Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER (PKPA)

FARMASI INDUSTRI

PT. PHAPROS, Tbk. SEMARANG


PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk. PLANT BANDUNG

“ SISTEM PENGOLAHAN AIR DI PT. PHAPROS, Tbk ”


GELOMBANG II
PERIODE 3 – 9 SEPTEMBER 2017

OLEH :
NUR ALIFAH K
N211 16 873

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan


Program Pendidikan Profesi Apoteker

SEMESTER AWAL 2017/2018


PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Industri Farmasi merupakan badan usaha yang memiliki izin dari Menteri
Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat
(Kementerian Kesehatan RI, 2010). Di era sekarang, obat menjadi salah satu
kebutuhan di masyarakat. Tingginya kebutuhan akan obat di dalam dunia
kesehatan menuntut industri farmasi agar mampu menghasilkan suatu produk obat
yang berkualitas.
Untuk menghasilkan produk obat yang berkualitas tidak hanya
ditentukan dari pemeriksaan bahan awal dan produk akhir namun harus dibangun
dari semua aspek produksi. Agar obat yang dihasilkan berkualitas, mempunyai
efikasi yang baik, bermutu, aman serta konsisten maka dibutuhkan suatu pedoman
bagi industri farmasi tentang Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) (Rahayu,
2014).
Salah satu aspek penting dalam produksi sediaan farmasi adalah air yang
merupakan sarana penunjang kritis dalam CPOB 2012. Air merupakan bahan
awal yang sangat penting, maka mutunya hendaklah dikendalikan, dimulai dengan
kualifikasi kinerja sistem pengolahan air, program kualifikasi yang dapat dilihat
pada petunjuk operasional penerapan pedoman CPOB, hingga pengoperasian dan
pemantauan yang tertera pada Pedoman CPOB (Fatmawaty, 2014 ; Priyambodo,
2014).
Peran seorang apoteker dalam suatu industri farmasi sangatlah penting
sebagai tenaga kesehatan yang diberikan kewenangan oleh pemerintah untuk
melakukan pekerjaan kefarmasian yang berkaitan dengan penerapan CPOB di
industri farmasi sehingga apoteker wajib terlibat langsung dalam upaya penerapan
prinsip – prinsip CPOB. Oleh karena itu, apoteker hendaknya memiliki
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang memadai tentang industri
farmasi (Rahayu, 2014).

1
Pengetahuan yang didapatkan selama perkuliahan yang berkenaan
dengan CPOB dan penerapannya merupakan bekal yang penting untuk terlibat
dalam industri farmasi dan hal ini akan lebih memadai bila disertai dengan
pengalaman praktek kerja. Oleh karena itu dilakukan praktik kerja profesi
apoteker dalam hal ini untuk mengenal dan mengamati langsung penerapan CPOB
mengenai pengolahan air pada beberapa industri farmasi khususnya pada PT.
Phapros, Tbk Semarang.
I.2 Tujuan Praktik Kerja Profesi
Adapun tujuan Praktik Kerja Profesi Farmasi Industri adalah untuk
memperoleh pengetahuan, wawasan dan pengalaman mengenai penerapan CPOB
di industri farmasi khususnya mengenai sistem pengolahan air di PT. Phapros,
Tbk Semarang.
I.3 Manfaat
Diharapkan dengan pelaksanaan praktik kerja profesi farmasi industri,
mahasiswa dapat memahami aspek-aspek CPOB dan penerapannya di industri
farmasi serta berkesempatan terlibat aktif di industri farmasi dalam hal ini melihat
secara langsung mengenai pengolahan air di industri farmasi khususnya PT.
Phapros, Tbk Semarang.

2
BAB II
GAMBARAN UMUM

II.1 PT. Phapros, Tbk


PT. Phapros, Tbk adalah perusahaan farmasi (BUMN) yang merupakan
anak perusahaan PT. Rajawali Nusantara Indonesia (RNI), didirikan pada tanggal
21 Juni 1954 yang merupakan bagian dari pengembangan usaha Oei Tiong Ham
Corcern dengan nama NV Pharmaceutical Processing Industries yang sejak awal
menumbuhkan budaya perusahaan berbasis pada profesionalisme dan berorientasi
pada kualitas (Anonim, 2017).
Saat ini, perusahaan telah memproduksi lebih dari 284 macam obat,
dimana sebagian besar diantaranya adalah hasil pengembangan sendiri (non-
lisensi) yang diklasifikasi dalam kelompok produk ethical, generik (OGB), OTC
(over the counter), dan agromed. Selain memproduksi obat yang diperdagangkan
sendiri, PT. Phapros, Tbk dipercaya oleh industri farmasi lain untuk memproduksi
obat melalui kerjasama Contract Manufacturing. Selain itu, perusahaan mulai
memperluas lingkup bisnisnya pada sektor non-obat berupa alat kesehatan non
elektromedik yang telah memperoleh izin pendistribusiannya dari Kementerian
Kesehatan RI (Anonim, 2017).
II.1.1 Visi dan Misi Perusahaan
Visi Perusahaan
“ Menjadi Perusahaan Farmasi terkemuka yang menghasilkan produk inovatif dan
jasa kesehatan yang didukung oleh manajemen profesional serta kemitraan
strategis guna meningkatkan kualitas hidup masyarakat ”.
Misi Perusahaan
1. Menyediakan produk kesehatan yang terbaik guna memenuhi kebutuhan
masyarakat.
2. Memberikan imbal hasil kepada pemegang saham sebagai refleksi kinerja
perusahaan dan memberikan penghargaan terhadap karyawan yang
memberikan kontribusi serta melakukan inovasi.

3
3. Menjadi perusahaan yang mempunyai tanggung jawab sosial dan ramah
lingkungan.
II.1.2 Struktur Organisasi
Struktur organisasi PT Phapros, Tbk terlihat pada gambar 1. Internal
audit (satuan pengawasan internal) merupakan bagian yang bertugas mengawasi
kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan produksi, kegiatan
pemasaran, dan keuangan.
Departemen PPPP berfungsi sebagai pengelola pesanan, pengendalian
material, perencanaan, dan evaluasi produksi. Departemen ini membawahi divisi
logistik dan pengendalian persediaan, gudang bahan baku (raw material
warehouse), dan gudang produk jadi (finish good warehouse). Semua bagian
produksi di PT Phapros, Tbk dikepalai oleh seorang apoteker begitupun dengan
bagian utility dan SDM (Ariato, 2014).

Gambar 1. Struktur organisasi PT. Phapros, Tbk. (Anonim, 2017)


II.1.3 Logo Perusahaan
Pada tahun 2004, bertepatan dengan Ulang Tahun yang ke-50, Phapros
meluncurkan identitas baru, yang akan mengantarkan Phapros menuju masa depan
cerah di paruh kedua satu abad usianya. Logo Phapros yang lebih dinamis ini,
menegaskan falsafah bisnis yang telah menjadikan Phapros berkembang dari
sebuah pabrik farmasi kecil di daerah menjadi salah satu perusahaan nasional

4
terkemuka. Gambar logo PT. Phapros dapat dilihat pada gambar 2. Adapun makna
dari logo tersebut ialah :
1. Tiga lingkaran mewakili stakeholder utama perusahaan ; pelanggan, pemegang
saham dan karyawan. Tiga lingkaran ini melambangkan pula betapa Phapros
didukung tiga stakeholder tersebut dan keberadaan Phapros adalah untuk
meningkatkan nilai ketiganya, guna melaju bersama menyongsong masa depan.
Selain itu, ketiga lingkaran yang melayang juga melambangkan benih ide baru,
dan bayangan yang ada melambangkan landasan yang kokoh. Kedekatan jarak
antar lingkaran melambangkan nilai-nilai kekeluargaan yang menunjukkan
karakter kuat yang dimiliki insan Phapros, sejak awal berdirinya sampai jauh
ke depan.
2. Warna biru melambangkan inovasi, pertumbuhan, kesungguhan dan kearifan.
Gradasi warna merah - kuning melambangkan keberanian dan kedinamisan
organisasi Phapros.
3. Penggunaan tipografi yang sederhana melambangkan kejujuran tanpa
meninggalkan citra Phapros yang kokoh. Bentuk tulisan miring dan huruf kecil
melambangkan organisasi yang modern dan dinamis, yang terus bergerak maju
dengan pikiran terbuka, tanpa melupakan harmoni dan keseimbangan.
Gabungan antara tipografi dan lingkaran pada huruf "o" melambangkan
kesatuan yang erat dalam organisasi.

Gambar 2. Logo PT. Phapros, Tbk (Anonim, 2017)


II.1.4 Sertifikat
PT. Phapros, Tbk berkomitmen tinggi pada standar kualitas serta
lingkungan yang dibuktikan dengan terus mengikuti perubahan standar mutu
melalui implementasi dari Cara Pembuatan Obat yang Baik / CPOB terkini
(current Good Manufacturing Practices), Pembuatan Obat Tradisional yang Baik/
CPOTB terkini (current Herbal Good Manufacturing Practices), serta persyaratan

5
penyaluran alat kesehatan dan Cara Pembuatan Alat Kesehatan yang Baik
(CPAKB), Persyaratan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) serta sistem
Manajemen Mutu yang terintegrasi yang meliputi standar ISO 9001, ISO 14001,
OHSAS 18001, ISO/IEC 17025 dan Manajemen Risiko.
II.1.5 Penerapan Aspek CPOB
1. Manajemen mutu
Berdasarkan struktur organisasi PT. Phapros, Tbk, manajemen mutu termasuk
dalam departemen QO (Quality Operation). Departemen QO merupakan
bagian yang memegang kendali mutu dan kualitas produk. Kegiatan QO
bertujuan untuk menjamin obat yang sampai ke tangan konsumen memiliki
mutu yang baik.
Secara garis besar tugas QO adalah melakukan pemeriksaan terhadap setiap
tahapan kritis untuk mengetahui secara dini kesalahan yang terjadi dalam
proses produksi obat. Pemeriksaan tersebut dilakukan berdasarkan spesifikasi
dan persyaratan dalam buku standar yang ditetapkan oleh PT. Phapros, Tbk
yang mengacu pada Farmakope Indonesia dan United State Pharmacopeia
(USP).
Departemen QO terbagi menjadi 4 bagian, yaitu :
a. Quality Control (Bagian pengawasan mutu)
Pengawasan mutu adalah bagian dari CPOB yang berhubungan
dengan pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian laboratorium
berdasarkan prosedur standar dan resmi sesuai dengan ketentuan
pemerintah. Adapun tugas dan tanggung jawab QC ialah melakukan
pemeriksaan bahan awal, bahan kemas, produk jadi, air, ruangan,
pengawasan dalam proses produksi (IPC / in process control), melakukan
validasi dan kualifikasi, uji ongoing, mengevaluasi keluhan dan produk
kembalian (sampel tertinggal). QC memiliki kewenangan untuk meluluskan
atau menolak bahan awal, produk jadi dan proses produksi. Bagian QC
dikepalai oleh seorang apoteker dengan pengalaman paling sedikit 2 tahun
bekerja di bagian pengawasan mutu pabrik farmasi (CPOB, 2012 ;
Fatmawaty, 2014).

