Anda di halaman 1dari 115

KELOMPOK 7

Peraturan Perundang-undangan tentang Mutu Dan Keamanan


Pangan Nasional( Label, Kadaluarsa, Btm, Pendaftaran Makanan) SNI

VEMBY VIAGRAHATI
NUR AINI AFIFAH
D4-5B

DEFINISI KEAMANAN PANGAN

FAO/WHO 1997
Keamanan pangan adalah jaminan bahwa pangan tidak akan
menyebabkan bahaya kepada konsumen jika disiapkan atau
dimakan sesuai dengan maksud dan penggunaannya

Undang Undang Republik Indonesia nomor 7 tahun 1996 tentang


Pangan dan Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun 2004
Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan adalah kondisi dan upaya yang
diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran
biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu,
merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia.

KETENTUAN KEAMANAN PANGAN

Sanitasi pangan
Bahan tambahan pangan
Rekayasa genetika dan iradiasi pangan,
Kemasan pangan
Jaminan mutu dan peperiksaan laboratorium
Pangan tercemar

Sasaran program keamanan pangan


Menghindarkan masyarakat dari jenis pangan yang berbahaya bagi
kesehatan, yang tercermin dari meningkatnya pengetahuan dan
kesadaran produsen terhadap mutu dan keamanan pangan
Memantapkan kelembagaan pangan, yang antara lain dicerminkan
oleh adanya peraturan perundang-undangan yang mengatur
keamanan pangan
Meningkatkan jumlah industri pangan yang memenuhi ketentuan
peraturan perundang-undangan keamanan pangan.

BAHAN TAMBAHAN PANGAN

PENGERTIAN
Bahan Tambahan Pangan adalah bahan/campuran bahan
yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku
pangan, tetapi ditambahkan ke dalam pangan untuk
mempengaruhi sifat atau bentuk pangan.

Menurut Peraturan Mentri Kesehatan No 033 tahun 2012 PASAL


I
Bahan Tambahan Pangan yangg selanjutnya disingkat BTP adalah bahan yang ditambahkan ke
dalam pangan untuk mempengaruhi sifat dan bentuk pangan.
Asupan Harian yang Dapat Diterima atau Acceptable Daily Intake yang selanjutnya di
singkat ADI adalah jumlah maksimum bahan tambahan pangan dalam miligram per kilogram
berat badan yang dapat dikonsumsi setiap hari selama hari tanpa menimbulkan efek
merugikan terhadap kesehatan.
Asupan maksimum yang dapat ditoleransi atau Maximum Tolerable Daily Intake
yang selanjutnya disingkat MDTI adalah jumlah maksimum suatu zat dalam miligram per
kilogram berat badan yang dapat dikonsumsi dalam sehari tanpa menimbulkan efek
merugikan terhadap kesehatan.
Asupan mingguan sementara yang dapat ditoleransi atau Provisional Tolerable
Weekly Intake yang selanjutnya disingkat PTWI adalah jumlah maksimum sementara suatu
zat dalam miligram per kilogram berat badan yang dapat dikomsumsi tanpa menimbulkan
efek merugikan terhadap kesehatan.

BAHAN TAMBAHAN PANGAN Menurut Peraturan Mentri


Kesehatan No 033 tahun 2012 PASAL II
Syarat Bahan Tambahan Pangan:
BTP tidak untuk konsumsi secara langsung dan atau
bukan bahan baku pangan
Dapat mempunyai nilai gizi atau tidak
Bukan cemaran

PERMENKES No. 33 Tahun 2012 penggolongan BTP:


Penggolongan BTP (Bab II Pasal 3)
Btp Yang Digunakan Dalam Pangan

Antibuih (Antifoaming agent)


Antikempal (Anticake Agent )
Antioksidan (Antioxidant
Bahan pengkarbonasi (Carbonating
agent)
Garam pengemulsi (Emulsifying salt)
Gas untuk Kemasan (Packaging gas)
Humektan (Humectant)
Pelapis (Glazing agent)
Pemanis (Sweetener)
Pemanis alami (Natural sweetener)
Pemanis buatan (Artificial sweetenet)
Pembawa (Carrier)

Pengawet (Preservative)
Pengembang (Rising agent
Pengemulsi (Emulsifier)
Pengental (Thickener)
Pengeras (Firming agent)
Penguat rasa (Flavor enhancer)
Peningkat volume (Bulking agent)
Penstabil (Stabilizer)
Peretensi warna ( Color retention
agent)
Perisa ( Flavouring)
Perlakuan tepung ( Flour treatment
agent
Dll

Bahan yang dilarang digunakan sebagai BTP

Asam Borat (Boric Acid) dan senyawanya


Asam Salisilat dan garamnya (Salicylic Acid and its salt)
Dietilpirokarbonat (Diethylpirocarbonate DEPC)
Dulsin (Dulcin)
Kalium Klorat (Potassium Chlorate)
Kloramfenikol (Chloramphenicol)
Minyak Nabati yang dibrominasi (Brominated vegetable oils)
Nitrofurazon (Nitrofurazone)
Formalin (Formaldehyde)
Kalium Bromat (Potassium Bromate)

Label BTP MENURUT PERPU KEMENKES NO 033 TAHUN 2012


PASAL 14

Tulisan Bahan Tambahan Pangan


Nama golongan BTP
Nama jenis BTP
Nomor pendaftaran produsen BTP, kecuali untuk sediaan
pemanis dalam bentuk table top

Pada label sediaan pemanis buatan wajib dicantumkan:


Kesetaraan kemanisan dibandingkan dengan gula
Tulisan untuk penderita diabetes dan atau orang yang membutuhkan makanan
kalori rendah
Tulisan mengandung pemanis buatan, disarankan tidak dikonsumsi oleh anak
dibawah lima tahun, ibu hamil, dan ibu menyusui.
Jumlah mg pemanis buatan yang dapat digunakantiap hari per kg bobot badan
(Acceptable Daily Intake, ADI)
Pada label sediaan pemanis poliol, wajib dicantumkan peringatan Konsumsi
berlebihan mempunyai efek laksatif.
PeringatanMengandung fenilalanin, tidak cocok untuk penderita fenilketonurik
Tulisan Tidak cocok digunakan untuk bahan yang akan dipanaskan.
Menurut Peraturan Mentri Kesehatan No 033
tahun 2012 PASAL I4

Pada Label sediaan pewarna mencantumkan:


Nomor Indeks (Color Index, CI)
Tulisan pewarna pangan yang ditulis dengan huruf besar
berwarna hijau dikotak persegi panjang berwarna hijau
Logo huruf M di dalam suatu lingkaran berwarna hitam
Menurut Peraturan Mentri Kesehatan No 033 tahun
2012 PASAL I4

Menurut PerMenKes No1168/Menkes/Per/X/1999

Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas


Obat Dan Makanan Republik Indonesia
Nomor 36 Tahun 2013 Tentang Batas
Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan
Pangan Pengawet

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Batas Maksimum adalah jumlah maksimum BTP yang diizinkan


terdapat pada pangan dalam satuan yang ditetapkan.
Batas Maksimum Cara Produksi Pangan yang Baik atau Good
Manufacturing Practice, selanjutnya disebut Batas Maksimum
CPPB, adalah jumlah BTP yang diizinkan terdapat pada pangan
dalam jumlah secukupnya yang diperlukan untuk menghasilkan
efek yang diinginkan.
BTP Ikutan (Carry over) adalah BTP yang berasal dari semua bahan
baku baik yang dicampurkan maupun yang dikemas secara terpisah
tetapi masih merupakan satu kesatuan produk.

