesehatan
bagi masyarakat, adalah bahwa kesehatan adalah sumber
kehidupan mereka, yang perlu disambung dan ditingkatkan.
Guna menghadapi tatangan – tanntangan pada tahun
mendatang, memerlukan pendobrakan terhadap sekat – sekat atau
dinding – dinding yang selama ini menghambat terwujudnya kerja
sama tersebut.
C. Prioritas Promosi Kesehatan Abad 21
Adapun dalam konferensi Internasional Promosi Kesehatan yang ke
empat di Jakarta ini menetapkan prioritas sebagi berikut :

1. Meningkatkan Tanggung Jawab Sosial dalam Kesehatan


Secara spesifik tanggung jawab sosial dalam kesehatan yang
perlu direalisasikan oleh setiap pemangku kepentingan atau
“stakeholder” kesehatan, termasuk sektor industri dan perdagangan
adalah sebagai berikut :
a. Menghindari hal – hal yang dapat merugikan kesehatan orang
lain (masyarakat).
b. Melindungi lingkungan dan menjamin terus dimanfaatkannya
sumber daya.
c. Membatasi produksi dan perdagangan barang – barang yang
berbahaya seperti tembakau dan senjata, termasuk juga
membatasi praktik pemasarannya yang tidak sehat.
d. Menjaga keselamatan masyarakat, baik ditempat umum
maupun ditempat kerja.
e. Memasukkan dampak kesehatan sebagai bagian integral dari
kebijakan pembangunan.

2. Meningkatkan Investasi untuk Pembangunan Kesehatan


Program kesehatan adalah merupakan investasi untuk
pengembangan sumber daya manusia. Oleh sebab itu kualitas
sumber daya manusia sangat ditentukan oleh kesehatan, di samping
pendidikan dan ekonomi. Selama ini investasi pemerintah untuk
pembangunan kesehatan yang “nota bene’ invesatasi untuk
pembangunan sumber daya ini sangat rendah. Dari tahun ke tahun
semenjak orde breformasi ini, anggaran untuk kesehatan hanya antar
2,5% sampai dengan 4.0% saja dari APBN. Tinggi rendahnya
anggaran untuk kesehatan baik nasional maupun daerah, sangat
tergantung dari kebijakan pemerintah dan parlemen (DPR/DPRD).
Selain dari pada itu investasi pembangunan kesehatan juga
dapat diartikan memprioritaskan program – program kesehatan untuk
kelompok – kelompok strategis. Kelompok – kelompok yang
memperoleh prioritas dan yang sebagai upaya meningkatkan
investasi untuk pembangunan kesehatan adalah wanita dan anak –
anak.

3. Meningkatkan Kemitraan untuk Kesehatan


Penyelenggaraan pelayanan kesehatan, pemberantasan
penyakit ,menular, peningkatan gizi masyarakat, pengadaan air
bersih dan sebagainya memerlukan kemitraan dengan sektor di luar
kesehatan baik pemerintah maupun swasta. Kemitraan dengan
semua sektor perlu dibangun, dikembangakan, dan ditingkatkan
dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

4. Meningkatkan kemampuan perorangan dalam Memberdayakan


Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan, dimaksudkan
agar masyarakat mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan
mereka sendiri. Sedangkan masyarakat unit terkecil adalah keluarga,
dan selajutnya keluarga ini terdiri dari individu - individu atau
perorangan. Dimensi mampu berprilaku atau berupaya tetap sehat,
mencegah dari serangan penyakit, mencari pertolongan atau
pengobatan saran atau fasilitas kesehatan yang tepat, serta berupaya
kesehatannya lebih baik lagi. Untuk itu diperlukan pemberian
informasi tentang kesehatan melalui penyuluhan atau media, tetapi
juga kemampuan berusaha guna memperoleh sarana prasarana untuk
mewujudkan perilaku sehat.
Untuk mewujudkan kemampuan seperti tersebut di atas maka
Promosi Kesehatan harus dilaksanakan oleh dan dengan masyarakat,
bukannya “untuk” dan “kepada” masyarakat. Di samping itu, untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat diperlukan juga pendidikan
praktis, latihan keterampilan, dan akses ke sumber daya. Sedangkan
untuk memberdayakan perorangan memerlukan akses yang lebih
konsisten dan terpercaya dalam proses pembuatan keputusan.

