Anda di halaman 1dari 112

KEWASPADAAN POTENSIAL KLB PENYAKIT

PD3I (Polio, Difteri dan Campak)

Maulia Awangga,SKM
Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi
Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan

Disampaikan Pada Pertemuan Review Penanggulangan KLB PD3I


Kabupaten kuningan
Kuningan, 12-13 Juli 2018
OUTLINE
LATAR BELAKANG

KEWASPADAAN POLIO MELALUI SURVEILANS AFP

KEWASPADAAN CAMPAK RUBELLA MELALUI


SURVEILANS CAMPAK RUBELLA

KEWASPADAAN DIFTERI MELALUI SURVEILANS DIFTERI


LATAR BELAKANG
UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Dasar Hukum
Peraturan Menteri Kesehatan No. 949/Menkes/SK/VIII/ 2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini
Kejadian Luar Biasa
Peraturan Menteri Kesehatan No. 658/MENKES/PER/VIII/2009 tentang Jejaring Laboratorium Diagnosis Penyakit Infeksi
New-Emerging dan Re-emerging
Peraturan Menteri kesehatan No. 1501/Menkes/Per/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat
Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan

Peraturan Menteri Kesehatan No. 45 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan

Peraturan Menteri Kesehatan No. 82 Tahun 2014 tentang Penanggulangan Penyakit Menular

Peraturan Menteri Kesehatan No.92 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Komunikasi Data Dalam Sistem Informasi
Kesehatan Terintegrasi
Keputusan Menteri Kesehatan No.1479/Menkes/SK/ X/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans
Epidemologi Penyakit Menular dan Tidak Menular Terpadu

Keputusan Menteri Kesehatan No. 483/ MENKES/ SK/IV/ 2007 tentang Pedoman Surveilans Acute Flaccid Paralysis (AFP)

DIREKTORAT SURVEILANS DAN KARANTINA KESEHATAN


DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
Latar Belakang Dilakukan Surveilans Penyakit
Dalam Kerangka Keamanan Kesehatan Global

• Munculnya penyakit baru (emerging), penyakit yang timbul kembali (new


emerging) dan meningkatnya kecepatan penularan antar negara
• Globalisasi perdagangan dan orang, sudah tidak mengenal batas wilayah –
ancaman kesehatan masyarakat di satu negara menjadi ancaman bagi
negara lainnya.
• Kejadian KLB yang besar dan tidak lazim semakin meningkat dan tidak
dapat diprediksi
• Ancaman penyalahgunaan bahan biologi dan kimia sebagai senjata,
• Dampak kejadian penyakit dan kesehatan masyarakat bersifat luas
termasuk ke ekonomi, keamanan dan sosial politik
Adanya Threat & Hazard terhadap Kesehatan
Masyarakat Global

Gambaran Situasi
2011 2014
Penerbangan Dunia dalam
• Peny
• Influenz
aA • Kebocor • Poliomiel
itis • Peny akit 24 jam
(H1N1)p an Virus
dm09 akit
2009 Reaktor 2014 Zika
Virus
Nuklir Ebola •2016
18
Nov

Sebagian Besar Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Dunia (KKMD) /


Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) Adalah Penyakit
Infeksi Emerging
International Health Regulation (2005)
• Kerangka kerjasama internasional /
perjanjian global yang mengikat untuk
keamanan kesehatan global
• Regulasi ini disetujui oleh 194 negara
anggota WHO
• IHR mengamanatkan peran negara anggota
melalui prosedur untuk melindungi
kesehatan masyarakat dengan
membangun kapasitas to detect, to
prevent, dan to respond
• IHR menugaskan Dirjen WHO untuk
membangun jejaring dan response
internasional dan menyediakan dukungan
Ruang lingkup implementasi : teknis bagi negara anggota
Kapasitas inti nasional yang harus dipenuhi negara anggota
Manajemen penanganan Public Health Emergency of International Concern oleh WHO
KEBIJAKAN

Permenkes 45/2014
Indikator kinerja surveilans meliputi:
a. kelengkapan laporan;
b. ketepatan laporan; dan
c. indikator kinerja surveilans lainnya yang ditetapkan pada masing-
masing program.
Agar Output Surveilans dapat diperoleh dan dipertanggungjawabkan, maka Kelengkapan &
Ketepatan Laporan HARUS TINGGI : minimal 80% (WHO menargetkan Kelengkapan 90%,
ketepatan 80%)
Real time surveillance menurut JEE tool : Daily or max weekly collection, consolidation and evaluation of
public health and/or veterinary data
Penyelenggaraan
Surveilans Epidemiologi untuk SKD

Prinsip SKD-KLB

Sedia Payung Sebelum Hujan

Kapasitas yg diperlukan:
• Kecepatan mendeteksi secara dini
• Kecepatan melakukan respon
• Kecepatan berbagi informasi/data
KONSEP SURVEILANS
KEGIATAN UTAMA ADALAH
ANALISIS & INTERPRETASI

Pemberantasan

Penga-matan Deteksi Dini Kesiap Siagaan Respon

Pencegahan
DIREKTORAT SURVEILANS DAN KARANTINA KESEHATAN
DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
• Kemampuan Surveilans
• Kemampuan deteksi dini dan respon
• Koordinasi dan Jejaring Kerja Kerangka Strategi Surveilans

- Jml Kasus
Pengembangan sistem turun
- Jml Kematian
Penguatan Sumber Daya turun
KLB
- Daerah
Sustainability ditanggulangi
terjangkit
< 24 jam
tdk meluas
Penguatan Jejaring

Tanggung jawab:
Penguatan Peraturan  Pemerintah Pusat
 Pemerintah Provinsi
 Pemerintah Kab/Kota
STATUS KES.MAS
 Masyarakat
MENINGKAT

DIREKTORAT SURVEILANS DAN KARANTINA KESEHATAN


DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
Strategi Pengendalian

, Surveillance Epidemiological Investigation Implement control strategies Evaluation outbreak


Infection Prevention & Control Specimen Collection/shipment Coordination, Media
,Health Promotion Assess need and resources
management &
Surveillance, laboratory
Collaboration human-animal Interpret laboratory result Social intervention Documentation
animal early warning Take a decision Case management, IPC
Physiological support
Ethical Issues
Logistic
Environment

DIREKTORAT SURVEILANS DAN KARANTINA KESEHATAN


DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
KLB Tanpa SKD
Primary 1st case Report Samples Lab Response
Case at HC taken result begins

masalah

Kasus Kasus
dapat di
kontrol

Waktu
DIREKTORAT SURVEILANS DAN KARANTINA KESEHATAN
DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
bi
l SKD- Berjalan Baik

ai
a i
m

ul
a m in

m
r t ia d

di
Pe d i
s dilaporkan pel ks

s
Kasus e

on
s u t
m De

sp
Ka Sa

Re
Potensi
Kasus Kasus dicegah

14
Waktu
DIREKTORAT SURVEILANS DAN KARANTINA KESEHATAN
DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
Bagaimana mendeteksi adanya
KLB/ Wabah/ KKMMD
baik di PoE dan Wilayah ??

 Melalui Surveilans dengan


dukungan Laboratorium
Apa itu Surveilans Kesehatan, KLB, Wabah
(Permenkes # 45/2014: Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan)
Pasal 1
• Kegiatan pengamatan yang sistematis dan terus menerus terhadap data dan
informasi tentang kejadian penyakit atau masalah kesehatan dan kondisi yang
Surveilans Kesehatan mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah
kesehatan untuk memperoleh dan memberikan informasi guna mengarahkan
tindakan pengendalian dan penanggulangan secara efektif dan efisien.

• Timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan/atau kematian yang


KLB bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu,
dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah.

• Kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah


penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim
Wabah pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka dan
ditetapkan oleh Menteri
Ketentuan umum lanjutan

• Hal-hal yang mempengaruhi atau berkontribusi terhadap terjadinya penyakit


Faktor Risiko atau masalah kesehatan

• Kesatuan kegiatan deteksi dini terhadap penyakit dan masalah kesehatan


berpotensi KLB beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya, diikuti
Kewaspadaan Dini KLB & Respon peningkatan sikap tanggap kesiapsiagaan, upaya-upaya pencegahan dan
tindakan penanggulangan yang cepat dan tepat, dengan menggunakan
teknologi surveilans.

• Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengenal penyebab, sifat-sifat


penyebab, sumber dan cara penularan/penyebaran serta faktor yang dapat
Penyelidikan Epidemiologi mempengaruhi timbulnya penyakit atau masalah kesehatan yang dilakukan
untuk memastikan adanya KLB atau setelah terjadi KLB/Wabah.
Tujuan Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan
PASAL 2

Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan merupakan prasyarat program kesehatan dan


bertujuan untuk :

Tersedianya informasi tentang situasi, kecenderungan penyakit, dan faktor risikonya serta masalah kesehatan masyarakat dan

faktor-faktor yang mempengaruhinya sebagai bahan pengambilan keputusan

Terselenggaranya kewaspadaan dini terhadap kemungkinan terjadinya KLB/Wabah dan dampaknya

Terselenggaranya investigasi dan penanggulangan KLB/Wabah

Dasar penyampaian informasi kesehatan kepada para pihak yang berkepentingan sesuai dengan pertimbangan

kesehatan
Bentuk Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan

memperoleh gambaran penyakit, faktor menangkap & memberikan informasi


risiko & masalah kesehatan dan/atau secara cepat tttg suatu penyakit, faktor
masalah yg berdampak thd kesehatan  risiko, & masalah kesehatan  sumber
indikator program  sumber data yg data selain data yg terstruktur.
terstruktur
SISTEM SURVEILANS KESEHATAN
Kesiapan Menghadapi KKM Potensial Wabah

Kementerian Ke- Verifikasi/Anal-


isis
sehatan
B alik
pan
Lap.Ru Um
Laporan tin
KLB <24 Dinas Kesehatan Verifikasi/Anal- Kebijakan/
Jam Provinsi isis Tindakan/
Situasi Kes
KLB
Penanggulangan
alik
m pan B Wabah
Lap.Ru U
tin Diseminasi
Dinas Kesehatan Verifikasi/Anal- Informasi ke LS &
isis Masy
Kab/Kota
lik
p a n Ba
Um
Lap.Ru Kebijakan/
tin Verifikasi/Anal-
Tindakan
Puskesmas isis lik
p a n Ba
Lap.Ru Um
tin
KKP Poskesdes
Posyandu
Sistem surveilans yang ada
menjamin deteksi dini & respon
Laporan/ cepat dalam menyikapi pen-
Rumor ingkatan kejadian penyakit menu-
lar & keracunan pangan 20
Masyarakat
Tujuan Kewaspadaan Dini dan Respon

1 Mengetahui tren penyakit potensial KLB

2
Melakukan deteksi dini penyakit potensial KLB

3
Sebagai triger untuk verifikasi dan
melakukan respons cepat

4 Menilai dampak program pencegahan dan pengendalian


penyakit potensial KLB

5
Meminimalkan kesakitan/ kematian akibat KLB
Respons Alert/Sinyal kewaspadaan
• Setiap minggu kabupaten/kota, propinsi dan pusat melakukan analisa alert yg
muncul.
• Alert harus diverifikasi 100% oleh kabupaten/kota, propinsi dan pusat.
• Menilai apakah alert tersebut harus dikonfirmasi lab atau tidak.
• Sharing alert ke lintas program/ sektor untuk penyelidikan epidemiologi bila
diperlukan.
Mekanisme Sistem Kewaspadaan Dini Dan Respon
Penyakit Potensial KLB
Sumber Laporan: Kementerian Kesehatan
Puskesmas, Dinas Kesehatan Provinsi
Rumah sakit, Dinas Kesehatan Kab/Kota
BBTKL, KKP dll ALERT

Basis Data
SKDR
Kementerian
Kesehatan

Investigasi
Analisis, verifikasi, (TGC)
validasi, diseminasi dan
informasi Penanggulangan
Upaya Penanggulangan (Respon) Kasus Dugaan KLB

• Bila ditemukan kasus dugaan penyakit menular potensial KLB


– Tata laksana kasus sesuai protap, rujukan ke RS rujukan, rawat di ruang isolasi.
– Investigasi dan contact tracing
– Pengambilan dan pemeriksaan spesimen
– Risk communication
– Upaya Pencegahan dan pengebalan bagi yang berisiko
• Bila ditemukan kasus keracunan pangan
- Tata laksana kasus sesuai protap
- Pengamanan bahan pangan diduga sumber keracunan pangan
- Pengambilan dan pemeriksaan spesimen
- Investigasi untuk mengetahui sumber penyebab kerpang
- Risk communication
KINERJA SKDR INDONESIA THN 2015-2017
Persentase sinyal kewaspadaan dini yang direspon
100.00
(SPM):
• Target 2017 yaitu 75%
90.00 86.2 • Capaian 2017 yaitu 72%
• Masih ada gap 3%
80.00 78.40
73.4 72
70.00 66.10
60.00
60.00
52.90
50.00 48.00

40.00

30.00 27.30

20.00

10.00

-
COMPLETENESS TIMELINESS % RESPON

2015 2016 2017


LAPORAN
SISTEM
KEWASPADAAN
DINI & RESPONS
(SKDR)
Bulletin SKDR
• Format Sesuai Kebutuhan
• Sebagai Umpan Balik dari
hasil analisis data SKDR
mingguan
• Preventif deteksi dini
penyakit potesial KLB

DIREKTORAT SURVEILANS DAN KARANTINA KESEHATAN


DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
LAPORAN PHEOC MINGGU 26 TAHUN 2018
KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)
(PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI, NO.1501/MENKES/PER/X/2010)

Timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/


kematian yang bermakna secara epidemiologi pada
suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.

KLB penyakit menular  indikasi ditetapkannya suatu daerah


menjadi suatu wabah, atau dapat berkembang menjadi suatu wabah
PENGERTIAN WABAH PENYAKIT MENULAR
( UU NO.4/1984)

Kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam


masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara
nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu
dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan
malapetaka
PENETAPAN KLB

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Kepala Dinas


Kesehatan Provinsi, atau Menteri dapat menetapkan daerah
dalam keadaan KLB, apabila suatu daerah memenuhi salah satu
kriteria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 Permenkes no.
1501/2010.
PENETAPAN KLB (2)
•Kadinkes Kab/Kota atau Kadinkes Prov. menetapkan suatu daerah
dalam keadaan KLB di wilayah kerjanya masing-masing dengan
menerbitkan laporan KLB.
•Dalam hal Kadinkes Kab/Kota tidak menetapkan suatu daerah di
wilayahnya dalam keadaan KLB, Kadinkes Prov. dapat menetapkan
daerah tersebut dalam keadaan KLB.
•Dalam hal Kadinkes Prov. atau Kadinkes Kab/ota tidak menetapkan
suatu daerah di wilayahnya dalam keadaan KLB, Menteri menetapkan
daerah tersebut dalam keadaan KLB.
PENYAKIT MENULAR YANG BERPOTENSI
WABAH
(PERMENKES NO. 1501/MENKES/PER/X/2010)
Kolera Leptospirosis
Pes Hepatitis A
Demam Berdarah Dengue Influenza A baru (H1N1)/Pandemi 2009
Campak Meningitis
Polio Yellow Fever
Difteri Chikungunya
Pertusis Penyakit menular tertentu lainnya yang
dapat menimbulkan wabah (ditetapkan oleh
Rabies Menteri kesehatan)
Malaria
Avian Influenza H5N1
Antraks
(PERMENKES NO. 1501/MENKES/PER/X/2010)
BAB V Sumber Daya
Bagian Kesatu
Pendanaan
Pasal 18
1) Pendanaan yang timbul dalam upaya penanggulangan KLB/Wabah
dibebankan pada anggaran pemerintah daerah.
2) Dalam kondisi pemerintah daerah tidak mampu menanggulangi KLB/Wabah
maka dimungkinkan untuk mengajukan permintaan bantuan kepada
Pemerintah atau pemerintah daerah lainnya.
3) Pengajuan permintaan bantuan sebagaimana dimaksud menggunakan
contoh formulir terlampir.
• Pasal 19 : Pemerintah dapat melimpahkan sumber pendanaan
penanggulangan KLB/Wabah kepada pemerintah daerah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

• Pasal 20 : Dalam penanggulangan KLB/Wabah, Pemerintah


dapat bekerja sama dengan negara lain atau badan internasional
dalam mengupayakan sumber pembiayaan dan/atau tenaga ahli
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan .
Konsep Pengendalian KLB dan Wabah
Penyakit
Kolera, Pes, DBD, Campak, Polio, Difteri, TN, Pertusis,
Rabies, Malaria, AI-H5N1, Antraks, Lepto, Hepatitis, H1N1,
Meningitis, YF, Chikungunya, dll

Aktif Pasif

Pemeriksaan Klinis,
Lab, dan penunjang

Pemenuhan salah satu


Kriteria KLB

Kadinkes Kab/Kota, KLB


Prov. Menkes
Upaya penanggulangan
Menkes Wabah

DIREKTORAT SURVEILANS DAN KARANTINA KESEHATAN


DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
Upaya penanggulangan Konsep Pengendalian KLB dan
1.
2.
PE
Penatalaksanaan penderita
Wabah
3. Pencegahan & pengebalan
4. Pemusnahan penyebab
5. Penanganan jenazah
6. Penyuluhan
7. Upaya lainnya

Sumber Daya Asessment:


- Ketersediaan dana: sumber, besaran dan likuiditas
1. Dana - Tenaga: medis, epidemiolog, laboran, perawat, penunjang medis
2. Tenaga/SDM
dan penunjang lainnya (termasuk driver)
3. Perbekalan kesehatan - Perbekalan dan peralatan yang diperlukan, akses dan pemanfaatan
4. Sediaan farmasi - Ketersediaan bahan habis pakai dan APD
5. Alat kesehatan - Peralatan penunjang: komputer, printer, telepon, HP, email, internet
6. Fasilitas pelayanan
akses
7. Teknologi
Asessment:
Pelaporan - Sosialisasi ke toma, masyarakat, petugas keluarahan/desa
- Respon dan TL
Laporan Kewaspadaan

