VEMBY VIAGRAHATI
NUR AINI AFIFAH
D4-5B
FAO/WHO 1997
Keamanan pangan adalah jaminan bahwa pangan tidak akan
menyebabkan bahaya kepada konsumen jika disiapkan atau
dimakan sesuai dengan maksud dan penggunaannya
Sanitasi pangan
Bahan tambahan pangan
Rekayasa genetika dan iradiasi pangan,
Kemasan pangan
Jaminan mutu dan peperiksaan laboratorium
Pangan tercemar
PENGERTIAN
Bahan Tambahan Pangan adalah bahan/campuran bahan
yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku
pangan, tetapi ditambahkan ke dalam pangan untuk
mempengaruhi sifat atau bentuk pangan.
Pengawet (Preservative)
Pengembang (Rising agent
Pengemulsi (Emulsifier)
Pengental (Thickener)
Pengeras (Firming agent)
Penguat rasa (Flavor enhancer)
Peningkat volume (Bulking agent)
Penstabil (Stabilizer)
Peretensi warna ( Color retention
agent)
Perisa ( Flavouring)
Perlakuan tepung ( Flour treatment
agent
Dll
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB III
JENIS DAN BATAS MAKSIMUM BTP PENGAWET
Pasal 3
Jenis BTP Pengawet yang diizinkan digunakan dalam pangan terdiri atas:
1.Asam sorbat dan garamnya (Sorbic acid and its salts);
2.Asam benzoat dan garamnya (Benzoic acid and its salts);
3.Etil para-hidroksibenzoat (Ethyl para-hydroxybenzoate);
4.Metil para-hidroksibenzoat (Methyl para-hydroxybenzoate);
5.Sulfit (Sulphites);
6.Nisin (Nisin);
7.Nitrit (Nitrites);
8.Nitrat (Nitrates);
9.Asam propionat dan garamnya (Propionic acid and its salts); dan
10.Lisozim hidroklorida (Lysozyme hydrochloride).
BAB IV
PENGGUNAAN BTP PENGAWET
Pasal 5
BAB V
LARANGAN
Pasal 9
BAB VI
SANKSI
Pasal 10
KADALUARSA
Kadaluarsa
Kadaluarsa mempunyai arti sebagai sudah lewat ataupun
habisnya jangka waktu sebagaimana yang telah ditetapkan dan
apabila dikonsumsi maka makanan tersebut dapat
membahayakan bagi kesehatan yang cukup lama dapat
menyebabkan kanker. Tanggal, bulan, dan tahun kadaluarsa
wajib dicantumkan dalam label.
Best if Used
Before/By Date
(Terbaik Sebelum
Tanggal)
Shelf Life
(Masa Tahan)
Use-By Date
(Gunakan Tanggal) Paling bisa
digunakan
Closed or Coded
Dates (Kode
Tanggal)
KADALUARSA
Reaksi Deteriorasi
Salah satu fungsi pengemasan adalah memperlambat proses
deteriorasi, yaitu dengan mempertahankan stabilitas, kesegaran dan
penerimaan konsumen dari suatu produk pangan, atau untuk
memperpanjang umur simpan.
Penyimpangan suatu produk dari mutu awalnya disebut deteriorasi.
Produk pangan mengalami deteriorasi segera setelah diproduksi.
Reaksi deteriorasi dimulai dengan persentuhan produk dengan udara,
oksigen, uap air, cahaya, mikroorganisme, atau akibat perubahan
suhu.
Tingkat deteriorasi produk dipengaruhi oleh lamanya penyimpanan,
sedangkan laju deteriorasi dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
penyimpanan.
Kriteria Kadaluarsa
Umur Simpan
Umur simpan produk pangan adalah selang waktu antara saat
produksi hingga saat konsumsi, sedang kondisi produk masih
memuaskan pada sifat-sifat : penampakan, rasa-aroma, tekstur,
dan nilai gizi (Institut of Food Technologi IFT, 1974)
Suatu produk dikatakan berada pada kisaran umur simpannya
bila kualitas produk secara umum dapat diterima untuk tujuan
seperti yang diinginkan konsumen dan selama bahan pengemas
masih memiliki integritas serta memproteksi isi kemasan
(National Food Processor Assiciation, 1978)
Umur simpan adalah waktu yang diperlukan oleh produk pangan,
dalam kondisi penyimpanan, untuk sampai pada suatu level atau
tingkatan degradasi mutu tertentu (Floros, 1993)
video
23000
adalah
dokumen
yang
berisi
persyaratan
GAMBAR HAS
Kebijakan Halal
Tim Manajemen Halal
Pelatihan dan Edukasi
Bahan
Produk
Fasilitas Produksi
Prosedur Tertulis Aktivitas Kritis
Kemampuan Telusur (Traceability)
Penanganan Produk yang Tidak Memenuhi Kriteria
Audit Internal
Kaji Ulang Manajemen
Setelah selesai mengisi dokumen yang dipersyaratkan, maka tahap selanjutnya sesuai dengan
diagram alir proses sertifikasi halal seperti diatas yaitu pemeriksaan kecukupan dokumen
----- Penerbitan Sertifikat Halal.
SERTIFIKAT HALAL
1. Sertifikat halal bersifat WAJIB berdasarkan Ketentuan UU Nomor 33
Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal (UU JPH), pada Pasal 4
2. Sertifikat halal dikeluarkan oleh Majelis Utama Indonesia (MUI)
melalui LPPOMMUI
BAGIAN AFI
Pada Bab IV Pasal 30-35 dari Undang-Undang ini diatur hal-hal yang
berkaitan dengan pelabelan dan periklanan bahan pangan.
Tujuan pelabelan pada kemasan adalah :
memberi informasi tentang isi produk yang diberi label tanpa harus
membuka kemasan
sebagai sarana komunikasi antara produsen dan konsumen
tentang hal-hal dari produk yang perlu diketahui oleh konsumen,
terutama yang kasat mata atau yang tidak diketahui secara fisik memberi
petunjuk yang tepat pada konsumen sehingga diperoleh fungsi
produk yang optimum
sarana periklanan bagi konsumen
memberi rasa aman bagi konsumen.
Lanjutan
Selain itu keterangan-keterangan lain yang dapat dicantumkan pada label kemasan
adalah :
1. nomor pendaftaran,
2. kode produksi,
3. petunjuk atau cara penggunaan
4. petunjuk atau cara penyimpanan,
5. nilai gizi
PASAL 97
(1) Setiap Orang yang memproduksi Pangan di dalam negeri untuk
diperdagangkan wajib mencantumkan label di dalam dan/atau pada Kemasan
Pangan.
(2) Setiap Orang yang mengimpor pangan untuk diperdagangkan wajib
mencantumkan label di dalam dan/atau pada Kemasan Pangan pada saat
memasuki wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
(3) Pencantuman label di dalam dan/atau pada Kemasan Pangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditulis atau dicetak dengan menggunakan
bahasa Indonesia serta memuat paling sedikit keterangan mengenai:
Lanjutan
a. nama produk;
b. daftar bahan yang digunakan;
c. berat bersih atau isi bersih;
d. nama dan alamat pihak yg memproduksi
e. halal bagi yang dipersyaratkan;
f. tanggal dan kode produksi;
g. tanggal, bulan, dan tahun kedaluwarsa;
h. nomor izin edar bagi Pangan Olahan; dan
i. asal usul bahan Pangan tertentu.
(4) Keterangan pada label sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditulis, dicetak,
atau ditampilkan secara tegas dan jelas sehingga mudah dimengerti oleh
masyarakat.
Pasal 100
(1) Setiap label Pangan yang diperdagangkan wajib memuat
keterangan mengenai Pangan dengan benar dan tidak
menyesatkan.
(2) Setiap Orang dilarang memberikan keterangan atau
pernyataan yang tidak benar dan/atau menyesatkan pada label.
Pasal 102
(1) Setiap Orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 97 ayat (1), Pasal 99, dan Pasal 100 ayat (2) dikenai sanksi
administratif.
(2) Setiap Orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 97 ayat (2) wajib mengeluarkan dari dalam wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia atau memusnahkan Pangan yang diimpor(3) Sanksi
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. denda;
b. penghentian sementara dari kegiatan, produksi/peredaran;
c. penarikan Pangan dari peredaran oleh produsen;
d. ganti rugi; dan/atau
e. pencabutan izin.
Lanjutan
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis, besaran
denda, tata cara, dan mekanisme pengenaan sanksi
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (3) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
4. PENDAFTARAN MAKANAN
Untuk melindungi masyarakat dari produk pangan olahan yang membahayakan kesehatan
konsumen, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan berbagai peraturan perundangundangan yang berkaitan dengan keamanan pangan. Salah satunya adalah peraturan
mengenai kewajiban pendaftaran produk pangan olahan seperti yang tercantum dalam PP
No. 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan. Institusi pemerintah yang
bertanggungjawab terhadap peredaran produk pangan olahan di seluruh Indonesia adalah
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (Badan POM) RI.
Diberikan untuk 1 jenis produk pangan, penomoran SPP-IRT terdiri dari 12 angka
yaitu :
Angka Ke-1 menunjukan jenis kemasan
Angka Ke-2,3 menunjukan no. Urut jenis produk
Angka Ke-4,5,6,7 menunjukan kode provinsi dan kabupaten/kota
Angka Ke-8,9 menunjukan no. Urut produk pangan IRT yg telah memperoleh SPPIRT
Angka Ke-10,11,12 menunjukan nomor urut P-IRT di kabupaten/kota yang
bersangkutan
Angka Ke- 14,15 menunjukan tahun berakhirnya masa berlaku P-IRT tsb
P-IRT
2,04,3271,02,0057,18
Lanjutan...