5. Mengembangkan Infrastruktur untuk Promosi Kesehatan


Untuk mengembangkan infrastruktur promosi kesehatan harus
dicari mekanisme pembiayaan baru baik lokal, nasional, regional
maupun internasional. Insentif da rangsangan serta upaya – upaya
advokasi yang lain harus diciptakan untuk memperoleh dukungan
pemerintah, swasta, lembaga swaday masyarakat, institusi
pendidikan dan sektor lain dalam program – program promosi
kesehatan.
Berbagai tatanan kesehatan merupakan dasar kelembagaan
untuk mengembangkan infrastruktur yang diperlukan dalam promosi
kesehatan. Pelatihan dan praktik kepemimpinan lokal pada setiap
tatanan harus didorong untuk menunjang kegiatan promosi
kesehatan. Dalam menjalin kerja sama, khususnya untuk
mengembangkan infrastruktur Promosi Kesehatan ini, semua negara
peserta Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Jakarta ini
kedepan harus menyesuaikan diri dengan lingkungan politik, hukum,
pendidikan, sosial dan ekonomi masing – masing negara yang
bersangkutan.

D. Tindakan yang Perlu Diambil

Untuk mempercepat kemajuan promosi kesehatan seluruh dunia, para


peserta menyetujui pembentukan aliansi promosi kesehatan dunia, yang
bertujuan untuk menindaklanjuti berbagai prioritas kegiatan promosi
kesehatan yang dituangkan dalam deklarasi ini.
Prioritas aliansi ini diarahkan untuk :
1. Membangkitkan kesadaran tentang adanya perubahan determinan
kesehatan.
2. Mendukung pengembangan kerja sama dan jaringan untuk
pembangunan kesehatan.
3. Mobilisasi sumber daya bagi promosi kesehatan.
4. Mengakumulasi pelajaran dari pengalaman.
5. Meningkatkan pertukaran pengalaman.
6. Meningkatkan solidaritas dalam berbagai kegiatan.
7. Mendorong keterbukaan dan tanggung jawab sosial dalam promosi
kesehatan.
5. Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Mexico City, Meksiko,
Tahun 2000

Menjembatani Kesenjangan Pemerataan

Konferensi Internasional Promosi Kesehatan yang ke lima diselenggarakan di


Kota Meksiko (Mexico City), Meksiko, pada tanggal 5-9 Juni 2000. Konferensi ini
mengambik tema: Menjembatani kesenjangan pemerataan atau “Bridging the equity
gap”, dengan dihadiri oleh peserta dari sekitar 100 negara, baik dari negara maju
maupun negara berkembang. Konferensi global ke lima ini agak berbeda dengan ke
empat konferensi sebelumnya, karena konferensi melibatkan program-program
kementerian, yang memungkinkan para menteri dan delegasinya berbagi pengalaman
serta tantangan yang dihadapi dalam mempromosikan kesehatan di negara masing-
masing. Para menteri dan delegasinya diundang untuk mengesahkan Pernyataan
Kementrian Meksiko tentang Promosi kesehatan. Pernyataan tersebut ditandatangani
oleh sekitar 100 negara dengan tingkat komitmen politik yang tinggi. Di bawah ini
adalah butir-butir kesepakatan dan rencana gerakan (aksi) yang dihasilkan oleh
Konferensi Meksiko.

1. Dari Ide ke Aksi (Tindakan)


Kesepakatan tingkat menteri sebagai hasil Konferensi Promosi Kesehatan di
Kota Meksiko, dan merupakan upaya untuk mewujudkan ide-ide menjadi
tindakan-tindakan. Kesepakatan upaya untuk mewujudkan ide-ide tersebut secara
lengkap adalah sebagai berikut:

1) Menghargai bahwa pencapaian standar kesehatan setinggi mungkin


merupakan aset positif bagi kenyamanan hidup dan penting bagi
pertumbuhan pembangunan sosial ekonomi dan pemerataan.
2) Menyadari bahwa promosi kesehatan dan pembangunan sosial
merupakan kewajiban dan tanggung jawab pemerintah dan seluruh sektor
yang ada di dalam masyarakat.
3) Mengakui bahwa beberapa tahun terakhir ini, melalui upaya yang serius
dari pemerintah dan masyarakat telah terjadi perbaikan dan kemajuan di
bidang pelayanan kesehatan.
4) Menyadari bahwa walaupun telah terjadi peningkatan, berbagai masalah
kesehatan belum teratasi sehubungan dengan pembangunan sosial
ekonomi. Oleh karena itu hal ini bersifat “urgent” dan perlu cermati
dalam mencapai kesetaraan di dalam pelayanan kesehatan.
5) Perlu pula disimak bahwa pada saat yang sama, pertumbuhan dan
terjadinya penyakit infeksi baru telah mengurangi keberhasilan yang
dicapai di bidang kesehatan.
6) Menyadari pentingnya determinan sosial ekonomi dan lingkungan bagi
kesehatan dan hal ini membutuhkan mekanisme kolaborasi yang kuat
untuk mempromosikan kesehatan di berbagai sektor dan di setiap tatanan
masyarakat.
7) Sepakat bahwa promosi kesehatan harus menjadi komponen dasar
kebijakan dan kegiatan publik di setiap negara untuk mencapai
kesetaraan dan kesehatan yang lebih baik untuk semua.
8) Menunjukkan ada bukti kuat bahwa strategi promosi kesehatan dalam
mempromosikan kesehatan cukup elektif.
Berdasarkan pernyataan di atas, maka diperlukan aksi atau gerakan sebagai
berikut:

1) Menempatkan promosi kesehatan sebagai prioritas utama baik di tingkat


lokal, regional, nasional maupun di tingkat internasional.
2) Mengambil peran utama dalam pengembangan partisipasi aktif di setiap
sektor terkait dan di kalangan masyarakat madani, di dalam implementasi
gerakan-gerakan promosi kesehatan dengan memperkuat dan
memperluas kemitraan di bidang kesehatan.
3) Memperkuat persiapan rencana kegiatan di kabupaten/kota di seluruh
dunia, bila dibutuhkan. Rencana ini akan berbeda sesuai dengan konteks
negara yang bersangkutan, namun akan mengikuti pedoman yang
disepakati, yakni:
a. Identifikasi skala prioritas untuk memperkuat kebijakan publik
yang berwawasan kesehatan dan program-program lain yang
dibutuhkan.
b. Dukungan riset dengan teknologi terbaru terhadap prioritas
pilihan.
c. Mobilisasi finansial dan sumber daya operasional untuk
membangun kapasitas sumber daya manusia dan institusi untuk
pengembangan, implementasi, monitoring, dan evaluasi rencana
kegiatan di kota/kabupaten.
4) Membangun dan memperkuat jaringan promosi kesehatan di tingkat
nasional dan internasional.
5) Melakukan advokasi terhadap lembaga-lembaga di dalam PBB yang
peduli akan dampak kesehatan agar menjadi agenda mereka.
6) Memberikan informasi kepada Direktorat Jendral organisasi kesehatan
dunia (WHO) agar dicantumkan dalam laporan Badan Eksekutif tentang
perkembangan program-program di atas.
Kesepakatan ini ditanda tangani di Kota Meksiko pada tanggal 5 Juni 2000
dalam Bahasa Arab, Cina, Inggris, Perancis, Rusia, Portugis, dan Spanyol.
2. Kerangka Kerja (Rencana Aksi) Tingkat Nasional
Konferensi ke lima di Meksiko juga mengahasilkan kerangka kerja rencana
aksi (plan of action) program promosi kesehatan tingkat nasional: Menjembatani
kesenjangan dalam kesetaraan merupakan tantangan terbesar bagi promosi
kesehatan. Promosi kesehatan merupakan salah satu strategi yang efektif untuk
mengurangi kesenjangan ini. Untuk mencapai kesehatan bagi semua, harus fokus
pada upaya peningkatan kondisi yang kondusif pada kelompok-kelompok
marjinal di tiap lapisan masyarakat, baik di negara-negara berkembang maupun
di negara maju.
Secara umum, penjelasan tentang konferensi ini bertujuan untuk
pengembangan suatu kerangka kerja (framework) perencanaan kegiatan di tingkat
kota/kabupaten untuk menindak lanjuti kesepakatan yang dihasilkan oleh
konferensi Promosi Kesehatan di Meksiko.
Secara khusus, kerangka ini bertujuan:
1. Menempatkan kesehatan sebagai dasar hak asasi manusia serta sebagai
sumber untuk pembangunan sosial ekonomi.
2. Memobilisasi dana dan sumber daya teknik untuk membangun
kelangsungan hidup masyarakat, kapasitas manusia, dan institusi untuk
menentukan determinan kesehatan pokok.
3. Mengarahkan perhatian pada kesetaraan sosial dan kesetaraan gender di
setiap tingkat pemerintahan maupun berbagai sektor yang ada dalam
masyarakat.
4. Menunjang pengembangan pengetahuan dan pemahaman untuk
membangun potensi sumber daya manusia dan kapasitas
institusi/organisasi.
5. Meningkatkan partisipasi dan memelihara lingkungan yang kondusif untuk
memperkuat kohesi atau kesatuan masyarakat.
6. Mengintegrasikan program promosi kesehatan ke dalam agenda sistem
reformasi pelayanan kesehatan.
a. Prinsip pencapaian keberhasilan
Rencana aksi tersebut akan berhasil secara efektif bila memenuhi prinsip-
prinsip antara lain sebagai berikut:
1. Mempunyai sasaran dan tujuan yang jelas.
2. Peran dan tanggung jawab “stakeholder” sudah diklarifikasi dan diterima.
3. Mekanisme yang transparan dan akuntabilitas.
4. Strategi yang dikembangkan telah dipahami (komprehensif).
5. Perencanaan meliputi mekanisme untuk monitoring dan evaluasi.
Pertimbangan-pertimbangan kunci dalam mewujudkan rencana aksi tersebut
di atas juga dirumuskan, dan rumusan tersebut mencakup:

1. Partisipasi:
Publik, perorangan, dan sektor-sektor yang ada di setiap lapisan masyarakat
akan dirangsang untuk terlibat aktif dalam tahap persiapan rencana aksi yang
difasilitasi oleh Menteri Kesehatan.
2. Adaptabilitas:
Rencana aksi harus tanggap terhadap kebutuhan lokal. Setiap negara akan
mempersiapkan perencanaan berdasarkan kondisi lingkungan, tatanan,
program, dan investasi yang tersedia di negara masing-masing.
3. Feasibilitas:
Aktivitas yang diajukan harus memperhitungkan waktu yang sesuai sehingga
memungkinkan sumber daya yang ada, dukungan ekonomi, kebijakan legal
dan sosial, serta kapasitas yang tersedia untuk memperkuat kemitraan dan
aliansi.
4. Terukur:
Evaluasi proses dan dampak harus dilakukan.

5. Inovasi:
Proses pengembangan rencana harus melibatkan pendekatan baru dalam
komunikasi dan dapat merangsang tumbuhnya kegiatan kreatif serta dialog.
b. Dukungan dan fasilitas
Dukungan diperoleh terutama dengan menggunakan sumber-sumber yang
tersedia pada setiap negara, termasuk sektor nonkesehatan. Mitra-mitra lain yang
dianggap relevan juga perlu dilibatkan, seperti WHO, UNESCO, organisasi-
organisasi bilateral dan multilateral, akademisi, Pusat Promosi Kesehatan,
Yayasan Promosi Kesehatan Nasional, IUHPE, dan Lembaga Swadaya
Masyarakat lainnya, sektor swasta, kelompok asuransi sosial, koperasi dan
sebagainya.
c. Keluaran (outcomes) yang diharapkan
Berdasarkan pernyataan hasil konferensi Promosi Kesehatan di Meksiko,
maka langkah-langkah di bawah ini perlu diambil:
1. Memperkuat jaringan nasional, regional, dan internasional dalam rangka
promosi kesehatan.
2. Melakukan advokasi tentang dampak kesehatan dari agenda masing-masing.
3. Melaporkan secara periodik kepada panitia regional dan pertemuan
organisasi kesehatan dunia tentang kemajuan yang dihasilkan oleh rencana
aksi tersebut.
Strategi Operasional

1. Proses perencanaan
a. Penilaian kebutuhan (needs assesment) meliputi:
 Identifikasi skala prioritas isu-isu kesehatan yang penting.
 Identifikasi aset-aset yang ada, seperti kebijakan, legislasi,
sumber daya manusia, dan sumber daya alam yang tersedia.
 Identifikasi kapasitas sumber daya manusia dan infrastruktur
yang tersedia.
Proses identifikasi kebutuhan dan penentuan skala prioritas harus
melibatkan anggota masyarakat dan sektor-sektor publik dan swasta yang
relevan, yang meliputi:

a. Tujuan yang jelas dan hasil yang diharapkan sesuai dengan waktu
yang tersedia.
b. Dampak yang diharapkan dan indikator pencapaian harus
diidentifikasi secara jelas.
c. Kontribusinya terhadap pengembangan perencanaan nasional,
terutama di bidang kesehatan harus nyata.
d. Keterlibatan “stakeholder” dan kontributor kunci harus diarahkan
pada tingkat yang tepat, mencakup anggota masyarakat, LSM, sektor
swasta, akademisi, lembaga-lembaga agama, WHO, UNESCO,
UNICEF, serta penyandang lainnya.
b. Menentukan skala prioritas, tujuan, dan hasil yang diharapkan
Ketika skala prioritas telah tersusun, maka tujuan, dan hasil yang
diharapkan dapat ditentukan. Telaah sumber-sumber dan aset yang
tersedia merupakan suatu yang penting. Konsultasi dan komunikasi juga
perlu ditingkatkan.
c. Pemilihan strategi dan intervensi yang paling efektif
Upaya ini meliputi pemilihan dan pertimbangan arah gerakan yang
sesuai dengan situasi objektif, subjek utama (target sasaran), tujuan yang
diharapkan, bentuk dan mekanisme intervensi, teknik intervensi
(mekanisme penjenjangan), serta setting tempatnya. Selanjutnya rencana
aksi yang telah dibuat perlu dilakukan uji coba (pre-test) metode dan
bahan-bahan yang digunakan.
2. Implementasi
Rencana aksi upaya promosi kesehatan yang efektif harus melibatkan
berbagai macam kegiatan seperti berikut ini:
a. Peningkatan kesadaran publik dan para pelaku politik di berbagai lapisan,
seperti tingkat pemerintah pusat, provinsi, kabupaten dan kecamatan,
bahkan di tingkat desa.
b. Bagaimana pesan-pesan promosi kesehatan dapat dikomunikasikan
secara efektif.
c. Menawarkan atau mengusulkan kebijakan publik yang berwawasan
kesehatan.
d. Memperkuat gerakan masyarakat dalam upaya kesehatan.
e. Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan serta merangsang
terciptanya gaya hidup sehat di setiap lapisan masyarakat.
3. Monitoring dan Evaluasi
Jika dilakukan secara berkala dapat memberikan informasi atau
peringatan secara dini terhadap masalah atau kendala yang dihadapi. Ukuran
hasil dari upaya promosi kesehatan dapat mencakup beberapa indikator,
antara lain seperti di bawah ini:
a. Ukuran tentang pemahaman kesehatan, yang meliputi tingkat
pengetahuan, sikap, motivasi, tendensi perilaku, keterampilan personal,
dan kepercayaan diri.
b. Ukuran pengaruh dan gerakan masyarakat, yang meliputi unsur
partisipasi masyarakat, pemberdayaan masyarakat, norma sosial, dan
opini publik.
c. Ukuran yang mencakup unsur kebijakan publik berwawasan kesehatan,
yang meliputi pernyataan politik, legislasi, regulasi, alokasi sumber daya,
unsur budaya, dan perilaku.
d. Ukuran kondisi kesehatan dan gaya hidup sehat (healthy lifestyle), yang
meliputi unsur-unsur penggunaan tembakau, pilihan dan kesempatan
untuk memperoleh makanan makanan sehat, aktivitas fisik, alkohol,
narkoba, rasio tentang faktor-faktor yang protektif dan berisiko pada
lingkungan fisik dan lingkungan sosial budaya.
e. Ukuran efektivitas pelayanan kesehatan, yang meliputi penyediaan
pelayanan pencegahan, akses ke tempat-tempat pelayanan kesehatan,
serta faktor-faktor sosial budaya yang berhubungan dengan pelayanan
kesehatan.
f. Ukuran lingkungan sehat, yang meliputi membatasi akses dalam
penggunaan tembakau, alkohol, obat-obat terlarang, penyediaan
lingkungan positif bagi anak-anak dan orang lanjut usia, kebebasan dari
kekerasan dari berbagai bentuk penyalahgunaan.
g. Ukuran dampak sosial, yang meliputi kualitas hidup, kemadirian,
jaringan dukungan sosial, diskriminasi positif, dan pemerataan dan
keadilan.
h. Ukuran dampak kesehatan, yang meliputi penurunan tingkat kesakitan,
kematian dan ketidak mampuan, kompetensi psikososial, serta
keterampilan diri.
i. Ukuran pengembangan kapasitas (capacity building), yang meliputi
ukuran kelangsungan partisipasi masyarakat dan pemberdayaan.
Mekanisme Aksi (Menchanism for Action)

Lima Mekanisme aksi pelengkap yang di usulkan dalam konferensi ini adalah
sebagai berikut:

1. Pengembangan Kebijakan Publik yang Berwawasan Kesehatan


Meliputi identifikasi faktor-faktor perlindungan lingkungan fisik dan psikososial
yang berkontribusi terhadap perbaikan determinan kesehatan. Determinan ini
mencakup:
1) Kesempatan kerja,
2) Keamanan finansial,
3) Perumahan yang memadai,
4) Akses terhadap pendidikan yang berkualitas,
5) Makanan yang aman dan sehat,
6) Akses terhadap informasi,
7) Tersedianya transportasi yang aman,
8) Ketersediaan fasilitas rekreasi dan aktivitas fisik,
9) Kesempatan untuk mengembangkan keterampilan diri.
2. Menciptakan Lingkungan yang Mendukung
Promosi kesehatan memberikan beberapa inisiatif untuk memberdayakan
masyarakat dan menciptakan kemitraan di antara otoritas lokal terpilih, perwakilan
dari sektor yang berbeda, pemimpin masyarakat dan swasta untuk mengembangkan
rencana aksi serta menciptakan lingkungan yang sehat dan kondusif.

3. Reorientasi Pelayanan Kesehatan


Komponen yang paling umum adalah:
1. Pengukuran upaya preventif,
2. Strategi pertumbuhan (pembangunan) kesehatan,
3. Keterlibatan lintas sektor,
4. Partisipasi masyarakat,
5. Peningkatan kesetaraan, dan
6. Memperluas desentralisasi.
4. Memperkuat Gerakan Masyarakat
Pemberdayaan memberikan suatu gagasan untuk melakukan kendali secara
personal dan kemampuan untuk melakukan perubahan kondisi sosial dan kesehatan
melalui mobilisasi kolektif dan menghilangkan rasa ketidakberdayaan dan
ketidakmampuan.
5. Pengembangan Keterampilan Individu
Perbedaan antara pemberdayaan perorangan dengan kelompok lebih pada tatanan
teori ketimbang realitas. Pemaham masalah mengenai kemampuan individu dalam
menghadapi masalah yang menimpanya merupakan dasar dari gerakan kolektif
untuk terjadinya suatu perubahan sosial. Di dalam jaringan pendukung sosial, setiap
individu harus menjaga identitas sosialnya ketika menerima materi pendukung,
pelayanan, informasi, dan kontak sosial yang baru.
Lima mekanisme aksi promosi kesehatan ini merupakan pelengkap. Pencapaian
tujuan-tujuan promosi kesehatan tergantung pada implementasi strategi yang tepat
di dalam lima area ini.
6. Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Bangkok, Thailand
tahun 2005
A. Promosi Kesehatan dalam Globalisasi
Konferensi Internasional Promosi Kesehatan yang ke enam
dilaksanakan di Bangkok, Thaialnd, tanggal 7 – 11 Agustus 2005.
Konferensi ini diikuti oleh perwakilan peserta dari sekitar 90 negara,
dengan tema : Promosi Kesehatan dlam Dunia yang Mengglobal atau
“Health Promotion in A Globalized World”.
Kemitraan dalam Konteks Global
Tujuan dihasilkannya Piagam Bangkok adalah untuk menegaskan
bahwa kemitraan adaalah strategi yang sangat penting untuk
meningkatkan kesehatan, keseteraan, dan keadilan. , di tengah arus
pembangunan nasional dan global. Promosi kesehatan terbukti dpat
menurunkan infeksi baru HIV/AIDS di Brazil, Thailand,
meningkatkan peran masyarakat Singapura dalam berolahraga dan
menurunkan kejadian diare pada kelompok miskin melalui
peningkatan praktik cuci tangan.
B. Penegasan Kembali Peran Promosi Kesehatan
Dalam konferensi dinyatakan :
- PBB mengakui bahwa kesehatan adalah hak dasar setiap manusia
yang harus diperoleh tanpa diskriminasi.
- Promkes dilakukan berdasarkan pemenuhan Hak asasi manusia
(HAM) serta mencakup berbagai upaya peningkatan kualitas hidup,
serta mencakup pula upaya meningkatkan kesehatan mental dan
spiritualnya.
- Promkes adalah proses membantu masyarakat untuk meningkatkan
kontrol atas determinan kesehatannya.
C. Kebijakan Koherensi
Berbagai problematika yang menimpa bangsa – bangsa menuntut
adanya kebijakan penanggulanagan di tingkat global, yang harun
melibatkan pertalian (koherensi) di tingkat pemerintahan setiap negara,
badan – badan organisasib dunia, serta organisasi – oraganisasi masyarakat
termasuk kalangan swasta.
Tindakan yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kemajuan dalam
kesehatan, yaitu :
1. Advokasi untuk kesehatan dilakukan berdasarkan pada hak asasi
manusia dan solidaritas.
2. Investasi dalam kebijakan, tindakan dan infrastruktur yang
berkelanjutan untuk mengonterol determinan kesehatan.
3. Membangun kapasitas untuk pengembangan kebijkan, kepemimpinan,
praktik promosi kesehatan, alih pengetahuan, riset dan paham
kesehatan.
4. Mengatur dan membuat perundangan untuk menjamin perlindungan
tingkat tinggi atas bahaya dan memungkinkan kesempata yang sama
bagi semua orang dalam kesehatan dan kesejahteraan.
5. Bermitra dan membangun aliansi dengan berbagai kalangan publik,
swasta, organisasi nonpemerintah dan internasional serta masyarakat
sipil untuk menciptakan tindakan yang berkelanjutan.
D. Komitmen untuk Kesehatan bagi Semua
Beberapa komitmen untuk kesehatan bagi semua, yaitu :
1. Menjadikan Promosi Kesehatan sebagai Pusat Agenda Pembangunan
Global
2. Membuat Promosi Kesehatan Tanggung Jawab Semua Lini
Pemerintah.
3. Menjadikan Promosi Kesehatan untuk Pemberdayaan Masyarakat.
E. Promosi Kesehatan dan Praktik Korporasi
Sektor korporasi berdampak langsung pada kesehatan masyarakat dan
pada faktor – faktor penentu kesehatan melalui pengaruhnya pada :
1. Pengaturan tingkat lokal,
2. Budaya berskala nasional,
3. Lingkungan,
4. Distribusi kekayaan,

7. Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Nairobi, Kenya


tahun 2009
A. Meningkatkan Kesehatan dan Pembangunan
Konferensi Internasional Promosi Kesehatan yang ke 7 di Nairobi,Kenya
tanggal 26-30 Oktober mengambil tema “Mempromosikan kesehatan dan
pembangunan: Menutup kesenjangan Implementasi” (promoting health and
development :closing the implementation gap). Tema ini berangkat dari kenyataan
bahwa pembangunan kesehatan dimanapun saat ini menghadapi tantangan. Krisis
moneter yang terjadi beberapa tahun yang lalu masih menghantui pembangunan
ekonomi nasional pada umumnya, dan lebih khusus lagi bagi pembangunan
kesehatan. Konferensi yang dihadiri oleh perwakilan-perwakilan dari hampir 100
negara ini akhirnya menghasilkan kesepakatan yang dituangkan dalam
kesepakatan Nairobi (Nairobi Statement).
B. Konferensi Global

Konferensi Nairobi menunjukkan konferensi yang lebih esensial dan suatu


pendekatan yang efektif. Pelayanan kesehatan Primer ( Primary Health Care)
sebagaiman dinyatakan oleh badan eksekutif WHO, sebagai berikut:

1. Mencapai persetujuan untuk pencapaian pembngunan kesehatan


Internasional.
2. Mengajukan pembahasan tentang kegawatdaruratan penyakit-penyakit
menular,trauma,gangguan mental,kondisi-kondisi yang menyebabkan
terjadinya epidemi di negara-negara miskin.
3. Menangani isu ketidaksetaraan atau ketidakadilan kesehatan,gender,kelas
sosial, tingkat pendapatan,etnis,pendidikan,pekerjaan, dan lain-lain masih
di masyarakat terutama di negara berkembang.
C. Strategi dan Aksi

Dalam konferensi Nairobi, dihasilkan strategi dan aksi yang


dikelompokkan menjadi 5 subtema, yaitu:

1. Membngun kapasitas promosi kesehatan (building capacity for


health promotion)
2. Penguatan sistem kesehatan (strengtenig health system)
3. Kemitraan dan kerja sama lintas sektor (Phatership and
intersektoral action)
4. Pemberdayaan masyarakat (community empowertment)
5. Sehat dan perilaku sehat (health literacy and health behavior).

D. Aksi Bersama

Pada saat ini negara berkembang dan negara maju dihadapkan pada
penyebaran penyakit yang seharusnya dapat dicegah,dimana penyakit tersebut
menjadi ancaman dan memperlemah pembangunan perekonomian di masa
mendatang.

Lima tanggung jawab penting bagi pemerintah stake holder,yaitu:

1. Memperkuat kepemimpinan dan suber daya manusia promosi


kesehatan.
2. Mengutamakan promosi kesehatan dalam pembangunan.
3. Memberdayakan masyarakat dan individu.
4. Meningkatkan proses partisipasi masyarakat.
5. Mengembangkan dan memanfaatkan teknologi dan pengetahuan.

8. Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Helsinki, Finlandia


tahun 2013
Dengan tema : “Membangun warisan kita, mencari untuk masa depan kita”
Konferensi Internasional Promosi Kesehatan ke-8 diselenggarakan di
Helsinki, Finlandia pada tanggal 10-14 Juni 2013. Pertemuan tersebut dibangun
berdasarkan warisan yang kaya ide, tindakan dan bukti awalnya yang terinspirasi
oleh Deklarasi Alma Ata pada Pelayanan Kesehatan Primer (1978) dan Piagam
Ottawa untuk Promosi Kesehatan (1986). Ini merupakan aksi lintas sektoral dan
kebijakan publik yang sehat sebagai elemen sentral untuk promosi kesehatan,
pencapaian kesetaraan kesehatan, dan realisasi kesehatan sebagai hak asasi
manusia. Selanjutnya WHO sebagai badan konferensi promosi kesehatan global
menetapkan prinsip dasar untuk tindakan promosi kesehatan. Prinsip-prinsip ini
telah diperkuat di Rio Deklarasi 2011 Politik Sosial Penentu Kesehatan, Deklarasi
2011 Politik Rapat tingkat tinggi PBB Majelis Umum tentang Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit menular, dan Rio + 20 dokumen hasil 2012 ( Masa Depan
Kami Ingin). Hal juga tercermin dari berbagai program WHO, strategi dan
resolusi, dan berkontribusi pada perumusan tujuan pembangunan pasca-2015.

9. Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Shanghai, China


tahun 2014

Baru-baru ini Konferensi Promosi Kesehatan Global ke 9 diadakan di


Shanghai International Convention Center pada tanggal 21-25, 2016.

Tahun 2016 akan menandai ulang tahun ke-30 dari Konferensi Promosi
Kesehatan Global sejak diadakan pertama kalinya, dan konferensi di China
memegang peranan penting. Hal ini tidak hanya menunjukkan kepada penduduk
China, pengalaman berharga dan kemajuan luar biasa di bidang pembangunan
kesehatan dan promosi kesehatan, yang akan memperkuat posisi dan peran
kesehatan dalam membantu mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan setelah
2015, tetapi juga mempromosikan pengembangan teori dan praktek pada promosi
kesehatan, memberikan kontribusi untuk hidup sehat dari semua bangsa di dunia.

Konferensi Promosi Kesehatan Global adalah konferensi antar


pemerintah tingkat tinggi yang diprakarsai oleh Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) untuk promosi kesehatan, memberikan pedoman yang penting dalam
kegiatan promosi kesehatan di seluruh dunia. Konferensi Promosi Kesehatan
Dunia ke-9 yang akan diadakan di Shanghai pada musim gugur 2016 akan
diselenggarakan bersama China National Health & Komisi Keluarga Berencana,
WHO dan diselenggarakan oleh pemerintah kota Shanghai. Diharapkan bahwa
sekitar 750 orang akan menghadiri konferensi, termasuk menteri dan pejabat
tinggi dari negara-negara anggota WHO, perwakilan organisasi internasional,
pakar internasional pejabat pemerintah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Deklarasi Alma Ata tahun 1978 merupakan bentuk kesepakatan bersama
antara 140 negara (termasuk Indonesia), adalah merupakan hasil Konferensi
Internasional Pelayanan Kesehatan Primer (Primary Health Care) di Kota Alma
Ata, Kazakhstan (sebelumnya merupakan bagian Uni Soviet). Konferensi
Internasional Promosi Kesehatan yang pertama dilaksanakan di Ottawa, Kanada
yang berlangsung tanggal 17-21 November 1986. Konferensi Promosi Kesehatan
yang pertama ini mengambil tema “Menuju Kesehatan Masyarakat Baru” (The
Move Towards a New Public Health).
Konferensi Internasional Promosi Kesehatan ke dua dilaksanakan di
Adelaide, Australia pada tanggal 5-9 April 1988. Tema dari konferensi ke dua
adalah membangun kebijakan publik yang berwawasan kesehatan, merupakan
strategi promosi kesehatan yang pertama dari Ottawa Charter. Konferensi
internasional promosi kesehatan yang ketiga, dilaksanakan di Sundsvall, Swedia,
tanggal 9-15 Juni 1991. Tema konferensi yang ketiga ini adalah Menciptakan
lingkungan yang mendukung kesehatan atau “Supportive Environment for
Health”.
Konferensi Jakarta diselenggarakan pada tanggal 21 – 25 Juli 1997,
dengan mengambil tema : Pemeran Baru pada Era Baru atau ”New Player for a
New Era”. Konferensi Internasional Promosi Kesehatan yang ke enam
dilaksanakan di Bangkok, Thaialnd, tanggal 7 – 11 Agustus 2005. Konferensi
Internasional Promosi Kesehatan yang ke 7 di Nairobi,Kenya tanggal 26-30
Oktober mengambil tema “Mempromosikan kesehatan dan pembangunan:
Menutup kesenjangan Implementasi” (promoting health and development :closing
the implementation gap).
Konferensi Internasional Promosi Kesehatan ke-8 diselenggarakan di
Helsinki, Finlandia pada tanggal 10-14 Juni 2013. Baru-baru ini Konferensi
Promosi Kesehatan Global ke 9 diadakan di Shanghai International Convention
Center pada tanggal 21-25, 2016.
DAFTAR PUSTAKA

Hartono, Bambang.2010.Promosi Kesehatan di Puskesmas & Rumah


Sakit.Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo.,dkk.2013.Promosi Kesehatan Global.Jakarta: Rineka
Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo.2010.Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya.Jakarta:
Rineka Cipta.
Supiyati dan Eny Retna Ambarwati.2012.Promosi Kesehatan Dalam Perspektif
Ilmu Kebidanan.Yogyakarta: Pustaka Rihama.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2008.Promosi Kesehatan di
Sekolah.Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat UI.

Anda mungkin juga menyukai