6
b. Quality Assurance (Bagian Penjaminan mutu)
Penjaminan mutu adalah bagian yang bertugas memastikan dan
menjamin kualitas serta mutu produk secara keseluruhan, mulai dari
pemesanan bahan awal hingga distribusi ke konsumen. QA bertanggung
jawab untuk membuat protap (prosedur tetap) dan SOP (standar
operasional procedure), mengkoordinasi program validasi dan kualifikasi
peralatan, audit internal, audit eksternal, pengendalian dokumen, serta
menjalankan pelatihan CPOB (CPOB, 2012). Bagian penjaminan mutu di
PT. Phapros, Tbk dikepalai oleh seorang apoteker yang membawahi 5 unit
yaitu unit pasca produksi I, unit pasca produksi II, unit penangganan
komplain (CAPA) dan asisten manager.
c. Validasi dan Kalibrasi/kualifikasi (valkal)
d. Quality system
2. Personalia
Industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas.
Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB serta memperoleh
pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene
yang berkaitan dengan pekerjaannya (CPOB, 2012).
Pelatihan personalia di PT. Phapros, Tbk direncanakan setiap tahun. Personil
kunci mencakup kepala bagian Produksi, kepala bagian Pengawasan Mutu dan
kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Semua bagian produksi,
pengawasan mutu (QC), pemastian mutu (QA), utility dan SDM di PT.
Phapros, Tbk dikepalai oleh seorang apoteker, hal ini telah sesuai dengan
ketentuan CPOB.
3. Bangunan dan fasilitas
PT Phapros, Tbk. terletak di Jalan Simongan No. 131 Semarang, Jawa Tengah.
Pada awal masa pendiriannya, lokasi PT. Phapros, Tbk. cukup strategis sebagai
lokasi industri karena jauh dari pemukiman penduduk, tetapi pada saat ini
didaerah sekitar industri sudah dipadati oleh penduduk. Adapun sarana
produksi yang dimiliki oleh PT. Phapros, Tbk. terdiri dari bangunan dan

7
peralatan produksi. Bangunan PT. Phapros, Tbk. terdiri dari : bangunan kantor,
bangunan produksi yaitu bangunan produksi β-laktam dan non β-laktam
(bangunan produksi terpisah guna mencegah reaksi hipersensitifitas dan
kontaminasi silang dengan produk lainnya), gedung pengendalian dan
pemastian mutu bergabung dengan gedung perencanaan dan pengembangan
produk yang dilengkapi dengan perpustakaan, gudang bahan baku, gudang
produk jadi, serta bangunan pendukung lainnya seperti poliklinik, kantin,
masjid, gedung utility, unit listrik, unit pengelolaan lingkungan hidup (UPL),
dan instalasi pengelolaan air limbah (IPAL β-laktam dan non β-laktam).
Seluruh bangunan dan fasilitas di PT. Phapros, Tbk telah memenuhi
persyaratan CPOB. Setiap ruang produksi telah dilengkapi sistem AHU (Air
Handling Unit), listrik yang memadai, sistem pengolahan air maupun
pengolahan limbah, dan fasilitas pendukung lainnya seperti genset (generator
set), laboratorium non HPLC, laboratorium HPLC, laboratorium mikrobiologi
dan ruang penimbangan di gudang bahan baku.
Produksi sediaan steril dilakukan di kelas A, B, C, dan D. Penimbangan
dilakukan dikelas C sedangkan pengisian ampul dilakukan dikelas A berlatar
belakang B. Produksi sediaan non steril dilakukan dikelas E.
Tabel 1. Rekomendasi jumlah partikel di kelas produksi (CPOB, 2012)
Ukuran Non operasional Operasional
partikel 3
Jumlah maksimum partikel/m yang diperbolehkan
Kelas ≥ 0,5 µm ≥ 5 µm ≥ 0,5 µm ≥ 5 µm
A 3.520 20 3.520 20
B 3.520 29 352.000 2.900
C 352.000 2.900 3.520.000 29.000
D 3.520.000 29.000 Tidak Tidak
E 3.520.000 29.000 ditetapkan ditetapkan

4. Peralatan
Peralatan yang digunakan di PT. Phapros, Tbk merupakan peralatan yang telah
memenuhi kualifikasi, baik peralatan di bagian produksi maupun peralatan
yang berada di bagian pengelolaan mutu (pengawasan mutu atau pemastian

8
mutu). Peralatan selalu dijaga kebersihan dan kinerjanya sehingga diharapkan
selalu menghasikan produk dengan kualitas yang baik. Kualifikasi bukan hanya
dilakukan terhadap peralatan baru melainkan juga dilakukan terhadap peralatan
yang sedang digunakan. Kualifikasi dilakukan secara berkala dan secara rutin.
Peralatan yang digunakan ialah stainless steel 304 dan 316 L serta dapat
dibersihkan dengan mudah. Perbedaan kedua stainless steel tersebut ialah pada
seri 316 L jumlah kandungan kromium lebih rendah dan kandungan nikel lebih
tinggi serta lebih tahan korosif dibandingkan dengan seri 304. Setiap ruangan
memiliki satu set peralatan untuk satu produk untuk menghindari pencemaran
silang. Sistem pemipaan, katup dan filter ventilasi didesain secara tepat untuk
memudahkan proses pembersihan. Hal ini bertujuan agar mutu obat terjamin,
seragam dari batch ke batch serta memudahkan perawatannya agar dapat
mencegah kontaminasi silang dan penumpukan debu ataupun kotoran (CPOB,
2012).
5. Sanitasi dan Higiene
Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personil, bangunan, peralatan dan
perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, bahan pembersih dan
desinfeksi, dan segala sesuatu yang dapat merupakan sumber pencemaran
produk (CPOB, 2012). PT. Phapros, Tbk menggunakan extran untuk sanitasi
injeksi sedangkan korium dan resigar untuk sanitasi tablet. Sanitasi personil
menggunakan isopropilalkohol 70%. General cleaning dilakukan setiap hari.
6. Produksi
Produksi di PT Phapros, Tbk dibagi menjadi 3 yaitu produksi injeksi, salep dan
sirup (ISS) ; produksi tablet, tablet salut dan kapsul (TTK) ; produksi β-laktam.
1) Produksi tablet, tablet salut dan kapsul serta argomed, dilakukan di gedung
produksi non β-laktam lantai 2. Proses produksi meliputi proses pengolahan
bahan baku hingga menjadi sediaan tablet atau kapsul.
2) Produksi injeksi, salep dan sirup dilakukan di gedung produksi non β-laktam
lantai 3 yang telah memenuhi ketentuan CPOB. Ruang produksi terbagi
menjadi tiga area, yaitu black area, grey area, dan white area. Proses
pengemasan sekunder, printing, dan viewing serta produksi sirup dilakukan

9
di grey area. White area terbagi dalam dua kelas, yaitu kelas 100 (dengan
LAF, digunakan untuk produksi secara aseptis yaitu filling sediaan injeksi)
dan kelas 10.000 (dengan HEPA-filter, digunakan sebagai area penunjang
bagi area kelas 100).
3) Bagian pengemasan, dilakukan di gedung produksi non β-laktam lantai 1.
Proses pengemasan terbagi menjadi dua yaitu pengemasan primer dan
sekunder. Pengemasan primer dilakukan di grey area, sedangkan
pengemasan sekunder dilakukan di black area.
4) Proses produksi antibiotik golongan β-laktam (penicillin) dilakukan di
gedung produksi yang terpisah dengan produksi lainnya. Hal ini telah sesuai
dengan ketentuan CPOB, produksi β-laktam harus dilakukan dilokasi
terpisah yang bertujuan untuk menghindari terjadinya kontaminasi silang
terhadap produk obat lainnya. Gudang penyimpanan bahan baku dan sistem
pengelolahan limbah yang tersendiri. Proses produksi sediaan steril yaitu
filling injeksi kering yang berupa powder dilakukan di white area yaitu di
ruang kelas 100 (di bawah LAF dengan area penunjang kelas 10.000).

Gambar 3. Departemen produksi


7. Pengawasan mutu
Pengawasan Mutu merupakan bagian yang esensial dari cara pembuatan obat
yang baik untuk memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten
mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Pengawasan Mutu
mencakup pengambilan sampel, spesifikasi, pengujian serta termasuk
pengaturan, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa
semua pengujian yang relevan telah dilakukan, sampai mutunya telah
dibuktikan memenuhi persyaratan. Pengawasan Mutu tidak terbatas pada
kegiatan laboratorium, tapi juga harus terlibat dalam semua keputusan yang
terkait dengan mutu produk (CPOB, 2012).

10
8. Inspeksi diri, audit mutu dan persetujuan pemasok
Internal audit (satuan pengawasan intern) merupakan bagian yang bertugas
mengawasi kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan produksi,
kegiatan pemasaran, dan keuangan. Internal Audit (quality management
representative) dibentuk setiap 6 bulan sekali. Internal audit mempunyai tujuan
untuk mempersiapkan PT. Phapros, Tbk. dalam menghadapi audit dari pihak
luar seperti BPOM atau industri lain yang ingin melakukan toll in.
9. Penangganan keluhan terhadap produk dan penarikan kembali produk
Penanganan keluhan konsumen terhadap permasalahan internal, seperti
keluhan yang disebabkan kerusakan pada saat distribusi, transportasi maupun
penyimpanan baik untuk bahan baku, bahan kemas, produk antara, produk
ruahan dan produk jadi. Dalam menanggapi keluhan pelanggan perlu dilakukan
investigasi. Keluhan terhadap mutu maka investigasi yang dilakukan adalah
membandingkan dengan sampel tertinggal (retent sample). Sedangkan keluhan
terhadap jumlah dilakukan investigasi terhadap dokumentasi yang ada.
Penangganan keluhan di PT. Phapros, Tbk oleh unit CAPA (Corrective Action
Preventive Action).
10. Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan dokumentasi
yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu. Dokumentasi
sangat penting untuk memastikan bahwa tiap personil menerima uraian tugas
yang relevan secara jelas dan rinci sehingga memperkecil risiko terjadi salah
tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya mengandalkan
komunikasi lisan (CPOB, 2012).
Seluruh proses baik meliputi proses pembersihan ruangan, proses pembersihan
alat, proses produksi, proses pengawasan selama produksi (in process control /
IPC), maupun pada proses pengawasan mutu atau pemastian mutu dilakukan
proses dokumentasi secara jelas. Seluruh kegiatan dilakukan berdasarkan pada
prosedur tetap (protap) atau dokumen kerja yang telah dibuat oleh PT. Phapros,
Tbk.

