Anda di halaman 1dari 16

ARTIKEL

ANALISIS ALTMAN Z-SCORE UNTUK MENILAI TINGKAT


KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR SUB
SEKTOR FARMASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA PERIODE 2017-2020

Retno Sulati Sulaeman1, Eka Nurcahyani2


1,2
Universitas Esa Unggul
Email: ekanur139@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Altman Z-Score untuk menilai tingkat kesehatan
keuangan perusahaan manufaktur sub sektor farmasi. Penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif deskriptif. Jenis data yang diterapkan ialah data kuantitatif. Data kuantitatif berupa
data keuangan badan usaha yang didapatkan dari laporan keuangan tahunan yang telah
diaudit serta dipublikasikan pada perusahaan manufaktur sub sektor farmasi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2017 hingga 2020. Berdasarkan hasil analisis, maka dapat
diketahui bahwa pada tahun 2017 dan 2018 terdapat lima perusahaan farmasi yang sama
berada di kategori sehat dan rawan bangkrut. Pada1kategori sehat yaitu PT Kalbe Farma Tbk,
PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk, PT Tempo Scan Pacific Tbk, PT Darya-
Varia Laboratoria Tbk, dan PT Merck Tbk. Selanjutnya terdapat empat perusahaan farmasi
yang berada di kategori rawan bangkrut yaitu, PT Kimia Farma Tbk, PT Indofarma Tbk, PT
Phapros Tbk, dan PT Pyridam Farma Tbk. Kemudian untuk kategori bangkrut perusahaan
farmasi di tahun 2017 tidak ada yang berada di zona bangkrut. Pada tahun 2019 ada dua
perusahaan farmasi yang mengalami penurunan yaitu, PT Kimia Farma Tbk yang
sebelumnya berada di kategori rawan bangkrut menjadi berada di kategori bangkrut. Dan
juga terjadi pada PT Merck Tbk yang sebelumnya berada di kategori sehat menjadi berada di
kategori rawan bangkrut. Sehingga pada tahun 2019 terdapat tempat perusahaan farmasi
berada di kategorisehat, empat perusahaan farmasi beradadi kategorirawan bangkrut, dan satu
perusahaan farmasi berada di kategori bangkrut. Pada tahun 2020 ada dua perusahaan farmasi
yang mengalami penurunan lagi yaitu PT Darya-Varia Laboratoria Tbk yang sebelumnya
berada di kategori sehat menjadi kategori rawan bangkrut, dan PT Phapros Tbk yang
sebelumnya berada di kategori rawan bangkrut menjadi kategori bangkrut. PT Kimia Farma
Tbk tetap berada di kategori bangkrut. Sedangkan pada PT Pyridam Farma Tbk mengalami
peningkatan jika sebelumnya berada di kategori rawan bangkrut menjadi berada di kategori
sehat. Sehingga pada tahun 2020 terdapat empat perusahaan farmasi berada di kategorisehat,
tiga perusahaan farmasi berada di kategori rawan bangkrut, dua perusahaan farmasi berada di
kategori bangkrut.

Kata Kunci: Analisis, Kesehatan Keuangan, Farmasi, Altman Z-Score.

Abstract

This study aims to analyze the Altman Z-Score to assess the level of financial soundness of
manufacturing companies in the pharmaceutical sub-sector. This research uses descriptive
quantitative method. The type of data applied is quantitative data. Quantitative data in the
form of business entity financial data obtained from annual financial reports that have been
audited and published in pharmaceutical sub-sector manufacturing companies listed on the
Indonesia Stock Exchange for the period 2017 to 2020. Based on the results of the analysis, it

AKSELERASI: Jurnal Ilmiah Nasional Vol. 4 No. 1 Tahun 2022 77


ARTIKEL
can be seen that in 2017 and In 2018, there were five pharmaceutical companies that were in
the healthy category and prone to bankruptcy. In the healthy category, namely PT Kalbe
Farma Tbk, PT Industri Jamu and Pharmacy Sido Muncul Tbk, PT Tempo Scan Pacific Tbk,
PT Darya-Varia Laboratoria Tbk, and PT Merck Tbk. Furthermore, there are four
pharmaceutical companies that are in the category of prone to bankruptcy, namely, PT Kimia
Farma Tbk, PT Indofarma Tbk, PT Phapros Tbk, and PT Pyridam Farma Tbk. Then for the
category of bankrupt pharmaceutical companies in 2017 no one was in the bankruptcy zone.
In 2019 there were two pharmaceutical companies that experienced a decline, namely, PT
Kimia Farma Tbk which was previously in the bankruptcy prone category to be in the
bankrupt category. And also happened to PT Merck Tbk, which was previously in the healthy
category to be in the category of prone to bankruptcy. So that in 2019 there were
pharmaceutical companies in the healthy category, four pharmaceutical companies in the
bankrupt category, and one pharmaceutical company in the bankrupt category. In 2020 there
were two pharmaceutical companies that experienced another decline, namely PT Darya-
Varia Laboratoria Tbk which was previously in the healthy category into a bankruptcy-prone
category, and PT Phapros Tbk which previously was in the bankruptcy-prone category into a
bankrupt category. PT Kimia Farma Tbk remains in the bankrupt category. Meanwhile, PT
Pyridam Farma Tbk experienced an increase from previously being in the category of prone
to bankruptcy to being in the healthy category. So that in 2020 there are four pharmaceutical
companies in the healthy category, three pharmaceutical companies in the bankruptcy prone
category, two pharmaceutical companies in the bankrupt category.

Keywords: Analysis, Financial Health, Pharmacy, Altman Z-Score.

A. PENDAHULUAN
Pengukuran kinerja pada perusahaan dilaksanakan pada akhir periode, ini ialah salah
satu aktivitas yang dilakukan oleh suatu badan usaha guna melihat peningkatan lababadan
usaha yang diraih dengan menggunakan berbagai indikator pengukuran tingkat kesehatan
keuangan perusahaan (Khamidah & Afandi, 2018). Melalui perolehanhasil tingkat kesehatan
keuangan, badan usaha dapat mengetahui tahapan agar visi misi tujuan perusahaan yang
melibatkankeadaan keuangan badan usaha yang semakin memegang daya saing yang kuat.
Guna mendapatkan tingkat kesehatan keuangan dibutuhkan analisa laporan keuangan melalui
penerapan analisis rasio keuangan serta analisis Z-Score (Irwansyah, 2016).
Analisis rasio digunakan untuk mendapatkan nilai tingkat kesehatan keuangan badan
usaha yang pada akhir laporan keuangan perusahaan tersebut dipertimbangkanserta temuan
pertimbangan tersebut akan diperoleh suatu dataterkait kondisi serta kinerja keuangan
perusahaan pada masa yang sudah lalu, sekarang, serta masa mendatang (Putri & Renji
Ananda, 2018). Berbagai analisis yang digunakan diharapkanmampu memperkirakan
kelangsungan hidup suatu badan usaha. Oleh sebab itu, diterapkan pendekatan khusus yang
mampu menghasilkan evaluasi serta juga memperkirakankemampuan keuangan perusahaan
pada masa sekarang serta masa mendatang. Hal ini bisa didapatkan melalui penerapan
analisis kesehatan keuangan yang disebutanalisis diskriminan Altman Z-Score yang
dikembangkan oleh Altman kemudian berhasil mendapatkan rumus berbagai rasio keuangan
terbaik guna memprediksi terjadinya kebangkrutan perusahaan (Putri, 2019).
Badan usaha farmasi adalah badan usaha yang mencari laba dengan melakukan riset,
mengembangkan, dan menjual obat-obatan khususnya dalam ruang lingkup kesehatan.Badan
usaha farmasi mempunyai persaingan ketat yang terjadi karena dampak dari tingginya
penawaran serta permintaan obat dikalangan masyarakat baik kalangan bawah, menengah
serta juga kalangan atas (Sawiya & Agus, 2017). Informasi mengenai perkembangan bisnis
farmasi di Indonesia yang pertama ialah meluasnya jangkauan kepesertaan Dana Jaminan

