Anda di halaman 1dari 68

PERMENKES RI

NOMOR 033 TAHUN 2012


 UU No. 36 th 2009 ttg Kesehatan
 UU No. 8 th 1999 ttg Perlindungan Konsumen
 UU No. 12 th 2012 ttg Pangan
 PP No. 28 th 2004 ttg Keamanan, Mutu & Gizi Pangan.
 Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No. 36 dan
37 Tahun 2013 berturut-turut, tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pengawet dan Pewarna.
 Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No.
HK.00.05.5.1.4547 ttg Persyaratan Penggunaan Bahan Tambahan
Pangan Pemanis Buatan Dalam Produk Pangan .
 Peraturan Walikota Kota Pekalongan No. 5 th 2012, ttg
Bahan Tambahan Berbahaya yang dipergunakan dalam
makanan.
 Peraturan Daerah Kota Pekalongan No. 7 Tahun 2013, ttg
Larangan Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Berbahaya
BTP ???
 Bahan Tambahan Pangan yang selanjutnya
disingkat BTP adalah bahan yg ditambahkan
ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat
atau bentuk pangan
 BTP tidak dimaksudkan untuk dikonsumsi
secara langsung & atau tidak diperlakukan
sbgi bahan baku pangan
 BTP tdk termasuk cemaran atau bahan yg
ditambahkan ke dlm pangan utk
meningkatkan nilai gizi.
Mengapa Pengolah Pangan dan
Konsumen Perlu Mengetahui BTP ???

 Bahan kimia berbahaya masih


digunakan
 Karena ketidak tahuan
produsen pangan
 PENTING!pengaruh BTP thd
kesehatan
 Melindungi diri agar terhindar
dari bahaya
Mengapa BTP Sering Ditambahkan ke
dalam Pangan?

 Mengawetkan pangan
 Membentuk pangan
 Memberikan warna
 Meningkatkan kualitas pangan
 Menghemat biaya
 Memperbaiki tekstur
 Meningkatkan cita rasa
 Meningkatkan stabilitas
Penggolongkan BTP
Permenkes RI No. 033 Tahun 2012
( BTP yg digunakan dalam pangan Ada 27 Golongan : )

1. Antibuih
2. Antikempal
3. Antioksidan
4. Bahan Pengkarbonasi
5. Garam Pengemulsi
6. Gas untuk kemasan
7. Humektan
8. Pelapis
9. Pemanis
10. Pembawa
11. Pembentuk gel
12. Pembuih
Penggolongkan BTP
Permenkes RI No. 033 Tahun 2012
( BTP yg digunakan dlm pangan ada 27 golongan : )
13. Pengatur keasaman 26. Propelan
14. Pengawet 27 Sekuestran
15. Pengembang
16. Pengemulsi
17. Pengental
18. Pengeras
19. Penguat rasa
20. Peningkat volume
21. Penstabil
22. Peretensi warna
23. Perisa
24. Perlakuan tepung
25. Pewarna
BAHAN YANG DILARANG DIGUNAKAN SEBAGAI BAHAN
TAMBAHAN PANGAN (BTP) PERMENKES No 033 TH 2013
1. Asam Borat dan senyawanya (Boric acid/Boraks)
2. Asam Salisilat dan garamnya
3. Dietilpirokarbonat
4. Dulsin
5. Formalin
6. Kalium bromat
7. Kalium klorat
8. Kloramfenikol
9. Minyak nabati yang dibrominasi
10. Nitrofurazon
11. Dulkamara
12. Kokain
13. Nitrobenzen
14. Sinamil antranilat
15. Dihidrosafrol
16. Biji tonka
17. Minyak kalamus
18. Minyak tansi
19. Minyak sasafras
JENIS & BATAS MAKSIMUM BTP YG DIIZINKAN
PERMENKES No 033 TH 2013

1. Jenis BTP yg diizinkan pada gol sbgmn


dimaksud PERMENKES NO.033 TH 2013,
tercantum pada lampiran 1
2. BTP hanya boleh digunakan tidak melebihi
batas maksimum penggunaan dalam katagori
pangan.
3. Untuk pangan yg mgd BTP, pada label wajib
dicantumkan gol BTP
JENIS & BATAS MAKSIMUM BTP YG DIIZINKAN
PERMENKES No 033 TH 2013