11
11. Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak
Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar,
disetujui dan dikendalikan untuk menghindarkan kesalahpahaman yang dapat
menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan.
Kontrak tertulis antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak harus dibuat
secara jelas yang menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-masing
pihak. Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets
produk untuk diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian
Manajemen Mutu (CPOB, 2012). PT. Phapros, Tbk dipercaya oleh industri
farmasi lain untuk memproduksi obat melalui kerjasama Contract
Manufacturing baik secara toll in maupun toll out yang dibawahi oleh PPIC
(departemen PPPP).
12. Validasi dan kualifikasi
Validasi adalah suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa tiap
bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem perlengkapan atau mekanisme yang
digunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa mencapai hasil
yang diinginkan. Validasi untuk mesin, peralatan, produksi dan sarana
penunjang disebut kualifikasi.
Adapun jenis-jenis validasi di industri farmasi yaitu : validasi/kualifikasi mesin
(design, instalasi, operational dan performance qualification), validasi metode
analisa, validasi proses produksi (prospektif, konkuren dan retrospektif),
validasi proses pengemasan dan validasi proses pembersihan. Dalam
melakukan validasi proses pembersihan, PT. Phapros, Tbk melakukan validasi
proses aseptis menggunakan medium agar (media fill) dalam pengerjaan
aseptis, jika didapatkan hasil yang keruh maka dilakukan investigasi dan
pengerjaan ulang. Proses tersebut dilakukan minimal 2 kali dalam setahun.
II.1.6 Produk
Produk PT. Phapros, Tbk. meliputi over the counter (OTC), generik
(OGB), ethical, dan agromedicine (Agromed). Produk-produk yang dihasilkan
PT. Phapros, Tbk. dapat dikelompokkan sebagai berikut (Arianto, 2014) :

12
1) Produk yang rutin diproduksi, terdiri atas produk obat bebas/OTC,
produk obat generik, produk PKD/ Peningkatan Kesehatan Daerah dan produk
Agromed.
2) Produk-produk lisensi, misalnya dari Boehringer Mannheim GmBHm Jerman
(1960), American Product USA (1975), Lederle Laboratories Division, Lekk
Ljubljana Slovenia (1987), F.Trenka Austria (1990), dan Schwabe Jerman
(1995) seperti Artane® tablet, Xiclav® tablet, Diamox® tablet, dan sebagainya.
Berikut ini adalah penjelasan dari berbagai macam produk-produk tersebut
(Arianto, 2014) :
 Over The Counter (OTC), dalam mengembangkan produk OTC, PT. Phapros,
Tbk. menekankan pengenalan pelanggan secara baik sehingga dapat dengan
cepat memberikan respons terhadap kebutuhan pelanggan yang spesifik dan
khusus, sebagai contoh produk OTC sekaligus menjadi produk unggulan PT.
Phapros, Tbk adalah Antimo, Antimo Anak, Livron B Plex, SupraLivron,
Noza, dan Pehanoni.
 Generik, sebagai contoh obat generik yang dihasilkan oleh PT. Phapros, Tbk
yaitu Albendazole, Aminofilin, Amoxicillin, Ampicillin, Antalgin,
Antiparkinson DOEN, Asam Askorbat, Asam Folat, Asam Mefenamat,
Asetosal, Acyclovir, Benzatin Benzin Penisilin, Garam Oralit, Gentamisin
(injeksi & salep), Glibenclamide, Griseofulvin, Ibuprofen, Isoniazide, Kalsium
laktat, Kaptopril, Ketamin injeksi, Klorpromazin, Kotrimoksazol 120 mg tablet
pediatrik, Lidocain injeksi 2%, Lyncomycin 500 mg, Methylprednisolon
injeksi 500 mg, Methylprednisolon tablet 4 mg, Metronidazole tablet 250 mg,
Natrium diklofenak tablet 25 mg, Natrium diklofenak tablet 50 mg, Natrium
tiosulfat injeksi 25% (10 mL), Nifedipine tablet 10 mg, Nistatin Dragee, Obat
Anti Tuberkulosis (OAT) Kategori 1, 2 & 3 Adult, OAT Kategori Sisipan Anak
& Adult, Omeprazole kapsul 12,5 mg, Parasetamol Sirup 120 mg, Parasetamol
tablet 500 mg, Pirantel Pamoate tablet 125 mg, Prazikuantel tablet 600 mg,
Prednison tablet 5 mg, Primakuin tablet 15 mg, Procain Benzil Penisilin G
Injeksi 3 juta IU/vial, Prometazin tablet 12,5 mg, Prometazin tablet 25 mg,
Ranitidine tablet 150 mg, Rifampisin kaplet 300 mg, Rifampisin kaplet 450

13
mg, Simetidine tablet 200 mg, Ciprofloksasin tablet 500 mg, Streptomisin
injeksi 1,5 g/mL, Tablet Tambah Darah/30, Tetrasiklin kapsul 250 mg,
Tetrasiklin kapsul 500 mg, Tiamin HCl Mononitrat (Vitamin B1) injeksi,
Tiamfenicol 500 mg, Ferro Sulphate Sirup Botol 150 mL, Natrium Fenitoin 30
mg kapsul, Natrium Fenitoin 50 mg kapsul. Saat ini, terdapat lebih dari 100
macam obat generik yang diproduksi oleh Phapros dan beberapa diantaranya
telah berhasil masuk ke pasar BPJS Kesehatan.
 Ethical, contoh produk ethical yang dihasilkan oleh PT. Phapros, Tbk yaitu
Amaropo Plus, Becefort Sirup, Betafort, Bio ATP, Bioneuron tablet, Bioneuron
injeksi, Cardismo, Corsona tablet, Corsona injeksi, Dextamine, Dextamine
sirup, Dextrofen kapsul, Diafac, Dolsic injeksi, Droxefa 500 kapsul, Febrinex
sirup, Fluocort N cream, Geriavita, Grivin, Grivin Forte, Hemafort, Hustab
tablet, Hustab P tablet, Hustab P sirup, Hypobhac 25 injeksi, Hypobhac 100
injeksi, Hypobhac 200 injeksi, Ilusemin 100, Kolkatriol, Kolkatriol Forte,
Metaneuron, Nacoflar 25, Nacoflar 50, NB Topical Ointment, Osteotin,
Palentin 375, Palentin 625, Palentin sirup kering, Palentin F sirup kering,
Pehacain injeksi, Pehadoxin, Pehadoxin Forte, Pehamoxil Forte, Pehamoxil
125 sachet, Pehastan 500, Pehatrim suspensi, Pehatrim dewasa, Pehatrim Forte,
Pehavral, Pehazon, Pehazon Forte, Phadilon 500 injeksi, Phadilon 4 tablet,
Phalol 10, Phaproxin 500, Pro Infark, Sefure 750 serbuk injeksi, Spirolacton
25, Spirolacton 100, Taxef 1000 serbuk injeksi, Tebokan, Tebokan Spesial,
Trixon 1000 serbuk injeksi, Vapril 12,5, dan Vapril 25.
 Agromed, PT. Phapros, Tbk. juga melakukan inovasi yang memberikan
diferensiasi dengan menawarkan produk obat berbasis bahan alam yang telah
teruji khasiatnya secara klinis. Pada tahun 1969, PT. Phapros, Tbk.
meluncurkan Pehastone®, peluruh batu ginjal yang dibuat dari tanaman obat
dan diikuti dengan produk alam dalam kelompok Agromed. Agromed
menawarkan kearifan tradisional dengan kepastian ilmiah modern. Pada tahun
2005, PT. Phapros, Tbk meluncurkan fitofarmaka pertama di Indonesia, yaitu
X-gra® dan Tensigard®. Uji klinik untuk produk Agromed Tensigard®
merupakan hasil kerja sama dengan Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.Jtg (Rumah

14
Sakit Jantung Harapan Kita, Jakarta), sedangkan X-gra® bekerja sama dengan
pakar ahli Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And. (Rumah Sakit Sanglah,
Bali). Produk Agromed lainnya adalah Ocugard, Hepagard, Fitogen,
Hemorogard dan Glucogard.

II.2 PT. Kimia Farma (Persero) Tbk


Kimia Farma adalah perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia
yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1817. Nama perusahaan ini
pada awalnya adalah NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co. Berdasarkan
kebijaksanaan nasionalisasi atas eks perusahaan Belanda di masa awal
kemerdekaan, pada tahun 1958, Pemerintah Republik Indonesia melakukan
peleburan sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF (Perusahaan Negara
Farmasi) Bhinneka Kimia Farma. Kemudian pada tanggal 16 Agustus 1971,
bentuk badan hukum PNF diubah menjadi Perseroan Terbatas, sehingga nama
perusahaan berubah menjadi PT Kimia Farma (Persero) (Anonim, 2015).
Sejak tanggal 4 Juli 2001, Kimia Farma tercatat sebagai perusahaan
publik di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Saat ini, Kimia Farma
telah berkembang menjadi sebuah perusahaan pelayanan kesehatan utama di
Indonesia yang kian memainkan peranan penting dalam pengembangan dan
pembangunan bangsa dan masyarakat (Anonim, 2015).
II.2.1 Visi dan Misi
Visi :
Menjadi perusahaan Healthcare pilihan utama yang terintegrasi dan menghasilkan
nilai yang berkesinambungan.
Misi :
1. Melakukan aktivitas usaha di bidang-bidang industri kimia dan farmasi,
perdagangan dan jaringan distribusi, retail farmasi dan layanan kesehatan serta
optimalisasi aset.
2. Mengelola perusahaan secara Good Corporate Governance dan operational
excellence, didukung oleh SDM professional.
3. Memberikan nilai tambah dan manfaat tinggi kepada seluruh stakeholder.

15
II.2.2 Struktur Organisasi
PT. Kimia Farma (Persero) Tbk., dipimpin oleh seorang Direktur Utama
yang membawahi 4 Direktorat yaitu Direktorat produksi dan supply chain,
Direktorat pengembangan bisnis, Direktorat Keuangan, Direktorat Umum dan
human capital. Struktrur organisasi Plant Bandung dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Struktur organisasi PT Kimia Farma (Persero) Tbk. (Anonim, 2015)


Plant Manager

Manager

Asisten Manager

Gambar 5. Struktur organisasi PT. Kimia Farma Plant Bandung


II.2.3 Logo Perusahaan
 Simbol matahari
a. Paradigma baru, matahari terbit adalah tanda memasuki babak baru yang
lebih baik.

16
b. Optimis, matahari memiliki cahaya sebagai sumber energi, cahaya tersebut
adalah penggambaran optimisme PT. Kimia Farma dalam menjalankan
bisnisnya.
c. Komitmen, matahari selalu terbit dari arah timur dan tenggelam ke arah
barat secara teratur dan terus-menerus, memiliki makna adanya komitmen
dan konsistensi dalam menjalankan segala tugas yang diemban oleh PT.
Kimia Farma dalam bidang farmasi dan kesehatan.
d. Sumber energi, matahari merupakan sumber energi bagi kehidupan dan PT.
Kimia Farma yang baru memposisikan dirinya sebagai sumber energi bagi
kesehatan masyarakat.
e. Semangat yang abadi, warna orange berarti semangat, warna biru berarti
keabadian. Harmonisasi antara kedua warna tersebut menjadi satu makna
yaitu semangat yang abadi.
 Jenis huruf, dirancang khusus untuk kebutuhan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk
yang disesuaikan dengan nilai dan image yang telah menjadi energi bagi PT.
Kimia Farma, karena prinsip sebuah identitas harus berbeda dengan identitas
yang telah ada.
 Sifat huruf
a. Kokoh, memperlihatkan PT. Kimia Farma sebagai perusahaan terbesar
dalam bidang farmasi yang memiliki bisnis dari hulu ke hilir dan merupakan
perusahaan farmasi pertama yang dimiliki Indonesia.
b. Dinamis, dengan jenis huruf italic memperlihatkan kedinamisan dan
optimisme.
c. Bersahabat, dengan jenis huruf kecil dengan lengkung, memperlihatkan
keramahan PT. Kimia Farma dalam melayani konsumennya.

Gambar 6. Logo PT. Kimia Farma (Persero), Tbk (Anonim, 2015)

17
II.2.4 Sertifikat
Berikut ini adalah sertifikat yang telah diterima PT. Kimia Farma
(Persero) Tbk. Plant Bandung :
1. Sertifikat CPOB dan CPOTB dari Badan POM pada semua unit produksi
termasuk Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR).
2. Menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9002 : 1994 dan telah di upgrade
menjadi ISO 9001 : 2008.
3. Sertifikat dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, mendapatkan
Proper Peringkat Biru dalam pengelolaan lingkungan hidup.
4. Sertifikat penghargaan kecelakaan nihil dari Kementerian Ketenagakerjaan
Republik Indonesia.
5. Kosher Certificate dari Court of the Chief Rabbi Beth Din London.
6. Certificate of Suitability dari European Directorate for the Quality of
Medicines (EDQM),
7. Sertifikat Halal MUI Jawa Barat, serta Food Safety System Certification
(FSSC) 22000:2010 dari SGS United Kingdom Ltd.
II.2.5 Penerapan Aspek CPOB
1) Manajemen mutu
PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung telah menerapkan sistem
manajemen mutu CPOB 2012, bagian Pengawasan mutu (QC) secara struktural
dibawahi langsung oleh Plant Manager, oleh karena itu dalam tugasnya,
bagian pengawasan mutu bertanggung jawab langsung kepada Plant Manager.
Sedangkan bagian Penjaminan mutu (QA) bertanggung jawab langsung kepada
Presiden direktur.
2) Personalia
Aspek personalia telah sesuai dengan CPOB, dimana karyawan memiliki
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan sesuai dengan tugasnya, juga
memiliki kesehatan fisik dan mental yang baik sehingga mampu melaksanakan
tugasnya secara profesional dan sebagaimana mestinya. PT. Kimia Farma
(Persero) Tbk. mempunyai program pelatihan secara periodik minimal sekali
dalam setahun baik untuk karyawan lama maupun baru, untuk menjamin agar

18
setiap karyawan terbiasa dengan persyaratan CPOB yang berkaitan dengan
tugasnya. Apoteker di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung
berjumlah 20 orang yang bertanggung jawab sebagai manager di departemen
produksi, pemastian mutu dan project manager plant Banjaran serta
bertanggung jawab sebagai asisten manager di unit pengawasan mutu,
produksi, sistem mutu dan pengembangan produk.
3) Bangunan dan fasilitas
Bangunan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Bandung memiliki rancang
bangunan dan penataan gedung yang sesuai dengan persyaratan CPOB.
Pembagian ruang produksi berdasarkan jenis sediaan yang dihasilkan dan
tahapan pembuatannya. Kondisi dinding, lantai, langit-langit pada umumnya
telah memenuhi persyaratan CPOB dimana lantai area produksi dilapisi cat
epoksi dan tidak terdapat sudut pada tiap bagian.
Setiap ruangan produksi dilengkapi dengan sarana dan prasarana seperti
penerangan yang cukup dan mempunyai ventilasi dengan fasilitas pengendali
udara (AHU) termasuk pengaturan suhu dan kelembaban, sistem pengolahan
air, sumber listrik yang berasal dari Perusahaan Listrik Negara (PLN). Apabila
dari PLN terganggu, maka kebutuhan listrik di pabrik akan di back-up secara
penuh oleh Generator Set (genset) sehingga tidak mengganggu kegiatan di
pabrik. Tersedia loker untuk ganti pakaian dan menyimpan pakaian bagi
karyawan, staff dan tamu yang berhubungan langsung dengan area produksi
namun letaknya terpisah. Terdapat toilet dengan ventilasi yang baik, tempat
cuci tangan bagi personil yang tidak berhubungan langsung dengan area
produksi dan tersedia dalam jumlah yang cukup dan mudah diakses.
4) Peralatan
Umumnya peralatan produksi yang digunakan terbuat dari stainless steel 316 L
(low cabon) atau baja tahan karat AISI (American Iron and Steel Institute)
316. Peralatan ini mudah dibersihkan dan tahan terhadap korosif. Stainless
steel tipe 316 L digunakan pada peralatan pengolahan dan pengisian produk
steril dan non steril, sistem pemipaan untuk air murni digunakan pada storage
tank. Untuk Stainless steel tipe 304 atau baja tahan karat AISI 304, umumnya

19
digunakan untuk peralatan yang tidak bersentuhan langsung dengan bahan atau
produk, untuk produk kering atau serbuk yang tidak bereaksi dengan
logam/baja tahan karat.
PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung dalam hal ini telah memiliki
peralatan yang terkualifikasi. Alat-alat yang digunakan baik itu alat produksi
misalnya Fluid Bed Dryer, Super Mixer, Granulator Diosna, Ultra Turax,
maupun alat-alat laboratorium misalnya HPLC, Spektrofotometer dan
Polarimeter.
5) Sanitasi dan Higiene
PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung telah menetapkan beberapa
peraturan mengenai higiene, diantaranya keharusan memakai pakaian
pelindung yang bersih selama proses produksi, termasuk penutup rambut,
masker, sarung tangan dan alas sepatu, adanya pembatasan akses ke ruang
produksi, pemeriksaan kesehatan berkala untuk karyawan, ruang khusus loker
untuk menyimpan pakaian, dan toilet. Bangunan PT. Kimia Farma (Persero)
Tbk. Plant Bandung telah memiliki fasilitas sanitasi yang memadai diantaranya
tempat pembuangan sampah dan limbah B3. Sedangkan hal-hal penting yang
perlu diperhatikan mengenai sanitasi peralatan menurut CPOB diantaranya
adalah peralatan yang bersih sebelum dan sesudah digunakan, cara
pembersihan, ruang khusus pembersihan, prosedur pembersihan yang jelas dan
tervalidasi, dokumentasi pembersihan dan penggunaan bahan-bahan
pembersih. Dalam hal ini PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung
memiliki SOP (Standard Operational Procedure) menyangkut proses operasi
dan pembersihan setiap peralatan. Metode pembersihan yang biasa digunakan
dengan cara vakum dan cara basah. Bahan desinfektan yang digunakan yaitu
bahan pembersih etanol 70% v/v air yang digunakan purified water.
6) Produksi
Semua proses produksi di Plant Bandung dilakukan di kelas E dan F. Sebelum
melakukan produksi, PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. telah memastikan line
clereance telah dijalankan, peralatan telah terkualifikasi dan proses telah
tervalidasi, dan personil telah menjalankan protap-protap yang telah ada.

20
Proses produksi dimulai dari tahap penanganan bahan (meliputi penerimaan,
pemeriksaan dan penyimpanan bahan di gudang), pengolahan bahan mencakup
penimbangan dan penanganan bahan sampai diperoleh produk siap kemas
(produk ruahan), pengemasan (primer dan sekunder) serta penanganan obat
jadi yang mencakup penyimpanan dan distribusi kepada konsumen.
7) Pengawasan mutu
Pengawasan mutu di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. dipimpin oleh asisten
manager yaitu seorang apoteker yang membawahi 6 supervisor antara lain
supervisor pemeriksaan bahan baku, supervisor pemeriksaan bahan kemas,
supervisor pemeriksaan produk antara dan produk ruahan, supervisor
pemeriksaan mikrobiologi dan limbah, supervisor pengawasan produk jadi
serta supervisor pengawasan proses produksi-pengemasan.
8) Inspeksi diri, audit mutu dan persetujuan pemasok
PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung, melakukan inspeksi diri
secara rutin dengan membentuk tim inspeksi diri yang anggotanya ditunjuk
oleh perusahaan dan mewakili masing-masing bagian. Penanggung jawab dari
pelaksanaan inspeksi diri adalah bagian Pemastian Mutu/QA. Program inspeksi
diri dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan Audit Mutu Internal (AMI) dan
dilakukan 2 kali setahun. Bagian manajemen mutu (Pemastian Mutu QA)
bertanggung jawab bersama bagian lain yang terkait untuk memberi
persetujuan pemasok yang memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan dan
dievaluasi secara teratur.
9) Penangganan keluhan terhadap produk dan penarikan kembali produk
Penanganan keluhan terhadap obat pada PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant
Bandung ditangani langsung oleh bagian pemastian mutu (QA) berdasarkan
prosedur yang telah ditetapkan. Setiap keluhan terhadap obat akan ditangani
secara serius sampai ditemukan penyebab dari masalah yang ada dan segera
dicari solusi yang terbaik dari masalah tersebut. Setiap penelusuran masalah
dilakukan berdasarkan contoh pertinggal dan catatan pengolahan bets (CPB)/
catatan pengemasan bets (CPsB) atau batch record dari obat yang
bersangkutan. Penanganan keluhan terhadap obat, penarikan kembali obat dan

21
obat kembalian dilakukan oleh bagian regulasi, dokumentasi dan keluhan
pelanggan serta ditangani berdasarkan prosedur tetap.
Keluhan yang diterima akan diinvestigasi dan dicari solusinya. Investigasi yang
dilakukan oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. mengikuti CPOB yakni
dengan mengkaji semua data dan dokumentasi termasuk catatan batch, catatan
distribusi, pengujian sampel pertinggal dari batch yang sama dan laporan
pengujian dari produk yang dilaporkan/dikeluhkan. Selain itu, disimpan contoh
pertinggal dengan identitas jelas yang mewakili setiap batch dan disimpan
selama 5 tahun + 1 dengan tujuan untuk memantau produk yang telah beredar
dan untuk memudahkan penelusuran jika ada keluhan yang terjadi.
10) Dokumentasi
PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Bandung mendokumentasikan standar
operational procedure (SOP), spesifikasi bahan baku, bahan pengemas, produk
antara, produk ruahan, obat jadi, dokumen produksi, dokumen pengawasan
mutu, dokumen penyimpanan dan distribusi, dokumen pemeliharaan,
pembersihan, pemantauan kondisi ruangan dan peralatan. Dokumen
penanganan keluhan terhadap obat, penarikan kembali obat, obat kembalian
dan pemusnahan obat, dokumen untuk peralatan khusus, prosedur dan catatan
inspeksi diri, pedoman & catatan pelatihan CPOB bagi karyawan.
Dokumen yang telah disimpan selama dua tahun setelah produksi, maka akan
dimusnahkan oleh bagian Pemastian Mutu. Dokumen tersebut dimusnahkan
menggunakan mesin penghancur kertas, sehingga limbah kertas tersebut tidak
menumpuk dan menghindari dokumen jatuh ke tangan pihak yang tidak
bertanggung jawab atau disalahgunakan. Dokumen yang telah expired
dimusnahkan setiap 5 tahun dan soft copynya di simpan sebagai arsip
perusahaan.
11) Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak
Untuk memenuhi pesanan dari bagian Pemasaran, bagian Produksi PT. Kimia
Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung dapat melaksanakan Toll manufacturing
ke industri lain yang telah dipercaya kinerjanya dan memiliki serifikat CPOB
yang diterbitkan oleh BPOM. Hal ini bertujuan agar produk yang dihasilkan

22
tetap terjamin mutunya walaupun tidak dikerjakan oleh PT. Kimia Farma
(Persero) Tbk. Plant Bandung. Kerjasama dengan pabrik lain membutuhkan
kontrak tertulis dan resmi untuk menjelaskan tanggung jawab masing-masing
pihak agar tidak terdapat kesalahpahaman. Toll manufacturing tersebut
dilakukan jika PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung tidak dapat
memenuhi pesanan karena terbatasnya fasilitas atau kapasitas produksi yang
dimiliki.
12) Validasi dan kualifikasi
PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung telah memenuhi aspek CPOB
dalam hal validasi dan kualifikasi peralatan. Seluruh alat yang digunakan pada
PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. telah melalui tahap kualifikasi, yang meliputi ;
kualifikasi desain, kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional, dan kualifikasi
kinerja. Semua kualifikasi baik itu protokol maupun laporan berdasarkan pada
petunjuk operasional cara pembuatan obat yang baik (CPOB)
II.2.6 Produk
Daftar produk yang dihasilkan oleh PT. Kimia Farma (Persero), Tbk.
plant Bandung dapat dilihat pada tabel 2 (Kimia Farma, 2014).
Tabel 2. Jenis produk yang diproduksi oleh PT. Kimia Farma plant Bandung
No. Daftar produk Jumlah
1. Ethical 19
2. CHP (Customer Health Product) / OTC 16
3. Generik (OGB) 69
4. Pil KB 17
5. Kontrasepsi 7
Total produk 133

Jenis produksi yang dihasilkan oleh PT. Kimia Farma (Persero), Tbk. plant
Bandung berdasarkan jenis dan bentuk sediaan adalah sebagai berikut :
1. Produksi bahan baku obat, menghasilkan kina sulfat dan kina HCl.
2. Produksi tablet non hormon, tablet hormon Mikrodiol (pil KB), AKDR
meliputi Copper T Limas Safe Load, Copper T Libi Safe Load, Copper T
BKKBN, serbuk (garam oralit), sirup (paracetamol dan dekstromethorpan),
suspensi (kloramfenikol dan cotrimoksazol), dan fitofarmaka (Batugin® dan
Enkasari®).

23
BAB III
GAMBARAN KHUSUS

Sistem Pengelolaan Air di PT Phapros, Tbk.


III.1 Air sebagai Sarana Penunjang di Industri
Air merupakan salah satu komponen penting dalam proses produksi, hal
tersebut disebabkan karena air merupakan bahan baku dalam jumlah besar
terutama untuk produk sirup, injeksi, cairan infus dan lainnya. Sumber air yang
digunakan dapat diperoleh dari air tanah atau air artesis (deepwell), air
PAM/PDAM, dan mata air yang kemudian diolah menjadi berbagai jenis air
(Fatmawaty, 2014).
Tujuan sistem pengolahan air ini adalah untuk menghilangkan cemaran
sesuai dengan standar kualitas air yang telah ditetapkan. Air yang digunakan
dalam industri farmasi memiliki syarat utama yaitu bebas dari mineral dan
mikroorganisme, karena adanya mineral dan mikroorganisme dalam air akan
menurunkan stabilitas sediaan farmasi yang dihasilkan (Fatmawaty, 2014).
Kualitas air yang digunakan untuk produksi tergantung dari produk yang
dibuat misalnya air murni ( purified water) atau air untuk injeksi (water for
injection). Secara Umum, air di PT Phapros, Tbk. berasal dari air tanah dalam
yang sebelumnya mengalami proses pretreatment dan water treatment.
Sedangkan suplai air di PT Phapros, Tbk dibagi menjadi dua yaitu air untuk
bagian produksi dan non produksi. Air yang digunakan untuk bagian non produksi
adalah potable water sedangkan air untuk bagian produksi adalah purified water
dan water for injection.
III.2 Sistem Pengolahan Air
III.2.1 Spesifikasi Mutu Air
Secara umum, spesifikasi mutu air dibagi menjadi beberapa “grade” yaitu
; air pasokan (feed water atau potable water), air murni (purified water), air
dengan tingkat pemurnian yang tinggi (highly purified water/HPW), air untuk
injeksi (water for injection/WFI) dan air dengan mutu tertentu untuk proses dan

24
pembuatan bentuk sediaan. Spesifikasi mutu macam-macam air yang digunakan
untuk produksi yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 3. Persyaratan spesifikasi air di industri farmasi (European Pharmacopeia,
2013 ; USP, 2014)
Spesifikasi Purified water Highly purified water Water for injection
Konduktivitas
≤ 1,3 μS/cm ≤ 1,3 μS/cm ≤ 1,3 μS/cm
(pada suhu 25°C)
Logam berat - 0,1 ppm 0,1 ppm
Nitrat - 0,2 ppm 0,1 ppm
Total karbon organik (TOC) < 500 ppb < 500 ppb < 500 ppb
Batas mikroba < 100 cfu/mL < 10 cfu/mL < 10 cfu/mL
Endotoksin - < 0,25 Eu/mL < 0,25 Eu/mL

Sedangkan penggunaan dari masing-masing air tersebut dapat dilihat pada tabel 4
dan tabel 5 (Fatmawaty, 2014).
Tabel 4. Persyaratan air untuk produksi sediaan non steril
Sediaan Kualitas air Sistem distribusi Batasan Keterangan
Jika tidak
Sirup, Krim (w/o dan menggunakan loop
Air murni
o/w), gel, cairan obat Loop system Terkualifikasi system, air tidak
(Purified water)
luar boleh disimpan
lebih dari 24 jam
 Terkualifikasi
 Boleh tanpa loop  Sanitasi berkala
Sediaan padat,  Loop untuk non β-  Syarat mikroba :
Air murni
suppositoria, ovula laktam max 100 cfu/mL -
(Purified water)
dan salep  β-laktam dan non  Tidak ada E.coli
β-laktam dipisah dan Salmonella
sp
Pembilasan akhir Air murni Syarat conductivity
- -
pada pencucian alat (Purified water) pada unsure points

Tabel 5. Persyaratan air untuk produksi sediaan steril


Sistem
Sediaan Kualitas air Batasan Keterangan
distribusi
Syarat TOC dan
Large volume Air untuk injeksi Hoot loop
Terkualifikasi conductivity pada
parenteral (WFI) system
user point
Bila tidak menggunakan
Hoot loop
loop system, harus
Small volume Air untuk injeksi system β-laktam Feed water : air murni
ditampung segar dan
parenteral (WFI) dan non β- (Purified Water)
penyimpanan tidak lebih
laktam
dari 24 jam. Tervalidasi
Bila tidak menggunakan
Air murni loop system, harus
Tetes mata, Syarat conductivity
(Purified water), Loop system ditampung segar dan
tetes telinga pada unsure points
filter 0,22 μm penyimpanan tidak lebih
dari 24 jam. Tervalidasi

25
Menurut European Pharmacopeia, air dengan Tingkat Pemurnian yang
Tinggi (highly purified water/HPW) dapat digunakan untuk sediaan steril seperti
sediaan tetes mata dan tetes telinga. Highly purified water telah memenuhi
standar/kriteria WFI termasuk jumlah endotoksin tetapi sistem pengolahannya
dianggap kurang dapat diandalkan dibandingkan sistem destilasi sehingga jarang
digunakan.
III.2.2 Pengolahan Air
Proses pengolahan air menurut CPOB dibagi menjadi 2 yaitu
pretreatment dan water treatment. Dianjurkan melakukan pengolahan awal
(pretreatment) bahan baku air sebelum melalui unit destilasi, sebagai jaminan
untuk menghindarkan adanya kesulitan dalam pengoperasian. Sistem pengolahan
awal (pretreatment) tersebut dibagi menjadi 2 kategori yaitu (Fatmawaty, 2014) :
1. Penggunaan saringan, misalnya saringan pasir (untuk menghilangkan zat
koloid dan partikel), saringan karbon aktif (untuk menghilangkan zat koloid,
partikel dan klorin), catridge filter (untuk menghilangkan zat yang tidak larut)
dan lain-lain.
2. Pengolahan air primer termasuk unit pelunakan air dan deionisasi. Pelaksanaan
regenerasi diperlukan apabila angka konduktivitas air meningkat atau apabila
jumlah mikroba hampir mendekati batas untuk pengambilan tindakan.
Proses water treatment atau proses pengolahan air untuk ketahapan
mesin selanjutnya harus memenuhi persyaratan agar kondisi mesin selanjutnya
tidak cepat rusak. Yang perlu diperhatikan adalah kapasitas filter-filter
pendukung, media yang digunakan, bahan tabung filter yang digunakan, serta
perawatan yang dilakukan. Proses yang diterapkan dalam sistem pengolahan air
bersih antara lain ;
1. Proses penampungan air, penampungan air bertujuan sebagai tolak ukur dari
debit air bersih yang dibutuhkan.
2. Proses oksidasi, atau penambahan oksigen kedalam air berguna agar kadar-
kadar logam berat serta zat kimiawi lainnya yang terkandung dalam air mudah
terurai.

26
3. Proses pengendapan atau koagulasi, proses ini dapat dilakukan menggunakan
bahan kimia seperti bahan koagulan (hypoclorite), proses ini bisa dilakukan
dengan menggunakan lamella plate.
4. Proses filtrasi (carbon actived) bertujuan untuk menghilangkan kotoran yang
terkandung dalam air dan berguna untuk meningkatkan kualitas air agar air
yang dihasilkan tidak mengandung bakteri. Biasanya proses ini menggunakan
bahan sand filter yang disesuaikan dengan kebutuhan debit maupun kualitas air
dengan media filter (silica sand/quarsa, zeolite).
5. Proses terakhir adalah proses pembunuhan bakteri, virus, mikroorganisme
lainnya. Tujuannya adalah mengurangi bakteri patogen yang ada dengan
menggunakan chlorinator atau sterilisasi yang menggunakan kaporit.
III.2.3 Sistem Pemurnian Air
Kecuali untuk pembuatan WFI, sistem pemurnian air “Tidak Ditetapkan”
dalam kompendia, sehingga industri farmasi “bebas” untuk menentukan sistem
mana yang paling sesuai dengan tujuan penggunaannya. Desain, konfigurasi dan
tata letak peralatan pemurnian air, sistem penyimpanan dan distribusi harus
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
a. Ketersediaan ruang untuk instalasi
b. Beban struktural dalam bangunan
c. Ketersediaan akses yang memadai (terutama untuk pemeliharaan dan
pengawasan)
d. Kemampuan penanganan bahan kimia untuk regenerasi dan sanitasi secara
aman.
Berikut desain dan konfigurasi sistem pemurnian air :
 Purified Water System
Purified water system merupakan sistem pengolahan air yang dapat
menghilangkan berbagai cemaran (ion, bahan organik, partikel, mikroba dan
gas) yang terdapat didalam air yang akan digunakan untuk produksi. Air (raw
water) dapat diperoleh dari air PDAM, Shallow well (sumur dangkal) atau
berasal dari Deep well (sumur dalam). Variasi mutu dari pasokan air mentah
(raw water) yang memenuhi syarat ditentukan dari target mutu air yang akan

27
dihasilkan. Demikian pula mutu air menentukan peralatan yang diperlukan
untuk pengolahan air tersebut. Purified water system terdiri dari : Multimedia
filter, Carbon filter, Water softener, Heat Exchanger (HE), Micro filter, Ultra
filtration (R.O = Reverse Osmosis) dan Electro Chemical Deionization (EDI)
(Fatmawaty, 2014).
Multimedia filter, berfungsi untuk menghilangkan lumpur, endapan dan
partikel-partikel yang terdapat pada raw water. Multimedia filter terdiri dari
beberapa filter dengan porositas 6-12 mm; 2,4 – 4,8 mm; 1,2-2,4 mm; dan 0,6-
1,2 mm. Filter-filter ini tersusun dalam satu vessel (tabung) dengan bagian
bawah tabung diberikan gravel atau pasir sebagai alas vessel (sehingga sering
juga disebut dengan sand filter).

Gambar 7. Carbon filter (Handoyo, 2011)


Active Carbon filter, carbon aktif adalah karbon yang telah diaktifkan
dengan menggunakan uap bertekanan tinggi atau karbon dioksida (CO2) yang
berasal dari bahan yang memiliki daya adsorbsi yang sangat tinggi. Biasanya
digunakan dalam bentuk granular (butiran). Active carbon berfungsi sebagai
pretreatment sebelum proses deionisasi untuk menghilangkan chlorine,
chloramine, benzene, pestisida, bahan-bahan organik, warna, bau dan rasa
dalam air.

Gambar 8. Resin ion exchanger (Handoyo, 2011)

28
Water Softener Filter, berisi resin anionik yang berfungsi untuk
menghilangkan dan/atau menurunkan kesadahan air dengan cara mengikat ion
Ca2+ dan Mg2+ yang menyebabkan tingginya tingkat kesadahan air.
Untuk melewati reverse osmosis, water sistem harus dilengkapi dengan
heat exchanger berupa pompa bertekanan tinggi yang berguna untuk
memudahkan air masuk ke reverse osmosis. Reverse Osmosis, merupakan
teknik pembuatan air murni (purified water) yang dapat menurunkan hingga
95% Total Dissolve Solids (TDS) di dalam air. Reverse osmosis terdiri dari
lapisan filter yang sangat halus (hingga 0,0001 mikron).

Gambar 9. Reverse Osmosis (Handoyo, 2011)


EDI (Electro Chemical Deionization), merupakan perkembangan dari Ion
Exchange system dimana sebagai pengikat ion (+/ kation) dan (-/anion) dipakai
juga elektroda disamping resin. Elektroda ini dihubungkan dengan arus listrik
searah sehingga proses pemurnian air dapat berlangsung terus menerus tanpa
perlu regenerasi. Setelah melewati EDI, selanjutnya purified water yang
dihasilkan ditampung dalam tanki penampungan (storage tank) yang
dilengkapi dengan CIP (cleaning in place) dan looping system dan siap
didistribusikan ke ruang produksi.
Looping system dimaksudkan agar air untuk proses produksi bersirkulasi
selama 24 jam, tujuannya agar tidak memungkinkan air tinggal dalam pipa
sehingga memungkinkan munculnya mikroorganisme. Pada sistem ini juga
dilengkapi dengan TOC (Total Organic Carbon) monitor untuk memantau
jumlah senyawa karbon yang terdapat dalam air.

29
Gambar 10. Skema Pengolahan Air (Priyambodo, 2014)

 Water for Injection (WFI) system


Untuk menghasilkan Water For Injection selanjutnya dari purified water
dilakukan destilasi. Sebelum destilasi terlebih dahulu, air melalui lampu UV
untuk membunuh bakteri. Sesuai persyaratan CPOB terkini proses destilasi
menggunakan 6 kolom destilasi (Fatmawaty, 2014).
Proses destilasi berlangsung dengan cara air dipanaskan terlebih dahulu
kemudian embun dari air ini masuk ke kondensor. Dari kondensor air
didinginkan kembali, kmudian embun–embun ini melewati kolom destilasi
kedua. Proses ini berlangsung hingga ke kolom ke enam destilasi yang berguna
untuk mencegah kontaminasi mikroorganisme dan endotoksin. Destilasi seperti
inilah yang memenuhi persyaratan water for injection.
Air untuk injeksi yang dihasilkan disimpan dalam tangki penyimpanan
pada suhu 70 - 80°C sebelum didistribusi untuk produksi. Tangki penyimpanan
dilengkapi dengan sistem sirkulasi atau loop system sehingga mencegah
pertumbuhan mikroorganisme. Jika tidak menggunakan loop sistem, sebaiknya
air harus ditampung segar dan penyimpanan tidak lebih dari 24 jam serta
tervalidasi. Alat perekam hendaklah digunakan untuk memantau suhu
penyimpanan air.

30
III.2.4 Sistem Penyimpanan dan Distribusi Air
Sistem penyimpanan dan distribusi merupakan salah satu bagian penting
dari seluruh sistem, dan harus dirancang terintegrasi sepenuhnya dengan
komponen sistem pemurnian air. Sistem penyimpanan dan distribusi harus
dikonfigurasikan untuk mencegah kontaminasi berulang terhadap air setelah
pengolahan. Konfigurasi ini harus menerapkan kombinasi pemantauan online dan
offline untuk menjamin spesifikasi air yang tepat dipertahankan. Selanjutnya,
setelah air dimurnikan dengan menggunakan metode yang sesuai, dapat
digunakan secara langsung atau lebih sering, disalurkan ke dalam tangki
penyimpanan untuk didistribusikan ke titik pengguna.
III.3 Inspeksi Sistem Pengolahan Air
Sistem pengolahan air merupakan salah satu sarana penunjang kritis,
sehingga senantiasa menjadi “subyek” inspeksi oleh Badan POM. Berikut adalah
acuan yang dapat digunakan mengenai apa saja yang perlu disiapkan dalam
pelaksanaan inspeksi atau audit mutu (Priyambodo, 2014) :
a. Gambar sistem pengolahan air terakhir yang menunjukan semua peralatan
dalam sistem denganpenandaan fungsi alat mulai dari awall inlet sampai titik
pengguna lengkap dengan titik pengambilan sampel;
b. Gambar pemipaan yang disetujui (misal, ortografis dan/ atau isometris);
c. Pola pengambilan sampel dan pemantauan dilengkapi gambar semua titik
sampel;
d. Program pelatihan untuk pengambilan dan pengujian sampel;
e. Penetapan batas waspada dan batas bertindak untuk pemantauan;
f. Pemantauan hasil dan evaluasi tren;
g. Pemeriksaan terhadap kajian sistem tahunan yang terakhir;
h. Pengkajian perubahan terhadap sistem sejak inspeksi terakhir dan pemeriksaan
apakah pengendalian perubahan telah diimplementasikan;
i. Pengkajian terhadap penyimpangan yang tercatat dan investigasinya;
j. lnspeksi umum terhadap status dan kondisi sistem;
k. Pengkajian catatan perawatan, kegagalan dan perbaikan; dan
l. Pemeriksaan kalibrasi dan standardisasi instrumen kritis.

31
BAB IV
PEMBAHASAN

Sumber air (raw water) yang digunakan oleh PT. Phapros, Tbk. berasal
dari air tanah dalam atau air artesis (deep well) yang memiliki tingkat kesadahan
(hardness) yang cukup tinggi (20-25°dH). Air yang digunakan untuk proses
produksi harus memenuhi persyaratan tingkat kesadahan air rendah, sehingga
dilakukan proses pretreatment yang bertujuan untuk menurunkan kesadahan air
menjadi 0°dH (softened water). Adapun proses pengolahan air di PT. Phapros,
Tbk telah sesuai dengan pedoman CPOB dan memenuhi persyaratan farmakope
untuk sediaan steril.
Sebelum memasuki tempat penampungan (storage tank), raw water
diinjeksi dengan chlorine yang bertujuan membunuh bakteri. Selanjutnya, air
tersebut dialirkan menuju bak penampungan dengan gaya gravitasi air mengalir
dan disaring oleh saringan pasir (sand filter) yang bertujuan untuk menghilangkan
partikel besar beserta kotoran lainnya sehingga dihasilkan raw water yang jernih.
Kemudian, air tersebut dialirkan ke karbon filter yang berfungsi untuk menyaring
dan menghilangkan bau, warna dan rasa sehingga diperoleh potable water yang
berguna sebagai bahan baku pembuatan purified water sekaligus digunakan untuk
proses non produksi.
Untuk menghasilkan purified water, potable water dialirkan ke tabung
yang berisi resin kation yang berfungsi untuk mengikat senyawa atau molekul
yang bermuatan negatif, lalu diteruskan kedalam kolom water softener filter yang
berisi resin anionik, berfungsi mengikat kation Ca2+ dan Mg2+ sehingga dihasilkan
softened water. Sebelum memasuki catridge filter berukuran 5 μm, softened water
diinjeksi dengan natrium metabisulfit untuk menetralisir kandungan klorin, sebab
klorin dapat menyebabkan kerusakan membran RO (reverse osmosis). Air yang
telah dinetralisir tersebut dilewatkan kedalam membran RO1 (terdiri dari lapisan
filter yang sangat halus hingga 0,01 μm) dan ditampung kedalam Break tank
sebagai feedwater osmotron (RO2). Osmotron menghasilkan purified water
dengan proses softening, RO dan mengalami proses electro-deionization (EDI).

32
Selanjutnya, air tersebut dilewatkan pada UV sterilization sehingga diperoleh
purified water. Purified water yang dihasilkan, ditampung dalam purified water
tank dan dilakukan sirkulasi kontinyu selama 24 jam menggunakan loop system.
Purified water yang diperoleh, digunakan dalam proses produksi non steril dan
sebagai bahan baku pembuatan air untuk injeksi (WFI).
Untuk menghasilkan water for injection (WFI), purified water sebelum
dilakukan destilasi terlebih dahulu air melalui lampu UV yang berguna untuk
membunuh mikroorganisme, selanjutnya air tersebut didestilasi menggunakan alat
Finn Aqua 75 (kecepatan 75 L/jam) dan mengalami destilasi 4 tingkat. Air yang
masuk diuapkan kemudian dikondensasikan dan dipanaskan lagi pada kolom
berikutnya. Proses tersebut diulang sebanyak 4 kali dan menghasilkan water for
injection yang disalurkan ke masing-masing ruangan, digunakan untuk produksi
produk steril karena bebas mikroorganisme dan pirogen.

Gambar 11. Skema proses purified water untuk produksi (Arianto, 2014)

33
Berdasarkan pedoman CPOB, air yang digunakan untuk formulasi
hendaklah diperlakukan sebagai “bahan awal / raw material”, sehingga
memerlukan persetujuan dan izin release oleh bagian pengawasan mutu (QC).
Berikut ini merupakan parameter uji kualitas yang dilakukan oleh pengawasan
mutu (quality control).
1. Pemerian air berupa larutan jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak
berbau.
2. Pemeriksaan pH (pada suhu 25°C) dengan syarat yang dapat diterima pada
rentan 5 hingga 7.
3. Konduktivitas
Konduktivitas yang dipersyaratkan untuk semua grade air ialah ≤ 1,3 μS/cm.
Konduktivitas adalah ukuran dari kemampuan air untuk menghantarkan listrik,
dapat diukur menggunakan konduktometer. Nilai konduktivitas berhubungan
erat dengan nilai TDS (Total Dissolved Solid) yang biasanya disebabkan oleh
bahan anorganik berupa ion kation dan anion di dalam air. Jika total padatan
terlarut bertambah maka kesadahan air akan meningkat (Nicola, 2015).
Karakteristik dari air murni ialah memiliki nilai konduktivitas yang sangat
rendah (Irwan, 2016).
4. Klorida, sulfat, dan ammonium
Kadar klorida (Cl-), sulfat (SO42-) dan ammonium yang dipersyaratkan untuk
potable water adalah ≤ 250 mg/mL, ≤ 400 mg/mL, tidak tercantum pada
literatur. Sedangkan untuk purified water adalah ≤ 0,05 mg/mL, tidak terjadi
kekeruhan dan ≤ 0,2 mg/mL.
Kesadahan air dapat disebabkan oleh adanya ion kalsium, magnesium, logam
maupun garam bikarbonat dan sulfat. Air sadah yang mengandung anion selain
ion bikarbonat, misalnya ion Cl- dan SO42- disebut sebagai air sadah tetap
kerena kesadahannya tidak bisa dihilangkan hanya dengan pemanasan
(Marsidi, 2001).
5. Kalsium dan Magnesium
Kadar kalsium (Ca2+) dan magnesium (Mg2+) yang dipersyaratkan untuk
purified water adalah ≤ 1,0 mg/mL.

34
Bagi industri, air yang mengandung unsur kalsium dan magnesium cenderung
mengendap pada permukaan pipa dan dinding peralatan sistem pemanasan.
Mengakibatkan terhambatnya aliran air di dalam pipa dan dapat menghambat
proses pemanasan, sehingga menyebabkan kerusakan pada peralatan industri
(Marsidi, 2001).
6. Nitrat dan Nitrit
Kadar nitrat yang dipersyaratkan untuk potable water dan purified water
adalah ≤ 10 mg/L dan ≤ 0,2 mg/L. Sedangkan kadar nitrit yang dipersyaratkan
untuk potable water dan purified water adalah ≤ 1,0 mg/L dan ≤ 0,2 mg/L.
Nitrat (NO3-) dan nitrit (NO2-) adalah ion-ion anorganik alami yang merupakan
bagian dari siklus nitrogen. Senyawa nitrogen (nitrit, nitrat dan amonia) di
dalam air secara alami berasal dari metabolisme organisme dan dekomposisi
bahan-bahan organik oleh bakteri. Dalam air bawah tanah dan air yang terdapat
di permukaan, nitrat menjadi senyawa yang paling sering ditemukan sebab
nitrit dapat dengan mudah dioksidasikan menjadi nitrat (Setiowati, 2016).
Nitrit sangat berbahaya untuk tubuh karena dapat menyebabkan
methemoglobin yaitu keadaan dimana nitrit akan mengikat Hb dan
menghalangi ikatan Hb dengan oksigen sehingga oksigen berkurang dalam
darah (Sukar, 1991).
7. CO2
Persyaratan untuk purified water adalah campuran tetap jernih.
CO2 (karbon dioksida) dalam air dapat mempengaruhi hasil pengukuran TOC
(Total Organic Carbon) yang digunakan sebagai salah satu indikator kualitas
air atau kebersihan peralatan pabrik farmasi. Analisis pengukuran karbon
adalah untuk mengukur TOC serta karbon anorganik (CO2), menggunakan alat
TOC analyzer. Terdapat korelasi antara konsentrasi TOC dengan tingkat
endotoksin dan mikroba. Mempertahankan tingkat TOC rendah (< 500 ppb)
dapat membantu untuk mengontrol tingkat endotoksin dan mikroba (Anonim,
2009).
8. Logam berat seperti Timbal (Pb)
Persyaratan untuk purified water adalah ≤ 0,1 mg/mL.

35
Timbal (Pb) merupakan salah satu logam berat yang tidak mempunyai fungsi
biologis dan sangat berbahaya karena dapat meracuni lingkungan dan
mempunyai dampak pada seluruh sistem di dalam tubuh (Sarjono, 2009).
9. Mikroba dan Endotoksin
Batas miroba yang dipersyaratkan untuk purified water adalah < 100 cfu/mL
dan untuk water for injection adalah < 10 cfu/mL dengan batas kandungan
endotoksin adalah < 0,25 Eu/mL.

Instalasi pengolahan dan sistem distribusi air didesain, dikonstruksi dan


dirawat untuk menjamin agar air yang dihasilkan memenuhi persyaratan mutu
yang sesuai. Validasi dan perawatan terencana dilakukan terhadap semua
peralatan seperti sterilisator, sistem penanganan dan penyaringan udara, ventilasi
udara dan filter gas serta sistem pengolahan, penyimpanan dan pendistribusian air
yang dilakukan minimal 2 kali dalam setahun. Validasi dan pengujian dilakukan
oleh bagian pengawasan mutu (Quality Control) berdasarkan spesifikasi yang
telah ditentukan.
Dalam proses pengolahan air digunakan metode pemurnian dari potable
water yang merupakan raw water yang telah mengalami pretreatment hingga siap
untuk diolah sebagai air untuk produksi. Potable water juga merupakan sumber
minimum air yang digunakan baik untuk pembuatan purified water maupun water
for injection (Priyambodo, 2014). Namun, pada proses produksi steril di PT.
Phapros, Tbk digunakan purified water sebagai minimum feed quality source
dalam pembuatan water for injection yang digunakan untuk keseluruhan proses
produksi sediaan steril.

36
BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pelaksanaan Praktik Kerja Profesi Farmasi Industri
yang dilakukan terhadap Sistem Pengolahan Air pada PT. Phapros, Tbk. maka
dapat disimpulkan bahwa sistem pengolahan air di PT. Phapros, Tbk telah
memenuhi ketentuan CPOB, dimana air yang digunakan untuk proses produksi
sediaan steril adalah water for injection (WFI) sedangkan untuk produksi non
steril digunakan purified water dengan sumber air yang berasal dari air tanah
dalam yang diolah dan dipantau sesuai pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik
(CPOB 2012).
V.2 Saran
Diharapkan agar kedepannya PT Phapros, Tbk. dapat menyiapkan tenaga
pendamping dalam jumlah yang memadai dan waktu kunjungan yang lebih
panjang agar mahasiswa mendapatkan kesempatan belajar lebih baik.

37
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2017. PT Phapros, Tbk : Tentang Kami, Sekilas Phapros. Dikutip dari
http://www.phapros.co.id/id/about_us/brief-of-phapros/history-of-phapros
diaskes pada tanggal 21 september 2017.

Anonim, 2015. PT. Kimia Farma (persero), Tbk : Profil Kimia Farma. Dikutip
dari http://www.kimiafarma.co.id/profil/visi-misi.html diakses pada tanggal
22 september 2017.

Anonim, 2009. Total Organic Carbon (TOC). Dikutip dari


https://edrushimawan.wordpress.com/2009/10/13/total-organic-carbon/
diakses pada tanggal 19 oktober 2017.

Arianto, N.P., 2014. Laporan Sistem Instalasi Power Supply Pada PHB Utama
Utulity PT. Phapros, Tbk. Universitas Negeri Semarang. Semarang.
https://www.academia.edu/9545349/Laporan_PKL_PT._Phapros_Tbk._

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2012. Peraturan Kepala
Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor
HK.03.1.33.12.12.8195 tahun 2012 tentang Penerapan Pedoman Cara
Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta.

European Pharmacopeia, 2013. Water for Pharmaceutical Use. Published by The


Directorate for The Quality of Medicines & Healthcare of The Council of
Europe. France. P. 71, 534.

Fatmawaty, A., 2014. Farmasi Industri. Universitas Hasanuddin. Makassar. Hal.


442-457

Handoyo, G., 2011. Proses Pengolahan Air Industri Farmasi. Universitas Jayabaya

Irwan, F., dan Afdal, 2016. Analisis Hubungan Konduktivitas Listrik dengan
Total Dissolved Solid (TDS) dan Temperatur pada Beberapa Jenis Air.
Jurnal Fisika Unand, 5 (1) : 85-93.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010. Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri
Farmasi. Jakarta.

Kimia Farma, 2014. Laporan Tahunan 2014 PT. Kimia Farma (Persero) Tbk ;
Bidang dan kegiatan usaha, jenis produk. Jakarta. Hal. 33-40.

Marsidi, R., 2001. Zeolit untuk Mengurangi Kesadahan Air. Jurnal Teknologi
Lingkungan, 2 (1) : 1-10.

38
Nicola, F., 2015. Hubungan antara konduktivitas, TDS (Total Dissolved Solid),
dan TSS (Total Suspended Solid) Dengan Kadar Fe2+ dan Fe Total Pada Air
Sumur Gali. Skripsi. Universitas Jember.

Priyambodo, B., 2014. Sistem Pengolahan Air (SPA). Dikutip dari


https://priyambodo1971.wordpress.com/cpob/sarana-penunjang-kritis-
industri-farmasi/sistem-pengolahan-air-spa/ diakses pada tanggal 22
september 2017.

Rahayu, A., 2014. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Kalbe Farma,
Tbk. Universitas Indonesia. Jakarta.

Sarjono, A., 2009. Analisis Kandungan Logam Berat Pb pada Air dan Sedimen di
Perairan Muara Sungai Cisadane. Jurnal Makara Sains, 10 (1) : 35-40.

Setiowati, R., dan Wahyuni, E.T., 2016. Monitoring Kadar Nitrit dan Nitrat pada
Air Sumur di Daerah Catur Tunggal Yogyakarta dengan Metode
Spektrofotomeri UV-VIS. Jurnal manusia dan lingkungan, 23 (2) : 143-148.
Dikutip dari https://jurnal.ugm.ac.id/JML/article/view/18784/12115 diakses
pada tanggal 19 oktober 2017.

Sukar,. Tugaswati, A.T., dan Inswiasri, 1991. Evaluasi Pencemaran Nitrat-Nitrit


Pada Air Minum PDAM di DKI Jakarta, 19 (2) : 31-36.

USP, 2014. Water for Pharmaceutical Purposes. Dikutip dari


https://hmc.usp.org/sites/default/files/documents/HMC/GCs-Pdfs/c1231.pdf
diakses pada tanggal 26 september 2017.

39
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER


FARMASI INDUSTRI

PT. PHAPROS, Tbk SEMARANG


PT. KIMIA FARMA (Persero) Tbk PLANT BANDUNG

Sistem Pengolahan Air


Di PT. Phapros, Tbk Semarang

OLEH :

NUR ALIFAH K
N211 16 873

Mengetahui, Menyetujui,

Koordinator PKPA Farmasi Industri Pembimbing PKPA Farmasi Industri


Program Pendidikan Profesi Apoteker Program Pendidikan Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin

Dra. Hj. Aisyah Fatmawaty, M.Si., Apt. Dr. Risfah Yulianty, M.Si., Apt.
NIP. 19541117 198301 2 001 NIP. 19780716 200312 2 001

Makassar , November 2017

ii
NILAI INTI PERUSAHAAN
Nilai Inti
Kami memiliki SPIRIT sebagai nilai inti perusahaan yang diartikan sebagai:
Strive for Excellence
Professional
Integrity
Respect to Customers
Innovative
Teamwork
LOGO PERUSAHAAN
Pada tahun 2004, Phapros menguak cakrawala baru. Bertepatan dengan Ulang
Tahun Emas, Phapros meluncurkan identitas baru, yang akan mengantarkan
Phapros menuju masa depan cerah di paruh kedua satu abad usianya. Logo
Phapros yang lebih dinamis ini, menegaskan falsafah bisnis yang telah
menjadikan Phapros berkembang dari sebuah pabrik farmasi kecil di daerah
menjadi salah satu perusahaan nasional terkemuka, dengan:
1. Tiga lingkaran mewakili stakeholder utama perusahaan; pelanggan,
pemegang saham dan karyawan. Tiga lingkaran ini melambangkan pula
betapa Phapros didukung tiga stakeholder tersebut dan keberadaan Phapros
adalah untuk meningkatkan nilai ketiganya, guna melaju bersama
menyongsong masa depan. Selain itu, ketiga lingkaran yang melayang juga
melambangkan benih ide baru, dan bayangan yang ada melambangkan
landasan yang kokoh.
Kedekatan jarak antar lingkaran melambangkan nilai-nilai kekeluargaan yang
menunjukkan karakter kuat yang dimiliki insan Phapros, sejak awal
berdirinya sampai jauh ke depan.
2. Warna biru melambangkan inovasi, pertumbuhan, kesungguhan dan kearifan.
Gradasi warna merah - kuning melambangkan keberanian dan kedinamisan
organisasi Phapros.
3. Penggunaan tipografi yang sederhana melambangkan kejujuran tanpa
meninggalkan citra Phapros yang kokoh. Bentuk tulisan miring dan huruf

iii
kecil melambangkan organisasi yang modern dan dinamis, yang terus
bergerak maju dengan pikiran terbuka, tanpa melupakan harmoni dan
keseimbangan. Gabungan antara tipografi dan lingkaran pada huruf "o"
melambangkan kesatuan yang erat dalam organisasi.

Pembahasan
dilewatkan membrane RO1 untuk menghasilkan permeate yang akan ditampung
ke dalam Breaktank sebagai feedwater Osmotron (RO2). Osmotron menghasilkan
purifiedwater dengan proses softening, RO dan Electro- Deionization (EDI)

Nitrit dan nitrat ada di dalam air sebagai hasil dari oksidasi. Nitrit
merupakan hasil oksidasi dari ammonia dengan bantuan bakteri
Nitrisomonas dan Nitrat hasil dari oksidasi Nitrit dengan bantuan bakteri
Nitrobacter. Keduanya selalu ada dalam konsentrasi yang rendah karena
tidak stabil akibat proses oksidasi dan sangat tergantung pada
keberadaan bahan yang dioksidasi dan bakteri. Kedua bakteri tersebut
akan optimal melakukan proses nitrifikasi pada pH 7.0-7.3

Pembentukan nitrit dan nitrat pada siklus nitrogen terjadi melalui proses fiksasi
nitrogen oleh bakteri Rhizobium, nitrifikasi dan denitrifikasi oleh bakteri
Pseudomonas denitrifican. Nitritifikasi melibatkan dua proses yaitu nitritasi oleh
bakteri Nitrosomonas dan nitratasi oleh bakteri Nitrobacter. Pada kondisi anaerob,
nitrat adalah bentuk nitrogen yang cukup stabil tetapi dapat direduksi menjadi
nitrit melalui proses nitratasi (Setiowati, 2016).

Kemampuan air untuk menghantarkan arus listrik yang dinyatakan dalam Umhos/cm (Us/Cm)

TOC adalah jumlah karbon yang terikat dalam suatu senyawa organik dan
digunakan sebagai

Produk β-laktam yang diproduksi di PT. Phapros, Tbk adalah penicillin namun
saat ini sedang diusahakan untuk memproduksi golongan cefalosporin.

Kualifikasi mesin, peralatan produksi dan sarana penunjang merupakan tahap


pertama dalam pelaksanaan validasi di industri farmasi. Kualifikasi adalah suatu
kegiatan yang didokumentasikan, merupakan tindakan pembuktian secara tertulis
berdasarkan data-data yang ada yang menunjukkan bahwa peralatan, fasilitas,
sistem penunjang dan sistem komputerisasi yang digunakan dalam suatu proses
akan selalu memberikan hasil yang memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan

iv
dan secara konsisten menghasilkan produk dengan standar mutu yang telah
ditetapkan (CPOB, 2012).

Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi dan
pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB. Penyelenggaraan
audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri. Audit mutu meliputi
pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem manajemen mutu
dengan tujuan spesifik untuk meningkatkannya (CPOB, 2012).

Adapun produk yang diproduksi yaitu Produk Non β-Laktam (tablet, tablet salut,
serbuk oral, suspensi/sirup), Produk Hormon Kontrasepsi (tablet dan tablet salut),
AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim), Produk Herbal (tablet dan sirup)

III.4 Kualifikasi Sistem Pengolahan Air


Sistem Pengolahan Air merupakan sistem kritis yang berdampak
langsung terhadap mutu, sehingga parameter mutu kritis harus dikualifikasi.
Kualifikasi yang dilakukan harus mengikuti kaidah validasi yang meliputi
kualifikasi desain (KD), kualfikasi instalasi (KI), kualifikasi operasional (KO) dan
kualifikasi kinerja (KK) sesuai dengan Pedoman CPOB. Kualifikasi desain,
instalasi dan operasional sangat tergantung dari masing-masing sistem yang
diinstall oleh masing-masing industri farmasi, sehingga Juknis (petunjuk teknis)
CPOB tidak memberikan guideline yang spesifik. Juknis CPOB (dan juga POPP
CPOB) hanya memberikan guideline mengenai pelaksanaan KK (kualifikasi
kinerja) dengan pendekatan 3 fase, yaitu fase 1, fase 2 dan fase 3.
Tabel 6. Rencana pelaksanaan kualifikasi kinerja (Juknis, 2013)
Frekuensi
Fase validasi Durasi Keterangan
Pengambilan sampel
 Pada fase ini air belum boleh di
gunakan untuk produksi
 Parameter pengujian kimia dan
mikrobiologi
Tiap hari di tiap titik
Fase 1 Minimal 2-4 minggu  Tujuan :
pemantauan
 Menetapkan parameter sistem
pengolahan air termaksud titik
pengambilan sampel
 Menetapkan prosedur

v
pengoperasian , pembersihan ,
sanitasi dan perawatan
 Menetapkan batas waktu
waspada dan batas tindakan
 Pada fase air , air yang boleh
digunakan bila memenuhi
spesifikasi yang di tetapkan
 Parameter pengujian kimia dan
Tiap hari di tiap titik
Fase 2 Minimal 2-4 Minggu mikrobiologi
Pemantauan
 Tujuan :
 Memverifikasi parameter
operasional yang ditetapkan
pada fase 1
 Pada fase ini , air boleh
digunakan bila memenuhi
Tiap hari dan dalam spesifikasi yang di tetapkan .
seminggu secara bergilir  Parameter pengujian kimia dan
harus mencakup semua mikrobiologi
Fase 3 Minimal 52 minggu
titik pemantauan. Titik  Tujuan :
pemantauan pada fase 1  Memastikan konsistensi kinerja
dan fase 2 selama 1 tahun yang mencakup
variasi karena pergantian
musim

vi

Anda mungkin juga menyukai