BAB III
JENIS DAN BATAS MAKSIMUM BTP PENGAWET
Pasal 3

Jenis BTP Pengawet yang diizinkan digunakan dalam pangan terdiri atas:
1.Asam sorbat dan garamnya (Sorbic acid and its salts);
2.Asam benzoat dan garamnya (Benzoic acid and its salts);
3.Etil para-hidroksibenzoat (Ethyl para-hydroxybenzoate);
4.Metil para-hidroksibenzoat (Methyl para-hydroxybenzoate);
5.Sulfit (Sulphites);
6.Nisin (Nisin);
7.Nitrit (Nitrites);
8.Nitrat (Nitrates);
9.Asam propionat dan garamnya (Propionic acid and its salts); dan
10.Lisozim hidroklorida (Lysozyme hydrochloride).

BAB IV
PENGGUNAAN BTP PENGAWET
Pasal 5

Penggunaan BTP Pengawet dibuktikan dengan sertifikat analisis


kuantitatif.
Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
untuk penggunaan BTP pada Kategori Pangan dengan Batas
Maksimum CPPB dibuktikan dengan sertifikat analisis kualitatif.
Jenis BTP Pengawet yang tidak dapat dianalisis, Batas Maksimum
dihitung berdasarkan penambahan BTP Pengawet yang digunakan
dalam pangan.

BAB V
LARANGAN
Pasal 9

Dilarang menggunakan BTP Pengawet sebagaimana yang


dimaksud dalam Lampiran I untuk tujuan:
menyembunyikan penggunaan bahan yang tidak memenuhi
persyaratan;
menyembunyikan cara kerja yang bertentangan dengan cara
produksi pangan yang baik untuk pangan; dan/atau
menyembunyikan kerusakan pangan

BAB VI
SANKSI
Pasal 10

Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Peraturan ini dapat dikenai


sanksi administratif berupa:
peringatan secara tertulis;
larangan mengedarkan untuk sementara waktu dan/atau perintah
untuk penarikan kembali dari peredaran;
perintah pemusnahan, jika terbukti tidak memenuhi persyaratan
keamanan atau mutu; dan/atau
pencabutan izin edar.

KADALUARSA

Kadaluarsa
Kadaluarsa mempunyai arti sebagai sudah lewat ataupun
habisnya jangka waktu sebagaimana yang telah ditetapkan dan
apabila dikonsumsi maka makanan tersebut dapat
membahayakan bagi kesehatan yang cukup lama dapat
menyebabkan kanker. Tanggal, bulan, dan tahun kadaluarsa
wajib dicantumkan dalam label.

Best if Used
Before/By Date
(Terbaik Sebelum
Tanggal)

Sell-By Date (Dijual


pada Tanggal) - Paling
bisa digunakan

Shelf Life
(Masa Tahan)

Use-By Date
(Gunakan Tanggal) Paling bisa
digunakan

Closed or Coded
Dates (Kode
Tanggal)

KADALUARSA

Umur simpan produk pangan biasa dituliskan sebagai: Best before


date (produk masih dalam kondisi baik dan masih dapat dikonsumsi
beberapa saat setelah tanggal yang tercantum terlewati), use by date
(produk tidak dapat dikonsumsi, karena berbahaya bagi kesehatan manusia
setelah tanggal yang tercantum terlewati.
Permenkes 180/Menkes/Per/IV/1985 menegaskan bahwa tanggal, bulan
dan tahun kadaluarsa wajib dicantumkan secara jelas pada label, setelah
pencantuman best before/use by.

Regulasi dan cara pelabelan waktu kadaluarsa:


Pelabelan waktu kadaluarsa pangan diatur dalam PP No. 69 tahun 1990 tentang label
dan iklan pangan:
Pasal 31:
1.Tanggal, bulan waktu tahun wajib dicantumkan secara jelas
2.Pencantuman dilakukan setelah di tulis Baik digunakan sebelum :.....
3.Untuk pangan yang kadaluarsanya lebih dari 3 bulan diperbolehkan untuk hanya
mencantumkan bulan dan tahun kadaluarsanya saja.
.Pasal 28:
Dilarang memperdagangkan pangan yang sudah melampaui tanggal, bulan, dan
tahun kadaluarsa sebagaimana yang dicantumkan pada label
.Pasal 29 :
Setiap orang dilarang menukar, tanggal, bulan, dan tahun kadaluarsa pangan yang
diedarkan

Adapun tentang Food Labelling Regulation yang dikeluarkan oleh Codex


Alimentarius Comission (CAC) Th 1999:
Untuk produk yang kadaluarsanya kurang dari 3 bulan :
1.Wajib mencantukan tanggal, bulan, tahun kadaluarsa
2.Pencantumannya setelah kata : best before .... diikuti tanggal, bulan,
dan tahun kadaluarsa
Untuk produk yang kadaluarsanya lebih dari 3 bulan :
3.Wajib mencantukan tanggal, bulan, tahun kadaluarsa
4.Pencantumannya setelah kata : best before end.... diikuti tanggal, bulan,
dan tahun kadaluarsa

Reaksi Deteriorasi
Salah satu fungsi pengemasan adalah memperlambat proses
deteriorasi, yaitu dengan mempertahankan stabilitas, kesegaran dan
penerimaan konsumen dari suatu produk pangan, atau untuk
memperpanjang umur simpan.
Penyimpangan suatu produk dari mutu awalnya disebut deteriorasi.
Produk pangan mengalami deteriorasi segera setelah diproduksi.
Reaksi deteriorasi dimulai dengan persentuhan produk dengan udara,
oksigen, uap air, cahaya, mikroorganisme, atau akibat perubahan
suhu.
Tingkat deteriorasi produk dipengaruhi oleh lamanya penyimpanan,
sedangkan laju deteriorasi dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
penyimpanan.

Peraturan Perundangan Kadaluarsa : Undang-Undang Nomor 36

Tahun 2009 tentang Kesehatan dalam Pasal 111 ayat (1)


Makanan dan minuman yang digunakan masyarakat harus
didasarkan pada standar dan/atau persyaratan kesehatan.
Makanan dan minuman yang tidak memenuhi ketentuan standar,
persyaratan kesehatan, dan/atau membahayakan kesehatan
dilarang untuk diedarkan, ditarik dari peredaran, dicabut izin
edar dan disita untuk dimusnahkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Kriteria Kadaluarsa

Analisa kualitatif reaksi deteriorasi yang berlangsung pada produk


selama proses pengemasan dan penyimpanan dapat dilakukan
dengan cara pengukuran terhadap tingkat deterioratif yang
berlangsung. Analisa yang yang dilakukan meliputi analisa fisik,
analisa kimia, serta analisa organoleptik. Perubahan tingkat efek
deterioratif dapat dihubungkan dengan perubahan mutu produk
atau lebih tepat dengan istilah usable quality
Usable quality akan menurun selama penyimpanan, maka suatu
saat nilainya akan mendekati titik tertentu dimana kualitas yang
diharapkan tersebut tidak dimiliki lagi oleh produk pangan itu.
Segera setelah selesai diproduksi, usable quality dari suatu
produk adalah 100%, kemudian setelah itu akan menurun selama
penyimpanan, dimana laju penurunannya dapat dihitung. Usable
quality dari produk dapat berupa atribut seperti tekstur, flavour,
warna, penampakan khusus, nilai gizi atau berupa standar
mikrobiologis (jumlah dan jenis mikroba).

Umur Simpan
Umur simpan produk pangan adalah selang waktu antara saat
produksi hingga saat konsumsi, sedang kondisi produk masih
memuaskan pada sifat-sifat : penampakan, rasa-aroma, tekstur,
dan nilai gizi (Institut of Food Technologi IFT, 1974)
Suatu produk dikatakan berada pada kisaran umur simpannya
bila kualitas produk secara umum dapat diterima untuk tujuan
seperti yang diinginkan konsumen dan selama bahan pengemas
masih memiliki integritas serta memproteksi isi kemasan
(National Food Processor Assiciation, 1978)
Umur simpan adalah waktu yang diperlukan oleh produk pangan,
dalam kondisi penyimpanan, untuk sampai pada suatu level atau
tingkatan degradasi mutu tertentu (Floros, 1993)

Perumusan Model Umur Simpan


Menurut Floros (1993), umur simpan produk pangan
dapat diduga dan ditetapkan waktu kadaluwarsanya
dengan menggunakan dua konsep studi
penyimpangan produk pangan yaitu dengan Extended
Storage Studies (ESS) dan Accelerated Storage
Studies (ASS).

Prinsip Pendugaan Umur Simpan


Salah satu kendala yang sering dihadapi industri pangan dalam
penentuan masa kedaluwarsa produk adalah waktu. Pada
prakteknya, ada lima pendekatan yang dapat digunakan untuk
menduga masa kedaluwarsa, yaitu:
1.Nilai Pustaka (Literature Value)
2.Distribution Turn Over
3.Distribution Abuse Test
4.Consumer Complaints
5.Accelerated Shelf-life Testing (Aslt) (Hariyadi 2004).

ESS (Extended Storage Studies)


ESS sering juga disebut metoda konvensional, adalah penentuan
tanggal kadaluwarsa dengan jalan menyimpan suatu seri produk pada
kondisi normal sehari-hari sambil dilakukan pengamatan terhadap
penurunan mutunya (usable quality) hingga mencapai tingkat mutu
kadaluwarsa.
Metode ini akurat dan tepat, namun pada awal-awal penemuan dan
penggunaannya, metoda ini dianggap memerlukan waktu panjang
dan analisa parameter mutu yang relatif banyak
metoda ESS sering digunakan untuk produk yang mempunyai waktu
kadaluwarsa kurang dari 3 bulan.
Metoda ESS dapat juga diterapkan pada produk yang mempunyai
waktu kadaluwarsa lebih dari 3 bulan dengan cara digunakan
bersamaan dengan metode ASS dengan bantuan Weibull Hazard
Analysis, dengan demikian akan dapat menyingkat waktu penentuan
waktu kadaluwarsa.

ASS (Accelerated Storage Studies )


ASS menggunakan suatu kondisi lingkungan yang dapat
mempercepat (accelerated) reaksi deteriorasi
(penurunan usable quality) produk pangan. Kerusakan yang
berlangsung dapat diamati dengan cermat dan diukur. Hal ini
dapat dilakukan dengan mengontrol semua lingkungan produk
dan mengamati parameter perubahan yang berlangsung.
Keuntungan dari metoda ASS ini membutuhkan waktu pengujian
yang relatif singkat (3 sampai 4 bulan), namun tetap memiliki
ketepatan dan akurasi yang tinggi.

SERTIFIKAT DAN LABEL HALAL

Pengertian Sertifikat Halal


Sertifikat Halal MUI adalah fatwa tertulis Majelis Ulama Indonesia
yang menyatakan kehalalan suatu produk sesuai dengan syariat Islam.
Sertifikat Halal MUI ini merupakan syarat untuk mendapatkan ijin
pencantuman label halal pada kemasan produk dari instansi pemerintah
yang berwenang

Tujuan Sertifikasi Halal


Sertifikasi Halal MUI pada produk pangan, obat-obat, kosmetika
dan produk lainnya dilakukan untuk :
memberikan kepastian status kehalalan, sehingga dapat
menenteramkan batin konsumen dalam mengkonsumsinya.
Kesinambungan proses produksi halal dijamin oleh produsen
dengan cara menerapkan Sistem Jaminan Halal.

Prosedur Sertifikasi Halal MUI


1. Memahami persyaratan sertifikasi halal dan mengikuti pelatihan
SJH
2. Menerapkan Sistem Jaminan Halal (SJH)
3. Pendaftaran sertifikasi halal (upload data)
4. Melakukan monitoring pre audit dan pembayaran akad
sertifikasi
5. Pelaksanaan audit
6. Melakukan monitoring pasca audit
7. Memperoleh Sertifikat halal

video

Prosedur Perpanjangan Sertifikat Halal:


1. Produsen harus mendaftar kembali dan mengisi borang yang
disediakan.
2. Pengisian borang disesuaikan dengan perkembangan terakhir produk.
3. Produsen berkewajiban melengkapi kembali daftar bahan baku,
matrik produk versus bahan serta spesifikasi, sertifikat halal dan
bagan alir proses terbaru.
4. Prosedur pemeriksaan dilakukan seperti pada pendaftaran produk
baru.
5. Perusahaan harus sudah mempunyai manual Sistem Jaminan Halal
sesuai dengan ketentuan prosedur sertifikasi halal di atas.

Persyaratan Sertifikasi Halal MUI


HAS

23000

adalah

dokumen

yang

berisi

persyaratan

sertifikasi halal LPPOM MUI. HAS 23000 terdiri dari 2


bagian, yaitu Bagian I tentang Persyaratan Sertifikasi Halal :
Kriteria Sistem Jaminan Halal (HAS 23000:1) dan Bagian (II)
tentang Persyaratan Sertifikasi Halal : Kebijakan dan Prosedur
(HAS 23000:2).

GAMBAR HAS

Berikut adalah ringkasan dari dokumen HAS 23000 :


HAS 23000:1 KRITERIA SISTEM JAMINAN HALAL (SJH)

Kebijakan Halal
Tim Manajemen Halal
Pelatihan dan Edukasi
Bahan
Produk
Fasilitas Produksi
Prosedur Tertulis Aktivitas Kritis
Kemampuan Telusur (Traceability)
Penanganan Produk yang Tidak Memenuhi Kriteria
Audit Internal
Kaji Ulang Manajemen

Prosedur Sertifikasi Halal


1. Perusahaan yang mengajukan sertifikasi, baik pendaftaran baru, pengembangan
(produk/fasilitas) dan perpanjangan, dapat melakukan pendaftaran secara online. melalui
website LPPOM MUI
2. Mengisi data pendaftaran : status sertifikasi (baru / pengembangan / perpanjangan), data
Sertifikat halal, status SJH (jika ada) dan kelompok produk.
3. Membayar biaya pendaftaran dan biaya akad sertifikasi halal.
4. Mengisi dokumen yang dipersyaratkan dalam proses pendaftaran sesuai dengan status
pendaftaran (baru/pengembangan/perpanjangan) dan proses bisnis (industri pengolahan, RPH,
restoran, dan industri jasa), diantaranya : Manual SJH, Diagram alir proses produksi, data
pabrik, data produk, data bahan dan dokumen bahan yang digunakan, serta data matrix produk.
5.

