Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kesehatan merupakan aspek yang sangat penting bagi kesejahteraan dan


keberlangsungan hidup manusia, yang dijadikan suatu keutamaan dalam program
pembangunan nasional ditiap-tiap negara.Industri farmasi sebagai produsen
penghasil produk obat, merupakan salah satu elemen yang sangat berperan dalam
mewujudkan kesehatan nasional.Tingginya kebutuhan produk berupa obat bagi
sektor kesehatan yang akanmempengaruhi fungsi fisiologi tubuh untuk konsumen,
menimbulkan suatu tuntutan untuk industri farmasi supaya mampu memproduksi
obat yang berkhasiat dan berkualitas. Oleh karena itu, semua industri farmasi
harus benar-benar berupaya agar dapat menghasilkan produk obat yang memenuhi
standar mutu, keamanan, dan efikasi yang dipersyaratkan.
Pasar Farmasi global memainkan peran penting dalam cara pelanggan
mendapatkan produk berupa obat yang dibutuhkan. Pasar Farmasi global telah
mengalami pertumbuhan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Pada
2018 total pasar farmasi global bernilai sekitar 1,2 Triliun dolar AS, Selama 10
tahun terakhir. hal ini merupakan peningkatan yang signifikan dari tahun 2008
ketika pasar hanya dihargai 799 miliar dolar AS.

Gambar 1.1 Penghasilan Pasar Farmasi Dunia dari 2008 – 2018


Sumber: (IQVA, 2018)

1
2

Negara Indonesia merupakan pasar utama di Asia Tenggara dalam hal


pelayanan kesehatan.terutama jika melihat pertumbuhan penduduk, peningkatan
pendapatan, serta peningkatan kesadaran akan perawatan kesehatan, diagnostik
dan pendekatan preventif medis modern. Serta di ASEAN pun, Indonesia
merupakan pasar farmasi terbesar dengan pangsa pasar USD 9.4 miliarditahun
2018(IMS, 2018).

Gambar 1.2 Penghasilan Pasar Farmasi Indonesia dari 2008 – 2018


Sumber: (IMS, 2018)

Penerapan program pemerintah yakni Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


yang dimulaisejak awal 2014, juga mendorong peningkatan investasi lebih besar
lagi bagi penyedia layanan kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas dan praktisi
kesehatan, yang pada akhirnya akan menyebabkan kenaikan kebutuhan akan
produk farmasi dan alat kesehatan.
Program JKN tersebut diterapkan secara bertahap dan bertujuan untuk
mencakup seluruh populasi penduduk Indonesia.Dalam waktu empat tahun
pelaksanaannya,Data terbaru menyatakan bahwa seluruhnya 182 juta orang
(sekitar 80% penduduk Indonesia) saat ini telah terdaftar dalam program
pemerintah untuk pelayanan kesehatan universal. Pengeluaran pemerintah untuk
kesehatanpun terus meningkat. Pada 2017 Indonesia mengalokasikan hampir 7
miliar Dolar AS untuk belanja sektor pelayanan kesehatan, mencapai 5% dari total
anggaran nasional dan hal tersebutmerupakan peningkatan yang signifikan,
sebesar 43% dibandingkan tahun sebelumnya (Vickers, 2018).
3

Gambar 1.3 Perkembangan Peserta JKN 2012 – 2018


Sumber: (Vickers, 2018)

Seiring dengan perekonomian global yang semakin kompetitif, kemajuan


teknologi,dan semakin tajamnya persaingan di dunia industri farmasi.Akan
berdampak pada kelangsungan hidup suatu industri farmasi, yang sangat
tergantung dari bagaimana industri farmasi tersebut dapat menghasilkan produk
yang berkualitas berdasarkan regulasi Badan Pengawasan Obat dan Makanan, dan
memenuhi kebutuhan pelanggan (customer)dengan tepat waktu.makahal tersebut
merupakan suatu keharusan bagi industri farmasi untuk lebih meningkatkan
sarana penunjang pada lini produksi dan terus melakukan improvement untuk
meningkatkan produktivitas dan efisiensi pada perusahaan.
Perusahaan Industri farmasi merupakan salah satu bidang industri yang
memiliki serangkaian proses yang panjang dalam menghasilkan proses satu
produk. Beberapa jeda dari tiap proses bahkan memerlukan pengendalian kualitas
dengan melakukan pengujian yang cukup kompleks, sehingga dibutuhkan waktu
rata-rata antara 10 hingga14 hari kerja untuk memproduksi satu obat siap edar
(Mutharom, 2014). Terdapat beberapa kesamaan pada mekanisme kegiatan di
industri farmasi dengan industri-industri lain pada umumnya, yakni dimulai
dengan menerima pesanan (order) berdasarkan suatu kontrak pembelian, yang
quantity produkdan waktu penyelesaian dalam proses pendistribusian sudah
ditentukan, hanya saja terdapat perbedaan pada output yang tertera tanggal
kedaluwarsa, serta khasiat yang mempengaruhi fungsi fisiologi pada tubuh.
Berdasarkan jumlah pesanan dan waktu penyelesaian, hal tersebut
memacu suatu perusahaan untuk membuat estimasi waktu penyelesaian (due date)
4

produk obat jadi, dimulai pada saat penerimaan job order sampai produk obat jadi
yang dihasilkan siap untuk didistribusikan. Setelah melalui proses pembuatan
obat, mencakup penerimaan bahan, produksi, pengemasan ulang, pelabelan,
pengawasan mutu, pelulusan, penyimpanan, dan distribusi yang sudah ditentukan
berdasarkan dengan jenis obat tersebut (CPOB, 2018).
Terdapat salah satu contoh permasalahan pada industri farmasi di
Indonesia, yakni menurut (Pujawan, 2009).Seringkali padasuatu industri farmasi
tidak bisa meyelesaikan job ordertepat waktu, hal tersebut terkait dengan masalah
ketidakstabilan jadwal produksi sehingga menyebabkan keterlambatan waktu
pengiriman barang, dan pada akhirnya mengakibatkan adanya komplain dari
pelanggan (customer).Hal ini merupakan suatu masalah yang tidak ringan, karena
disetiap produk terdapatwaktu kedaluwarsa obat yang tertera pada kemasannya,
sehingga membatasi waktu proses pemasaran yang bisa dilaksanakan.
Obat tidak diperkenankan untuk dipasok setelah melewati tanggal
kedaluwarsa, bila suatu produk telah mencapai batas waktu kedaluwarsanya, maka
perusahaan tersebut diwajibkan menarik semua produk untuk dimusnahkan
(CPOB, 2018). Sebuah perusahaan industri farmasi yakni PT. MAP, merupakan
perusahaan industri farmasi yang berupaya untuk dapat memperbaiki sistem
secara berkesinambungan. Permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan PT. MAP
yakni sering terjadinya keluhan dari pelanggan terlihat pada Gambar 1.4

Gambar 1.4 Jumlah keluhan pelanggan pada awal tahun 2019


s.d kwartal ke 3 tahun 2019
Sumber: PT Molex Ayus
5

Mengenai keterlamabatan pengiriman dan jumlah yang diterima berupa


produk obat jadi sediaan liquid yang masih kurang dengan jumlah pesanan
(order), hal tersebut dikarenakan tidak tercapainya target hasil produksi seperti
pada Gambar 1.5 yang disebabkan waktu produksi yang panjang serta banyaknya
pemborosan (waste) yang terjadi pada departemen produksi III terlihat pada
Gambar 1.6. Maka dari itu perlu dilakukan identifikasi penyebab terjadinya
penumpukan produk setengah jadi diantara stasiun kerja dengan mengeliminasi
pemborosan.

Gambar 1.5 Jumlah output, target departemen produksi III


Sumber: PT Molex Ayus

Gambar 1.6 Jenis pemborosan pada departemen produksi III obat liquid
Sumber: PT Molex Ayus
6

Produk sediaan liquid merupakan salah satu produk utama yang bisa
diandalkan, dikarenakan banyak dari produk tersebut yang termasuk mampu
berkontribusi untuk program JKN. berdasarkan pengambilan data pada awal tahun
2019 hingga kwartal ke tigatahun 2019, untuk hasiloutput dari departemen
produksi III menunjukkan 55% jenis obat sediaan liquid lebih besar dari jumlah
nama produk tiapbatch dibandingkan produk jenis lain. Hingga jenis produk
tersebut menurut peneliti menjadi fokus utama untuk dijadikan sebagai obyek
bahan penelitian.

Gambar 1.7 Jumlah output departemen produksi III


awaltahun 2019 s.d kwartal ke 3 tahun 2019
Sumber: PT Molex Ayus

Dengan kondisi saat ini, sangatlah esensial untuk mengurangi pemborosan


(waste) dan meningkatkan efisiensi bisnis, sehingga untuk menemukan solusi
yang rendah biaya,disertai dengan meningkatkan value dalam waktu yang
bersamaan baik untuk pelanggan dan perusahaan adalah krusial.Untuk menjawab
semua permasalahan tersebut, salah satu sistem produksi yang telah dilakukan
oleh beberapa peneliti adalah dengan pendekatan Lean Manufacturing (Toyota
Production System).
Fujimoto melihat TPS (Toyota Production System) sebagai “suatu evolusi
kemampuan belajar” denganmemiliki sifat “disengaja” serta “oportunistik” pada
suatu perusahaan(Fujimoto, 1999).Konsep Leanawal mulanya dibuat dan
memiliki tujuan untuk mengeliminasi pemborosan atau waste (Womack et al.,
1990). Berfokus pada efisiensi, dengan cara meminimalisir biaya, mempercepat
waktu kegiatan proses maupun pelayananmelalui pengeliminasian pada
pemborosan (waste) secara totalitas (Waring & Bishop, 2010).
7

Internal benchmarking disarankan untuk menentukan efisiensi dan


pendeteksi suatu perbaikan di bidang manufaktur farmasi (Lewis, 2006). Cycle
Time (CT) merupakan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
kegiatan proses yang menghasilkan suatu output, yakni aktivitas dengan memiliki
value added dan non-value added (Abdelhadi & Shakoor, 2014).
Dari hasil perbandingan tersebut, maka dapat kita ketahui bahwa kondisi
aktual dalam suatu kegiatan proses operasional di stasiun kerja dengan bagaimana
tingkat efisiensinya dan dimana letak pemborosannyapada kegiatan proses
operasional yang terjadi di area tersebut (Abdelhadi & Shakoor, 2014). Selain
dengan membandingkan dari kedua waktu tersebut, maka penilaian dapat
diketahui secara mendasar mengenai denganminimal tersedianya man power
(SDM) yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan suatu proses operasional,
sehingga dapat diketahui secara pasti berapa jumlah man power (SDM) yang
efektif untuk dapat menyelesaikan suatu proses tersebut (Eaton, 2011).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka fokus permasalahan yang perlu
dikaji adalah mengurangi waste dan cycle time pada proses produksi obat liquid di
departemen produksi III PT. MAP.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan dari uraian latar belakang masalah, adapun beberapa rumusan
masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Wasteapa saja yang bisa diidentifikasi dalam proses produksi obat liquid?
2. Bagaimana rekomendasi perbaikan untuk menurunkan waste dan cycle
time?
3. Bagaimana datawaste dan cycle time sebelum dan sesudah dilakukan
perbaikan pada proses produksi obat liquid?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian


Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian yang
hendak dicapai adalah:
1. Untuk mengetahui serta menganalisa jenis waste pada proses produksi
obat liquid.
8

2. Untuk evaluasi dan memberikan usulan perbaikan pada proses produksi


obat liquid.
3. Untuk analisaimplementasi perbaikan pada proses produksi obat liquid.

Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah :


1. Memberikan solusi kepada perusahaan untuk peningkatan produktivitas
dengan mengidentifikasi dan menyeimbangkan proses kerja pada produksi
obat liquid.
2. Memberikaninformasi bagi perusahaan, mengenai dampak dari hasil
perbaikan yang telah dilakukan pada sistem produksiobat liquid.
3. Bagi peneliti lain, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
acuan dalam perencanaan produksi khususnya di industri farmasi.

1.4 Asumsi Dan Batasan Masalah


1. Asumsi Dalam Penelitian
Tidak ada penambahan mesin berteknologi baru pada produksi obat Liquid
2. Objek Penelitian
Dilakukan hanya padaLine Produksi III, obat Liquid PT. MAP.
3. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan dari bulan Nopember 2019 hingga bulan Mei 2020.

Anda mungkin juga menyukai