AKSELERASI: Jurnal Ilmiah Nasional Vol. 4 No. 1 Tahun 2022 78


ARTIKEL
Kesehatan Nasional (JKN) atau BPJS Kesehatan membuat masyarakat berbondong-bondong
untuk membuat BPJS (Gumilar, 2017). Program ini merupakan peluang produsen obat
berkompetisi meningkatkan nilai produksi perusahaannya.
Keduaawal tahun 2020 Indonesia terserang virus yang mengganggu kesehatan dikenal
dengan sebutan Covid-19. Pandemi Covid-19 melumpuhkan banyak sektor ekonomi akibat
terbatasnya ruang gerak masyarakat.Banyak yang memprediksi industri farmasi berpotensi
tumbuh di tengah pandemi Covid-19.Namun, nyatanya tidak sepenuhnya benar bahwa
industri farmasi bisa mendapatkan keuntungan dari pandemi ini. Pasalnya, industri farmasi
dalam negeri masih harus menanggung biaya impor bahan baku yang harganya naik tiga
hingga lima kali lipat (Okta, 2020). Tidak semua badan usaha farmasi melakukan proses
produksi, dan beberapa badan usaha farmasi hanya melakukan distribusi. Akibatnya,
keuntungan yang dihasilkan tidak tinggi dan tidak mempengaruhi laba bersih perusahaan.
Selain itu, karena banyaknya jumlahobat-obatan kontribusi Covid-19 terhadap produk dan
alat pengujian Covid-19 relatif kecil. Adanya kasus ini menjadikan produsen obat
berkompetisi untuk menghindari kebangkrutan pada perusahaannya.
Kebangkrutan merupakan peristiwa yang sering terjadi dalam dunia bisnis dan
dipengaruhi baik dari pihak internal serta eksternal badan usaha. Misalnya, biaya bahan baku,
upah, listrik, dan lain-lain akan meningkat, tetapi jika tidak diimbangi dengan kapasitas
badan usaha, adanya produk pesaing yang lebih canggih mampu berdampak pada penjualan,
serta ketidakmampuan manajer untuk menjalankan badan usaha. Peristiwa ini secara tidak
langsung berdampak pada penurunan kinerja badan usaha serta mampu mengakibatkan
kebangkrutan badan usaha (Kadim & Sunardi, 2018).
Badan usaha membutuhkan suatu indikator untuk mendapatkan nilai tingkat
kesehatan perusahaan dan guna memperkirakan apakah badan usaha tersebut berpotensi
untuk bangkrut atau tidak. Jika badan usaha mengalami masalah keuangan, perusahaan
tersebut dapat menggunakan alat analisis berupa model prediksi kebangkrutan yang berfungsi
guna mengarahkan pihakyang berkepentingan1mengenai kinerja1keuangan badan usaha
akanmengalami kesulitanatau tidakdi masa mendatang. Terdapat beberapa model yang
dikembangkan oleh peneliti guna memprediksi kebangkrutan badan usaha(Santoso & Saur,
2019).
Altman (1968, 1977, 1984, 2000) mengembangkan model pertamayakniZ-Score.
Model prediksi kebangkrutan ialah Z-Score Altman yangmenerapkan teknikanalisis Multiple
Discriminant Analysis (MDA). Instrumen prediksi ini mengklasifikasikan atau
memperkirakan kemungkinan badan usaha bangkrut (Santoso & Saur, 2019). Model yang
kedua ialah S-Score yang dikembangkan oleh Springate, model ini menerapkan teknik
statistik dan sampling yang sama dengan Altman, tetapi dengan sampel yang berbeda. Rasio
yang diterapkan pada model ini guna memprediksi kebangkrutan ialah modal kerja terhadap
totalaset (X1), laba sebelum bunga danpajak terhadap totalaset (X2), laba sebelum pajak
terhadap aset lancar (X3), serta penjualan terhadap total aset (X4). Cutoff yang berlaku bagi
model ini yakni 0,862. Nilai S yang kurang dari 0.862 memperlihatkan badan usaha tersebut
diperkirakan akan bangkrut (Arifaturini et al., 2019). Model terakhir yakni X-Score yang
dikembangkan oleh Zmijewski (1984). Model ini menerapkan teori yang berbeda, yakni rasio
profitabilitas (X1), rasio leverage (X2), serta rasio liquiditas (X3) dipakai badan usaha
sebagai variabel terpenting gunamemprediksikebangkrutan (Laksono, 2020).
Model analisis Altman Z-Score dipilih dari berbagai modelprediksikebangkrutan
lainnya. Model Altman Z-score ialah model yang baik dan akurat untuk membahas analisa
posisi keuangan badan usaha dibandingkan dengan metode lain. Alasan yang kedua
menerapkan metode Altman Z-Score sebab mudah untuk dipakaiserta mempunyai tingkat
akurasi yang cukup tinggi dalam memprediksi potensi kebangkrutan badan usaha dengan
akurasi hingga 95%. Analisis ini menggunakan lima rasio yang dianggap sebagai pembeda

AKSELERASI: Jurnal Ilmiah Nasional Vol. 4 No. 1 Tahun 2022 79


ARTIKEL
yang baik. Berbagai rasio tersebut ialah rasio modal kerja pada totalaset, rasio laba ditahan
pada totalaset, rasio labasebelum bunga dan pajak pada totalaset, rasio nilai buku ekuitas
pada nilai buku hutang, serta rasio penjualan pada total aset (Sofyan, 2019)
Penelitian yang dilakukan Totok Haryanto (2018) mengenai prediksi kebangkrutan
melalui model Altman Z-Score guna badan usaha farmasi yang terdaftar di BEI serta menarik
kesimpulan yakni model Altman Z-Score mempunyai tingkat akurasi sebesar 27,96%.
Penelitian lain menerapkan metode Altman Z-Score juga dipakai guna memprediksi
kebangkrutan bagi lembaga keuangan antara lain yakni penelitian Abdul Kadim & Sunardi,
(2018) memperlihatkan temuan penelitiannya terhadap prediksi kebangkrutan pada Bank
Pemerintah (BUMN) bahwa model Altman Z-Score dapat mengimplementasikan model
Altman Z-Score guna mendeteksi kemungkinan kebangkrutan bank pemerintah (BUMN)
yang terdaftar di BEI. Sedangkan penelitian Katarina Intan Afni & Sri Yati, (2017)
menerapkan metode Altman Z-Score guna menguji variabel rasio keuangan serta
membandingkannya dengan perkiraan dari kebangkrutan. Temuan penelitian ini
memperlihatkan penerapanmetode Altman Z-Score yaknirasio WCTA, RETA, EBITTA,
BVEBVL, serta STA bisa diterapkan memprediksi tingkat kesehatan keuangan pada badan
usaha farmasi yang diteliti.
Berdasarkan pemaparan uraian diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini,
yakni bagaimana menilai tingkat kesehatan keuangan pada perusahaan Farmasi di Bursa Efek
Indonesia Periode 2017 hingga 2020 dengan menggunakan model Atman Z-Score dan
perusahaan manufaktur sub sektor farmasi mana saja yang mengalami kebangkrutan pada
periode 2017-2020. Kebaharuan pada penelitian ini adalah meneliti tingkat kesehatan
perusahaan farmasi pada periode tersebut sudah termasuk Tahun 2020 yang merupakan tahun
pandemi.Penulis memperoleh sudut pandang yang baru yaitu mengenai perbedaan tingkat
kesehatan keuangan yang diklasifikasikan menjadi dua yaitu pada Tahun “Normal” (2017,
2018, 2019) dengan Tahun “Pandemi” (2020). Dan juga yang membedakan pada riset
terdahulu ialah penelitian ini menerapkan metode Altman Z-Score model alternatif 1. Tujuan
penelitian ini ialah guna melihat tingkat kesehatan keuangan perusahaan pada laporan
keuangan perusahaan farmasi di BEI periode 2017-2020 melalui analisis Altman Z-Score
serta guna melihat perusahaan manufaktur sub sektor farmasi mana saja yang mengalami
kebangkrutan pada periode 2017-2020.