Contoh :
Pada label pangan yg mgd pemanis buatan,
wajib dicantumkan tulisan ‘Mengandung pemanis
buatan’ disarankan tidak dikonsumsi oleh anak di
bawah 5 (lima) tahun, ibu hamil, dan ibu
menyusui.
PELANGGARAN THD PERMENKES No 033 TH 2013
SANKSI ADMINISTRATIF (Pasal 17)

 Peringatan secara tertulis


 Larangan mengedarkan untuk sementara
waktu dan/atau perintah untuk penarikan
kembali dari peredaran
 Perintah pemusnahan, jika terbukti tidak
memenuhi persyaratan keamanan atau mutu
 Pencabutan izin edar
 Memastikan bahwa BTP yg akan
digunakan adalah untuk makanan/pangan
 Ada izin Depkes RI/BPOM RI (MD No...)
 Ada kode huruf “M”, untuk makanan .
 Mengetahui dosis/batas maksimum BTP
yg digunakan pada makanan/pangan
 Jika ragu, sebaiknya tidak menggunakan
BTP. selama penyimpanan
Golongan Pewarna (Colour)
1 Pewarna Alami
 Kurkumin CI. No. 75300
 Riboflavin
 Klorofil CI. No. 75810
 Karamel I
 karamel III
 dsb (Lamp 1 Permenkes 033 Th 2013, &
Per Ka BPOM RI No. 37 Th 2013 ttg Batas
Maksimum Penggunaan BTP Pewarna )
Golongan Pewarna (Colour)
2. Pewarna Sintetis
 Tartrasin CI. No. 19140
 Kuning kuinolin CI. No. 47005
 Eritrosin CI. No. 45430
 Indigotin CI. No. 73015I
 dsb (Lamp 1 Permenkes 033 Th 2013. &
Per Ka BPOM RI No.37 Th 2013 ttg Batas Maks
imum Penggunaan BTP Pewarna
)
PEWARNA (COLOUR)

 Memberi kesan menarik bagi konsumen


 Menyeragamkan warna makanan
 Menstabilkan warna
 Menutupi perubahan warna selama
proses pengolahan
 Mengatasi perubahan warna selama
penyimpanan
Masyarakat salah menggunakan pewarna
Bahan berbahaya/pewarna batik digunakan sebagai
Bahan Tambahan Pangan (BTP)
Bahaya akut (jangka pendek) Metanil Yellow dan Rhodamin
B:

1. Bila terhirup : iritasi, kerusakan jaringan hati, perdarahan paru,


radang ginjal, methemoglobinemia, reaksi alergi yg hebat
2. Bila kontak kulit : ruam dan iritasi
3. Bila kontak mata : gangguan penglihatan dan kabur
4. Bila tertelan : mual, muntah, sakit perut, diare, panas, rasa tidak enak,
tekanan darah rendah

Bahaya kronis (jangka panjang) :

1. Bila terhirup : kanker saluran kencing, terutama kandung kemih


2. Bila kontak kulit : dermatitis dan kanker saluran kencing
3. Bila tertelan : kanker saluran kencing, terutama kandung kemih
Pewarna yang diizinkan
Permenkes RI No. 033 Tahun 2012
(BTP)
1.Pewarna Alami :
Pewarna yg dibuat melalui proses ekstraksi, isolasi
atau derivatisasi dari tumbuhan, hewan, mineral
atau sumber alami lain, termasuk pewarna identik
alami
Gol Pewarna (Colour)
Pewarna Alami
Kurkumin CI. No. 75300
 Riboflavin
 Klorofil CI. No. 75810
 Karamel I
 karamel III
Pewarna yang diizinkan
Permenkes RI No. 033 Tahun 2012
(BTP)
2.Pewarna Sintetis :
Pewarna yg diperoleh secara
sintetis kimiawi.
Golongan Pewarna (Colour)
2. Pewarna Sintetis
 Tartrasin CI. No. 19140
 Kuning kuinolin CI. No. 47005
 Eritrosin CI. No. 45430
 Indigotin CI. No. 73015I
 dsb (Lamp 1 Permenkes 033 Th 2013)
PENGGUNAAN BTP
Sesuai batas maksimum untuk pangan/makanan
Batas maksimum sesuai ADI (Acceptable Daily Intake/Asupan
Harian yang Dapat Diterima) adalah : Jumlah maksimum BTP
dalam mg/kg berat badan yg dpt dikonsumsi setiap hari selama
hidup tanpa menimbulkan efek merugikan thd kesehatan.
Batas Mak Cara Produksi Pangan yg Baik atau Good
Manufacturing Practice (CPPB) adalah : Jumlah BTP yg diizinkan
tdpt pada pangan dlm jumlah secukupnya untuk menghasilkan
efek yang diinginkan (Per BPOM RI No.37 Th 2013)
Pemanis
Pemanis yang diizinkan
Permenkes RI No. 033 Tahun 2012
(BTP)
2.Pemanis Alami :
Pemanis yg dapat ditemukan dalam bahan alam
meskipun prosesnya secara sintetik ataupun
fermentasi.
 Sorbitol o Maltitol
 Manitol o Laktitol
 Isomalt o Eritritol
 Silitol
 Glikosida Steviol
Pemanis
Pemanis yang diizinkan
Permenkes RI No. 033 Tahun 2012
Batas Maksimum
(Lamp 1: Kep Ka BPOM RI No. HK.00.05.5.1.4547 ttg
Penggunaan Pemanis Buatan
2.Pemanis Buatan :
Pemanis yg diproses secara kimiawi, dan senyawa
tersebut tidak tersedia di alam.
 Asesulfam-K
• Neotam
 Aspartam
 Asam Siklamat
 Kalsium Siklamat
 Natrium Siklamat
 Sakarin
 Sukralosa
Pemanis Buatan
• Rasanya lebih manis
• Membantu mempertajam penerimaan terhadap
rasa manis
• Harganya lebih murah