Setelah selesai mengisi dokumen yang dipersyaratkan, maka tahap selanjutnya sesuai dengan
diagram alir proses sertifikasi halal seperti diatas yaitu pemeriksaan kecukupan dokumen
----- Penerbitan Sertifikat Halal.

Jaminan Halal dari Produsen


Masa berlaku Sertifikat Halal adalah 2 tahun. Hal tersebut untuk menjaga konsistensi produksi
produsen selama berlakunya sertifikat. Sedangkan untuk daging yang diekspor Surat Keterangan
Halal diberikan untuk setiap pengapalan.
Untuk memperoleh sertifikat halal LPPOM MUI memberikan ketentuan bagi
perusahaan sebagai berikut:
1) Sebelum produsen mengajukan sertifikat halal terlebih dahulu harus mempersiapkan Sistem
Jaminan Halal. Penjelasan rinci tentang Sistem Jaminan Halal dapat merujuk kepada Buku
Panduan Penyusunan Sistem Jaminan Halal yang dikeluarkan oleh LP POM MUI.
2) Berkewajiban mengangkat secara resmi seorang atau tim Auditor Halal Internal (AHI)
yang bertanggungjawab dalam menjamin pelaksanaan produksi halal.
3) Berkewajiban menandatangani kesediaan untuk diinspeksi secara mendadak tanpa
pemberitahuan sebelumnya oleh LPPOM MUI.
4) Membuat laporan berkala setiap 6 bulan tentang pelaksanaan Sistem Jaminan Halal.

Beberapa hal yang harus dilakukan perusahaan pemohon


1. Setiap produsen yang mengajukan
permohonan Sertifikat Halal bagi
produknya, harus mengisi Borang
yang telah disediakan. Borang tersebut
berisi informasi tentang data perusahaan,
jenis dan nama produk serta bahan-bahan
yang digunakan
2. Borang yang sudah diisi beserta dokumen
pendukungnya dikembalikan ke
sekretariat LP POM MUI untuk
diperiksa kelengkapannya, dan bila
belum memadai perusahaan harus
melengkapi sesuai dengan ketentuan.

3.Laporan hasil audit disampaikan oleh


Pengurus LPPOM MUI dalam
Sidang Komisi Fatwa Mui pada waktu
yang telah ditentukan.
4. Hasil pemeriksaan/audit dan hasil
laboratorium (bila diperlukan) dievaluasi
dalam Rapat Auditor LPPOM MUI.
Hasil audit yang belum memenuhi
persyaratan diberitahukan kepada
perusahaan melalui audit memorandum.
Jika telah memenuhi persyaratan,
auditor akan membuat laporan hasil
audit guna diajukan pada Sidang
Komisi Fatwa MUI untuk diputuskan
status kehalalannya.

Beberapa hal yang harus dilakukan perusahaan pemohon


5. Laporan hasil audit disampaikan oleh
Pengurus LPPOM MUI dalam Sidang
Komisi Fatwa Mui pada waktu yang
telah ditentukan.
6.Sidang Komisi Fatwa MUI dapat
menolak laporan hasil audit jika
dianggap belum memenuhi semua
persyaratan yang telah ditentukan, dan
hasilnya akan disampaikan kepada
produsen pemohon sertifikasi halal.
7. Sertifikat Halal dikeluarkan oleh
Majelis Ulama Indonesia setelah
ditetapkan status kehalalannya oleh
Komisi Fatwa MUI.

8.Sertifikat Halal berlaku selama 2


(dua) tahun sejak tanggal penetapan
fatwa.
9. Tiga bulan sebelum masa berlaku
Sertifikat Halal berakhir, produsen harus
mengajukan perpanjangan sertifikat
halal sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan LPPOM MUI.

Pemeriksaan (audit) produk halal mencakup:


1. Manajemen produsen dalam menjamin kehalalan produk (Sistem Jaminan Halal).
2. Pemeriksaan dokumen-dokumen spesifikasi yang menjelaskan asal-usul bahan,
komposisi dan proses pembuatannya dan/atau sertifikat halal pendukungnya,
dokumen pengadaan dan penyimpanan bahan, formula produksi serta dokumen
pelaksanaan produksi halal secara keseluruhan.
3. Observasi lapangan yang mencakup proses produksi secara keseluruhan mulai
dari penerimaan bahan, produksi, pengemasan dan penggudangan serta penyajian
untuk restoran/catering/outlet.
4. Keabsahan dokumen dan kesesuaian secara fisik untuk setiap bahan harus
terpenuhi.
5. Pengambilan contoh dilakukan untuk bahan yang dinilai perlu.

Sistem Pengawasan Sertifikat Halal:


1. Perusahaan wajib mengimplementasikan Sistem Jaminan Halal
sepanjang berlakunya Sertifikat Halal
2. Perusahaan berkewajiban menyerahkan laporan audit internal
setiap 6 (enam) bulan sekali setelah terbitnya Sertifikat Halal.
3. Perubahan bahan, proses produksi dan lainnya perusahaan wajib
melaporkan dan mendapat izin dari LPPOM MUI.

Cara mengetahui sertifikat halal?


Cek video

SERTIFIKAT HALAL
1. Sertifikat halal bersifat WAJIB berdasarkan Ketentuan UU Nomor 33
Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal (UU JPH), pada Pasal 4
2. Sertifikat halal dikeluarkan oleh Majelis Utama Indonesia (MUI)
melalui LPPOMMUI

Persyaratan Sertifikasi Halal


1.
2.
3.
4.
5.

Perusahaan harus mempunyai Halal Assurance System (HAS)


Perusahaan mengangkat Internal Auditor
Masa berlaku sertifikat Halal adalah dua tahun
Biaya sertifikasi antara Rp 1.000.000 Rp 3.500.000
Untuk menggunakan logo halal pada label, perlu ijin dari BPOM RI

Cara memperoleh label halal


Datang ke kantor MUI. Membawa persyaratan: fotokopi ktp, pas
foto dan fotokopi izin usaha.
Persyaratan tersebut tidak mengikat karena di LPPOM MUI
mengisi formulir yang telah tersedia
Tim auditor mengecek ke lapangan
Setelah tidak ada masalah, tim auditor membuat rekomendasi
untuk komisi Fatwa untuk mengesahkan sertifikat label halal

BAGIAN AFI

LABEL DAN IKLAN PANGAN


Label atau disebut juga etiket adalah tulisan, gambar atau deskripsi lain
yang tertulis, dicetak, diukir, dihias, atau dicantumkan dengan jalan
apapun, pada wadah atau pengemas.
Berdasarkan Undang-Undang RI No. 7 tahun 1996 yang dimaksud
dengan label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang
berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang
disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada bagian
kemasan pangan.