B. LITERATURE REVIEW
1. Analisis Laporan Keuangan
Dalam buku “Analisis Laporan Keuangan”, Hanafi (2018) analisis laporan keuangan
bertujuan guna menetukan seberapa menguntungkan (profit) dan seberapa sehat tingkat rasio
atau tingkat kesehatan suatu perusahaan. Laporan keuangan biasanya disajikan dalam bentuk
laporan kompratif, yang telah disajikan untuk dua tahun atau lebih. Menurut Toto Prihadi
(2013), manfaat analisis laporan keuangan yakni, pertama guna melihat posisi serta kinerja
satu atau lebih laporan keuangan, sehingga tren mendatang bisa diprediksi, kedua dapat
digunakan sebagai salah satu landasan pada pengambilan keputusan, ketiga dengan
penganggaran kas bisa diterapkan guna memprediksi laporan keuangan masa mendatang.
Dalam mengevaluasi sebuah keadaan finansial perusahaan dimasa lalu dan dimasa
yang akan datang, diperlukan sebuah analisis laporan keuangan dengan menggunakan
perhitungan rasio-rasio, jika laporan keuangan disusun secara baik dan lengkap maka dapat
memberikan gambaran keadaan yang nyata mengenai hasil yang telah dicapai oleh sebuah
perusahaan dalam kurun waktu tertentu, keadaan ini digunakan untuk menilai kinerja
keuangan (Kesuma, 2015).

AKSELERASI: Jurnal Ilmiah Nasional Vol. 4 No. 1 Tahun 2022 80


ARTIKEL
2. Analisis Rasio Keuangan
Dalam buku “Konsep Analisis Laporan Keuangan dengan Pendekatan Rasio”,
Hantono (2017) analisis rasio merupakan bagian dari analisis keuangan dilakukan untuk
menghubungan berbagai perkiraan yang pada laporan keuangan dalam bentuk rasio
keuangan. Rasio keuangan didefinisikansebagai perhitungan rasio melalui laporan keuangan
yang diterapkan sebagai alat ukur guna menilai posisi keuangan serta kinerja suatu badan
usaha Hery (2018). Supaya temuan perhitungan rasio keuangan bisa diinterprestasikan,
perbandingan perikiraan harus searah dengan hubungan ekonomi yang penting, tujuan
analisis rasio keuangan ialah guna melihat posisi keuangan badan usaha dimana rasio yang
diterapkan ialah rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio solvabilitas, serta rasio aktivitas
(leverage) (Khamidah & Afandi, 2018).

3. Kebangkrutan
Menurut Rudianto (2013) kebangkrutan merupakan ketidak mampuan perusahaan
guna memenuhi kewajiban keuangannya pada saat jatuh tempo, yang berdampak pada
sulitnya likuiditas badan usaha sebagai awal kebangkrutan.
Menurut Brigham (2014) kebangkrutan perusahaan didefinisikan kegagalan pada
suatu badan usaha serta dipahami sebagai: pertama, Economic Distressed, ialah keadaan
badan usaha kehilangan uang atau ketidakmampuan pendapatan badan usaha guna
membiayainya, yakni tingkat laba kurang dari biaya modal, ataunilai sekarang dari arus kas
badan usaha kurang dari kewajibannya. Kegagalan diakibatkan aruskas sebenarnya dari
badan usaha jauh lebih rendah dari arus kas yang diharapkan. Kedua, Financial Distressed,
ialah kondisi badan usaha yang kesulitan keuangan, baik pada kas atau modal kerja.
Kegagalan keuangan juga didefinisikan saat dimana badan usaha tidak mampu mencukupi
jadwal pembayaran atau badan usahatidak mampu mencukupi kewajibannya.
Kebangkrutan dapat diperkirakan sebelum sebuah perusahaan bangkrut, perkiraan
kebangkrutan harus dilakukan jauh hari sekitar dua hingga lima tahun sebagai batas yang
diperbolehkan untuk kinerja yang lebih rendahdalam mendeteksi kemungkinan kebangkrutan
suatubadan usaha (Pangkey et al., 2018).

4. Earnings Before Interest and Tax to Total Assets (EBITTA)


Menurut Sanjaya (2018) EBITTA digunakan untuk mengukur kemampuan badan
usaha dalam menciptakan laba. Secara khusus, pengembalian aset melalui pembagian laba
tahunan sebelum bunga dan pajak (EBIT) badan usaha dengan total asetdi neraca akhir tahun.
Rasio ini juga dapat diterapkan sebagai indikator ukuran produktivitas badan usaha dengan
pinjaman (Megasari, 2014). Rasio ini sangat cocok dalam menentukan kebangkrutan
perusahaan, karena kelanjutan dari sebuah perusahaan sangat tergantung dari aset perusahaan
dalam memperoleh keuntungan. Selain itu, kebangkrutan perusahaan terjadi ketika total
kewajiban melebihi penilaian wajar terhadap aset perusahaan (Sari, Hasbiyadi, & Arif, 2020).

5. Book Value of Equity to Book Value of Total Liabilities (BVEBVL)


Menurut (Kurniawati, 2016) rasio ini guna mengukur sejauh mana asset badan usaha
didanai oleh pinjaman. Nilai buku ekuitas merupakan dana yang dimiliki oleh pemegang
saham ekuitas serta tersedia guna didistribusikan pada pemegang saham serta dihitung
sebagai jumlah bersih yang tersisa setelah dikurangi semua kewajiban badan usaha dari total
asetnya. Nilai buku hutang dihitung dengan menambahkan kewajiban jangka pendek serta
kewajiban jangka panjang (Susanto et al., 2021). Riantani et al., (2020) menyatakan bahwa
rasio ini mampu memprediksi financial distress pada sebuah perusahaan dan menjadi lebih
efektif, karena dapat menunjukan berapa banyak nilai aset perusahaan yang berkurang
sebelum total hutang melebihi total aset.

AKSELERASI: Jurnal Ilmiah Nasional Vol. 4 No. 1 Tahun 2022 81


ARTIKEL
6. Sales to Total Assets (STA)
Menurut Derry Yudha Permana (2016) rasio STA yang diterapkan guna mengukur
kemampuan badan usahaguna meningkatkan volume penjualannya. Rasio ini
mendeskripsikan efisiensi manajemen pada penerapan seluruh asset badan usaha guna
menciptakan penjualan serta memperoleh laba. Rendahnya rasio ini memperlihatkan
penurunan tingkat pendapatan badan usaha, sehingga posisi keuangan badan usaha tidak
sehat (Marindah, 2021).

7. Intrepretasi Nilai Z-Score


Dalam penelitian ini terdapat enam variabel, yang pertama yaitu Kesehatan Keuangan
yang terdiri dari Aman, Rawan Bangkrut, Bangkrut. Dimana Aman adalah badan usaha
dikatakan sehat yang berada di zona aman serta tidak memiliki potensi untuk mengalami
kesulitan keuangan atau kebangkrutan dengan nilai Z-Score lebih besar dari 2,90 (Z`-Score >
2,90). Rawan Bangkrut ialah badan usaha yang berada di zona rawan atau dalam area abu-
abu dengan nilai Z-Score yakni 1,20 hingga 2,90 (1,20 < Z`-Score < 2,90). Badan usaha pada
area abu-abu tidak bisa diperkirakan apakah dikemudian harinya akan mengalami
kebangkrutan atau tidak. Kondisi tersebut sangat bergantung dari badan usaha itu sendiri.
Bangkrut adalah badan usaha yang dikategorikan mengalami kesulitan keuangan serta bisa
berpotensi kebangkrutan dengan nilai1Z-Score kurang2dari 1,203(Z`-Score < 1,20). Kelima
variabel lainnya yaitu dari metode1Altman1Z-Score. Rasio-rasio tersebut1yaitu, WCTA,
RETA, EBITTA, BVEBVL,sertaSTA.
Setelah menghitung Z-score1dengan berbagai rasio keuangan1yang dimasukan1pada
persamaan1diskriminan,1maka akan1menciptakan skor tertentu.1Skor ini mempunyai
penjelasan1atau interpretasi1tertentu. Pada model1ini, badan usaha dengan skor Z` > 2,90
dikategorikan padabadan usaha yang sehat, sedangkan badan usaha dengan skor Z` < 1,20
dikategorikan pada badan usaha berpotensi bangkrut. Selain itu, skor 1,20 hingga 2,90
dikategorikan pada badan usaha grey area atau rawan bangkrut (Araujo, 2017).