 Tidak mengandung kalori,


cocok untuk penderita
penyakit gula (diabetes)
 siklamat (30-80x); sakarin
(300x); aspartam
Sakarin dan Siklamat
 Cocok untuk penderita diabetes atau sedang
menjalani diet kalori
 Batas maksimum siklamat adalah 100 mg –
3000 mg/kg bahan (Sesuai bahan makanan)
 Batas maksimum sakarin adalah 15 – 2000
mg/kg bahan ( Sesuai bahan makanan)
 Pemakaian berlebih : penderita kekurangan
kalori
 Siklamat :Amerika  sudah DILARANG
PENGAWET
Pengawet yang diizinkan
 Permenkes RI No. 033 Tahun 2012
 Peraturan Kepala BPOM RI No. 36 Th 2013 ttg Batas
Maksimum Penggunaan BTP Pengawet

Pengawet :
 Bahan tambahan pangan untuk mencegah atau
menghambat fermentasi, penguraian, dan
pengrusakan lainnya terhadap pangan yg disebabkan
mikroorganisme.
Pengawet yang diizinkan
 Permenkes RI No. 033 Tahun 2012 (BTP)
 Batas Maksimum
(Per BPOM No. 36 Th 2013 ttg Batas Maksimum Peng
gunaan
BTP Pengawet
 Asam sorbat dan garamnya
 Asam benzoat dan garamnya
 Etil para-hidroksibenzoat
 Metil para-hidroksibenzoat
 Sulfit
 Nisin
 Nitrit
 Nitrat
 Asam propionat dan garamnya
 Lisozim hidroklorida
Selain diatas dilarang menggunakan bahan
berbahaya sebagai BTP
PENGAWET
Mengawetkan pangan yang mudah rusak

 Natrium / kalium Benzoat (sari buah, minuman ringan, saus tomat,


saus sambal, jem, jeli, manisan, kecap
 Propionat (Roti dan keju olahan)
 Nitrit (Kalium/natrium)

Daging olahan (sosis, kornet kalengan), keju


 Sorbat (garam kalium/kalsium)
Margarin, pekatan sari buah, keju
 Sulfit (garam kalium/natrium bisulfit)
potongan kentang goreng, udang beku, pekatan sari nenas
DOSIS HARUS SESUAI ! TIDAK BOLEH BERLEBIH !!!
BAHAN BERBAHAYA
DILARANG DIGUNAKAN SEBAGAI
BTP !!!
BORAKS
 baso, mie basah, pisang molen, lemper, buras, siomay, lontong, ketupat, dan
pangsit
 lebih kompak (kenyal) teksturnya dan memperbaiki penampakan
 antiseptik dan pembasmi kecoa, pengawet dan anti jamur kayu
 Bahaya : Boraks beracun terhadap semua sel. Bila tertelan berefek pada
Susunan saraf pusat, ginjal, dan hati. Organ yang paling rusak adalah ginjal.
Dosis fatal : 15-20 g (dewasa), dan 3 – 6 g (anak-anak)

FORMALIN
 tahu & mie basah
 mengawetkan mayat & organ tubuh
Formalin :
Formalin/Formaldehid adalah gas yang biasanya tersedia
dalam bentuk cairan 40%
Jernih, tidak berwarna, bau busuk Uapnya
merangsanagselaput lendir hidung, tenggorokan dan
saluran Cerna.
Konsentrasi 0,5 – 1 bpj di udara dapat terdeteksi dari
baunya

BIDANG SER-LIK BBPOM DI SEMARANG


F ORMALIN adalah larutan yang tidak
berwarna dan baunya sangat menusuk.

Di dalam formalin terkandung sekitar 37%


formaldehid dalam air.

Biasanya ditambahkan metanol hingga 15%


sebagai pengawet.

Formalin dikenal sebagai bahan pembunuh


hama (desinfektan) dan banyak digunakan
dalam industri.
 Formol  Formalith
 Morbicid  Karsan
 Methanal  Methylene glycol
 Formic aldehyde  Paraforin
 Methyl oxide  Polyoxymethylene
 Oxymethylene glycols
 Superlysoform
 Methylene aldehyde
 Oxomethane  Tetraoxymethylene

 Formoform  Trioxane
Penggunaan Formalin
• Pembunuh kuman  pembersih : lantai, kapal, gudang dan pakaian
• Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain
• Bahan pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan
bahan peledak
• Pengeras lapisan gelatin dan kertas (fotografi)
• Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea
• Bahan pembuatan parfum
• Bahan pengawet kosmetika  pengeras kuku
• Pencegah korosi untuk sumur minyak
• Bahan untuk insulasi busa
• Bahan perekat untuk produk kayu lapis (plywood)
• Dalam konsentrasi yg sangat kecil (<1 %) digunakan sebagai
pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih
rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut, perawat sepatu,
shampoo mobil, lilin dan karpet.
• Bahaya utama
Formalin sangat berbahaya jika terhirup, mengenai
kulit dan tertelan.
Akibat yang ditimbulkan dapat berupa :
- Luka bakar pada kulit
- Iritasi pada saluran pernafasan
- Reaksi alergi dan
- Bahaya kanker pada manusia
• Bahaya jangka pendek (akut)
• Bahaya jangka panjang (kronis)
Bahaya jangka pendek (akut)
Apabila tertelan maka mulut, tenggorokan dan perut terasa
terbakar, sakit menelan, mual, muntah dan diare,
kemungkinan terjadi pendarahan , sakit perut yang hebat,
sakit kepala, hipotensi (tekanan darah rendah), kejang,
tidak sadar hingga koma.
Selain itu juga dapat terjadi kerusakan hati, jantung, otak,
limpa, pankreas, sistem susunan syaraf pusat dan ginjal.

Bahaya jangka panjang (kronis)


Apabila tertelan akan menimbulkan iritasi pada saluran
pernafasan, muntah-muntah dan kepala pusing, rasa
terbakar pada tenggorokan, penurunan suhu badan dan
rasa gatal di dada.
Apa dasar hukum dalam pelarangan penggunaan
formalin pada pangan ?
• Formalin merupakan bahan kimia berbahaya yang dilarang
penggunaannya dalam pangan menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 033 Tahun 2013
• Formalin termasuk bahan berbahaya sesuai Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor. 472/MenKes/Per/V/1996
tentang Pengamanan Bahan Berbahaya Bagi Kesehatan

• Tata cara perniagaan Formalin diatur dengan Keputusan


Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor
254/MPP/Kep/7/2000. Impor formalin hanya boleh dilakukan
oleh Importir Produsen Bahan Berbahaya (IP-B2) atau Importir
Terdaftar Bahan Berbahaya (IT-B2) yang diperuntukkan
semata-mata hanya untuk kebutuhan produksinya sendiri.
Dilarang diperjualbelikan/diperdagangkan maupun
dipindahtangankan kepada siapa saja.
Bagaimana mengetahui secara
pasti adanya formalin pada produk
pangan?

Deteksi formalin secara kualitatif


maupun kuantitatif secara akurat
hanya dapat dilakukan di
laboratorium dengan menggunakan
pereaksi kimia.
Bagaimana mengenali kemungkinan suatu
produk pangan mengandung formalin sebagai
pengawetnya ?
Ciri-ciri produk yang mengandung formalin
MIE BASAH :
• Tidak rusak sampai 2 hari pada suhu kamar (25oC) dan
bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es (10oC)
• Bau agak menyengat, bau formalin
• Tidak lengket dan mie lebih mengkilap dibandingkan
mie normal

TAHU :
• Tidak rusak sampai 3 hari pada suhu kamar (25oC) dan
bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es (10oC)
• Tahu terlampau keras, namun tidak padat
• Bau agak mengengat, bau formalin (dengan kandungan
formalin 0.5-1ppm)
BASO :
• Tidak rusak sampai 5 hari pada suhu kamar (25oC)
• Teksturnya sangat kenyal

IKAN SEGAR :
• Tidak rusak sampai 3 hari pada suhu kamar (25oC)
• Warna insang merah tua dan tidak cemerlang, bukan
merah segar dan warna daging ikan putih bersih
• Bau menyengat, bau formalin

IKAN ASIN :
• Tidak rusak sampai lebih dari 1 bulan pada suhu
kamar (25oC)
• Bersih cerah
• Tidak berbau khas ikan asin
• Terhadap produk pangan olahan yang mengandung
formalin, maka produsen yang bersangkutan harus
melakukan hal-hal sebagai berikut :
• Penarikan produk berformalin tersebut dari peredaran
untuk diamankan
• Terhadap produk yang telah diamankan dilakukan
pemusnahan
• Terhadap produsen mie basah telah ditindaklanjuti
dengan tindakan pro justisia (proses pengadilan) dan
hukuman yang diberikan adalah denda 350-500 ribu
subs 4 hari-1 bulan kurungan.
• Untuk produk pangan olahan hasil industri rumah tangga
pangan (IRTP/home industri) :
• Dinas Kesehatan setempat melakukan pembinaan dan
produknya dimusnahkan
• Audit terhadap industrinya sehingga proses
pengolahan pangan dan produk pangan yang
dihasilkan dapat dipantau keamanannya.
• Untuk ikan segar dan hasil laut, Badan POM RI mengirim
surat kepada Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan
setempat, dengan tembusan kepada Dirjen PK2P serta
Dirjen Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan
Perikanan Jakarta. Dengan demikian tindak lanjutnya
dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Setempat.
• Perlu mengatur secara rinci peredaran dan tata niaga
khusus untuk bahan berbahaya formalin agar tidak
disalahgunakan.
• Audit terhadap IRTP mulai proses pengolahan pangan
hingga dihasilkan produk pangan
• Pendidikan terhadap industri pangan dan konsumen.
Kegiatan ini berupa penyuluhan, seminar, penyebaran
leaflet, talk show di TV & radio dan penulisan artikel pada
koran/majalah.
• Pencarian bahan pengawet alternatif pengganti formalin
untuk mie basah telah diupayakan oleh Departemen Ilmu
dan Teknologi Pangan IPB bekerjasama dengan produsen
terigu dan Australian Wheat Board.
• Konsumen pangan sebaiknya :
• Meneliti setiap pangan yang akan dikonsumsi.
• Pembacaan label pangan yang terdapat pada pangan
olahan.
• Konsumen harus mempunyai keberdayaan dari segi
pengetahuan maupun sosial-ekonomi.
• Konsumen harus lebih berani menanyakan kepada
penjual mengenai keamanan produk-produk yang akan
dibelinya
Pengemulsi, Pengental

 untuk memantapkan emulsi dari lemak dan air


 produk tetap stabil, tidak meleleh, tidak terpisah
antara bagian lemak dan air,

• mempunyai tekstur yang kompak


• es krim, es puter, saus sardin,
jem, jeli, sirup, dan lain-lain
Penguat Rasa (Penyedap Rasa & Aroma)

 Mengandung MSG (MonoSodium Glutamat)


 Asam glutamat menghantar sinyal-sinyal antar
sel otak, dan dapat memberikan cita rasa pada
makanan
Pengemulsi, Pengental

 Agar  Karagen
 Alginat  Pektin
 Gelatin  Pati
asetat
 Gum  Dekstrin
 Lesitin
ANTIOKSIDAN
 Mencegahketengikan kerena oksidasi lemak
dan produk mengandung lemak.

• Asam Askorbat - kaldu, daging olahan/awetan, jem,


jeli dan marmalad, serta makanan bayi, ikan beku,
dan potongan kentang goreng beku
ANTIOKSIDAN
 Butil
hidroksi anisol (BHA) – lemak,
minyak, margarin
 Butilhidroksi toluen (BHT) – ikan
beku, minyak, margarin, mentega,
ikan asin
 Propil
galat – lemak & minyak
makan, margarin, mentega
 Tokoferol
– makanan bayi, kaldu,
lemak & minyak makan
PENGERAS
 membuatmakanan menjadi lebih keras atau mencegah
makanan menjadi lebih lunak
 Kalsium glukonat,
untuk mengeraskan buah-buahan dan sayuran dalam kaleng
seperti irisan tomat kalengan, buah kalengan, jem, jelly
 Kalsium klorida,
buah kalengan
 Kalsium sulfat,
untuk irisan tomat kalengan,
apel dan sayuran kalengan
i t r a
a t c k?
bu u r u
e m di b
g m n ja
yan m e
pa k i t a
A an
an g
p Residu Pestisida
Pewarna dilarang? Rhodamin B,
Residu Obat Hewan Methanil Yellow?
Dsb.

Mengandung boraks atau


formalin?
Kebersihan?
r uk n
b u nga
i t ra p a
C an
an
e am
k

Mengapa bisa terjadi?


Apa penyebabnya?
Bagaimana mencegahnya?

Ketidaktahuan?
Ketidakpedulian?
a n
k
al g
g
g ya n
in
n ne
e
it a m higie
n a k tek ik?
m a rak ba
i
a ga ek-p idak
B akt t
p r
MASYARAKAT

ILEGAL
PEMERINTAH

PRODUSEN LEGAL
Badan POM

Sektor Terkait POLISI –


Sektor Terkait
PERBEDAAN IKAN FORMALIN
DAN TANPA FORMALIN

Tanpa formalin Dengan formalin


PERBEDAAN IKAN FORMALIN
DAN TANPA FORMALIN

Tanpa formalin Dengan formalin


PERBEDAAN IKAN FORMALIN
DAN TANPA FORMALIN

Tanpa formalin Dengan formalin


PERBEDAAN IKAN FORMALIN
DAN TANPA FORMALIN

Tanpa formalin Dengan formalin


PERBEDAAN IKAN FORMALIN
DAN TANPA FORMALIN

Dengan formalin Tanpa formalin


PERBEDAAN IKAN FORMALIN
DAN TANPA FORMALIN

Dengan formalin Tanpa formalin


BAB V
Pasal 5

LARANGAN
1.Setiap orang dan atau pelaku usaha pangan dilarang
menggunakan BTP yg melampaui ambang batas yg ditetapkan
2.Setiap orang dan atau pelaku usaha pangan dilarang
memproduksi, menjual, mempromosikan dan atau
mengedarkan pangan yg mgd BTP berbahaya
Pasal 7
TANGGUNG JAWAB
Setiap pimpinan lembaga dan atau badan bertanggung jawab
untuk mengawasi penggunaan dan peredaran pangan yg
mengandung BTP berbahaya di lingkungannya
1.Masyarakat berperan serta dalam mengawasi produksi,
penggunaan, promosi dan peredaran BTP berbahaya.

Pasal 10
KETENTUAN PIDANA
Setiap orang dan atau pelaku usaha pangan yg melanggar
ketentuan sebagaimana pasal 5, diancam dengan pidana
kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling
banyak Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah)
Pasal 11
SANKSI ADMINISTRATIF

Selain sanksi pidana, pelanggran terhadap Peraturan Daerah


Kota Pekalongan No. 7 Tahun 2013 ini dapat dikenakan sanksi
administratif berupa :
a.Peringatan secara tertulis
b.Larangan untuk mengedarkan untuk sementara waktu atau
perintah untuk menarik produk pangan dari peredaran apabila
pangan dinyatakan positif mengandung BTP berbahaya atau
pangan dinyatakan tidak aman bagi kesehatan manusia.
c.Penghentian produksi untuk sementara waktu
d.Pencabutan izin produksi atau izin usaha.
1. Waspada terhadap produk makanan minuman yang
menggunakan Bahan Tambahan Makanan ( BTP ).
2. Bila terpaksa menggunakan Bahan Tambahan Pangan
( BTP ) dalam pengolahan pangan maka gunakan BTP
yang memang digunakan untuk makanan ( periksa label,
ijin Depkes, masih berlaku ( tidak kedaluarsa ).
3. Jangan sekali-kali menggunakan BTP, yang kita tidak
tahu .
4. Diharapkan masyarakat memproduksi makanan minuman
bebas dari bahan pengawet/pewarna.
5. Meningkatkan Hygiene Sanitasi makanan minuman.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai