Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Altman Z-Score untuk menilai tingkat kesehatan
keuangan perusahaan manufaktur sub sektor farmasi. Penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif deskriptif. Jenis data yang diterapkan ialah data kuantitatif. Data kuantitatif berupa
data keuangan badan usaha yang didapatkan dari laporan keuangan tahunan yang telah
diaudit serta dipublikasikan pada perusahaan manufaktur sub sektor farmasi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2017 hingga 2020. Berdasarkan hasil analisis, maka dapat
diketahui bahwa pada tahun 2017 dan 2018 terdapat lima perusahaan farmasi yang sama
berada di kategori sehat dan rawan bangkrut. Pada1kategori sehat yaitu PT Kalbe Farma Tbk,
PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk, PT Tempo Scan Pacific Tbk, PT Darya-
Varia Laboratoria Tbk, dan PT Merck Tbk. Selanjutnya terdapat empat perusahaan farmasi
yang berada di kategori rawan bangkrut yaitu, PT Kimia Farma Tbk, PT Indofarma Tbk, PT
Phapros Tbk, dan PT Pyridam Farma Tbk. Kemudian untuk kategori bangkrut perusahaan
farmasi di tahun 2017 tidak ada yang berada di zona bangkrut. Pada tahun 2019 ada dua
perusahaan farmasi yang mengalami penurunan yaitu, PT Kimia Farma Tbk yang
sebelumnya berada di kategori rawan bangkrut menjadi berada di kategori bangkrut. Dan
juga terjadi pada PT Merck Tbk yang sebelumnya berada di kategori sehat menjadi berada di
kategori rawan bangkrut. Sehingga pada tahun 2019 terdapat tempat perusahaan farmasi
berada di kategorisehat, empat perusahaan farmasi beradadi kategorirawan bangkrut, dan satu
perusahaan farmasi berada di kategori bangkrut. Pada tahun 2020 ada dua perusahaan farmasi
yang mengalami penurunan lagi yaitu PT Darya-Varia Laboratoria Tbk yang sebelumnya
berada di kategori sehat menjadi kategori rawan bangkrut, dan PT Phapros Tbk yang
sebelumnya berada di kategori rawan bangkrut menjadi kategori bangkrut. PT Kimia Farma
Tbk tetap berada di kategori bangkrut. Sedangkan pada PT Pyridam Farma Tbk mengalami
peningkatan jika sebelumnya berada di kategori rawan bangkrut menjadi berada di kategori
sehat. Sehingga pada tahun 2020 terdapat empat perusahaan farmasi berada di kategorisehat,
tiga perusahaan farmasi berada di kategori rawan bangkrut, dua perusahaan farmasi berada di
kategori bangkrut.
Abstract
This study aims to analyze the Altman Z-Score to assess the level of financial soundness of
manufacturing companies in the pharmaceutical sub-sector. This research uses descriptive
quantitative method. The type of data applied is quantitative data. Quantitative data in the
form of business entity financial data obtained from annual financial reports that have been
audited and published in pharmaceutical sub-sector manufacturing companies listed on the
Indonesia Stock Exchange for the period 2017 to 2020. Based on the results of the analysis, it
A. PENDAHULUAN
Pengukuran kinerja pada perusahaan dilaksanakan pada akhir periode, ini ialah salah
satu aktivitas yang dilakukan oleh suatu badan usaha guna melihat peningkatan lababadan
usaha yang diraih dengan menggunakan berbagai indikator pengukuran tingkat kesehatan
keuangan perusahaan (Khamidah & Afandi, 2018). Melalui perolehanhasil tingkat kesehatan
keuangan, badan usaha dapat mengetahui tahapan agar visi misi tujuan perusahaan yang
melibatkankeadaan keuangan badan usaha yang semakin memegang daya saing yang kuat.
Guna mendapatkan tingkat kesehatan keuangan dibutuhkan analisa laporan keuangan melalui
penerapan analisis rasio keuangan serta analisis Z-Score (Irwansyah, 2016).
Analisis rasio digunakan untuk mendapatkan nilai tingkat kesehatan keuangan badan
usaha yang pada akhir laporan keuangan perusahaan tersebut dipertimbangkanserta temuan
pertimbangan tersebut akan diperoleh suatu dataterkait kondisi serta kinerja keuangan
perusahaan pada masa yang sudah lalu, sekarang, serta masa mendatang (Putri & Renji
Ananda, 2018). Berbagai analisis yang digunakan diharapkanmampu memperkirakan
kelangsungan hidup suatu badan usaha. Oleh sebab itu, diterapkan pendekatan khusus yang
mampu menghasilkan evaluasi serta juga memperkirakankemampuan keuangan perusahaan
pada masa sekarang serta masa mendatang. Hal ini bisa didapatkan melalui penerapan
analisis kesehatan keuangan yang disebutanalisis diskriminan Altman Z-Score yang
dikembangkan oleh Altman kemudian berhasil mendapatkan rumus berbagai rasio keuangan
terbaik guna memprediksi terjadinya kebangkrutan perusahaan (Putri, 2019).
Badan usaha farmasi adalah badan usaha yang mencari laba dengan melakukan riset,
mengembangkan, dan menjual obat-obatan khususnya dalam ruang lingkup kesehatan.Badan
usaha farmasi mempunyai persaingan ketat yang terjadi karena dampak dari tingginya
penawaran serta permintaan obat dikalangan masyarakat baik kalangan bawah, menengah
serta juga kalangan atas (Sawiya & Agus, 2017). Informasi mengenai perkembangan bisnis
farmasi di Indonesia yang pertama ialah meluasnya jangkauan kepesertaan Dana Jaminan
B. LITERATURE REVIEW
1. Analisis Laporan Keuangan
Dalam buku “Analisis Laporan Keuangan”, Hanafi (2018) analisis laporan keuangan
bertujuan guna menetukan seberapa menguntungkan (profit) dan seberapa sehat tingkat rasio
atau tingkat kesehatan suatu perusahaan. Laporan keuangan biasanya disajikan dalam bentuk
laporan kompratif, yang telah disajikan untuk dua tahun atau lebih. Menurut Toto Prihadi
(2013), manfaat analisis laporan keuangan yakni, pertama guna melihat posisi serta kinerja
satu atau lebih laporan keuangan, sehingga tren mendatang bisa diprediksi, kedua dapat
digunakan sebagai salah satu landasan pada pengambilan keputusan, ketiga dengan
penganggaran kas bisa diterapkan guna memprediksi laporan keuangan masa mendatang.
Dalam mengevaluasi sebuah keadaan finansial perusahaan dimasa lalu dan dimasa
yang akan datang, diperlukan sebuah analisis laporan keuangan dengan menggunakan
perhitungan rasio-rasio, jika laporan keuangan disusun secara baik dan lengkap maka dapat
memberikan gambaran keadaan yang nyata mengenai hasil yang telah dicapai oleh sebuah
perusahaan dalam kurun waktu tertentu, keadaan ini digunakan untuk menilai kinerja
keuangan (Kesuma, 2015).
3. Kebangkrutan
Menurut Rudianto (2013) kebangkrutan merupakan ketidak mampuan perusahaan
guna memenuhi kewajiban keuangannya pada saat jatuh tempo, yang berdampak pada
sulitnya likuiditas badan usaha sebagai awal kebangkrutan.
Menurut Brigham (2014) kebangkrutan perusahaan didefinisikan kegagalan pada
suatu badan usaha serta dipahami sebagai: pertama, Economic Distressed, ialah keadaan
badan usaha kehilangan uang atau ketidakmampuan pendapatan badan usaha guna
membiayainya, yakni tingkat laba kurang dari biaya modal, ataunilai sekarang dari arus kas
badan usaha kurang dari kewajibannya. Kegagalan diakibatkan aruskas sebenarnya dari
badan usaha jauh lebih rendah dari arus kas yang diharapkan. Kedua, Financial Distressed,
ialah kondisi badan usaha yang kesulitan keuangan, baik pada kas atau modal kerja.
Kegagalan keuangan juga didefinisikan saat dimana badan usaha tidak mampu mencukupi
jadwal pembayaran atau badan usahatidak mampu mencukupi kewajibannya.
Kebangkrutan dapat diperkirakan sebelum sebuah perusahaan bangkrut, perkiraan
kebangkrutan harus dilakukan jauh hari sekitar dua hingga lima tahun sebagai batas yang
diperbolehkan untuk kinerja yang lebih rendahdalam mendeteksi kemungkinan kebangkrutan
suatubadan usaha (Pangkey et al., 2018).
C. METODE
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif. Jenis data yang diterapkan
ialah data kuantitatif. Data kuantitatif berupa data keuangan badan usaha yang didapatkan
dari laporan keuangan tahunan yang telah diaudit serta dipublikasikan pada perusahaan
manufaktur sub sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2017 hingga
2020. Populasi pada penelitian ini adalah Perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Sedangkan sampel penelitian ditentukan melalui teknik purposive sampling.
Berdasarkan kriteria di atas, maka dari 11 populasi yang diambil dari perusahaan manufaktur
Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, hanya 9 perusahaan Farmasi yang memenuhi
kriteria sehingga didaptkan jumlah amatan sebanyak 9 sampel penelitian dan 36 data laporan
keuangan. Teknik analisa diterapkan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: pertama,
menghitung beberapa rasio keuangan perusahaan yang termasuk pada sampelpenelitian ini.
Kedua, data atau hasil perhitungan rasio keuangan kemudian dianalisis sesuai dengan rumus
yang ditemukan oleh Altman. Langkah ketiga, mengklasifikasikan tiap sampel penelitian
berlandasan kriteria kebangkrutan
E. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis, maka dapat diketahui bahwa: 1) Pada tahun 2017 dan 2018
terdapat lima perusahaan farmasi yang sama berada di kategori sehat dan rawan bangkrut.
Pada1kategori sehat yaitu PT Kalbe Farma Tbk, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul
Tbk, PT Tempo Scan Pacific Tbk, PT Darya-Varia Laboratoria Tbk, dan PT Merck Tbk; 2)
Selanjutnya terdapat empat perusahaan farmasi yang berada di kategori rawan bangkrut yaitu,
PT Kimia Farma Tbk, PT Indofarma Tbk, PT Phapros Tbk, dan PT Pyridam Farma Tbk.
Kemudian untuk kategori bangkrut perusahaan farmasi di tahun 2017 tidak ada yang berada
di zona bangkrut. 3) Pada tahun 2019 ada dua perusahaan farmasi yang mengalami
penurunan yaitu, PT Kimia Farma Tbk yang sebelumnya berada di kategori rawan bangkrut
menjadi berada di kategori bangkrut. Dan juga terjadi pada PT Merck Tbk yang sebelumnya
berada di kategori sehat menjadi berada di kategori rawan bangkrut. Sehingga pada tahun
2019 terdapat tempat perusahaan farmasi berada di kategorisehat, empat perusahaan farmasi
beradadi kategorirawan bangkrut, dan satu perusahaan farmasi berada di kategori bangkrut.4)
Padatahun 2020 ada dua perusahaan farmasi yang mengalami penurunan lagi yaitu PT Darya-
Varia Laboratoria Tbk yang sebelumnya berada di kategori sehat menjadi kategori rawan
bangkrut, dan PT Phapros Tbk yang sebelumnya berada di kategori rawan bangkrut menjadi
kategori bangkrut. PT Kimia Farma Tbk tetap berada di kategori bangkrut. Sedangkan pada
PT Pyridam Farma Tbk mengalami peningkatan jika sebelumnya berada di kategori rawan
bangkrut menjadi berada di kategori sehat. Sehingga pada tahun 2020 terdapat empat
perusahaan farmasi berada di kategorisehat, tiga perusahaan farmasi berada di kategori rawan
bangkrut, dua perusahaan farmasi berada di kategori bangkrut.
DAFTAR PUSTAKA
Afiqoh, L., & Laila, N. (2018). Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Risiko Kebangkrutan
Bank Umum Syariah Di Indonesia (Metode Altman Z-Score Modifikasi Periode 2011-
2017).
Aisyah, A. N. U. R. (2020). Pengaruh Return on Asset (Roa), Return on Equity ( Roe ) Dan
Net Profit Margin (Npm) terhadap Pengeluaran Zakat dengan Moderasi pada Bank
Umum Syariah di Indonesia Tahun 2014-2019.
Arifaturini, E., Mardani, R. M., & Wahono, B. wahono. (2019). Penggunaan Mode
Zmijewski, Springate, Altman Z-Score, Grover dan Zavgren dalam Memprediksi
Kepailitan Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Telekomunikasi yang
Terdaftar di BEI Periode 2016-2017). E-Jurnal Riset Manajemen Universita Islam
Malang, 1(1), 15–36.
Damayanti, N. A., Prasetyaningtyas, S., & Kalimantan, J. (2019). Analisis Perbandingan
Model Prediksi Kebangkrutan Altman Z-Score dan Zmijewski di BEI Periode 2011 -
2015 (Comparative Analysis of Altman Z-Score and Zmijewski Bankruptcy Prediction