C. METODE
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif. Jenis data yang diterapkan
ialah data kuantitatif. Data kuantitatif berupa data keuangan badan usaha yang didapatkan
dari laporan keuangan tahunan yang telah diaudit serta dipublikasikan pada perusahaan
manufaktur sub sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2017 hingga
2020. Populasi pada penelitian ini adalah Perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Sedangkan sampel penelitian ditentukan melalui teknik purposive sampling.
Berdasarkan kriteria di atas, maka dari 11 populasi yang diambil dari perusahaan manufaktur
Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, hanya 9 perusahaan Farmasi yang memenuhi
kriteria sehingga didaptkan jumlah amatan sebanyak 9 sampel penelitian dan 36 data laporan
keuangan. Teknik analisa diterapkan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: pertama,
menghitung beberapa rasio keuangan perusahaan yang termasuk pada sampelpenelitian ini.
Kedua, data atau hasil perhitungan rasio keuangan kemudian dianalisis sesuai dengan rumus
yang ditemukan oleh Altman. Langkah ketiga, mengklasifikasikan tiap sampel penelitian
berlandasan kriteria kebangkrutan

D. HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil analisis rasio pada 9 perusahaan farmasi yang menjadi sampel penelitian
diuraikan berikut ini:

AKSELERASI: Jurnal Ilmiah Nasional Vol. 4 No. 1 Tahun 2022 82


ARTIKEL
Tabel 1. Rasio Working Capital to Total Assets Perusahaan Manufaktur Sub Sektor
Farmasi di BEI Periode 2017-2020
Periode
No Kode Perusahaan
2017 2018 2019 2020
1. KLBF 0,470 0,460 0,426 0,438
2. SIDO 0,449 0.353 0,370 0,387
3. KAEF 0,212 0,168 -0,002 -0,039
4. INAF 0,024 0,027 0,280 0,173
5. TSPC 0,409 0,392 0,415 0,431
6. DVLA 0,447 0,467 0,459 0,425
7. MERK 0,454 0,208 0,450 0,443
8. PEHA 0,493 0,019 0,007 -0,031
9. PYFA 0,351 0,311 0,360 0,370
Sumber: Data Diolah
Rasio WCTA ialah perbandingan antara modal kerja dengan total aktiva, dimana nilai
modal kerja didefinisikan selisih dari current assets dan current liabilitis. Rasio ini
diterapkan guna mengukur kinerja operasional perusahaan dengan aktiva yang tersedia. Hasil
perhitungan Rasio WCTA (X1) tertinggi ialah PT Kalbe Farma Tbk tahun 2017dengan skor
0,470, dan terendah ialah PT Kimia Farma Tbk pada tahun 2020 dengan skor -0,039. Pada
rasio ini, jika hasilnya bernilai positif maka perusahaan tidak mengalami kesulitan pada
pelunasan kewajibannya. Namun, jika hasilnya bernilai negatif kemungkinan besar
perusahaan kesulitan dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya.
Tabel 2. Rasio Retained Earnings to Total Assets Perusahaan Manufaktur Sub Sektor
Farmasi di BEI Periode 2017-2020
Periode
No Kode Perusahaan
2017 2018 2019 2020
1. KLBF 0,769 0,775 0,758 0,747
2. SIDO 0,237 0,226 0,259 0,278
3. KAEF 0,319 0,239 0,133 0,130
4. INAF 0,088 0,073 -0,056 -0,086
5. TSPC 0,565 0,576 0,583 0,598
6. DVLA 0,491 0,527 0,540 0,518
7. MERK 0,679 0,378 0,614 0,615
8. PEHA 0,418 0,482 0,260 0,241
9. PYFA 0,006 0,338 0,366 0,402
Sumber: Data Diolah Peneliti, 2022
Rasio RETA ialah rasio guna mengukur kemampuan perusahaan untuk menciptakan
laba ditahan dari total aktiva perusahaan. Hasil perhitungan Rasio1RETA (X2) tertinggi
yakni PT Kalbe Farma Tbk tahun 2018 dengan skor 0,775, dan terendah pada PT Indofarma
Tbk pada tahun 2020 dengan skor -0,086. Pada rasio ini, tingginya hasil memperlihatkan
peningkatan peranan laba ditahan dalam membentuk dana perusahaan. Namun, sebaliknya
rendahnya hasil maka memperlihatkan tidak sehatnya kondisi keuangan perusahaan.
Tabel 3. Rasio Earning Before Interest and Tax to TotalAssets Perusahaan Manufaktur
Sub Sektor Farmasi di BEI Periode 2017-2020
Kode Periode
NO
Perusahaan 2017 2018 2019 2020
1. KLBF 0,195 0,182 0,167 0,160
2. SIDO 0,215 0,260 0,304 0,311
3. KAEF 0,073 0,061 0,002 0,004

AKSELERASI: Jurnal Ilmiah Nasional Vol. 4 No. 1 Tahun 2022 83


ARTIKEL
4. INAF -0,037 -0,017 0,007 0,010
5. TSPC 0,100 0,092 0,095 0,116
6. DVLA 0,137 0,162 0,164 0,107
7. MERK 0,170 0,920 0,086 0,077
8. PEHA 0,145 0,095 0,061 0,033
9. PYFA 0,060 0,060 0,065 0,129
Sumber: data diolah
Rasio EBITTA ialah rasio guna melihat ukuran produktivitas penggunaan dana yang
dipinjam oleh perusahaan. Hasil perhitungan Rasio EBITTA (X3) tertinggi yakni PT Merck
Tbk tahun 2018 dengan skor 0,920, dan terendah yakni PT Indofarma Tbk pada tahun 2017
dengan skor -0,037. Pada rasioini, tingginya nilai EBITTA dalam sebuah perusahaan
memperlihatkan peningkatan kinerja perusahaan dalam mengelola hartanya guna
menghasilkan laba sebelum pajak. Serta rendahnya nilai EBITTA memperlihatkan
peningkatan jumlah beban yang harus dibayar oleh perusahaan lebih besar dari pada jumlah
pendapatan yang diterima.
Tabel 4. Rasio Book Value Equity to Book Value of Total Liability Perusahaan
Manufaktur Sub Sektor Farmasi di BEI Periode 2017-2020
Periode
No Kode Perusahaan
2017 2018 2019 2020
1. KLBF 5,103 5,363 4,693 4,261
2. SIDO 11,038 6,672 6,592 5,131
3. KAEF 0,730 0,549 0,677 0,679
4. INAF 0,524 0,525 0,574 0,335
5. TSPC 2,159 2,229 2,243 2,338
6. DVLA 2,127 2,487 2,493 2,008
7. MERK 2,657 0,695 1,934 1,931
8. PEHA 1,478 0,732 0,644 0,630
9. PYFA 2,146 1,745 1,888 2,221
Sumber: Data Diolah
Rasio BVEBVL ialah perbandingan antara nilai buku ekuitas dengan nilai total buku
utang. Hasil perhitungan Rasio BVEBVL (X4) tertinggi yakni PT Industri Jamudan Farmasi
Sido Muncul Tbk tahun 2017 dengan skor 11,038, dan terendah yakni PT Indofarma Tbk
pada tahun 2020 dengan skor 0,335. Pada rasio ini, besarnya nilai BVEBVL memperlihatkan
tingginya kemampuan perusahaan memenuhi kewajibannya dengan nilai buku ekuitas yang
dimiliki. Serta rendahnya nilai BVEBVL memperlihatkan rendahnya peluang perusahaan
dalam memenuhi kewajibannya.
Tabel 5. Rasio Sales to Total Assets Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Farmasi di BEI
Periode 2017-2020
Periode
No Kode Perusahaan
2017 2018 2019 2020
1. KLBF 1,214 1,161 1,116 1,024
2. SIDO 0,814 0,827 0,869 0,866
3. KAEF 1,005 0,787 0,512 0,569
4. INAF 1,066 1,104 0,982 1,001
5. TSPC 1,286 1,281 1,313 1,204
6. DVLA 0,960 1,010 0,990 0,920
7. MERK 0,687 0,484 0,826 0,705
8. PEHA 0,852 0,547 0,527 0,511
9. PYFA 1,397 1,338 1,295 1,213