Khusus untuk ODS, dilampirkan surat pesetujuan produk sejenis dan labelnya
yang telah mendapatkan nomor pendaftaran. Formulir yang telah diisi, dibuat
masing-masing rangkap 4 (empat). 1 (satu) rangkap untuk arsip produsen dan 3
(tiga) rangkap untuk diserahkan kepada petugas dengan ketentuan sebagai
berikut :
a). Umum
i. Berkas makanan, minuman dan bahan tambahan pangan dalam map snellhecter
berwarna merah.
ii. Berkas makanan diet khusus dalam map snellhecter berwarna hijau.
iii. Berkas makanan fungsional, makanan rekayasa genetika dalam map snellhecter
berwarna biru.
Lanjutan
b). ODS
i. Berkas makanan dalam map snellhecter transparan berwarna biru;
ii. Berkas minuman dan bahan tambahan pangan dalam map snellhecter transparan warna
merah
Lanjutan untuk kelengkapan formulir
Lanjutan...
2. Formulir A (dilip di Formulir A)
Sertifikat merek dari Departemen Kehakiman RI bila ada
Rancangan /desain label dengan warna sesuai dengan rencana yang akan digunakan pada
produk yang bersangkutan
Fotokopi surat izin dari Departemen Perindustrian RI/BKPM
Surat pemeriksaan BPOM setempat (bila sudah pernah diperiksa)
Untuk produk suplemen makanan melampirkan fotokopi ijin produksi farmasi dan
sertifikat CPOB.
Untuk produk air minum dalam kemasan dan garam dilengkapi sertifikat SNI dari
Deperindag.
Untuk produk yang dikemas kembali harus melampirkan surat keterangan dari pabrik asal.
Untuk produk lisensi melampirkan surat keterangan lisensi dari pabrik asal dengan
menunjukkan aslinya
Lanjutan...
3. Formulir B (diklip di form B)
Spesifikasi bahan baku dan BTM
Asal pembelian bahan baku dan BTM
Standar yang digunakan pabrik
Sertifikat wadah dan tutup
Uji kemasan dan pemerian bahan baku untuk
suplemen makanan
4. Fomulir C (diklip di form C)
Proses proses produksi dari bahan baku sampai
produk jadi
Higiene dan sanitasi pabrik dan karyawan
Denah dan peta lokasi pabrik
Lanjutan...
Produk Luar Negeri (Impor)
Syarat minimal pendaftaran umum dan ODS produk ML :
a.Surat penunjukkan dari pabrik asal (surat asli ditunjukkan sedangkan yang
fotokopi dilampirkan).
b.Health certificate atau free sale dari instansi yang berwenang di negara asal
(surat asli ditunjukkan sedangkan yang fotokopi dilampirkan).
c. Hasil analisa laboratorium (asli) yang berhubungan dengan produk antara
lain zat gizi (klaim gizi), zat yang diklaim sesuai dengan label, uji kimia,
cemaran mikrobiologi dan cemaran logam. Keabsahan hasil analisa
tersebut berlaku 6 bulan sejak tanggal pengujian.
d.Rancangan label sesuai dengan yang akan diedarkan dan contoh produk.
e.Formulir pendaftaran yang tekah diisi dengan langkap.
Lanjutan...
Khusus untuk ODS, dilampirkan surat pesetujuan produk sejenis dan
labelnya yang telah mendapatkan nomor pendaftaran. Formulir yang telah
diisi, dibuat masing-masing rangkap 4 (empat). 1 (satu) rangkap untuk arsip
produsen dan 3 (tiga) rangkap untuk diserahkan kepada petugas dengan
ketentuan sebagai berikut :
a). Umum
i. Berkas semuja produk dalam map snellhecter berwarna kuning.
b). ODS
ii. Berkas semua produk map snellhecter transparan berwarna kuning.
Lanjutan...
2. Formulir A (diklip di Formulir A)
Sertifikat merk dari badan yang berwenang
bila ada.
Sertifikat kesehatan/Free Sale dari
pemerintah negara asal asli atau copy yang
dilegalisir.
Sertifikat bebas radiasi sesuai dengan SK
Menkes. No. 00474/B/II/87
Surat penunjukkan dari pabrik asal asli
atau copy yang dilegalisir.
Rancangan/desain label dengan warna
sesuai dengan rencana yang akan
digunakan pada produk yang bersangkutan.
Lanjutan...
4. Formulir C (diklip di form C)
Proses produksi dari bahan baku sampai produk jadi.
5. Formulir D (diklip di form D)
Sistem pengawasan mutu dari pabrik asal asli atau foto kopi yang dilegalisir.
Hasil analisa produk akhir lengkap dan asli meliputi pemeriksaan fisika, kimia, BTM atau Bahan Tambahan
Makanan (sesuai dngan masing-masing jenis makanan), cemaran mikroba dan cemaran logam.
Apabila diperiksa oleh laboratorium sendiri, harus dilengkapi dengan metoda dan prosedur analisa yag digunakan
dengan melampirkan datar peralatan laboratorium dimiliki.
Apabila dilakukan pemeriksaan di laboratorium pemerintah atau laboratorium yang sudah diakreditasi, agar
menyebutkan metoda yang digunakan.
in process control pengawasan mutu selama proses produksi.
Contoh makanan yang bersangkutan 3 kemasan.
Selain yang dimaksud di atas bila dianggap perlu, pemohon dapat menyertakan dokumen lain yang dapat
menunjang penilaian permohonan dalam rangkap 3
Lanjutan...
Terhadap semua formulir pendaftaran, baik ODS maupun Umum,
dilakukan evaluasi yang keputusannya dapat berupa : ditolak, disetujui
dengan syarat (penambahan data yang harus dilengkapi) atau disetujui.
Keputusan untuk Umum diperoleh paling lambat 3 bulan, sedangkan
keputusan untuk ODS diperoleh paling lambat 1 hari
SNI
STANDAR NASIONAL INDONESIA
terhadap
unjuk
kerja
pelaku
usaha
yang
telah memperolehsertifikasi
produk dan atau tanda SNI dilakukan oleh lembaga sertifikasi produkyang menerbitkan sertifikat
dimaksud.
Masyarakat dan lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakatmelakukan pengawasan
terhadap barang yang beredar di pasaran.
LANJUTAN...
Pasal 24
Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal18 ayat (1)
dan (2) dapat dikenakan sanksi administratif dan atau sanksipidana.
Saknsi administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berupa
pencabutansertifikat produk dan atau pencabutan hak penggunaan tanda SNI,
pencabutanijin usaha, dan atau penarikan barang dari peredaran.
Sanksi pencabutan sertifikat produk dan atau hak penggunaan tanda SNI dilakukan oleh
lembaga sertifikasi produk.
Sanksi pencabutan ijin usaha dan atau penarikan barang dari
peredaranditetapkan oleh instansi teknis yang berwenang dan atau Pemerintah Daerah.
Sanksi pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berupa sanksi pidanasesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Coklat bubuk
SK Penetapan : 1705.A/BSN-I/HK.24/06/2000
Tanggal Penetapan : 30-06-2000 [dd-mm-yyyy]
Acuan Normatif SNI :
1. [tidak berlaku] SNI 01-3553-1996 Air minum dalam kemasan
2. [tidak berlaku] SNI 06-2467-1991 Air, Metode pengujian kadar barium dengan
alat spektrofotometer serapan atom secara langsung
3. [berlaku] SNI 19-0429-1989 Petunjuk pengambilan contoh cairan
dan semi padat
4. [tidak berlaku] SNI 01-3554-1998 Cara uji air minum dalam kemasan
5. [berlaku] SNI 06-2508-1991 Air, Metode pengujian kadar pestisida
klor-organik dengan alat kromatografi gas
6. [tidak berlaku] SNI 06-2476-1991 Metode pengujian kadar detergent dalam
air dengan alat spektrofotometer secara biru metilena
7. [tidak berlaku] SNI 06-2502-1991 Air, Metode pengujian kadar minyak dan
lemak secara gravimetrik
8. [tidak berlaku] SNI 01-2897-1992 Cara uji cemaran mikroba
Standar Nasional Indonesia (SNI) Gula kristal rafinasi (Refined sugar) ini merupakan
revisi
SNI 013140.22001, Gula kristal rafinasi (Refined sugar).
Nomor SNI
: [tidak berlaku] SNI 01-3140.2-2006
Judul
: Gula kristal - Bagian 2: Rafinasi
SNI ini direvisi oleh
: SNI 3140.2-2011 - Gula kristal
Bagian 2: Rafinasi
Abstraksi : Syarat mutu dan cara uji gula meliputi antara lain keadaan, warna, besar
butir, sakarosa, gula pereduksi, bahan asing tak larut, dan cemaran logam .
ICS :1. 67.180.10 Gula dan produk gula
SNI diberlakukan wajib oleh :KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN (83/MIND/PER/11/2008)
SK Penetapan
: 176/KEP/BSN/12/2006
Tanggal Penetapan
:28-12-2006 [dd-mm-yyyy]
SNI Ini Merevisi :
1. SNI 01-3140.2-2001 Gula kristal rafinasi (refined sugar)