Anda di halaman 1dari 33

Manajemen Risiko

Pandemik
& Penilaian Risiko
Kejadian Kesehatan
Masyarakat Akut
Abdurrahman, SKM. M.Kes
Dit. Surveilans dan Kekarantinaan Kesehatan,
Ditjen P2P, Kemenkes R.I
http://www.bencana-kesehatan.netm
Tujuan
Pembelajaran
Umum (TPU)
Setelah mempelajari
materi, peserta mampu
menjelaskan
Manajemen Risiko
pandemik dan Penilaian
Risiko Kejadian
Kesehatan Masyarakat 2
Tujuan
Pembelajaran
Khusus (TPK)

Peserta mampu:
a) Menjelaskan Manajemen Risiko
Pandemi
b) Menjelaskan Analisis Risiko Kejadian
Kesehatan Masyarakat

3
Influenza Pandemics
H1N1 Spanish Flu” 1918 H3N2 Hongkong Flu” 1968

H2N2 Asian Flu” 1957” H1N1pdm09


Manajemen Risiko Pandemi

Manajemen risiko pandemi merupakan


pendekatan untuk mencegah/menurunkan
risiko dan dampak yg akan terjadi, dengan
mengembangankan rencana berdasarkan
penilaian risiko yang ada pada suatu wilayah
serta dengan mempertimbangkan penilaian
risiko global.
FASE PANDEMI

Terdapat 4 fase:
1. Fase Inter-Pandemi
2. Fase Kewaspadaan
3. Fase Pandemi
4. Fase Transisi
Fase setelah pandemi
• COVID-19: Dunia masih berada di fase pertama, menuju fase 2 & 3

1 2
√ 3
?
4 5
X

Kontrol
Pandemi Deselerasi Eliminasi Eradikasi
(Endemi)

• Peningkatan jumlah • Penurunan jumlah kasus • Penyebaran penyakit Penurunan hingga nol Reduksi hingga nol kasus
kasus secara tak baru secara global. yang secara konsisten kasus pada suatu wilayah secara permanen di
terduga. • Faktor yang dapat ada tetapi terbatas pada geografis tertentu, seluruh dunia, hingga
• Menyebar ke wilayah mengubah tren wilayah tertentu. sebagai hasil dari suatu tidak lagi dibutuhkan
geografis global. penurunan: varian baru • Berada pada level yang intervensi yang perlu terus intervensi apa pun.
& imunitas (apakah tidak mendisrupsi dipertahankan.
dapat menahan kehidupan publik.
penularan) • Dapat diprediksi &
stabil.

: COVID-19 diprediksi ?: Belum ditemukan X: COVID-19 nyaris tidak


akan mencapai fase ini. prediksi apakah COVID- mungkin mencapai fase ini
19 dapat mencapai fase
ini.
Komponen Manajemen Risiko Pandemi
1.Mekanisme koordinasi, perencanaan dan monitoring respon kedaruratan,
2.Komunikasi risiko, promosi dan keterlibatan masyarakat,
3.Surveilans, tim gerak cepat, analisa risiko, penyelidikan epidemiologi
4.Pintu masuk negara/ wilayah, perjalanan Internasional dan transportasi
5.Pemeriksaan laboratorium,
6.Manajemen kasus
7.Pencegahan dan pengendalian infeksi
8.Dukungan operasional dan logistic
9.Keberlangsungan pelayanan dan sistem esensial
Risk Assessment

Sebelum dan pada saat terjadi pandemi, perlu


penilaian risiko nasional dan sub nasional
terhadap pandemic, berdasarkan situasi lokal
dengan mempertimbangkan informasi penilaian
risiko global yang ditetapkan oleh WHO.
Penilaian Risiko KLB
Tujuan
Tujuan dilakukannya penilaian risiko, antara lain:

• Menentukan tingkat risiko kesehatan


masyarakat.
• Membuat keputusan yang cepat atas risiko dan
kejadian kesehatan masyarakat.
• Melindungi masyarakat dari bahaya (hazards).
• Mengurangi/mencegah timbulnya penyakit dan
konsekuensi negatif situasi sosial ekonomi
pada populasi terdampak.
Langkah Penilaian Risiko
1. Menentukan Tim Ahli
2. Menyusun pertanyaan risiko
3. Melakukan penilaian risiko berdasarkan 3 komponen,
yaitu bahaya (hazard), paparan (exposure), dan faktor
luar (context)
4. Penentuan tingkat risiko
5. Mengidentifikasi langkah respon
Tim Penilaian Risiko
• Tenaga yang menguasai/ahli di bidangnya dapat
terdiri dari:

Epidemiolog, entomolog, dokter, ahli laboratorium, ahli


kesehatan lingkungan, ahli kesehatan hewan, dan ahli
lainnya yg dibutuhkan

Anggota tim penilai dapat disesuaikan dengan


SDM yang tersedia di wilayahnya.
Penilaian Risiko KLB/
Kejadian Kesehatan Masyarakat
Deteksi Kejadian/
ancaman KLB
Tim Analisa Risik
Besaran masalah Konfirmasi Kejadian
Pertanyaan Risiko

Agen menyebabkan
pandemi
(Virology, Kimia,
radiology, dll), Tingkat
keparahan klinis,
Paparan respon obat
Host (Komorbid,
Kerentanan,
Immunitas, Sociocultural
vaksinasi) Technical Capacity
Inkubasi economy
Riwayat perjalanan environment
Policy

Karakterisasi Risiko
Public health response
Bahaya (hazard)
• Penilaian bahaya merupakan kegiatan identifikasi bahaya (atau
sejumlah potensi bahaya) yang dapat menimbulkan masalah
kesehatan.
Penilaian bahaya meliputi:
• Identifikasi bahaya
• Peninjauan informasi penting tentang potensi bahaya
(karakteristik bahaya, spt: virulensi, CFR, tingkat penyebaran)
Paparan (Exposure)
• Penilaian paparan merupakan evaluasi paparan pada individu
dan populasi terhadap kemungkinan bahaya.
• Output utama dari penilaian ini adalah perkiraan:
– Jumlah orang atau kelompok yang mungkin telah terkena.
– Jumlah orang yang terkena atau kelompok yang cenderung rentan (yaitu
kemungkinan tertular penyakit karena belum terbentuk kekebalan)
Konteks
• Penilaian konteks merupakan evaluasi terhadap kapasitas
sumber daya yang dimiliki dalam menghadapi kemungkinan
ancaman. Termasuk juga keadaan ekonomi, politik dan budaya
yang ada disuatu daerah tsb.

• Contoh:
• Dukungan regulasi pemerintah.
• Kapasitas pelayanan kesehatan, SDM, logistic, renkon
kedaruratan, fasyankes, dll
MEMPERKIRAKAN RISIKO DENGAN PLOT
PADA MATRIKS RISIKO
Keterangan:
• Merah: menerapkan upaya mitigasi
risiko tambahan disamping yang
sudah ada; meningkatkan
surveilans
• Kuning: meninjau dan
menyesuaikan upaya mitigasi
risiko; surveilans ditingkatkan
(kegiatan surveilans atau
menautkan kegiatan surveilans
saat ini)
• Hijau: mempertahankan upaya
mitigasi risiko saat ini; surveilans
seperti biasa
MEMPERKIRAKAN KEMUNGKINAN

Tabel Kriteria Kemungkinan Kualitatif

Perkiraan
Kriteria
Kemungkinan
Tinggi Situasi yang dideskripsikan dalam pertanyaan penilaian risiko
kemungkinan besar akan terjadi.
Sedang Situasi yang dideskripsikan dalam pertanyaan penilaian risiko
kemungkinan akan terjadi.
Rendah Situasi yang dideskripsikan dalam pertanyaan penilaian risiko
kemungkinan tidak terjadi.
Dapat diabaikan Situasi yang dideskripsikan dalam pertanyaan penilaian risiko hampir
19
pasti tidak terjadi, tetapi dapat terjadi dalam situasi luar biasa.
TABEL KRITERIA DAMPAK
Estimasi Kriteria
dampak
Parah (Severe) ● Kasus dilaporkan dihampir banyak wilayah dengan angka kesakitan yang tinggi dan kematian yang tiggi juga
● Berpotensi KLB (berdampak pada kelompok risiko tinggi yang besar)
● Gangguan yang parah pada layanan dan aktivitas masyarakat normal.
● Ancaman terhadap kehidupan dan mata pencaharian masyarakat
● Pengendalian yang sangat besar dibutuhkan dengan biaya yang cukup signifikan dari pemangku kepentingan.
● Gangguan yang sama terjadi pada sektor lainnya

Sedang ● Kasus dilaporkan pada beberapa wilayah dengan kematian


(Moderat) ● Kemungkinan merupakan ancaman bagi kehidupan dan mata pencaharian masyarakat
● Beberapa strategi pengendalian dibutuhkan dengan biaya yang cukup besar.
● Gangguan yang sama terjadi pada sektor lainnya

Kecil (Minor) ● Kasus yang dilaporkan jarang


● Dampak pada wilayah kecil
● Diperlukan pengendalian dengan biaya medium/ sedang- rendah.
● Gangguan yang sama terjadi pada sektor lainnya

Negligible/ ● Tidak terdapat kasus yg dilaporkan


dapat diabaikan ● Tidak ada ancaman pada layanan dan aktivitas masyarakat
● Beberapa pengendalian dilakukan dengan biaya yang kecil.
PENILAIAN RISIKO
DALAM PENANGGULANGAN RABIES DI KAB.DOMPU
TAHUN 2019 -2020
Pertanyaan
Langkah 1
Risiko
1. Seberapa besar kemungkinan dan dampak terjadinya kasus rabies
baru pada manusia yang di sebabkan oleh HPR anjing di Kabupaten
Dompu dalam 6 bulan kedepan?
2. Seberapa besar kemungkinan dan dampak adanya kasus rabies
baru pada turis di daerah wisata kecamatan Hu’u yang disebabkan
oleh gigitan HPR anjing dalam 6 bulan kedepan?
Langkah 2
Penilaian Bahaya
• Informasi dasar mengenai Rabies
• Rabies disebabkan oleh Lyssa virus , menyerang susunan syaraf
• Setelah ada gejala klinis pada manusia , CFR 99,9 %
• Tidak ada pengobatan yang spesifik
• Munculnya gejala klinis rabies dapat di cegah dengan pemberian VAR
dan SAR sesuai indikasi dan mencuci luka sesegera mungkin dengan
menggunakan sabun di bawah air mengalir selama 15 menit.
Penilaian Paparan Langkah 3
Data Dari Kesehatan Hewan
1. Jumlah Populasi anjing:11.510
2. Jumlah HPR yang menggigit:66
3. Jumlah HPR yang di periksa sampel otak:119
4. HPR yang sudah di nyatakan positif: 56
5. HPR yang sudah di eliminasi:3123
6. HPR yang sudah di vaksin:6229 ( Cakupan : 54%) target ( 70%)
7. HPR yang sudah di nyatakan Positif: Anjing,Kucing dan Sapi
Data Dari Kesehatan
1. Jumlah kasus GHPR: 917 Kasus
2. Jumlah kasus GHPR yang sudah di VAR: 914 Kasus
3. Jumlah kasus GHPR yang di SAR: 34 Kasus
4. Jumlah lyssa : 6 Kasus
5. Kasus GHPR yang terjadi < 15 Tahun:379 Kasus
6. Kasus GHPR yang terjadi > 15 Tahun:538 Kasus
7. Jumlah Kasus GHPR Laki-Laki: 539 Kasus
8. Jumlah kasus GHPR Perempuan: 378 Kasus
9. Jumlah Kecamatan yang sudah ada Kasus GHPR: 8 Kec
10. Jumlah Desa Desa/Kel yang ada Kasus GHPR:76 dari 81 desa/kel
Penilaian Konteks Langkah 4
• Sudah ada pernyatan KLB dari Bupati Dompu SK No 441.7/72/DIKES/2019 Tentang Penetapan Kabupaten
Dompu Sebagai Daerah Kejadian Luar Biasa (KLB) Rabies.
• Belum ada pernyataan kedaruratan (Siaga / tanggap darurat ) dari kepala daerah
• Dana BTT yang sudah di pakai
Dinas Kesehatan : Rp 175.000.000
* Pembelian VAR : Rp. 100.000.000 ( 335 VAR ) Kondisi sudah di pakai semua
* Pembelian APD : Rp.28.000.000 ( 100 Set) sudah di distribusikan ke RS dan FKTP
* Seminar Rabies : Rp. 18.000.000
* Peningkatan Kapasitas petugas : Rp.12.000.000
* Operasional : Rp.17.000.000