1. Laporan KLB (W1) Asessment:


‒ Tertulis dan Berjenjang - Prosedur penetapan KLB
‒ Selambatnya 24 jam sejak - Penugasan
diketahuinya penderita - PE awal
‒ Upaya yang telah dilakukan - Panduan,juknis dan penatalaksanaan yang diperlukan
- Format yang diperlukan

DIREKTORAT SURVEILANS DAN KARANTINA KESEHATAN


DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
KEWASPADAAN POLIO MELALUI
SURVEILANS
ACUTE FLACCID PARALYSIS (AFP)
INDIKATOR SUBDIT SURVEILANS
TARGET DAN CAPAIAN Data per 2 April 2018
Target / Capaian

No Indikator Ket
2015 2016 2017 2018 2019

1. Persentase penurunan kasus 7% 41,1 10% 15,5% 20% 51% 30% 70,2% 40% Renstra
penyakit yang dapat dicegah %
dengan imunisasi (PD3I)
tertentu dari tahun 2013

Penemuan kasus Non Polio ≥2 2.02 ≥2 1,98 ≥2 2,29 ≥2 1,30 ≥2 RAP


AFP rate per 100.000 anak < / / / / /
15 th 100.000 100.00 100.00 100.00 100.00
0 0 0 0
Penemuan kasus ‘discarded ≥2 0.84 ≥2 0,96 ≥2 0,33 ≥2 0,081 ≥2 RAP
campak’ /100.00 /100.00 /100.00 /100.0 /100.00
0 0 0 00 0
2. Persentase sinyal 65% 51,4 70% 60,1% 75% 72% 80% 67% 90% Renstra
%
GLOBAL TARGET Target Nasional :
Kontrol Difteri

2014 : SEARO bebas polio (Indonesia)


Eradikasi Polio 2020 : DUNIA bebas polio

2020 : Target Eliminasi Indonesia


Eliminasi Campak
2020 : Target Eliminasi SEARO

Eliminasi 2015 : Tetanus Neonatorum Eliminasi


Tetanus Neonatorum di Seluruh Region
KRITERIA MENCAPAI KOMITMEN GLOBAL

Eradikasi polio
• Tidak ditemukan Virus polio selama 3 tahun
berturut-turut yang dibuktikan dengan
Surveillans AFP sesuai standar sertifikasi

Eliminasi Campak
• Tidak ditemukan wilayah endemis campak
selama >12 bulan, dengan pelaksanaan
surveillance campak yang adekuat . ( R e g i o n a l
consultation on Measles , SEARO, New Delhi, 25 – 27 August 2009 & WHA,
May 2010)
Tujuan Khusus dari Rencana Strategi :
1. Mendeteksi dan pemutusan sirkulasi virus polio.
a) Memperkuat surveillance AFP
b) Melaksanakan PIN yang berkualitas
c) Melaksanakan Surveilans lingkungan
d) Menyusun dan simulasi pedoman KLB Polio

2. Memperkuat program imunisasi dan penarikan vaksin


polio oral
RUJUKAN 3. Pengamanan virus polio dan sertifikasinya
TARGET DAN 4. Merencanakan kelanjutan pemanfaatan struktur yang
STRATEGI telah dibangun (Legacy Planning)
NASIONAL
MENUJU
ERADIKASI DAN
ENDGAME
POLIO
KEBIJAKAN OPERASIONAL No silent
SURVEILANS AFP area

Menemukan semua kasus Acute Flaccid Paralysis (AFP)  Surveilans Aktif (kerjasama LP/LS) No silent
areaLap nihil

Membuktikan kasus AFP tersebut polio/bukan polio dg pengujian virus polio pada tinja  Spesimen
Adekuat, Kunjungan Ulang, Resume Medis

Mendeteksi adanya kasus polio yang disebabkan oleh VPL maupun berkaitan dengan vaksin (cVDPV
dan VAPP)  Kewaspadaan , simulasi Penanggulangan KLB

Membuktikan tidak ada transmisi VPL dan VDPV  surveilans AFP sensitif, Kelengkapan- Ketepatan
laporan, surv lingkungan

Mendeteksi virus polio yang bersirkulasi di lingkungan dengan memperkuat surveilans polio lingkungan  2018
di 8 lokasi : Jakarta, Yogya, Surabaya, Palembang, Makasar, Manado, Banjarbaru, Bandung
Kelumpuhan yang sifatnya Mendadak dalam 1–14
lemas (flaccid) harI

Bila Ragu Tetap


Anak usia < 15 tahun
Laporkan! Bukan karena ruda
paksa

AFP
Indikator Surveilans AFP
• Non-polio AFP rate
Minimum Target: ≥2/100,000 populasi <15 thn
• 2 spesimen adekuat (diambil dg interval ≥24 jam dalam waktu ≤14 hari sejak
onset kelumpuhan)
Minimum Target: ≥80%
DIAGNOSIS PENYAKIT YG SELALU DITANDAI AFP

Polio-
myelitis

Traumatic AF Guillain-
Barre
P
Neuritis
Syndrome

Seharusnya kasus ini


Myelitis
Transversa lebih dari 60 %
Petunjuk ke arah AFP

Paralysis:
Terjadi tiba2

Tungkai lemas Kelemahan

Acute Flaccid
Paralysis
Tdk bisa gerakkan kaki, tangan
Tdk bisa bangun

Tdk bisa jalan


Investigasi Kasus AFP
• Mengisi form investigasi (FP1) • Kunjungan ulang (KU) 60 hr dilakukan bila
– Sumber laporan spesimen tidak adekuat:
– Identitas penderita – Spesimen diterima di lab dengan: Vol kurang,
– Riwayat Pengobatan bocor, tidak dingin, kering.
– Gejala & Tanda: – 1 atau 2 Spesimen diambil setelah lebih 14 hr
• Demam lumpuh
• Lokasi lumpuh – Spesimen tidak diambil karena:
– Riwayat bepergian dalam 1 bl terakhir • Lumpuh sudah lebih 2 bulan
– Riwayat imunisasi polio • Meninggal sebelum spesimen diambil

• Ambil spesimen tinja, 2 x dg interval min 24 • Klasifikasi AFP:


jam dan dikirim ke Lab Polio Nasional – AFP Non-Polio
– Diambil dalam 14 hari lumpuh agar spesimen – Polio pasti (konfirmasi lab)
adekuat. – Polio kompatibel
Penanganan Surveilans terhadap Kasus AFP

Kelumpuhan Isi FP-1


≤ 14 hari Ambil Spesimen

Isi FP-1
Kelumpuhan Ambil Spesimen
> 14 hari – 2 bulan Ku 60 hr & Resume medis

Isi FP-1
Kelumpuhan
> 2 bulan
KU 60 hr
Resume medis
Skema Penemuan Kasus AFP melalui HBS dan CBS

Surveilans AFP RS (HBS) Surveilans AFP Masy.


(CBS)

Kontak pers Dinkes


Kab/Kota

Puskesma
s
Poli
Syaraf

Bgsal - Nakes (Bidan, dr, perawat)


Anak - Kader PKK
(Prwt/D - Guru
- Toko Masyarakat
SA)
Poli - Masyarakat/Pustu
Anak

AFP

Keterangan : : Dikirim langsung

: Diambil petugas Kab/Kota


INDONESIA STILL HIGH RISK AREA
for Polio Importation Transmission

*Polio Risk Assessment with WHO Tools Year 2016

*Polio Risk Assessment with WHO Tools Year 2015

Over 50% provinces in Indonesia is HIGH RISK in


High Risk 2 years in row
Medium Risk
Low Risk Published 09 July 2018
AFP Surveillance Performance
Indonesia, 2007 - 2018
5 100
89.5 89.6 87.7
4.5 85.6 86.4 87.5 90
83.7 83.3 84.3 82.8
79.5 79.9
4 80

S p e c im e n s A d e q u a t e
N o n P o lio A F P R a t e

3.5 70

3 2.75 2.81 2.76 2.77 2.74 60


2.54 2.63
2.4
2.5 2.29 50
2.02 1.98
2 40

1.5 1.3 30

1 20

0.5 10

0 0
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Non Polio AFP Rate Specimens Adequate Non Polio AFP Rate Target (2/100000)
Specimens Adequate Target (80%) Linear (Non Polio AFP Rate)

Indikator Surveilans AFP:


• Non Polio AFP minmal 2 per 100000 penduduk usia <15 tahun Published 09 July 2018
• Persentase Spesimen Adekuat minimal 80%
AFP Surveillance Performance in Indonesia
(Data comparison Week 27 2018 and 2017)
Non Polio AFP Rate % Adequate Specimen

1,30 79,7 %

2018

Spesimen Adekuat LEBIH RENDAH dari capaian tahun sebelumnya di periode yang sama

1,07 86 %

2017

No case/report NP AFP rate 1-1,99 Published 09 July 2018 No case/report Adeq . Spec 60-79%
NP AFP rate < 1 NP AFP rate >=2 Adeq. Spec >=80%
Adeq. Spec <60%
N P -A F P R a te

0
1
2
3
4
5
6
D I Y o g y a k a rta

No case/report

NP AFP rate < 1


Ja w a T im u r
S u la w e si U ta ra
G o ro n ta lo
K e p u la u a n R ia u
K a lim a n ta n T e n g a h
S u m a te ra S e la ta n

NP AFP rate ≥ 2
Ja k a rta

NP AFP rate 1 - 1,99


B e n g k u lu
Ja w a T e n g a h
S u m a te ra B a ra t
IN D O N E S IA
K a lim a n ta n S e la ta n
Ja m b i

NP-AFP Rate
S u m a te ra U ta ra
A ceh
Ja w a B a ra t
B a li
Lam pung
Provinsi

Published 09 July 2018


B a n te n
(Week 52 2017)

K a lim a n ta n B a ra t
S u la w e si B a ra t
N u sa T e n g g a ra T im u r
S u la w e si S e la ta n
38,2% capaian NPAFP Provinsi
belum mencapai target (2/100.000)

K a lim a n ta n T im u r
Target NP-AFP Rate

R ia u
Non POLIO AFP RATE 2017 – (by Province)

B a n g k a B e litu n g
N u sa T e n g g a ra B a ra t
S u la w e si T e n g g a ra
Papua
S u la w e si T e n g a h
M a lu k u
K a lim a n ta n U ta ra
P a p u a B a ra t
M a lu k u U ta ra
N P -A F P R a te

0
1
2
3
4
5
6
Su la w e s i Se la t a n

No case/report

NP AFP rate < 1


Su m a t e ra Se la t a n
Ja w a T e n ga h
Su la w e s i B a ra t
D I Y o gya k a rta
A ce h

NP AFP rate ≥ 2
Su la w e s i U t a ra

NP AFP rate 1 - 1,99


Su la w e s i T e n gga ra
K a lim a n t a n B a ra t
Ja w a T im u r
N u s a T e n gga ra T im u r
IN D O N E SIA
K a lim a n t a n T e n ga h
Su m a t e ra U ta ra

NP-AFP Rate
Ja k a rta
B a n gk a B e lit u n g
R ia u
Ja w a B a ra t
K a lim a n t a n U t a ra
Provinsi

Published 09 July 2018


B a li
(Week 27 2018)

Su m a te ra B a ra t
K e p u la u a n R ia u
Ja m b i
G o ro n ta lo
capaian Non Polio AFP Rate

B e n gk u lu
Target NP-AFP Rate

La m p u n g
Non POLIO AFP RATE 2018 – (by Province)

K a lim a n t a n Se la ta n
N u s a T e n gga ra B a ra t
K a lim a n t a n T im u r
Papua
138 kasus belum terlaporkan ke Pusat  menurunkan

B a n te n
Su la w e s i T e n ga h
M a lu k u
M a lu k u U ta ra
P a p u a B a ra t
Completeness of Weekly Puskesmas and Hospital Report*
(Data comparison Week 27 2018 and 2017)

Puskesmas Hospital**
39,9 % 19,7 %

2018

40,7 % 22,8 %

2017

Legend:
< 60 %
60 – 80 %
81 – 99 % Published 09 July 2018 * Including Zero Report
100 %
** Including private hospitals
Completeness of Weekly Puskesmas and Hospital Report*
(Data comparison Last Week 2017 and 2016)

Puskesmas Hospital**
69,6 % 50,3 %

2017

66,2 % 54,3 %

2016

Legend:
< 60 %
60 – 80 %
81 – 99 % Published 09 July 2018 * Including Zero Report
100 %
** Including private hospitals
Capaian Indikator Surveilans AFP
Jawa Barat, Tahun 2012 - 2018

5 100
90.8 92.1 90.4 89.9
4.5 86,8 90
82.5 83.7
4 80

3.5 70

Specimens Adequate
Non Polio AFP Rate

3 60
2.59 2.59
2.5 2.39 2.28 50
2,02 2.04
2 40

1.5 30
0.97
1 20

0.5 10

0 0
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Year

Non Polio AFP Rate Linear (Non Polio AFP Rate) Specimens Adequate
Non Polio AFP Rate Target (2/100000) Specimens Adequate Target (80%)

Indikator Surveilans AFP:


• Non Polio AFP minmal 2 per 100000 penduduk usia <15 tahun
• Persentase Spesimen Adekuat minimal 80% Data as of 29 March 2018
Capaian Indikator Surveilans AFP berdasarkan Kabupaten/Kota
Jawa Barat, 2015 - 2017

5.00 100

4.50 90

4.00 80
Non Polio AFP Rate

3.50 70

Specimens Adequate
3.00 60

2.50 50

2.00
? 40

1.50 ? 30

1.00 ? 20

0.50 10

0.00 0
Kota Bandung Kota Cirebon Kota Bogor Kota Sukabumi Bogor Sukabumi Cianjur Cirebon Kuningan

District
NP AFP Rate 2015 NP AFP Rate 2016 NP AFP Rate 2017 Specimens Adequate 2015 Specimens Adequate 2016
Specimens Adequate 2017

? Performa surveilans lemah


Indikator Surveilans AFP:
• Non Polio AFP minmal 2 per 100000 penduduk usia <15 tahun
• Persentase Spesimen Adekuat minimal 80% Data as of 29 March 2018
Capaian Indikator Surveilans AFP berdasarkan Kabupaten/Kota
Jawa Barat, 2015 - 2017

5.00 100

4.50 90

4.00 80
Non Polio AFP Rate

3.50 70

Specimens Adequate
3.00 60

2.50 50

2.00
? ? ? ? ? 40

1.50 30

1.00 20

0.50 10

0.00 0
Indramayu Majalengka Bekasi Karawang Purwakarta Subang Bandung Sumedang Garut

District
NP AFP Rate 2015 NP AFP Rate 2016 NP AFP Rate 2017 Specimens Adequate 2015 Specimens Adequate 2016
Specimens Adequate 2017

? Performa surveilans lemah


Indikator Surveilans AFP:
• Non Polio AFP minmal 2 per 100000 penduduk usia <15 tahun
• Persentase Spesimen Adekuat minimal 80% Data as of 29 March 2018
Capaian Indikator Surveilans AFP berdasarkan Kabupaten/Kota
Jawa Barat, 2015 - 2017
5.00 100

4.50 90

4.00 80
Non Polio AFP Rate

3.50 70

Specimens Adequate
3.00 60

2.50 50

2.00 40
? ?
1.50 ? 30

1.00 ? 20

0.50 ? 10

0.00 0
Tasikmalaya Ciamis Kota Bekasi Kota Depok Kota Kota Cimahi Kota Banjar Bandung Barat Pangandaran
Tasik-
malaya
District
NP AFP Rate 2015 NP AFP Rate 2016 NP AFP Rate 2017 Specimens Adequate 2015 Specimens Adequate 2016
Specimens Adequate 2017

? Performa surveilans lemah


Indikator Surveilans AFP:
• Non Polio AFP minmal 2 per 100000 penduduk usia <15 tahun
• Persentase Spesimen Adekuat minimal 80% Data as of 29 March 2017
Kasus Polio

KASUS LUMPUH
POLIO

CACAT MENETAP

Rojudin, Campang
Cacat Way Handak, lumpuh
tgl 28-05-05
Menetap
Foto 03-07-’05
KLB Polio 2005  352 kasus dg 305 lumpuh
permanen
Kewaspadaan Campak/Rubella Melalui
Surveilans Campak/Rubella
Eliminasi Campak !! S S R K
AGUSTUS 2016
J S M

1 2 3 4 5 6 7

8 9 10 11 12 13 14
Target Indonesia Eliminasi
15 16 17 18 19 20 21
Campak tahun 2020
22 23 24 25 26 27 28

Definisi Eliminasi Campak 29 30 31


Tidak ditemukan daerah endemis campak dalam kurun waktu 12 bulan (Zero transmission)
17 Agustus : HUT ke-71 Republik Indonesia
dengan pelaksanaan surveilans yang memenuhi standar.

4 Strategi Untuk Mencapai Eliminasi Campak :


1. Mencapai cakupan imunisasi MR dosis pertama dan dosis kedua ≥ 95% di seluruh Desa. Jangan lupa untuk selalu mengirimkan laporan mingguan dan
2. Melaksanakan Kampanye MR dalam 2 phase yaitu Agustus – Oct 2017 untuk Pulau Jawa bulanan
dan Agustus – Oct 2018 Untuk provinsi di luar Pulau Jawa, dengan sasaran anak usia 9 bl
- <15 th
3. Melaksanakan surveilans berbasis kasus/Case Based Measles Surveillance (CBMS).
Setiap kasus suspek campak dilakukan pemeriksaan serologi IgM spesifik campak
4. Melakukan penyelidikan semua KLB campak dengan fully investigated
Surveilans Campak Pastikan Semua :
• Puskesmas
Gejala Klinis Penyakit Campak : • Rumah Sakit
• Demam • Klinik Swasta
• Bercak merah berbentuk mokulopapular • Dokter , Bidan dan Perawat
• Disertai salah satu gejala batuk pilek atau mata merah (konjungtivitis)
Praktek
• Masyarakat

Melaporkan setiap kasus


campak yang ditemukan

LAPORKAN SEGERA KE PUSKESMAS

Setiap kasus campak yang dilaporkan ke puskesmas :


• Dicatat dalam formulir C1
• Diambil spesimen serum 1 cc dan dikirim ke laboratorium rujukan
Campak Nasional
• Dilakukan penyelidikan lapangan untuk mencari kasus tambahan

Formulir C1 dikirim secara berjenjang sampai pusat.


KLB Campak
KLB Campak dimulai dari 1 kasus. Setiap kasus campak yang anda laporkan berguna
untuk mengidentifikasi terjadinya KLB lebih dini.

Definisi Tersangka KLB Campak :


Adanya 5 atau lebih kasus klinis dalam waktu 4 minggu berturut-turut
yang terjadi mengelompok dan mempunyai hubungan epidemiologi.
D ef in is i KL B Ca mp a k P a st i : Ap a b i la mi n imu m 2 s p e s ime n
p o si t i f I g M c a mp a k d ar i h a si l p e me rik s a a n ka su s p a d a
t e rs an g ka KL B c a mp a k .
Jangan lupa untuk selalu mengirimkan laporan mingguan
dan bulanan
Tindakan Apabila terjadi KLB campak :
• Penyelidikan kasus “house to house” menggunakan C1
• Penyelidikan faktor risiko (cakupan imunisasi, cold chain, dan lain-lain yang berpengaruh terjadinya KLB) menggunakan form C2
• Pengambilan spesimen serum untuk 10 kasus dan spesimen urine untuk 5 kasus
• Manajemen kasus termasuk pemberian vitamin A
Terjadinya KLB campak, mengindikasikan adanya pengelompokan populasi
rentan.

Tugas surveilans :
Mencari faktor risiko penyebab terjadinya KLB dan memberi masukan kepada Jangan lupa untuk selalu mengirimkan laporan mingguan
program imunisasi untuk: dan bulanan
1. Memutuskan transmisi penyakit dengan segera
2. Perbaikan imunisasi rutin

Tugas Imunisasi :
1. Melakukan Outbreak Response Immunization (ORI) untuk memutus transmisi (Umur dan luas wilayah tergantung kajian epidemiologi
dari hasil penyelidikan KLB).
2. Memperbaiki program imunisasi rutin
Kewaspadaan dan Peran Petugas Surveilans
Jika ada kasus PD3I :
1. Mencatat nama, umur, status imunisasi, alamat dan nomor telepon
penderita dengan jelas
2. Melaporkan SEGERA ke puskesmas terdekat
3. Petugas surveilans Puskesmas dan Kabupaten/Kota akan melakukan
penyelidikan epidemiologi di sekitar tempat tinggal penderita
4. Jika jumlah kasus memenuhi kriteria Kejadian Luar Biasa (KLB), segera
melakukan penyelidikan epidemiologi lapangan dan kajian epidemiologi
KLB

Setiap kasus yang anda laporkan sangat bermanfaat dalam menentukan kebijakan program imunisasi.

PD3I meliputi : Kasus Hepatitis B, Tuberkulosis, Polio, Difteri, Pertusis, Tetanus Neonatorum, Pneumonia, Meningitis,
dan Campak
Kasus Campak Klinis DEMAM DAN RUAM maculopapular +
Batuk/Pilek ATAU Conjungtivitis
DEFINISI
Kasus Campak Pasti  Kasus campak klinis dengan hasil lab IgM
Campak (+)
Kasus Rubela Pasti  Kasus campak klinis dengan hasil lab IgM
Rubela (+)
Discarded  Kasus campak klinis dengan hasil lab IgM Campak (-)
dan IgM Rubela (-)

KLB CAMPAK
a. KLB Suspek Campak  adanya 5 atau lebih suspek campak
dalam waktu 4 minggu berturut-turut, terjadi mengelompok,
memiliki hubungan epidemiologi.
b. KLB Campak Pasti  KLB suspek campak dengan hasil lab ≥2
IgM campak (+)
c. KLB Rubela Pasti  KLB suspek campak dengan hasil lab ≥2
IgM Rubela (+)
PERJALANAN KLINIS CAMPAK

Masa Inkubasi prodromal rash


( 7–18 hr sebelum rash) ( ± 4 hr) (± 4–8 hr)

-18 -17 -16 -15 -14 -13 -12 -11 -10 -9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 +1 +2 +3 +4 +5 +6 +7 +8

Periode sangat menular

- 18 -4 0 +4
18 hr sebelum rash adalah 4 hr sebelum rash adalah Tgl mulai timbul rash 4 hr setelah rash adalah
kemungkinan tgl paling kemungkinan menularkan kemungkinan akhir
awal tertular menularkan
PENYEBAB KLB CAMPAK
• Kegagalan imunisasi : Banyak orang yg susceptible (rentan)
• Cakupan imunisasi rutin rendah (Efikasi vaksin 85%)
• Cakupan imunisasi tambahan rendah (Efikasi vaksin >95%)
• Kegagalan vaksin :
• Imunisasi rutin (anak usia 9 – 12 bulan) 15% anak yg divaksinasi tidak terbentuk anti bodi (VE
85%).
• Pada anak >12 bulan, efikasi vaksin meningkat >95%
• Masalah Cold Chain /rantai dingin , transport saat pelaksanaan vaksinasi, manajemen vaksin saat
vaksinasi (prefilling)
• Kualitas Pencatatan :
• Target tidak semua tercatat
• Umur diluar sasaran juga dicatat
• Over reporting
• Migration
• Banyaknya sasaran yg berpindah-pindah
SEMUA KLB CAMPAK HARUS
Fully Investigated

1. House to house Visit


2. Dilakukan pencatatan secara individu
menggunakan C1
3. Dilakukan pengambilan 10 spesimen serum
dan 5 spesimen urin
4. Pelacakan dilakukan 1 x 24 jam
Suspected Measles Cases by Month
Indonesia, 2013-2018
2750
Measles Crash Program MR Campaign in Java
2500
August August -
Clinical 2016 September
Measles + Rubella 86,2 % 2017
2250
Rubella (+) 100,98 %

2000 Measles (+)


Aggregate Measles Cases

1750

1500

1250

1000

750

500

250

0
May

May

May

Aug

Nov

May

Aug

May

Aug

May
Aug

Nov

Aug

Nov

Nov

Nov
Mar

Mar
Apr

Apr

Mar
Apr

Mar

Mar
Feb

Feb

Sep

Feb

Sept

Sept
Apr

Mar

Apr

Apr
Jun

Jun

Feb

Jun

Feb

Jun

Feb
Sept
Oct

Oct

Oct

Oct

Sept
Oct
Jul

Jul

Jul

Jul

Jul
Dec

Dec
Jan-13

Jan-14

Jan-15

Jan-16

Jan-17

Jan-18
June

Dec

Dec

Dec
2013 2014 2015 2016 2017 2018
Source:
• Data as received at Central on
Routine report (measles validation &
integrated VPD Surveillance data) 15 May 2018 : SIA’s
• Outbreak report (integrated VPD surveillance data)
(data dapat berubah sewaktu-waktu)
JUMLAH KASUS SUSPEK CAMPAK DALAM 3 TAHUN TERAKHIR PER
PROVINSI 2015 - 2017

10,000
9,000 Rata – rata 55% kasus suspek campak
8,000 dilaporkan dari Provinsi di Pulau Jawa
7,000 dalam 3 tahun terakhir
6,000
5,000
4,000
3,000
Cases

2,000 2017
2016
1,000
2015
0
I I
C EH RA RAT IAU IAU M B ULU AN NG NG RTA TEN RAT A H RTA UR RAT AH AN UR RA RA ALO AH TAN RAT RA AL RAT UR KU RA PUA RAT
A UTA BA R R JA GK LAT ITU PU KA AN BA NG KA TIM BA NG LAT TIM UTA UTA NT NG LA BA GA B BA TIM ALU UTA PA BA
A RA AN N SE BEL AM JA B A TE YA A N TE SE N N SI RO I TE SE SI N G
RA ARA MUKU
ER E A U B E A A L W A G W TA AN N TA TA E O ES SI E TE A P UA
ER GK A
JA JAW YO J AN NT TA AN AN AW G W W AW ES E I
AT AT P UL T N L A L G G GG AL PA
M M A N IM IM A M A LIM LIM SU A EN TEN M
SU SU KE M BA L S UL UL SU LAW T
U I
KA KAL AL K KA A S
S
K SU USA USA
N N
Province

Data as received on 15 Januari 2018


Distribution of Measles Cases by Province
Indonesia, 2017-2018
(Data Not Been Closed)
2018: 1890 cases

2017: 15104 cases

: 50 measles cases Data as received on Central at


15 May 2018
Source: Integrated VPD Surveillance report – routine data *Dots are randomly placed within provinces
Immunization Status of Measles Confirmed 2013 - 2017

2013 2014 2015


2%
14% 19%
20%

6% 52% 49%
29%
26%
72%
5% 6%
2016 2017
9% 13%
0 dose
1 dose
21% >= 2 dose
22%
Unknown
59%
63%
7%
6%

Data as received on Central at


15 May 2018
Distribution of Measles Confirmed and Rubella Confirmed by Month
in Province in Java Island, 2017

500 MR Campaign
SEBELUM MR CAMPAIGN August -
SESUDAH MR CAMPAIGN
450 September
100,98 %
400

350

300

250
Freq

449
200 399
356
150 287
269 258
226
100 201
175
147 123143 143
50 98
52 34
0 20 12 9 21 2 11 6 3
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Month
Measles Confirmed Rubella Confirmed
*Source:
Data as received on 15 Januari 2018
Measles Lab Information System (MLIS) monthly
Distribution Measles Confirmed and Rubella Confirmed by Age in Java Island
Before MR Campaign, January – August 2017

250
Measles Confirmed Rubella Confirmed
225 2%11% < 1 yr 1%
2%
19% 17%
1 - 5 yr 23%
200
6 - 10 yr
175 10% 11 - 15 yr
39%
150 > 15 yr 19%
38%
19% Unknown
125
Cases

100

75

50

25

0
yr 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 yr n
w
1 40 o
< > nk n
Age U
*Source: Measles Confirmed Rubella Confirmed
Measles Lab Information System (MLIS) monthly Data as received on 15 Januari 2018
data
Distribution Measles Confirmed and Rubella Confirmed by Age in Java Island
After MR Campaign, September – December 2017
10
Measles Confirmed Rubella Confirmed
9
11% 16% 15%
< 1 yr 23%
8 5%
1 - 5 yr
6 - 10 yr
7
19% 11 - 15
yr 13% 32%
6
> 15 yr
49% Un-
5
known 17%
Cases

0
yr 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 w
n
1
< k no
Age Un

Measles Confirmed Rubella Confirmed


*Source:
Data as received on 15 Januari 2018
Measles Lab Information System (MLIS) monthly
Suspect Measles Outbreak by Month in Province in Java Islands
2017
35
MR Campaign
SEBELUM MR CAMPAIGN August -
SESUDAH MR CAMPAIGN
September
30 100,98 %

25

16
20 11
Freq

15
4 3
10 15
6 7 7
7
5
8
1 3
Tidak Ada KLB
3 1 2 3
4 3 1
2 3 3 1 2 1
1 1 2 1 1 1 1
0
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Month

DKI Jakarta Banten Jawa Barat Jawa Tengah Yogyakarta Jawa Timur
*Source:
Data as received on 15 Januari 2018
Measles Lab Information System (MLIS) monthly
Measles Outbreak Reported and Lab Confirmed
Indonesia, 2005-2018
August -
Agustus –
October August August September
390 September
2006
Februari –
Maret 2009 2010 2011
August
2016 2017
2007
360
330
300
270
Freq. of OB

240
210
180
150
120
90
60
30
0
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Year
Report Meases (Lab) Rubella (Lab) Mix (Measles & Rubella) Negative (Lab) Pending
Source:
• Routine report (measles validation & integrated VPD Surveillance data) Data as received on Central at
• Outbreak report (integrated VPD surveillance data)
15 May 2018
: SIA’s
• Measles Lab Information System (MLIS)
Tren Frekuensi Suspek KLB Campak Rubella
2016 - 2018
Measles Crash Program MR Campaign in Java
80 August August -
2016 September
74 2017
70

60
59

50 53
51
48 48
Frequency

40

34
30 31 31 31
29
24
20 22
18 19 18 18
17 17
15 14
10 13 13
11 11
7
4 3
0
Jan- Feb- Mar- Apr- May- Jun- Jul-16 Aug- Sep- Oct- Nov- Dec- Jan- Feb- Mar- Apr- May- Jun- Jul-17 Aug- Sep- Oct- Nov- Dec- Jan- Feb- Mar- Apr-
16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 17 17 17 17 17 17 17 17 17 17 17 18 18 18 18
2016 2017 2018

Month/Year
Data as received on Central at
Suspect MR OB 15 May 2018
Peta Sebaran Suspek KLB Campak Rubella
2017 - 2018

2017
• Total OB : 348
• Cases : 3161
• 30 Province

Data as received on Central at


15 May 2018

2018
• Total OB : 34
• Cases : 385
• 18 Province
JA
W
A_

0
10
20
30
40
50
60
70
80
TI
SU
LA M
UR

9
4
7
W

51
ES P A
I_ PU
S A

1
3
2
1
8
E

27
JA
W LAT
A_ A

5
2
3

21
SU TE N
NG
M AH

6
2
AT

18
ER JA
A_ M

8
9
2
2
SE BI
LA
TA
N

8
6
2
1
1
1
KA YO
LIM G BA

7
7
1

Measles OB
AN YAK LI
TA AR
N TA

4
9
JA _BA
SU W R
M

7
5
1
A_ AT
AT B
ER A R

1
A _ AT

10
UT
SU L A
M

6
2
2
A M RA

Rubella OB
A
S U TE P U
L R N

3
5
1
1
SU AW A_B G
LA ES A R
Mix OB = 23 / Cases = 265

4
3
1
1
KA WE I_T AT
Rubella OB = 79 / Cases = 770

LIM SI_ EN
Measles OB = 209 / Cases = 1806

NU A TE GA
5
1
1
1

SA NT N G H

Mix OB
_T AN GA
EN _S R
4
4

GG EL A
A R A TA
22%

N
4
1
1
1

A_
TI
Total Suspect Measles OB 2017 = 348 OB / Cases = 3161

BE MU
4
1

NG R
KU
NU SU L
30%
15%6%

1
1
2
2017

SA LA BA U
N
Negatif OB
_T W
EN ES TEN
3
1

GG I_B
AR AR
A
27%

A
2
1

P A _B T
BA P U A R
1
1
1

KA NG A_ AT
LIM KA BA
R
3

A N _B E A T
KA T L IT
Age Distribution on Suspect OB

Pending OB

LIM AN UN
_
2

A N TE G
N
SU TAN GA
H
2

LA _
W TIM
< 1 yr

> 14 yr
5 - 9 yr
1 - 4 yr

ES
2

I_ UR
10 - 14 yr

KA UT
LIM AR
A
2

AN
TA AC Age Dostribution
1

N _ EH Age Distribution of Measles OB


GO UTA
RO RA
of Rubella OB
1

NT
A
M LO
1

OB not fully investigated

AL
16%

KE UK
U
1
40%

PU
LA
17%
Grafik Sebaran Suspek KLB Campak Rubella per Provinsi

31%

UA RIA
14%6%

N_ U
RI
A
2%9%

M J
AL AK U
33%

UK AR
31%

U_ TA
UT
AR
A
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9

3
4
1
SULAWESI_SELATAN

2
1
BALI

2
ACEH

1
1
SUMATERA_UTARA

2
RIAU

1
1
LAMPUNG

2
JAWA_TENGAH

2
SULAWESI_BARAT

2
SUMATERA_SELATAN

1
SUMATERA_BARAT

Measles OB
1
JAWA_TIMUR

1
KALIMANTAN_SELATAN

SULAWESI_TENGGARA 1
Mix OB = 5 OB / Cases = 44

MALUKU
Rubella OB = 12 OB / Cases = 115
Measles OB = 10 OB / Cases = 155

Rubella OB
1

PAPUA
1

JAWA_BARAT
Total Suspect Measles OB 2018 = 34 OB / Cases = 385

GORONTALO
19%

Mix OB
24%

NUSA_TENGGARA_BARAT
2018

KEPULAUAN_RIAU
7%

31%

JAMBI
18%

BENGKULU

BANGKA_BELITUNG
Negatif OB 2018

JAKARTA
Age Distribution of Suspect OB

BANTEN

YOGYAKARTA
< 1 yr

> 14 yr
5 - 9 yr
1 - 4 yr

Pending
10 - 14 yr

KALIMANTAN_BARAT
Age Dostribution
KALIMANTAN_TENGAH Age Distribution of Measles OB
of Rubella OB
KALIMANTAN_TIMUR

KALIMANTAN_UTARA
12%

SULAWESI_UTARA
25%
31%

30%
Grafik Sebaran Suspek KLB Campak Rubella per Provinsi

SULAWESI_TENGAH
12%11%

8%
4%

NUSA_TENGGARA_TIMUR
34%

33%

MALUKU_UTARA

PAPUA_BARAT
Suspect Measles Trendline
Indonesia, 2015-2017
3000 August -
• 2015 : 16.320 cases August September
2016 2017
• 2016 : 20.841 cases 86,2% 100,98%
2500 • 2017 : 16.789 cases

2000
Cases

1500

1000
Set
elah
500 Di MR C
Pu l
au ampa
Jaw ign
0 a
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
Month

Source:
Suspect Measles 2015 Suspect Measles 2016 Suspect Measles 2017
• Routine report (measles validation & integrated VPD Surveillance data)
• Outbreak report (integrated VPD surveillance data) Data as received on 15 Januari 2018 : SIA’s
• Measles Lab Information System (MLIS)
Suspect Measles Outbreak Trendline
Indonesia, 2015-2017
August August -
2016 September
80 86,2% 2017
• 2015 : 282 KLB 100,98%
70 • 2016 : 351 KLB
• 2017 : 348 KLB
60

50
Freq of OB

40

30
Set
20 ela
h
di P MR
10 ula Cam
uJ
aw paign
a
0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
Month

Source:
TOTAL OB 2015 TOTAL OB 2016 TOTAL OB 2017
• Routine report (measles validation & integrated VPD Surveillance data)
• Outbreak report (integrated VPD surveillance data) Data as received on 15 May 2018 : SIA’s
• Measles Lab Information System (MLIS)
Suspect Measles Outbreak by Month in Province in Java Islands
2017
35
MR Campaign
SEBELUM MR CAMPAIGN August -
SESUDAH MR CAMPAIGN
September
30 100,98 %

25

16
20 11
Freq

15
4 3
10 15
6 7 7
7
5
8
1 3
Tidak Ada KLB
3 1 2 3
4 3 1
2 3 3 1 2 1
1 1 2 1 1 1 1
0
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Month

DKI Jakarta Banten Jawa Barat Jawa Tengah Yogyakarta Jawa Timur
*Source:
Data as received on 15 Januari 2018
Measles Lab Information System (MLIS) monthly data
Age Distribution of Suspect Measles Outbreak
Indonesia, 2015-2017

2015 2016 2017


OB = 282 / Cases : 2259 OB = 351 / Cases : 2751 OB = 346 / Cases : 3147
3%
4% 6%
12% 15% 15%

23% 28%
27%
17%
27% 22%

37%
34%
30%
< 1 yr 1 - 4 yr 5 - 9 yr 10 - 14 yr > 14 yr

Source:
• Routine report (measles validation & integrated VPD Surveillance data)
• Outbreak report (integrated VPD surveillance data) Data as received on 15 Januari 2018
• Measles Lab Information System (MLIS)
Measles and Rubella Decrease Case Ratio After MR Campaign
Java Island, 2017

100
100.0100.0100.0 100.099.4 99.7
95.6 97.7 96.7 97.3
95.1 94.2 95.4
90 93.0
88.8 90.6
84.6 86.4
80
79.2 77.1
70
67.9
60

50

40

30

20

10

0
DKI Jakarta Banten Jawa Barat Jawa Tengah Yogyakarta Jawa Timur PULAU JAWA

Measles Rubella Measles + Rubella


*Source:
Ratio calculated by Number of measles and rubella confirmed cases in 4 th trimester per
average of confirmed cases in previous trimester
Kewaspadaan Difteri Melalui Surveilans
Difteri
Difteria
Kuman Penyebab Corynebacterium diphtheriae
Sumber penularan Manusia (Penderita/Carrier)
Cara penularan Kontak dengan penderita pada masa inkubasi
Kontak dengan Carrier
Melalui pernafasan (droplet infection, muntahan,
luka (difteri kulit)

Masa Inkubasi 2 – 5 hari (1 – 10 hr)


Masa penularan  Dari penderita : 2 – 4 minggu (sejak masa
inkubasi)
 Dari Carrier bisa sampai 6 bulan

Kematian  Komplikasi (Myocarditis)


 Rata2: 5-10%
DEFINISI OPERASIONAL KASUS DIFTERI

 Suspek Difteri adalah orang dengan gejala faringintis, tonsilitis, laringitis, trakeitis, atau
kombinasinya disertai demam tidak tinggi dan adanya pseudomembran putih keabu-
abuan yang sulit lepas, mudah berdarah apabila dilepas atau dilakukan manipulasi.
 Kasus konfirmasi laboratorium adalah kasus suspek Difteri dengan hasil kultur positif
Cor ynebacterium diphtheriae atau PCR (Polymerase Chain Reaction) positif
Cor ynebacterium diphtheriae yang dikonfirmasi dengan Elek test strain toxigenic .
 Kasus konfirmasi hubungan epidemiologi adalah kasus yang memenuhi kriteria suspek
Difteri dan mempunyai hubungan epidemiologi dengan kasus konfirmasi laboratorium.
 Kasus kompatibel klinis adalah kasus yang memenuhi kriteria suspek Difteri, hasil lab
negatif, tidak mempunyai hubungan epidemiologi dengan kasus konfirmasi laboratorium
maupun kasus konfirmasi hubungan epidemiologi .
 Kasus kontak adalah orang serumah, teman bermain, teman sekolah, termasuk guru dan
teman kerja dll, yang kontak erat dengan kasus dalam masa 10 hari sebelum onset
sakit.
 Kasus carrier adalah orang yang tidak menunjukkan gejala klinis, tetapi hasil
pemeriksaan laboratorium menunjukkan positif Cor ynebacterium diphteriae.
KEBIJAKAN SURVEILANS DIFTERI

Setiap ditemukan satu atau lebih kasus suspek difteri dinyatakan


sebagai KLB dan dilaporkan 1 x 24 jam
Setiap suspek difteri dilakukan penyelidikan epidemiologi
Setiap suspek dilakukan pemeriksaan laboratorium, Standar baku
adalah lab kultur. Untuk kasus indeks diperiksa kultur dan elek tes di
Lab rujukan nasional (BBLK Sby dan Puslitbangkes). Kasus hubg
epidemiologis pemeriksaan kultur dapat dilakukan di Lab UPT lain
(BBTKL Jkt, BBTKL Sby, BBTKL Yogya, BBTKL Banjarbaru, dll) dan
Labkesda provinsi.
Penyediaan antibiotika untuk pengobatan dan profilaksis disediakan
oleh pemerintah daerah (pemerintah pusat menyediakan bila
diperlukan buffer stock)
Penyediaan ADS untuk kasus oleh pemerintah pusat dan daerah
Pencatatan dan pelaporan kasus pada form W1 dan list kasus difteri
serta form PD3I terintegrasi
STRATEGI PENCEGAHAN DAN KEWASPADAAN
DINI SERTA PENANGGULANGAN KLB

1) Penguatan imunisasi rutin difteri


2) Penguatan surveilans untuk deteksi dini kasus
3) Semua suspek difteri harus dilakukan penyelidikan epidemiologi utk :
– konfirmasi kasus secara klinis dan laboratorium
– mencari kasus tambahan
– Menelusuri kontak erat, pemeriksaan laboratorium terhadap kontak untuk
menemukan karier
– Memutus penularan melalui pemberian obat profilaksis kpd kontak erat dan karier.
– Melakukan kajian faktor resiko untuk penanggulangan dan menghentikan
penularan ORI
4) Semua kasus difteri dirujuk ke rumah sakit dan dirawat di ruang isolasi.
5) Pengambilan spesimen dari kasus dan kasus kontak erat. Specimen kasus indeks
dikirim ke laboratorium rujukan nasional difteri untuk dilakukan pemeriksaan
kultur, atau PCR & dikonfirmasi elek tes. Kasus tambahan dan kontak erat
diperiksa di lab regional atau lokal
PENANGGULANGAN KLB DIFTERI
Tujuan: Untuk mencegah penularan penyakit dari kontak yang mungkin sudah
terinfeksi dengan kuman Corynebacterium diphtheria dan memberikan kekebalan
jangka menengah dan panjang terhadap penyakit
KEGIATAN UTAMA :
Melibatkan Peran Masyarakat 1. Deteksi Dini Kasus Suspek Difteri dan
Penyelidikan Epidemiologi
Komunikasi Risiko dan

2. Pencarian Kontak dan Pemberian Obat


Profilaksis

3. Pencarian Aktif Kasus Baru

4. Imunisasi Respon KLB


Bagan Penanggulangan KLB Difteri
Manajemen Kasus Pengawasan minum obat
Deteksi Kasus dilaporkan (Rujuk ke RS) (PMO) thdp ESO dan pencegahan
Dini (dg Format W1) Ambil spesimen, Pengobatan
Kasus (AB & ADS), dan vaksinasi DO
setelah 1 bln ADS

Penelusuran Kontak Erat Kasus


Penyelidikan
Identifikaksi Karier
Epidemiologi Ambil spesimen, Prophylaxis, dan Membunuh
vaksinasi
(Form PE) kuman
menghentikan
penularan !!
Kontak Erat Karier
Identifikasi Faktor Resiko:
- Status vaksinasi kasus, kontak & Identifikaksi penularan/karier
Deteksi kasus lain
Karier Ambil spesimen, Prophylaxis, dan
tambahan - Cakupan imunisasi di wilayah vaksinasi
secara dini di terjangkit, berdasarkan laporan
komunitas dan rutin maupun survei.
fasilitas - Manajemen Coldchain
kesehatan.
Melindungi Kelompok Rentan  memberi kekebalan populasi !!

Outbreak Response SEGERA , jenis vaksin sesuai umur sasaran,


Immunization (ORI) minimal satu wily kec + an. PE, sampai usia
tertinggi kasus , 3 putaran
Tatalaksana Kontak & Karier
Kontak – Karier Corynebacterium diphtheriae mati

* ERITROMISIN secepatnya
• dosis anak2 <6 thn: 40 mg/kg BB/hari
• waktu pemberian : 4xsehari Penularan
• lama pemberian : 7 – 10 hari Berhenti

• cara pemberian : sehabis makan


• anak2 >6 thn : 250 mg x 4 /hari
• dewasa : 500 mg x 4/hari
• pantauan : PMO
• side efek : mual dan diare
Catt: Eritromisin sebaiknya etil suksinat
PENANGANAN KASUS KONTAK

 Mengidentifikasi kasus kontak dari setiap suspek difteri : anggota keluarga (setiap
orang yg tinggal di rumah yg sama dgn kasus dalam 10 hari terakhir sebelum kasus
mulai sakit), setiap orang yg berhubungan erat (kurang dari satu meter) dalam waktu
lama (lebih dari satu jam) dalam 10 hari sebelum kasus timbul gejala sakit (cth:
pengasuh, keluarga, atau teman yg teratur mengunjungi rumah), demikian pula petugas
kesehatan yg terpapar sekret oral atau sal.pernafasan kasus
 Kumpulkan identitas, alamat dan nomor kontak untuk pemantauan
 Informasikan tentang KLB dan penyakit
 Berikan antibiotika profilaksis erytromycin untuk 7-10 hari dan imunisasi penta/DT/Td
 Kontak sebaiknya tidak beraktifitas keluar rumah (kerja, sekolah) hingga 48 jam
sesudah minum antibioktika profilaksis, pergunakan APD (masker bedah)
 Meminta kontak memperhatikan timbulnya gejala difteri dalam 7 hari, dan segera ke
pelayanan kesehatan bila timbul gejala sakit menelan dengan demam
Mengetahui sumber penularan & Menghentikan Penularan !!
HUBUNGAN KERJA ANTARA TATALAKSANA KASUS
DAN PENCARIAN KONTAK
Tatalaksana Kasus Pencarian Kontak

Identifikasi Oleh TGC


Kasus diidentifikasi dan klinisi
Kontak

Kontak diwawancara dan diberi Pengawas minum


Gejala Klinis
Obat profilaksis dibawah Obat
Isolasi dan
pengawasan Kunjungan hari 1, 2
Pengobatan dan 7

Gejala Klinis Mencari kasus tambahan di


Oleh TGC
Perbaikan lingkungan
dan
petugas
lapangan
Kasus Difteri yg sudah pulang
Pulang dari perawatan, untuk
Gejala Klinis
dipastikan tetap meminum
obat selama 14 hari dan hasil
lab negatif
Petugas harus menggunakan APD dan menjaga jarak dengan kontak dan kasus.
Pada situasi kontak dan kasus tidak kooperatif, minta bantuan pada petugas berwenang
Distribusi Kasus Difteri Per Bulan Tahun 2018 (s.d. 30 Juni)
140
15

120
Sd. 30 Juni 2018 --> N = 572
14

Minggu 26 thn 2018 : 10


17
100
Minggu 26 thn 2017 :5
13
80 7
4 12 2
28 6 6
9 8
60 15 5
9 10
22 5 1
3
40 23 17
16 9
51 13 15 10
20 12 1
1
26 2
2 1
1 1 1
17 18 19 4 2 2
1 2
12 4 4 2 1
2 1
8 2 2 3 1
1 1
2 1 2
5 4 3
1 2
1 1
1 3 1
1 3 2 3 1
2 1
1 1
1 1
1 1
1 1 1 1
0
AT T A UR EN EH UR NG
T T H N A N N KU AU NG RA LI BI AH AU LO A A
R AR T AC RA RA GA TA AR TA TA U RI U A BA M G RI A AR AR
BA IM
AN I M PU A A N A T A A AL LIT UT JA EN NT G T
AK T T M B B TE SE
L U
SE
L
SE
L
AN G I U
A J A B N LA AN ER
A
SI RA M BE U T RO EN ES
JA
W
JA
W
NT
A T A
E E A N R A A UK TA
N AU GO T
A AN A T
JA
W A T T E GK AL
PU
L SI LA
W
UM LA
W M AN AT N M AN E
LIM L IM S U S U M M BA IM KE
LA
W SU
KA KA S LI SU L
KA KA SU

Jan Feb Mar Apr Mei Juni


Tren Kasus Difteri M1 – M26 Tahun 2017 dan 2018
50 ORI put 2 cls 1, put 1 cls 2 -3 - Jatim
45
45
43

40
40
38 38
37
ORI put 2 cluster 3
35 34

31 31 31
30
26
25 24 24 24
22 22
21 21 21
20
20 19
18 18
16 16 16 16
15 15 15 15 15 15
15
13 13
12 12
11 11 11
10 10
10 9
8 8 8 8
6
5 5 5
5

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

2017 2018

Jumlah kasus per minggu mengalami fluktuatif, namun pasca ORI di bulan Februari dan April, kasus relatif menurun.
Peta Kabupaten/Kota Terdampak Kejadian Difteri
Tahun 2017-2018 (sd. 30 Juni 2018)
Distribusi Kasus Difteri Menurut Umur dan
Status Imunisasi
50 2% 1%
0% 0%
8% 4%
45

1 Kali
40 6
3
17% 2 kali
35 28% 3 Kali
6
8
9 4 Kali
30 1
5 Kali
7 4
25 1 Lengkap
10 15 4
1 10
4 5 Tidak diketahui
4 3 3
20 Tidak Lengkap
2 11 8 1 2 3 40% Tidak pernah
6
15 4 4 2
10 4 1 13
1 2
15 11 2 4 2 2
2
10 2 13 4 5 3 1
8 6 3 3 1 1 2
3 12 9 11 10 6
8
2
2
8 1 4 1
5 6 4 5 1 3 8 62 1
9 6 5 4 7 2 3 1 1 3
5 2 5 3 4 5 2 3 1 4 1 4
2 1 2 2 1 2 3 3 3 4
2 1 1 1 3 1 1 3 2 2 2 4 2 2 2 2 3 1
0 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 42 43 44 46 47 49 50 51 55 58 72 75 79 80

Sebanyak 40% kasus tidak diketahui status imunisasinya, 28 % lengkap


dan 17 % tidak lengkap (berdasarkan pengakuan orang tua)
Distribusi Kasus Difteri Menurut Kelompok Umur
Tahun 2017 Tahun 2018 (s.d 30 Juni)
0%
3%
16%

<1 thn
24%
1-4 thn
5-9 thn
10-14 thn
15-18 thn
19-40 thn
>40 thn
29%
13%

13%

- Pada tahun 2017 dan 2018 proporsi kasus terbanyak pada kelompok umur 5-9 tahun (33 % dan 29%)
- Proporsi kasus pada kelompok umur 1-18 thn tahun 2017 dan 2018 tidak jauh berbeda (77% dan 75%)
PETA SEBARAN KASUS DIFTERI 2017-2018

Data sampai dengan 4 Maret i 2018


TREN KASUS DIFTERI NASIONAL 2010-2018
Distribusi Kematian Difteri Tahun 2017 & 2018

- Pada tahun 2017 kematian terjadi di 8 provinsi dan terbanyak di Jawa Barat, sementara tahun 2018 (s.d 30 Juni) terjadi di 9
provinsi dan terbanyak juga di Jawa Barat.
- Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten dan Kalimantan Barat terdapat kematian pada tahun 2017 maupun
2018.
Kematian Kasus Difteri menurut Kelompok Umur Tahun 2017 & 2018 (s.d. 30 Juni)

12
2018 --> N = 16; CFR = 2,5%
10.0
10

8
8

6
4.8
4 4.3
4

2
2
1.3
1 1
0.7
0 - 0 -
0
<1 thn 1-4 thn 5-9 thn 10-14 thn 15-18 thn 19-40 thn >40 thn

Jml Kematian CFR

- Jumlah kematian terbanyak pada kelompok - Jumlah kematian terbanyak pada kelompok
umur 5-9 tahun (18 kasus) umur 5-9 tahun (8 kasus)
- CFR tertinggi pada kelompok umur 10-14 tahun - CFR tertinggi pada kelompok umur > 40 tahun
(6,1%) (10%)
Situasi Update Sampai Minggu ke-26
Kasus Difteri di Jawa Barat
20 19
18
18

16

14

12 11 11 11

10

8 7
6 6
6 5 5 5
4
4 3
2 2 2
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

0
i I I I K
G AT ka
s O R IS UR ON UT AY
U
GK
A
RT
A
NG UM AY
A
NG JA
R
AS OR AH bo
n
PO YA
UN R
Be OG AM NJ EB R A A L U N K G M e E LA
ND BA .C
I IA IR GA M E N K B A B A D A B E O CI Ci r D A
BA G b. .B B C .C B. RA AL A SU K KM BA
N B A B
TA a A KM
UN Ka B
KA B .
KA ND AJ RW B. SU SI TA OT TA ot OT SI
B. KA KA KA
B I U A . A A O K O KO K K A
KA ND B. B.
M P K
KA
B
B.
T
KO
T K K T
BA KA B. TA
KA A K A O
B. K K
KA

Hidup Meninggal
INDONESIA ASIAN GAMES
ORGANIZING COMMITTEE
(INASGOC)
Terima kasih HEADQUARTER
Jl. New Delhi, Senayan
Jakarta10270 - INDONESIA
t. +62 21 2255 2018
f. +62 21 2253 6780
e. secretariat@Jakarta-palembang2018.org
www.asiangames2018.id

Anda mungkin juga menyukai