Pada Bab IV Pasal 30-35 dari Undang-Undang ini diatur hal-hal yang
berkaitan dengan pelabelan dan periklanan bahan pangan.
Tujuan pelabelan pada kemasan adalah :
memberi informasi tentang isi produk yang diberi label tanpa harus
membuka kemasan
sebagai sarana komunikasi antara produsen dan konsumen
tentang hal-hal dari produk yang perlu diketahui oleh konsumen,
terutama yang kasat mata atau yang tidak diketahui secara fisik memberi
petunjuk yang tepat pada konsumen sehingga diperoleh fungsi
produk yang optimum
sarana periklanan bagi konsumen
memberi rasa aman bagi konsumen.

Pada label kemasan, UU yang mengatur apa saja yg harus


dicantumkan pada label kemasan ( makanan atau minuman)?
Yang patut dicantumkan menurut Undang-Undang RI No. 7
tahun 1996 tentang Pangan agar tidak menyesatkan konsumen, yaitu :
Nama produk
Nomor izin edar bagi produk tersebut

Ingridien/bahan makanan yg digunakan


Nama dan alamat produsen atau memasukkan pangan ke dalam
wilayah Indonesia.
Keterangan tentang halal
Tanggal, bulan, dan tahun kedaluwarsa suatu produk

Berdasarkan Peraturan Kepala BPOM No HK. 03.15.12.11.09955


tahun 2011 tentang Pendaftaran Pangan Olahan, bahwa beberapa
persyaratan label pangan olahan diantaranya :
1. Keterangan dan atau pernyataan tentang pangan olahan dalan label
harus benar dan tidak menyesatkan baik mengenai tulisan, gambar
atau bentuk apapun lainnya
2. Label memuat tulisan yang jelas, mudah dibaca, teratur dan tidak
berdesak desakan
3. Penggunaan latar belakang, baik berupa gambar, warna maupun
desain lainnya tidak boleh mengaburkan tulisan pada label
4. Pelabelan dilakukan sedemikian rupa sehingga : a)Tidak mudah
lepas, b) tidak mudah rusak atau luntur, c) terletak pada bagian
kemasan pangan yang mudah untuk dilihan dan dibaca

Label pangan olahan paling sedikit harus mencantumkan :


1) Nama pangan olahan
2) Berat bersih atau isi bersih
3) Nama alamat pihak yang memproduksi atau memasukan pangan
kedalam wilayah indonesia
4) Daftar bahan yang digunakan
5) Nomor pendaftaran
6) Keterangan kadaluarsa
7) Kode produksi

Lanjutan
Selain itu keterangan-keterangan lain yang dapat dicantumkan pada label kemasan
adalah :
1. nomor pendaftaran,
2. kode produksi,
3. petunjuk atau cara penggunaan
4. petunjuk atau cara penyimpanan,
5. nilai gizi

Pada peraturan perundang-undangan terkait label


kemasan produk
Pasal 96
(1) Pemberian label Pangan bertujuan untuk memberikan informasi
yang benar dan jelas kepada masyarakat tentang setiap produk
Pangan yang dikemas sebelum membeli dan/atau mengonsumsi
Pangan.
(2) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terkait dengan
asal, keamanan, mutu, kandungan Gizi, dan keterangan lain yang
diperlukan.

PASAL 97
(1) Setiap Orang yang memproduksi Pangan di dalam negeri untuk
diperdagangkan wajib mencantumkan label di dalam dan/atau pada Kemasan
Pangan.
(2) Setiap Orang yang mengimpor pangan untuk diperdagangkan wajib
mencantumkan label di dalam dan/atau pada Kemasan Pangan pada saat
memasuki wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
(3) Pencantuman label di dalam dan/atau pada Kemasan Pangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditulis atau dicetak dengan menggunakan
bahasa Indonesia serta memuat paling sedikit keterangan mengenai:

Lanjutan
a. nama produk;
b. daftar bahan yang digunakan;
c. berat bersih atau isi bersih;
d. nama dan alamat pihak yg memproduksi
e. halal bagi yang dipersyaratkan;
f. tanggal dan kode produksi;
g. tanggal, bulan, dan tahun kedaluwarsa;
h. nomor izin edar bagi Pangan Olahan; dan
i. asal usul bahan Pangan tertentu.
(4) Keterangan pada label sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditulis, dicetak,
atau ditampilkan secara tegas dan jelas sehingga mudah dimengerti oleh
masyarakat.

Pasal 100
(1) Setiap label Pangan yang diperdagangkan wajib memuat
keterangan mengenai Pangan dengan benar dan tidak
menyesatkan.
(2) Setiap Orang dilarang memberikan keterangan atau
pernyataan yang tidak benar dan/atau menyesatkan pada label.

Pasal 102
(1) Setiap Orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 97 ayat (1), Pasal 99, dan Pasal 100 ayat (2) dikenai sanksi
administratif.
(2) Setiap Orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 97 ayat (2) wajib mengeluarkan dari dalam wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia atau memusnahkan Pangan yang diimpor(3) Sanksi
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. denda;
b. penghentian sementara dari kegiatan, produksi/peredaran;
c. penarikan Pangan dari peredaran oleh produsen;
d. ganti rugi; dan/atau
e. pencabutan izin.

Lanjutan
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis, besaran
denda, tata cara, dan mekanisme pengenaan sanksi
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (3) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

4. PENDAFTARAN MAKANAN
Untuk melindungi masyarakat dari produk pangan olahan yang membahayakan kesehatan
konsumen, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan berbagai peraturan perundangundangan yang berkaitan dengan keamanan pangan. Salah satunya adalah peraturan
mengenai kewajiban pendaftaran produk pangan olahan seperti yang tercantum dalam PP
No. 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan. Institusi pemerintah yang
bertanggungjawab terhadap peredaran produk pangan olahan di seluruh Indonesia adalah
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (Badan POM) RI.

A. Jenis Nomor Pendaftaran


1. Nomor SP adalah Sertifikat Penyuluhan, merupakan nomor pendaftaran yang
diberikan kepada pengusaha kecil dengan modal terbatas dan pengawasan diberikan
oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kodya, sebatas penyuluhan.
2. Nomor MD diberikan kepada produsen makanan dan minuman bermodal besar yang
diperkirakan mampu untuk mengikuti persyaratan keamanan pangan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah.
3. Nomor ML, diberikan untuk produk makanan dan minuman olahan yang berasal dari
produk impor, baik berupa kemasan langsung maupun dikemas ulang.
4. SPP-IRT, untuk industri skala rumah tangga cukup mendaftakarkan produknya
melalui DinKes, biasanya produk memiliki daya tahan selama 7hari.

SPP-IRT (Sertifikat produk pangan industri rumah tangga)

Diberikan untuk 1 jenis produk pangan, penomoran SPP-IRT terdiri dari 12 angka
yaitu :
Angka Ke-1 menunjukan jenis kemasan
Angka Ke-2,3 menunjukan no. Urut jenis produk
Angka Ke-4,5,6,7 menunjukan kode provinsi dan kabupaten/kota
Angka Ke-8,9 menunjukan no. Urut produk pangan IRT yg telah memperoleh SPPIRT
Angka Ke-10,11,12 menunjukan nomor urut P-IRT di kabupaten/kota yang
bersangkutan
Angka Ke- 14,15 menunjukan tahun berakhirnya masa berlaku P-IRT tsb

P-IRT

CONTOH NOMOR P-IRT

2,04,3271,02,0057,18

Cara mendaftarkan P-IRT


Mengajukan surat permohonan ke Kepala DinKes Kabupaten/kota bersangkutan
Pemilik/produsen memiliki SPP-IRT (Sertifikan Penyuluhan Produk Industri Rumah
Tangga)
Mengikuti penyuluhan keamanan pangan
Mengisi form. Permohonan izin P-IRT
Fotocopy KTP (1lembar) dan Pas foto 3x4 (3lembar)
Menyertakan rancangan label produk
Sarana produksi sudah diperiksa oleh DinKes dan harus sesuai dengan standart yg ada
Pemohon membayar retribusi. Sertifikat Penyuluhan Pangan Industri Rumah Tangga
diserahkan setelah biaya administrasi telah dilakukan
Lalu, mendapatkan nomor regist dari DinKes Kabupaten/kota yg bersangkutan yang
nantinya akan dicantukan pada label produk makanan/minuman tsb.

Pendaftaran makanan MD dan ML


Pendaftaran makanan dalam negri dan luar negri mempuyai dua proses yaitu
melalui jalur umum dan jalur ODS ( One Day Service )
ODS adalah SIstim pelayanan dan penilaian cepat dan penerbitan persetujuan
pendaftaran dalam 24 jam bagi produk-produk makanan yang beresiko
rendah, baik produk lokal maupun impor yang didaftarkan langsung ke Ditjen
POM.
Sedangkan jalur umum sitem pelayanan dan penerbitan persetujuan pendaftaran
dalam waktu lebih dari 1hari atau seminggu.

Lanjutan...
Khusus untuk ODS, dilampirkan surat pesetujuan produk sejenis dan labelnya
yang telah mendapatkan nomor pendaftaran. Formulir yang telah diisi, dibuat
masing-masing rangkap 4 (empat). 1 (satu) rangkap untuk arsip produsen dan 3
(tiga) rangkap untuk diserahkan kepada petugas dengan ketentuan sebagai
berikut :
a). Umum
i. Berkas makanan, minuman dan bahan tambahan pangan dalam map snellhecter
berwarna merah.
ii. Berkas makanan diet khusus dalam map snellhecter berwarna hijau.
iii. Berkas makanan fungsional, makanan rekayasa genetika dalam map snellhecter
berwarna biru.

Lanjutan
b). ODS
i. Berkas makanan dalam map snellhecter transparan berwarna biru;
ii. Berkas minuman dan bahan tambahan pangan dalam map snellhecter transparan warna
merah


Lanjutan untuk kelengkapan formulir

Untuk mendaftarkan makanan produksi Dalam Negeri, pemohon wajib


menyerahkan atau mengirimkan kelengkapan permohonan pendaftaran kepada
Direktur jenderal Pengawasan Obat dan Makanan sebanyak 3 rangkap. Kelengkapan
permohonan pendaftaran adalah meliputi :
1. Permohonan pendaftaran
Yang terdiri dari Formulir A, B, C, D yang diisi dengan benar dan lengkap sesuai
dengan pedoman dan dilengkapi dengan lampirannya pada masing-masing
formulir

Lanjutan...
2. Formulir A (dilip di Formulir A)
Sertifikat merek dari Departemen Kehakiman RI bila ada
Rancangan /desain label dengan warna sesuai dengan rencana yang akan digunakan pada
produk yang bersangkutan
Fotokopi surat izin dari Departemen Perindustrian RI/BKPM
Surat pemeriksaan BPOM setempat (bila sudah pernah diperiksa)
Untuk produk suplemen makanan melampirkan fotokopi ijin produksi farmasi dan
sertifikat CPOB.
Untuk produk air minum dalam kemasan dan garam dilengkapi sertifikat SNI dari
Deperindag.
Untuk produk yang dikemas kembali harus melampirkan surat keterangan dari pabrik asal.
Untuk produk lisensi melampirkan surat keterangan lisensi dari pabrik asal dengan
menunjukkan aslinya

Lanjutan...
3. Formulir B (diklip di form B)
Spesifikasi bahan baku dan BTM
Asal pembelian bahan baku dan BTM
Standar yang digunakan pabrik
Sertifikat wadah dan tutup
Uji kemasan dan pemerian bahan baku untuk
suplemen makanan
4. Fomulir C (diklip di form C)
Proses proses produksi dari bahan baku sampai
produk jadi
Higiene dan sanitasi pabrik dan karyawan
Denah dan peta lokasi pabrik

5. Formulir D (diklip di form D)


Struktur organisasi
Sistem pengawasan mutu, sarana dan peralatan pengawasan
mutu
Hasil analisa produk akhir lengkap dan asli meliputi pemeriksaan
fisika, kimia, BTM (sesuai dengan masing-masing jenis
makanan), cemaran mikroba dan cemaran logam
Apabila diperiksa oleh laboratorium sendiri, harus dilengkapi
dengan metoda dan prosedur analisa yang digunakan dengan
melampirkan daftar peralatan laboratorium yang dimiliki
Apabila dilakukan pemeriksaan dilaboratorium pemerintah atau
laboratorium yang sudah diakreditasi, agar menyebutkan metoda
yang digunakan.
in process control pengawasan mutu selama proses produksi

Lanjutan...
Produk Luar Negeri (Impor)
Syarat minimal pendaftaran umum dan ODS produk ML :
a.Surat penunjukkan dari pabrik asal (surat asli ditunjukkan sedangkan yang
fotokopi dilampirkan).
b.Health certificate atau free sale dari instansi yang berwenang di negara asal
(surat asli ditunjukkan sedangkan yang fotokopi dilampirkan).
c. Hasil analisa laboratorium (asli) yang berhubungan dengan produk antara
lain zat gizi (klaim gizi), zat yang diklaim sesuai dengan label, uji kimia,
cemaran mikrobiologi dan cemaran logam. Keabsahan hasil analisa
tersebut berlaku 6 bulan sejak tanggal pengujian.
d.Rancangan label sesuai dengan yang akan diedarkan dan contoh produk.
e.Formulir pendaftaran yang tekah diisi dengan langkap.

Lanjutan...
Khusus untuk ODS, dilampirkan surat pesetujuan produk sejenis dan
labelnya yang telah mendapatkan nomor pendaftaran. Formulir yang telah
diisi, dibuat masing-masing rangkap 4 (empat). 1 (satu) rangkap untuk arsip
produsen dan 3 (tiga) rangkap untuk diserahkan kepada petugas dengan
ketentuan sebagai berikut :
a). Umum
i. Berkas semuja produk dalam map snellhecter berwarna kuning.
b). ODS
ii. Berkas semua produk map snellhecter transparan berwarna kuning.

Kelengkapan formulir makanan luar


Untuk mendaftarkan makanan, pemohon wajib menyerahkan atau
mengirimkan kelengkapan permohonan pendaftaran kepada Direktur
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan sebanyak 3 rangkap. Kelengkapan
permohonan pendaftaran adalah meliputi :
1. Permohonan pendaftaran
Terdiri dari Formulir A, B, C, D yang diisi dengan benar dan lengkap oleh
pabrik asal asli atau yang dilegalisir sesuai dengan pedoman dan
dilengkapi dengan lampirannya pada masing-masing formulir.

Lanjutan...
2. Formulir A (diklip di Formulir A)
Sertifikat merk dari badan yang berwenang
bila ada.
Sertifikat kesehatan/Free Sale dari
pemerintah negara asal asli atau copy yang
dilegalisir.
Sertifikat bebas radiasi sesuai dengan SK
Menkes. No. 00474/B/II/87
Surat penunjukkan dari pabrik asal asli
atau copy yang dilegalisir.
Rancangan/desain label dengan warna
sesuai dengan rencana yang akan
digunakan pada produk yang bersangkutan.

3. Formulir B (diklip di form B)


Komposisi dari pabrik asal asli atau copy
yang dilegalisir.
Spesifikasi asal bahan baku dan BTM dari
pabrik asal.
Sertifikat wadah dan tutup dari pabrik
asal.
Standar yang digunakan pabrik asal.
Untuk produk suplemen makanan
melampirkan uji kemasan dan pemerian
bahan baku.

Lanjutan...
4. Formulir C (diklip di form C)
Proses produksi dari bahan baku sampai produk jadi.
5. Formulir D (diklip di form D)
Sistem pengawasan mutu dari pabrik asal asli atau foto kopi yang dilegalisir.
Hasil analisa produk akhir lengkap dan asli meliputi pemeriksaan fisika, kimia, BTM atau Bahan Tambahan
Makanan (sesuai dngan masing-masing jenis makanan), cemaran mikroba dan cemaran logam.
Apabila diperiksa oleh laboratorium sendiri, harus dilengkapi dengan metoda dan prosedur analisa yag digunakan
dengan melampirkan datar peralatan laboratorium dimiliki.
Apabila dilakukan pemeriksaan di laboratorium pemerintah atau laboratorium yang sudah diakreditasi, agar
menyebutkan metoda yang digunakan.
in process control pengawasan mutu selama proses produksi.
Contoh makanan yang bersangkutan 3 kemasan.
Selain yang dimaksud di atas bila dianggap perlu, pemohon dapat menyertakan dokumen lain yang dapat
menunjang penilaian permohonan dalam rangkap 3

Lanjutan...
Terhadap semua formulir pendaftaran, baik ODS maupun Umum,
dilakukan evaluasi yang keputusannya dapat berupa : ditolak, disetujui
dengan syarat (penambahan data yang harus dilengkapi) atau disetujui.
Keputusan untuk Umum diperoleh paling lambat 3 bulan, sedangkan
keputusan untuk ODS diperoleh paling lambat 1 hari

SNI
STANDAR NASIONAL INDONESIA

STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI)


A. Sejarah SNi

Standar Nasional Indonesia (disingkat SNI) adalah satu-satunya


standar yang berlaku secara nasional di Indonesia. SNI dirumuskan
oleh Panitia Teknis dan ditetapkan oleh Badan Standardisasi
Nasional.

B. TUJUAN PENERAPAN SNI


Di dalam Peraturan Pemerintah RI No.102 Tahun 2000 tentang Standarnisasi Nasional
pada butir a dan b menjelaskan bahwa tujuan penerapan SNI adalah :
bahwa dalam rangka mendukung peningkatan produktivitas, daya gunaproduksi,
mutu barang, jasa, proses, sistem dan atau personel, yang dimaksudkan untuk
meningkatkan daya saing, perlindungan konsumen, maka efektifitas pengaturan
dibidang standardisasi perlu lebih ditingkatkan;
bahwa Indonesia telah ikut serta dalam persetujuan pembentukan
OrganisasiPerdagangan Dunia (World Trade Organization) yang di dalamnya
mengaturpula masalah standardisasi berlanjut dengan kewajiban untuk
menyesuaikanperaturan perundang-undangan nsasional di bidang standardisasi;.

C. RUANG LINGKUP SNI


1. Metroligi teknik
Yang dimaksud metrologi teknik adalah metrologi yang mengelola satuansatuan ukuran, metode-metode pengukuran dan alat-alat ukur,
2. Mutu
Yang dimaksud dengan mutu adalah keseluruhan karakteristik dari maujud yang
mendukung kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau
tersirat,
3. Standar
Yang dimaksud dengan standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang
dibakukan termasuk tata cara
4. Pengujian
Pengujian adalah kegiatan teknis yang terdiri atas penetapan, penentuan satu atau
lebih sifat atau karakteristik dari suatu produk bahan, peralatan,
organisme, sesuai dengan prosedur yangtelah ditetapkan.

D. SISTEM PENERAPAN SNI


Tercantum di dalam Peraturan Pemerintah RI No. 102
Tahun 2000 Tentang Standardisasi Nasional menjelaskan
tentang berbagai penerapan SNI Pada Bab VI Pasal 12
s/d 21.

E. PENGAWASAN DAN SANKSI


Di dalam Peraturan Pemerintah RI No. 102 Tahun 2000 Tentang Standarnisasi Nasional menjelaskan
tentang pengawasan dan sanksi terhadap pelanggaran SNI Pada Pasal 23dan Pasal 24 sebagai
berikut
Pasal 23
Pengawasan terhadap pelaku usaha, barang dan atau jasa yang telahmemperoleh sertifikasi
dan atau dibubuhi tanda SNI yang diberlakukan secara wajib, dilakukan oleh Pimpinan instansi
teknis sesuai kewenangannya dan atauPemerintah Daerah.
Pengawasan

terhadap

unjuk

kerja

pelaku

usaha

yang

telah memperolehsertifikasi

produk dan atau tanda SNI dilakukan oleh lembaga sertifikasi produkyang menerbitkan sertifikat
dimaksud.
Masyarakat dan lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakatmelakukan pengawasan
terhadap barang yang beredar di pasaran.

LANJUTAN...

Pasal 24

Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal18 ayat (1)
dan (2) dapat dikenakan sanksi administratif dan atau sanksipidana.
Saknsi administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berupa
pencabutansertifikat produk dan atau pencabutan hak penggunaan tanda SNI,
pencabutanijin usaha, dan atau penarikan barang dari peredaran.
Sanksi pencabutan sertifikat produk dan atau hak penggunaan tanda SNI dilakukan oleh
lembaga sertifikasi produk.
Sanksi pencabutan ijin usaha dan atau penarikan barang dari
peredaranditetapkan oleh instansi teknis yang berwenang dan atau Pemerintah Daerah.
Sanksi pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berupa sanksi pidanasesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Baru sekitar 100 produk yang wajib SNI, ada peraturan-peraturan


lain yang tidak terkait dengan standar / SNI yang juga mengatur
mengenai peredaran produk misalnya, peraturan tentang label
dari kementerian perdagangan yaitu melalui Permendag nomor
67/M-DAG/11/2013 tentang kewajiban pencantuman label dalam
bahasa Indonesia yang mewajibkan produk produk yang
beredar di Indonesia (yang tercantum dalam lampiran peraturan
tersebut) memiliki label dalam bahasa Indonesia, serta peraturanperaturan lainnya.

SNI wajib untuk pangan mencakup produk :


1. Garam konsumsi Beryodium
2. Gula Rafinasi
3. Tepung Terigu yang difortifikasi Fe
4. Air Minum dalam Kemasan
5. Coklat Bubuk
6. Minyak Goreng

Garam konsumsi Beryodium

SNI ini direvisi oleh : SNI 3556:2010 Garam


konsumsi beryodiumAbstraksi :
Persyaratan mutu meliputi kadar air maks. 7%b/b; kadar NaCL dihitung dari jumlah Clmin. 94,7%b/b; iodium dihitung sebagai KIO3 min. 30 mg/kg; cemaran logam (Pb maks.
10 mg/kg, Cu maks. 10 mg/kg, Hg maks. 0,1 mg/kg); As maks. 0,1 mg/kg.
ICS
: 1. 67.220.20
BTM SK Penetapan : 2590/BSN-I/HK.54/09/2000
Tanggal Penetapan : 27-09-2000 [dd-mm-yyyy]
SNI Ini Merevisi :
1. SNI 01-3556-1999 Garam dapur
2. SNI 01-3556.2-1999 Garam meja Acuan
Normatif SNI
:
1. [berlaku] SNI 01-2891-1992 Cara uji makanan dan minuman
2. [tidak berlaku] SNI 01-2899-1992 Garam meja dan konsumsi, Cara uji

Coklat bubuk

Nomor SNI :[berlaku] SNI 3752:2009


Judul :Susu coklat bubuk
Nomor Lama : SNI 01-3752-1995
Abstraksi
: Standar ini menetapkan istilah dan definisi,
syarat mutu, pengambilan contoh dan cara uji susu coklat
bubuk.
Panitia Teknis : 67-04 Makanan dan Minuman
ICS
: 1. 67.100.10 Susu
SK Penetapan : 91/KEP/BSN/10/2009
Tanggal Penetapan : 09-10-2009 [dd-mm-yyyy]

Minyak goreng sawit

Nomor SNI: [berlaku] SNI 7709:2012


Judul : Minyak goreng sawit
Abstraksi : Standar ini menetapkan istilah dan definisi,
syarat mutu, pengambilan contoh, dan cara uji minyak goreng
sawit.
Panitia Teknis : 67-04 Makanan dan Minuman
ICS
: 1. 67.200.10 Lemak dan minyak hewani dan nabati
Akan diberlakukan wajib oleh :
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN (100/MIND/PER/11/2015)
SK Penetapan
: 61/KEP/BSN/4/2012 download
Tanggal Penetapan : 27-04-2012 [dd-mm-yyyy]

Air mineral alami

Nomor SNI : [tidak berlaku] SNI 01-6242-2000


Judul : Air mineral alami
SNI ini direvisi oleh : SNI 6242:2015 - Air mineral alami
Abstraksi : Persyaratan mutu meliputi beberapa kriteria uji yaitu
banyaknya kandungan nitrat (NO3), nitrit (NO2), fluorida (F), sianida
(CN), dan sulfat (SO4) yang di perbolehkan. Cemaran logam As, Cr, Mn,
dan Se maks. 0,05 mg/l. Cemaran logam Sb dan Cd maks. 0,005 mg/l Ba,
Cu, Pb, Hg dan Ni. Cemaran kimia organik (aldrin, dieldrin, 1,2dikloroetan, heptakhlorepoksida, metoksikhlor, detergen, PCB dan
minyak mineral. Cemaran mikroba (E.coli, Streptococcus, C. perfingens
dan P. aeruginosa).
Akan diberlakukan wajib oleh : KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
(49/M-IND/PER/3/2012)
SK Penetapan : 1705.A/BSN-I/HK.24/06/2000
Tanggal Penetapan : 30-06-2000 [dd-mm-yyyy]

SK Penetapan : 1705.A/BSN-I/HK.24/06/2000
Tanggal Penetapan : 30-06-2000 [dd-mm-yyyy]
Acuan Normatif SNI :
1. [tidak berlaku] SNI 01-3553-1996 Air minum dalam kemasan
2. [tidak berlaku] SNI 06-2467-1991 Air, Metode pengujian kadar barium dengan
alat spektrofotometer serapan atom secara langsung
3. [berlaku] SNI 19-0429-1989 Petunjuk pengambilan contoh cairan
dan semi padat
4. [tidak berlaku] SNI 01-3554-1998 Cara uji air minum dalam kemasan
5. [berlaku] SNI 06-2508-1991 Air, Metode pengujian kadar pestisida
klor-organik dengan alat kromatografi gas
6. [tidak berlaku] SNI 06-2476-1991 Metode pengujian kadar detergent dalam
air dengan alat spektrofotometer secara biru metilena
7. [tidak berlaku] SNI 06-2502-1991 Air, Metode pengujian kadar minyak dan
lemak secara gravimetrik
8. [tidak berlaku] SNI 01-2897-1992 Cara uji cemaran mikroba

Tepung terigu sebagai bahan makanan

Nomor SNI : [berlaku] SNI 3751:2009


Judul : Tepung terigu sebagai bahan makanan
Nomor Lama : SNI 01-3751-2006
Rencana revisi SNI oleh program/rancangan standar : PNPS - Tepung terigu
Abstraksi : Standar ini menetapkan syarat mutu, pengambilan contoh dan cara
uji untuk tepung terigu sebagai bahan makanan. Standar ini tidak berlaku untuk: a)
tepung terigu yang dibuat dari gandum jenis Durum (Triticum durum Desf); b)
produk gandum keseluruhan (whole meal) dan semolina (farina); c) tepung terigu
yang ditujukan untuk penggunaan bir (brewing adjunct) atau untuk pembuatan pati
dan / atau gluten; d) tepung untuk keperluan non makanan; e) tepung terigu yang
telah mengalami perlakuan khusus, selain perlakuan pengeringan, pemucatan.
Panitia Teknis : 67-04 Makanan dan Minuman
ICS
: 1. 67.060 Biji-bijian, kacang-kacangan dan produk turunan

Gula kristal rafinasi (Refined sugar)

Standar Nasional Indonesia (SNI) Gula kristal rafinasi (Refined sugar) ini merupakan
revisi
SNI 013140.22001, Gula kristal rafinasi (Refined sugar).
Nomor SNI
: [tidak berlaku] SNI 01-3140.2-2006
Judul
: Gula kristal - Bagian 2: Rafinasi
SNI ini direvisi oleh
: SNI 3140.2-2011 - Gula kristal

Bagian 2: Rafinasi

Abstraksi : Syarat mutu dan cara uji gula meliputi antara lain keadaan, warna, besar
butir, sakarosa, gula pereduksi, bahan asing tak larut, dan cemaran logam .
ICS :1. 67.180.10 Gula dan produk gula
SNI diberlakukan wajib oleh :KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN (83/MIND/PER/11/2008)
SK Penetapan
: 176/KEP/BSN/12/2006
Tanggal Penetapan
:28-12-2006 [dd-mm-yyyy]
SNI Ini Merevisi :
1. SNI 01-3140.2-2001 Gula kristal rafinasi (refined sugar)

TERIMAKASIH TEMAN-TEMAN ATAS


PERHATIANNYA

Anda mungkin juga menyukai