Dinas Peternakan : Rp 300.000.0000.


* Operasional elimanasi ( PERBAKIN, Striknine)
* Pembelian racun anjing
* Sosialisasi/ KIE
• Bantuan Vaksin anjing dari KEMENTAN sejumlah 9.000 dan terpai 6.000 dan buffer stok tinggal 3.000
• Dana operasional untuk vaksinasi untuk vaksinator belum ada.
• APD petugas peternakan belum ada.
• Cool Box 10 untuk vaksinasi anjing dan kulkas untuk penyimpanan vaksin 10 buah , Petugas vaktsinator anjing
4 orang ( dokter hewan dan paramedis keswan) per kecamatan.
Penilaian Konteks
• Belum ada rencana operasional terintegrasi untuk penanganan KLB Rabies.
• Pembentukan tim penanggulangan KLB Rabies di Kabupaten Dompu No. 524.1/01/
DISNAKWAN/2019.
• Belum ada kegiatan monitoring dan implementasi penanggulangan rabies.
• Belum optimalnya peran lintas sektor dalam penanggulangan rabies
• Penunjukkan Juru bicara untuk informasi rabies di tunjuk kepala dinas kesehatan dan
peternakan dan sekertaris Dinas kesehatan dan peternakan
• Belum pernah dilakukan Penilaian risiko cepat berkala berdasarkan informasi yang tersedia
• Berbagi informasi dan penyelidikan epidemiology dan respon Bersama antara dinkes dan
disnak.
• BPBD belum terpapar dalam pengendalian rabies
• Pelatihan petugas laboratorium pemeriksaan cepat rabies pada hewan (HPR)
• Pelatihan vaksinator dan penanganan GHPR.
• Pelatihan petugas dalam penanganan rabies di Sumbawa ( 9 petugas puskesmas, 2 petugas
rumah sakit dan 2 dua petugas dinas kesehatan)
• Seminar sehari penanganan rabies dari sisi penyakit syaraf
• OJT petugas dalam penanganan kasus rabies
Matrik Penilaian
NO Nama Ahli Nilai Hazard Nilai Paparan Nilai Konteks Nilai DAMPAK
1 A Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
2 B Sedang Tinggi Tinggi Sedang
3 C Tinggi Sedang Sedang Tinggi
4 D Tinggi Tinggi Sedang Sedang
5 E Sedang Tinggi Tinggi Sedang
KESIMPULAN Tinggi = Hampir Tinggi = Hampir TINGGI= Hampir Besar
Pasti Pasti pasti
Karakterisasi Risiko
Pertanyaan Risiko : Bagaimana kemungkinan dan dampak adanya kasus baru rabies pada manusia
yang di sebabkan oleh HPR anjing di kabupaten dompu dalam 6 bulan kedepan?

Kemungkinan Hampir Pasti


Dampak Besar
Estimasi tingkat Risiko :
Sangat Tinggi
Tingkat keyakinan : Sedang.
Karakterisasi Risiko
Pertanyaan Risiko : Bagaimana kemungkinan dan dampak adanya kasus rabies baru pada turis di
daerah wisata kecamatan Hu’u yang disebabkan oleh gigitan HPR anjing dalam 6 bulan
kedepan?

Kemungkinan Besar
Dampak : Besar
Estimasi tingkat Risiko :
Sangat Tinggi

Tingkat keyakinan : Rendah.