AKSELERASI: Jurnal Ilmiah Nasional Vol. 4 No. 1 Tahun 2022 84


ARTIKEL
Sumber: data diolah
Rasio STAialah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam dalam
meningkatkan volume penjualan.Hasil perhitungan Rasio STA (X5) tertinggi yakni PT
Pyridam Farma Tbk tahun 2017dengan skor 1,397, dan terendah yakni PT Merck Tbk pada
tahun 2018 dengan skor 0,484. Pada rasio ini, tingginya nilai STA menunjukkan perusahaan
semakin tinggi pendapatan perusahannya. Namun, jika semakin rendah nilainya maka
menunjukkan semakin rendah tingkat pendapatan perusahaannya.
Setelah memperoleh nilai-nilai rasio keuangan perusahaan dari X1 sampai X5, maka
langkah selanjutnya yang dilakukan untukmelihat kondisi keuangan perusahaan dengan
caradata atau hasil perhitungan rasio keuangan kemudian dianalisis dengan menggunakan
formula yang ditemukan oleh Altman yaitu: Z` = 0,717 X1 + 0,847 X2 + 3,107 X3 + 0,420
X4 + 0,998 X5. Hasil dari analisis Altman Z-Score tersebut akan menunjukkan kondisi
keuangan perusahaan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan Altman. Kriterianya
meliputi zona sehat (safe zone), zona rawan bangkrut (gray zone), atau berada di zona
bangkrut (distress zone). Kriteria Z-Score yang akan dipakai dapat dilihat di tabel berikut:
Tabel 6. Kriteria Z-Score Altman
Area Z-Score Score Altman
Safe Zone (Perusahaan berada pada zona sehat) Z`> 2,90
Gray Zone (Perusahaan berada pada zona rawan bangkrut) 1,20 >Z` > 2,90
Distress Zone (Perusahaan berada pada zona bangkrut) Z` < 1,20
Sumber: data diolah
Setelah mengetahui kriteria score altman yang akan digunakan, maka berikut ini
merupakan hasil dari perhitungan Altman Z-Score pada perusahaan Farmasi yang terdaftar di
BEI Periode 2017-2020:
Tabel 7. Hasil nilai Z-Score Perusahaan Farmasi di Bursa Efek Indonesia
Periodem2017-2020
0,717 0,847 3,107 0,420 0,998 Hasil
Nama Perusahaan Periode Kriteria
(X1) (X2) (X3) (X4) (X5) Z-Score
2017 0,337 0,651 0,606 2,143 1,212 4,950 Sehat
PT Kalbe Farma 2018 0,330 0,656 0,566 2,252 1,159 4,965 Sehat
Tbk (KLBF) 2019 0,305 0,642 0,521 1,971 1,114 4,555 Sehat
2020 0,314 0,633 0,499 1,790 1,022 4,259 Sehat
PT Industri Jamu 2017 0,322 0,201 0,670 4,636 0,813 6,644 Sehat
dan Farmasi Sido 2018 0,253 0,191 0,807 2,802 0,826 4,881 Sehat
Muncul Tbk 2019 0,265 0,220 0,945 2,769 0,867 5,067 Sehat
(SIDO) 2020 0,277 0,236 0,968 2,155 0,864 4,502 Sehat
2017 0,152 0,270 0,229 0,306 1,003 1,961 Rawan Bangkrut
PT Kimia Farma 2018 0,120 0,202 0,189 0,230 0,786 1,530 Rawan Bangkrut
Tbk (KAEF) 2019 -0,001 0,113 0,006 0,284 0,511 0,913 Bangkrut
2020 -0,028 0,110 0,012 0,285 0,568 0,949 Bangkrut
2017 0,017 0,074 -0,115 0,220 1,064 1,261 Rawan Bangkrut
PT Indofarma 2018 0,020 0,061 -0,054 0,220 1,102 1,350 Rawan Bangkrut
Tbk (INAF) 2019 0,201 -0,047 0,021 0,241 0,980 1,396 Rawan Bangkrut
2020 0,124 -0,073 0,032 0,140 0,999 1,224 Rawan Bangkrut
2017 0,293 0,479 0,310 0,907 1,283 3,275 Sehat
PT Tempo Scan
2018 0,281 0,488 0,287 0,936 1,279 3,273 Sehat
Pacific Tbk
2019 0,297 0,494 0,295 0,942 1,310 3,340 Sehat
(TSPC)
2020 0,309 0,506 0,363 0,982 1,202 3,364 Sehat
PT Darya-Varia 2017 0,320 0,416 0,428 0,893 0,958 3,017 Sehat

AKSELERASI: Jurnal Ilmiah Nasional Vol. 4 No. 1 Tahun 2022 85


ARTIKEL
Laboratoria Tbk 2018 0,335 0,446 0,503 1,044 1,007 3 Sehat
(DVLA) 2019 0,329 0,458 0,511 1,047 0,988 3,334 Sehat
2020 0,304 0,439 0,334 0,843 0,919 2,841 Rawan Bangkrut
2017 0,325 0,575 0,530 1,116 0,685 3,233 Sehat
PT Merck Tbk 2018 0,149 0,320 2,861 0,292 0,483 4,107 Sehat
(MERK) 2019 0,323 0,520 0,269 0,812 0,824 2,750 Rawan Bangkrut
2020 0,317 0,521 0,240 0,811 0,703 2,594 Rawan Bangkrut
2017 0,354 0,354 0,452 0,620 0,850 2,632 Rawan Bangkrut
PT Phapros Tbk 2018 0,014 0,408 0,295 0,307 0,546 1,571 Rawan Bangkrut
(PEHA) 2019 0,005 0,220 0,192 0,270 0,526 1,214 Rawan Bangkrut
2020 -0,022 0,204 0,103 0,264 0,510 1,061 Bangkrut
2017 0,252 0,005 0,186 0,901 1,394 2,741 Rawan Bangkrut
PT Pyridam
2018 0,223 0,286 0,187 0,733 1,336 2,767 Rawan Bangkrut
Farma Tbk
2019 0,258 0,310 0,203 0,792 1,292 2,857 RawanmBangkrut
(PYFA)
2020 0,265 0,340 0,402 0,933 1,211 3,153 Sehatn
Sumber: data diolah
Hasil perhitungan Z-Score PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) tahun 2017 dengan skor
Z4,950 termasuk kategori sehat, tahun 2018 dengan skor Z4,965 termasuk kategori sehat,
tahun 2019 dengan Z4,555 termasuk kategori sehat, tahun 2020 dengan skor Z4,259 termasuk
kategori sehat.
Hasil perhitungan Z-Score PT Industri Jamudan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO)
tahun 2017 denganskor Z6,644 termasuk kategori sehat, tahun 2018 dengan skor Z4,881
termasuk kategori sehat, tahun 2019 dengan skor Z5,067 termasuk kategori sehat, tahun 2020
dengan skor Z4,502 termasuk kategori sehat.
Hasil perhitungan Z-Score PT Kimia Farma Tbk (KAEF) tahun 2017 dengan skor
Z1,961 termasuk kategori rawan bangkrut, tahun 2018 dengan skor Z1,530 termasuk kategori
rawan bangkrut, tahun 2019 dengan skor Z0,913 termasuk kategori bangkrut, tahun 2020
dengan skor Z0,949 termasuk kategori bangkrut.
Hasil perhitungan Z-Score PT Indofarma Tbk (INAF) tahun 2017 denganskor Z 1,261
termasuk kategori rawan bangkrut, tahun 2018 dengan skor Z 1,350 termasuk kategori rawan
bangkrut, tahun 2019 dengan skor Z 1,396 termasuk kategori rawan bangkrut, tahun 2020
dengan skor Z 1,224 termasuk kategori rawan bangkrut.
Hasil perhitungan Z-Score PT Tempo ScanPacific Tbk (TSPC) tahun2017 dengan
skor Z 3,275 termasuk kategori sehat, tahun 2018 dengan skor Z 3,273 termasuk kategori
sehat, tahun 2019 dengan skor Z 3,340 termasuk kategori sehat, tahun 2020 dengan skor Z
3,364 termasuk kategori sehat.
Hasil perhitungan Z-Score PT Darya-VariaLaboratoria Tbk (DVLA) tahun2017
denganskor Z 3,017 termasuk kategori sehat, tahun 2018 dengan skor Z 3 termasuk kategori
sehat, tahun 2019 dengan skor Z 3,334 termasuk kategori sehat, tahun 2020 dengan skor Z
2,841 termasuk kategori rawan bangkrut.
Hasil perhitungan Z-Score PT Merck Tbk (MERK) tahun 2017 denganskor Z 3,233
termasuk kategori sehat, tahun 2018 dengan skor Z 4,107 termasuk kategori sehat, tahun
2019 dengan skor Z 2,750 termasuk kategori rawan bangkrut, tahun 2020 dengan skor Z
2,594 termasuk kategori rawan bangkrut.
Hasil perhitungan Z-Score PT Phapros Tbk (PEHA) tahun 2017 denganskor Z 2,632
termasuk kategori rawan bangkrut, tahun 2018 dengan skor Z 1,571 termasuk kategori rawan
bangkrut, tahun 2019 dengan skor Z1,214 termasuk kategori rawan bangkrut, tahun 2020
dengan skor Z 1,061 termasuk kategori bangkrut.

AKSELERASI: Jurnal Ilmiah Nasional Vol. 4 No. 1 Tahun 2022 86


ARTIKEL
Hasil perhitungan Z-Score PT Pyridam Farma Tbk (PYFA) tahun 2017 denganskor Z
2,741 termasuk kategori rawan bangkrut, tahun 2018 dengan skor Z 2,767 termasuk kategori
rawan bangkrut, tahun 2019 dengan skor Z 2,857 termasuk kategori rawan bangkrut, tahun
2020 dengan skor Z 3,153 termasuk kategori sehat.
Rasio Working Capital to Total Assets perusahaan farmasi menunjukan nilai yang
beragam selama periode 2017 sampai 2020. Hal itu berarti, setiap perusahaan memiliki
kemampuan yang berbeda-beda dalam menghasilkan modal kerja bersih dari total aktiva
yang dimiliki perusahaan setiap tahunnya. Jika nilai rasio yang dihasilkan suatu perusahaan
itu bernilai positif dan tinggi, maka perusahaan tersebut dapat dikatakan mampu
menghasilkan modal kerja bersih dengan baik, sehingga tingkat likuiditas aktiva dari
perusahaan tersebut juga semakin tinggi.Sebaliknya, jika semakin kecil dan bernilai negatif
rasio yang dihasilkan, maka perusahaan tersebut dapat dikatakan tidak mampu menghasilkan
modal kerja bersih dengan baik, sehingga tingkat likuiditas aktiva dari perusahaan juga
menjadi semakin rendah.
Rasio Retained Earnings to Total Assets perusahaan farmasi menunjukan hasil yang
beragam selama periode 2017 sampai 2020. Hasil rasio yang bernilai minus dikarenakan
adanya kesalahan kebijakan dalam pembagian dividen, yakni yang ditimbulkan dari
pembagian nilai dividen itu lebih besar kepada pemegang saham dari pada nilai laba ditahan.
Rasio Earning Before Interest and Tax to Total Assets perusahaan farmasi
menunjukan hasil yang beragam selama periode 2017 sampai 2020. Hasil rasio ini yang
bernilai minus dikarenakan, jumlah beban yang harus dibayar oleh perusahaan lebih besar
dari pada jumlah pendapatan yang diterima. EBITTA memiliki nilai koefisien tetrtinggi pada
rumus Altman Z-Score, namun tidak memungkinkan jika nilainya bisa menurun itu
dikarenakan perusahaan sedang mengalami kerugian yang disebabkan besarnya bebab-beban.
Rasio Book Value Equity to Book Value of Total Liability perusahaan farmasi
menunjukan hasil yang beragam selama periode 2017 sampai 2020. Dari sembilan
perusahaan yang telah dihitung menggunakan rasio ini hasilnya semua memiliki nilai yang
positif, hal tersebut berarti bahwa perusahaan tersebut mampu memenuhi seluruh
kewajibannya dengan nilai buku ekuitas yang dimiliki.
Rasio Sales to Total Assets perusahaan farmasi menunjukan hasil yang beragam
selama periode 2017 sampai 2020. Dari sembilan perusahaan yang telah dihitung
menggunakan rasio ini semua hasilnya bernilai positif, hal itu berarti menunjukkan
perusahaan berhasil dalam menghasilkan pendapatannya atau dapat dikatakan perusahaan
mampu dalam menjual produknya.
Hasil analisis terhadap Sembilan perusahaan farmasi yang diteliti menunjukkan
bahwa, metode altman Z-Score dapat digunakan untuk menilai kondisi kesehatan keuangan
perusahaan pada periode 2017-2020. Pada tahun2017 terdapat lima perusahaan yang
termasuk pada kategori sehat dan empat perusahaan termasuk kategori rawan bangkrut.
Padatahun 2018 terdapat lima perusahaan yang termasuk padakategori sehatdan empat
perusahaan termasuk kategorirawan bangkrut. Pada tahun 2019 terdapat empat perusahaan
termasuk pada kategori sehat, empat perusahaan termasuk kategori rawan bangkrut, dan satu
perusahaa termasuk kategori bangkrut. Pada tahun 2020 terdapat empatperusahaan
yangtermasuk kategori sehat, tiga perusahaan termasuk kategori rawan bangkrut, dan dua
perusahaan termasuk kategori bangkrut. Hasil tersebut sudah berdasarkan hasil cut-off z-
score pada sembilan perusahaan Farmasi di BEI yang menjadi sampel penelitian.
Dari hasil penelitian terdapat dua perusahaan yang mengalami kebangkrutan di tahun
2020 yaitu PT Kimia Farma Tbk dan PT Phapros Tbk. Setelah PT Kimia Farma Tbk selama
dua tahun berturut-turut pada 2017 dan 2018 mengalami zona rawan bangkrut namun, pada
tahun 2019 dan 2020 mengalami penurunan posisi perusahaannya menjadi di zona bangkrut.
Sama halnya dengan PT Kimia Farma Tbk, PT Phapros Tbk selama tiga tahun belakangan

AKSELERASI: Jurnal Ilmiah Nasional Vol. 4 No. 1 Tahun 2022 87


ARTIKEL
yaitu tahun 2017, 2018, 2019 berada di zona rawan bangkrut namun karena mengalami
penurunan pada tahun 2020 berada di posisi bangkrut. Perusahaan yang berada di posisi
bangkrut artinya selama perusahaan berada di zona rawan bangkrut kedua perusahaan
tersebut terus mengalami penurunan atau kesulitan keuangan sehingga pada tahun 2020
kedua perusahaan tersebut berada di posisi bangkrut. Perusahaan harus terus memaksimalkan
kinerjanya agar1pada tahun1berikutnya dapat keluar1dari posisi bangkrut.
Hasil penelitian yang berada di posisi rawan bangkrut di tahun 2020 terdapat tiga
perusahaan farmasi yaitu PT. Indofarma Tbk dari tahun 2017-2020 perusahaan ini terus
berada di posisi rawan bangkrut. Kedua ada PTDarya-Varia Laboratoria Tbk yang
sebelumnya pada tahun 2017-2019 perusahaan ini berada di posisi sehat namun, karena
mengalami penurunan kinerja pada tahun 2020 PTDarya-Varia LaboratoriaTbk berada
diposisi rawan bangkrut. Dan yang ketiga ada PT Merck Tbk yang sempat dua tahun berada
di posisi sehat pada tahun 2017-2018 kemudian, dua tahun berikutnya yaitu tahun 2019-2020
perusahaan mengalami penurunanyang membuat perusahaanberada di posisi rawan bangkrut.
Perusahaan yang berada di posisi rawan bangkrut artinya perusahaan sedang mengalami
penurunan kinerjanya, perusahaan harus tetap berusaha1lebih lagi agar perusahaanbenar-
benar dapat berada di posisi sehat atau aman.
Hasil penelitian yang berada di posisi sehat terdapat empat perusahaan farmasi yaitu
PT Kalbe Farma Tbk, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk, dan PT Tempo Scan
Pacific Tbk dari tahun 2017-2020 berada di posisi sehat.Ketiga perusahaan ini selama empat
tahun berturut-turut berhasil mempertahankan nilai perusahaannya untuk tetap berada di
posisi aman atau sehat. Sedangkan PTPyridam Farma Tbk sempat beradadi posisirawan
bangkrutpada tahun 2017-2019 namun, karena perusahaan terus meningkatkan kinerjanya
pada tahun 2020 PTPyridam FarmaTbk berhasil keluar dari posisirawan bangkrut menjadi
posisi sehat atau aman.
Perusahaan yang berada di kategori sehat berturut-turut disebabkan mempunyai
kinerja keuangan yang stabil dan sehat. Sehingga mampu untuk meneruskan kinerja
perusahaan, serta dampak langsung bagi perusahaan yang sehat berturut-turut yaitu
perusahaan mampu memenuhi segala kewajibannya atau liabilitis baik jangka pendek
maupun jangka panjangnya. Rasio yang berpengaruh pada perusahaan kategori sehat
berturut-turut yaitu rasio RETA dan EBITTA yang sering mengalami peningkatan, itu
menunjukkan bahwa perusahaan mengalami keuntungan pada beban-beban seperti beban
penjualan, bebab umum dan administrasi, dan beban keuangan.
Perusahaan yang tingkat kesehatan keuangannya mengalami penurunan dari sehat
menjadi rawan bangkrut dan dari rawan bangkrut menjadi bangkrut mempunyai kinerja
keuangan yang tidak stabil. Pada PT Kimia Farma Tbk rasio yang berpengaruh menurunnya
tingkat kesehatan keuangan dari rawan bangkrut menjadi bangkrut yaitu pada rasio WCTA
disebabkan karena utangnya tiap tahun meningkatkan dan asset lancarnya menurun. Pada PT
Darya-Varia Laboratoria Tbk rasio yang berpengaruh menurunnya tingkat kesehatan
keuangan dari sehat menjadi rawan bangkrut pada rasio BVEBVL disebabkan karena
perusahaan terlalu banyak menggunakan modal pinjaman untuk mendanai aktiva perusahaan.
Pada PT Merck Tbk rasio yang berpengaruh menurunnya tingkat kesehatan keuangan dari
sehat menjadi rawan bangkrut pada rasio EBITTA disebabkan karena laba yang dihasilkan
tidak mampu menutupi bunga dan pajak perusahaan.Sama halnya dengan PT Phapros Tbk
yang mengalami penurunan tingkat kesehatan keuangan dari rawan bangkrut menjadi
bangkrut dipengaruhi pada rasio EBITTA.
Perusahaan yang tingkat kesehatan keuangannya mengalami peningkatan dari rawan
bangkrut menjadi sehat itu berarti perusahaan memperbaiki kinerja keuangannya selama
barada di posisi rawan bangkrut. PT Pyiridam Tbk mengalami peningkatan dari perusahaan
kategori rawan bangkrut menjadi perusahaan sehat, itu dipengaruhi oleh rasio RETA dan

AKSELERASI: Jurnal Ilmiah Nasional Vol. 4 No. 1 Tahun 2022 88


ARTIKEL
EBITTA yang menunjukkan perusahaan mengalami keuntungan atau pendapatan yang
dihasilkan mampu menutupi bunga dan pajak perusahaan.
Sembilan perusahaan farmasi yang diteliti merupakan badan usaha besar karena
memiliki total asset lebih dari 100 milyar rupiah, tetapi jumlahasset yangbanyak tidakbisa
menjadi jaminan badan usaha dalam kondisi sehat (safe). Lamanya badan usaha beroperasi
dan pengalaman badan usaha selama bertahun-tahun yang dapat dijadikan badan usaha
lebihberkompeten karena memiliki pengalamanyang lebih banyakdalam menanganimasalah
perusahaan. Badan usaha dengan umur yang lama lebih baik dalam mengelola kinerja
keuangannya sehingga nilai Z-Score dan usaha cenderung lebih tinggi jika dibandingkan
dengan badan usaha yang baru beroperasi.

E. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis, maka dapat diketahui bahwa: 1) Pada tahun 2017 dan 2018
terdapat lima perusahaan farmasi yang sama berada di kategori sehat dan rawan bangkrut.
Pada1kategori sehat yaitu PT Kalbe Farma Tbk, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul
Tbk, PT Tempo Scan Pacific Tbk, PT Darya-Varia Laboratoria Tbk, dan PT Merck Tbk; 2)
Selanjutnya terdapat empat perusahaan farmasi yang berada di kategori rawan bangkrut yaitu,
PT Kimia Farma Tbk, PT Indofarma Tbk, PT Phapros Tbk, dan PT Pyridam Farma Tbk.
Kemudian untuk kategori bangkrut perusahaan farmasi di tahun 2017 tidak ada yang berada
di zona bangkrut. 3) Pada tahun 2019 ada dua perusahaan farmasi yang mengalami
penurunan yaitu, PT Kimia Farma Tbk yang sebelumnya berada di kategori rawan bangkrut
menjadi berada di kategori bangkrut. Dan juga terjadi pada PT Merck Tbk yang sebelumnya
berada di kategori sehat menjadi berada di kategori rawan bangkrut. Sehingga pada tahun
2019 terdapat tempat perusahaan farmasi berada di kategorisehat, empat perusahaan farmasi
beradadi kategorirawan bangkrut, dan satu perusahaan farmasi berada di kategori bangkrut.4)
Padatahun 2020 ada dua perusahaan farmasi yang mengalami penurunan lagi yaitu PT Darya-
Varia Laboratoria Tbk yang sebelumnya berada di kategori sehat menjadi kategori rawan
bangkrut, dan PT Phapros Tbk yang sebelumnya berada di kategori rawan bangkrut menjadi
kategori bangkrut. PT Kimia Farma Tbk tetap berada di kategori bangkrut. Sedangkan pada
PT Pyridam Farma Tbk mengalami peningkatan jika sebelumnya berada di kategori rawan
bangkrut menjadi berada di kategori sehat. Sehingga pada tahun 2020 terdapat empat
perusahaan farmasi berada di kategorisehat, tiga perusahaan farmasi berada di kategori rawan
bangkrut, dua perusahaan farmasi berada di kategori bangkrut.

DAFTAR PUSTAKA

Afiqoh, L., & Laila, N. (2018). Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Risiko Kebangkrutan
Bank Umum Syariah Di Indonesia (Metode Altman Z-Score Modifikasi Periode 2011-
2017).
Aisyah, A. N. U. R. (2020). Pengaruh Return on Asset (Roa), Return on Equity ( Roe ) Dan
Net Profit Margin (Npm) terhadap Pengeluaran Zakat dengan Moderasi pada Bank
Umum Syariah di Indonesia Tahun 2014-2019.
Arifaturini, E., Mardani, R. M., & Wahono, B. wahono. (2019). Penggunaan Mode
Zmijewski, Springate, Altman Z-Score, Grover dan Zavgren dalam Memprediksi
Kepailitan Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Telekomunikasi yang
Terdaftar di BEI Periode 2016-2017). E-Jurnal Riset Manajemen Universita Islam
Malang, 1(1), 15–36.
Damayanti, N. A., Prasetyaningtyas, S., & Kalimantan, J. (2019). Analisis Perbandingan
Model Prediksi Kebangkrutan Altman Z-Score dan Zmijewski di BEI Periode 2011 -
2015 (Comparative Analysis of Altman Z-Score and Zmijewski Bankruptcy Prediction

AKSELERASI: Jurnal Ilmiah Nasional Vol. 4 No. 1 Tahun 2022 89


ARTIKEL
Models. VI(1), 171–174.
Derry Yudha Permana. (2016). Analisis Penggunaan Metode Altman Z-Score untuk
Memprediksi Potensi Terjadinya Kebangkrutan pada Perusahaan Rokok yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Periode 2013-2016. Applied Microbiology
and Biotechnology, 85(1), 2071–2079.
Endri. (2009). Prediksi Kebangkrutan Bank untuk Menghadapi dan Mengelola Perubahan
Lingkungan Bisnis. Perbanas Quarterly Review, 2(1), 34–50.
Fahmi. (2018). Pengaruh Ketidaktepatwaktuan Pelaporan Keuangan Berpengaruh pada
Reaksi Pasar Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun
2016-2017.
Ferinda, F. (2019). Pengaruh Economic Value Added dan Market Value Added Terhadap
Return Saham pada Perusahaan yang telah Terdaftar di Djakarta Islamic Index
Periode 2015-2017. 104.
Gantino, R., & Jonathan, I. (2020). Pengaruh Hasil Altman Z-Score, Springate, Dan
Zmijewski Sebagai Alat Prediksi Kebangkrutan Financial Distress) Terhadap Harga
Saham (Studi Empiris Perusahaan Property & Real Estate dan Food and Beverages
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014. Jurnal Ratri (Riset Akuntansi
Tridinanti), 1(2), 121–144.
Gumilar, P. (2017). Meluasnya Jangkauan Kepesertaan Dana Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN).
Haryanto, T. (2018). Identifikasi Kebangkrutan di Perusahaan Farmasi: Model Altman Z-
Score Analysis (Studi pada Perusahaan Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2012-2016). Jmm Unram - Master of Management Journal, 7(4),
1–16.
Jiwa Juwita, H. A. (2020). Analisis Z-Score untuk Memprediksi Tingkat Kebangkrutan
Perusahaan (Studi pada Industri Farmasi di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014).
AKUNSIKA: Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 1(1), 1–16.
Kadim, A., & Sunardi, N. (2018). Analisis Altman Z-Score untuk Memprediksi
Kebangkrutan pada Bank Pemerintah (BUMN) di Indonesia Tahun 2012-2016
Articles Information Abstract Prodi Manajemen Unpam. Keuangan dan Investasi,
1(3), 142–156.
Kakauhe, A. C. I. (2017). Analisis Model Altman (Z-Score) dalam Mengukur Kinerja
Keuangan untuk Memprediksi Kebangkrutan pada Perusahaan Manufaktur Sektor
Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2014. 06, 18–
27.
Kenamon, M., Winawung, Y. D., & Haninun, H. (2018). Prediksi Kebangkrutan dengan
Model Altman Z-Score pada Perusahaan Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2012-2016. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 9(1), 10.
Kesuma, R. & Y. F. (2015). Analisis Laporan Keuangan Sebagai Dasar Dalam Penilaian
Kinerja Keuangan PT. Budi Satria Wahana Motor. Jurnal Akuntansi & Keuangan,
5(4), 1.
Khamidah, F. N., & Afandi, P. (2018). Analisis Tingkat Kesehatan Keuangan pada
Perusahaan Semen Go Public di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Among Makarti, 5(9),
55–75.
Laksono, S. S. (2020). Analisis Kebangkrutan Perusahaan dengan Menggunakan Metode
Altman Z Score (Studi Kasus pada Perusahaan Pertambangan Batubara. lim(2009),
1–25.
Marindah. (2021). Analisis Tingkat Kesehatan Perusahaan dengan Menggunakan Metode
Altman Z-Score di Bursa Efek Indonesia Periode 2016-2019 (Studi Kasus Perusahaan
Tekstil). 1–8.

AKSELERASI: Jurnal Ilmiah Nasional Vol. 4 No. 1 Tahun 2022 90


ARTIKEL
Megasari, N. (2014). Analisis Resiko Keuangan pada PT. Bank Mandiri Tbk dengan
Menggunakan Metode Altman Z-Score. 53(9), 1–15.
Mirani. (2019). Analisis Prediksi Kebangkrutan dengan Menggunakan Metode. Jurnal
Akuntansi Keuangan Dan Bisnis, 13(1), 71–80.
Pangkey, P. C., Saerang, I. S., Maramis, J. B., Ekonomi, F., Bisnis, D., Manajemen, J., Sam,
U., & Manado, R. (2018). Analisis Prediksi Kebangkrutan dengan Menggunakan
Metode Altman dan Metode Zmijewski pada Perusahaan Bangkrut yang Pernah Go
Public di Bursa Efek Indonesia. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen,
Bisnis Dan Akuntansi, 6(4), 3178–3187.
Putri, Renji Ananda, D. (2018). Tingkat Kesehatan Keuangan PT Indofarma (Persero) Tbk.
Jurnal ACSY Politeknik Sekayu, VII(7), 1–11.
Riantani, S., Delvia, S., & Sodik, G. (2020). Model Prediksi Financial Distress: Pengaruhnya
terhadap Kinerja Saham Industri Tekstil dan Garmen di Indonesia. BISMA: Jurnal
Bisnis Dan Manajemen, 14(1), 1. https://doi.org/10.19184/bisma.v14i1.8858
Rizky Awaliah, Yunus Tete Konde, I. (2016). Analisis Model Z-Score untuk Menilai
Kesehatan Keuangan PT Permodalan Nasional Madani (Pnm) Persero. 13(1), 48–57.
Sanjaya, S. (2018). Analisis Prediksi Kebangkrutan Perusahaan dengan Menggunakan
Metode Altman Z-Score Pada Perusahaan Sektor Perkebunan yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) Periode 2011-2016. Jurnal Ilman, 6(2), 51–61.
Santoso, G. P., & Saur, S. C. (2019). Analisis Prediksi Kebangkrutan dengan Metode Altman
Z-Score pada Perusahaan Retail Trade yang Terdaftar di Bei Tahun 2014-2017.
Jurnal Ilmiah M-Progress, 9(2), 149–162.
Sari, N. R., Hasbiyadi, & Arif, M. F. (2020). Mendeteksi Financial Distress dengan Model
Altman Z- Score. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Humanika, 10(1), 93–102.
Sarwani, & Sunardi, N. (2017). Analisis Penggunaan Altman Z-Score untuk Mengetahui
Potensi Kebangkrutan Industri KonstruksI (BUMN) di Indonesia Tahun 2013-2017.
Prosiding Seminar Ilmiah Nasional, Kearifan Lokal Untuk Menjawab Tantang
Global, 155–168.
Sawiya, R., & Agus, M. (2017). Analisis Altman Z-Score untuk Memprediksi Kebangkrutan.
151, 10–17.
Soedarsa, H. G., Indrayenti, I., & Apriyanto, N. O. (2019). Analisis Model Altman Z-Score
dalam Mengukur Potensi Kebangkrutan Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan
Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013 –
2017). Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, 10(2), 28.
Sofyan, M. (2019). Implementasi Rasio Keuangan untuk Menilai Kinerja Keuangan. Jurnal
WIGA, 3(2), 54–69.
Susanto, Ambarwati, R., & Tumanggor, S. (2021). Analisis Altman Z-Score untuk
Memprediksi Kebangkrutan pada Asuransi Umum di Indonesia Sebelum dan Saat
Pandemi Covid-19. HUMANIS (Humanities,Management and Science Proceedings),
1(2), 942–950.
Susilawati, E. (2019). Analisis Prediksi Kebangkrutan dengan Model Altman Z-Score pada
Perusahaan Semen yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2018.
Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Keuangan, 2(1), 62.
Suteja, I. G. N. (2018). Analisis kinerja keuangan dengan metode altman z-score pada PT
Ace Hardware Indonesia Tbk. Moneter, V(1), 12–17. p-ISSN 2355-2700 e-ISSN
2550-0139
Thohari, M. Z., Sudjana, N., & A, zahroh Z. (2015). Prediksi Kebangkrutan Menggunakan
Analisis Model Z-Score (Studi pada Subsektor Textile Mill Products yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013).
Wicaksana, C. A. (2020). Analisis Tingkat Kesehatan Keuangan PT. Pegadaian (Persero).

AKSELERASI: Jurnal Ilmiah Nasional Vol. 4 No. 1 Tahun 2022 91


ARTIKEL
Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Yati, S., & Afni Patunrui, K. I. (2017). Analisis Penilaian Financial Distress menggunakan
Model Altman (Z-Score) pada Perusahaan Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2013-2015. Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan Manajemen Bisnis,
5(1), 55.

AKSELERASI: Jurnal Ilmiah Nasional Vol. 4 No. 1 Tahun 2022 92

Anda mungkin juga menyukai