Rekomendasi
• Mengusulkan kepada kepala daerah untuk mempertimbangkan pernyataan Tanggap
Darurat Rabies dan aktivasi Posko Tanggap Darurat Rabies
• Penyusunan rencana operasional dan akses dana kebencanaan
• Vaksinasi Anjing dengan cakupan 70 % (Estimasi populasi anjing, dan rencana vaksinasi
termasuk biaya operasional, petugas vaksinasi)
• Pengendalian mobilisasi HPR (Memperketat spot check site)
• Pengadaan Stockpile VAR/ SAR untuk manusia
• Pengadaan VAR untuk anjing dan operasionalnya
• Penambahan petugas Vaksinator anjing
• Penyuluhan kepada masyarakat tentang rabies
• Mobilisasi anjing
• Bahaya penyakit rabies , mewajibkan menjadi pemilik yang bertanggung jawab,, vaksinasi rabies
pada anjing (Menyusun Perda)
• Edukasi Cuci luka dan mengunjungi faskes untuk VAR/ SAR pada manusia
• Adanya kegiatan monitoring dan evaluasi penanggulangan rabies di kabupaten dompu.
RENCANA PENANGGULANGAN RABIES DI KABUPATEN DOMPU TAHUN 2019

Keterangan detail kegiatan /


Anggaran yang
No Kegiatan Lokasi target target populasi (Anjing/ Sumber anggaran PIC Unit terkait Timeline pelaksanaan
diperlukan
manusia)
APBN, APBD I, APBD II
720 kasus ( Rata-Rata kasus GHPR ( Var yang sudah di drop
per Hari 3 orang) Jumlah VAR 2700, dari pusat. 459 dari
Pengadaan oleh dikes dan
yang di butuhkan 2.880, dengan prov, 535 dari APBD II) Dikes, PEMDA,
1 Pengadaan Vaksin Anti Rabies (VAR) VAR di distribusi pada 9 Rp 779,121,280 April-Desember Tahun 2019
pemberian 4 Dosis per orang ( H0: sisa stok var : 75 vial. BAPPEDA, BPKAD
pusk dan 1 RS
2 Dosis. H7: 1 Dosis dan H21: 1 Untuk data pembelian
Dosis) Harga Per Vial. RP.270.181 VAR dari dana APBD II :
Rp.100.000.000
APBN, APBD I, APBD II
Pengadaan oleh dikes dan 50 kasus ( di berikan sekali pada ( SAR yang dikirim pusat
Dikes, PEMDA,
VAR di distribusi pada 9 H0) Harga per Vial untuk 10 ml Rp. Rp 300,000,000 50 vial) sudah di pakai 32 Tahun 2020
BAPPEDA, BPKAD
pusk dan 1 RS 6.000.000 vial) sisa stok 13 vial di
2 Pengadaan Serum Anti Rabies (SAR) bon sumbawa 5 vial
Camat, Kepala desa.Lurah,
Dikes. Dinas
3 Sosialisasi penyakit rabies 8 Kecamatan Toga,Toma dan organisasi Rp 35,000,000 APBD II, BOK, OP JKN Tahun 2019 dan 2020
Peternakan
masyarakat

4 Pelayanan vaksin kasus GHPR kasus GHPR yang di vaksin 720 kasus Rp 40,000,000 APBD II, BOK, OP JKN Puskesmas April - Desember Tahun 2019
di Puskesmas maupun
kunjungan ke rumah pasien

5 Pengadaan APD Untuk Petugas Puskesmas 65 Petugas Rp 28,000,000 APBD II ( DANA BTT) Tahun 2019
dan Rumah Sakit
Kegiatan Di kabupaten
Seminar tentang penanganan rabies dengan sasaran petugas Dokterspesialis saraf
6 50 Petugas Rp 18,000,000 APBD II ( DANA BTT) Tahun 2019
dari sisi penyakit syaraf Rumah Sakit, puskesmas dari RSU Bima
dan dikes

TOTAL Rp 1,200,121,280
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai