Anda di halaman 1dari 6

Jadi nanti sudah ada langsung harga dan spesipikasinya.

Tinggal pilih saja, kata Ketua Balai


LPSE Provinsi Jabar, Ika Mardiah, usai Seminar Pencegahan KKN, Satu Dasawarsa Koran
Medikom, di Hotel Poster Bandung, Selasa (18/12).
Alasan penggunaan sistem e-Katalog untuk pengadaan Alkes dan obat-obatan tersebut,
karena harga untuk kedua jenis barang tersebut sudah pasti. Selain itu faktor lainnya sebagai
upaya efisiensi dan mencegah terjadinya praktik korupsi, terlebih alkes dan obat-obatan
tersebut sudah jelas tanpa harus melalui proses tender.
Kalau ditenderkan, alkes dan obat-obatan itu malah rawan mark up. Nah dengan e-Katalog
sudah pasti dan bisa mencegah kongkalingkong, jelasnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, dengan adanya sistem e-Katalog itu produsen alkes dan obatobatan bisa melakukan kontrak payung dengan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
Pemeritntah (LKPP). Dengan kata lain melalui proses tersebut LKPP bisa memaparkan alkes
dan obat-obatan itu di websitenya (Inaproc) dan memungkinkan peminat untuk langsung
melihat bahkan transaksi.
Sementara itu, Wakil Koordinator Indonesia Corruption Watch (ICW) Sely Martina,
menyambut baik ditetapkannya pengadaan alkes dan obat-obatan menggunakan e-Katalog.
Ini cara yang baik ya. Saya berharap bisa mengurangi praktik korupsi. Kalau menurut saya
sangat bagus, pungkasnya. (NOER)
Pada hari Jumat (28/3) Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Ditjen Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan menggelar acara Sosialisasi Penerapan Katalog Obat Tahun
2014 Bagi Industri Farmasi dan Pedagang Besar Farmasi, bertempat di Aula Siwabessy
Gedung Kementerian Kesehatan.
Dalam sambutannya Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra. Maura
Linda Sitanggang, Apt., Ph.D menyatakan bahwa pengadaan obat melalui e-catalogue yang
merupakan kerjasama antara Kementerian Kesehatan dan LKPP telah mulai ditayangkan
pada hari Minggu (16/3) dan sampai dengan hari ini (28/3) sejumlah 336 sediaan telah dapat
kita lihat di website LKPP, selanjutnya akan bertambah terus untuk sediaan yang telah selesai
prosesnya.
Proses e-catalogue ini terus bergulir, dan sesuai laporan yang saya terima, bahwa pada hari
Selasa yang lalu telah dilakukan proses negosiasi dan telah siap untuk ditayangkan sejumlah
133 sediaan. Sementara paket IV dan V sejumlah 303 sediaan saya harapkan pada minggu
depan sudah mulai berproses tahapan lelang sehingga pada awal bulan Mei 2014 sudah dapat
ditayangkan demikian ungkap Ibu Dirjen.
Dengan telah ditayangkan e-catalogue tahun 2014 ini, seluruh Satuan Kerja Kesehatan baik
Pusat maupun Daerah dan fasilitas kesehatan tingkat pertama maupun fasilitas kesehatan
rujukan tingkat lanjutan sudah dapat melakukan pengadaan obat, baik untuk Program
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) maupun program kesehatan lainnya.

Dan untuk menunjang penerapan e-catalogue, akan diterbitkan Surat Edaran Menteri
Kesehatan tentang Pengadaan Obat Berdasarkan Katalog Elektronik (e-catalogue) dan
Peraturan Menteri Kesehatan tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Obat berdasarkan ecatalogue.
Pada acara pertemuan ini disampaikan substansi kedua hal tersebut untuk mendapatkan
masukan terutama terkait Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Obat berdasarkan e-catalogue.

Pengadaan obat berdasar e-catalogue telah memasuki tahun kedua, dengan segala
keterbatasan dan permasalahan pada pelaksanaan tahun pertama, saya harapkan pelaksanaan
pada tahun 2014 sudah lebih baik lagi sehingga ketersediaan obat terutama dalam
pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional tidak menjadi masalah yang bermakna pungkas
Ibu Dirjen.
Acara Sosialisasi Penerapan Katalog Obat Tahun 2014 Bagi Industri Farmasi dan Pedagang
Besar Farmasi ini terselenggara dengan kerjasama Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang
dan Jasa Pemerintah (LKPP) dan dihadiri oleh perwakilan dari GP Farmasi, Industri Farmasi
serta Pedagang Besar Farmasi (PBF).
Baca juga

Mencerdaskan Masyarakat dalam Penggunaan Obat melalui Metode Cara Belajar


Insan Aktif (CBIA)

Pabrik Obat Onkologi PT. Kalbe Farma

Sosialisasi Skema Akreditasi Sistem Manajemen Mutu Alat Kesehatan

Obat Generik

WHO Good Storage Practice


Berita Lainnya
Pada hari Jumat (28/3) Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Ditjen Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan menggelar acara Sosialisasi Penerapan Katalog Obat Tahun

2014 Bagi Industri Farmasi dan Pedagang Besar Farmasi, bertempat di Aula Siwabessy
Gedung Kementerian Kesehatan.
Dalam sambutannya Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra. Maura
Linda Sitanggang, Apt., Ph.D menyatakan bahwa pengadaan obat melalui e-catalogue yang
merupakan kerjasama antara Kementerian Kesehatan dan LKPP telah mulai ditayangkan
pada hari Minggu (16/3) dan sampai dengan hari ini (28/3) sejumlah 336 sediaan telah dapat
kita lihat di website LKPP, selanjutnya akan bertambah terus untuk sediaan yang telah selesai
prosesnya.
Proses e-catalogue ini terus bergulir, dan sesuai laporan yang saya terima, bahwa pada hari
Selasa yang lalu telah dilakukan proses negosiasi dan telah siap untuk ditayangkan sejumlah
133 sediaan. Sementara paket IV dan V sejumlah 303 sediaan saya harapkan pada minggu
depan sudah mulai berproses tahapan lelang sehingga pada awal bulan Mei 2014 sudah dapat
ditayangkan demikian ungkap Ibu Dirjen.
Dengan telah ditayangkan e-catalogue tahun 2014 ini, seluruh Satuan Kerja Kesehatan baik
Pusat maupun Daerah dan fasilitas kesehatan tingkat pertama maupun fasilitas kesehatan
rujukan tingkat lanjutan sudah dapat melakukan pengadaan obat, baik untuk Program
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) maupun program kesehatan lainnya.
Dan untuk menunjang penerapan e-catalogue, akan diterbitkan Surat Edaran Menteri
Kesehatan tentang Pengadaan Obat Berdasarkan Katalog Elektronik (e-catalogue) dan
Peraturan Menteri Kesehatan tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Obat berdasarkan ecatalogue.
Pada acara pertemuan ini disampaikan substansi kedua hal tersebut untuk mendapatkan
masukan terutama terkait Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Obat berdasarkan e-catalogue.

Pengadaan obat berdasar e-catalogue telah memasuki tahun kedua, dengan segala
keterbatasan dan permasalahan pada pelaksanaan tahun pertama, saya harapkan pelaksanaan
pada tahun 2014 sudah lebih baik lagi sehingga ketersediaan obat terutama dalam
pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional tidak menjadi masalah yang bermakna pungkas
Ibu Dirjen.
Acara Sosialisasi Penerapan Katalog Obat Tahun 2014 Bagi Industri Farmasi dan Pedagang
Besar Farmasi ini terselenggara dengan kerjasama Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang
dan Jasa Pemerintah (LKPP) dan dihadiri oleh perwakilan dari GP Farmasi, Industri Farmasi
serta Pedagang Besar Farmasi (PBF).

Baca juga

Mencerdaskan Masyarakat dalam Penggunaan Obat melalui Metode Cara Belajar


Insan Aktif (CBIA)

Pabrik Obat Onkologi PT. Kalbe Farma

Sosialisasi Skema Akreditasi Sistem Manajemen Mutu Alat Kesehatan

Obat Generik

WHO Good Storage Practice


Berita Lainnya
INILAH, Bandung - Balai Layanan Pengadaan Barang/Jasa Secara
elektronik (LPSE) Jawa Barat mengatakan pengadaaan alat kesehatan
dan obat-obat akan dilakukan secara katalog elektronik atau e-katalog
tanpa melalui proses tender/lelang pada 2013 mendatang. Cara itu
dilakukan sebagai upaya meminimalisir aksi korupsi.
"Jadi mulai tahun depan, untuk alkes (alat kesehatan) dan obat-obat akan pakai
e-katalog. Seperti kendaraan bermotor, jadi tidak dilelangkan, tapi langsung
dipilih," ujar Ketua Balai LPSE Provinsi Jawa Barat, Ika Mardiah di Hotel Poster,
Jalan PHH Mustofa (Suci) Kota Bandung, Selasa (18/12/2012).
Pihaknya beralasan, penggunaan sistem e-katalog bertujuan memudahkan
perusahaan pengadaan barang dan jasa. Pasalnya, harga jenis barang tersebut
sudah lebih bisa dipastikan.
"Kenapa alkes dan obat-obatan menggunakan e-katalog karena harga barangbarang dua jenis itu sudah pasti harganya," tambahnya.
Selain itu, kata Ika, pengadaan alkes dan obat-obatan menggunakan sistem ekatalog dinilai lebih efisien. Cara tersebut dinilai bisa mencegah terjadi praktik
tindak pidana korupsi.
"Pengadaannya tanpa ditenderkan sehingga lebih efisiensi dan mencegah
kongkalingkong juga," jelasnya.
Dengan adanya sistem e-katalog tersebut, produsen alat kesehatan dan obatobatan bisa melakukan kontrak payung dengan Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah (LKPP). Kalau sudah ada kontrak payung maka LKPP
akan memaparkan alat kesehatan dan obat-batan pad website resminya.
"Nanti akan terlihat di web, di bagian inaproc-nya," bebernya.

Sementara itu, Wakil Koordinator Indonesia Corruption Watch (ICW), Sely Martina
mengaku, pihaknya menyambut baik dengan ditetapkan pengadaan alat
kesehatan dan obat-obatan menggunakan e-katalog. Diharapkan cara itu akan
mengurangi aksi korupsi.

Mungkin, tahun 2012 adalah kali terakhir para distributor farmasi melayani pengadaan/tender
melalui sistem lelang. Seperti disampaikan Bapak Agus Rahardjo selaku Kepala LKPP
(Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah) terkait proses pengadaan (alkes
dan/atau obat-obatan) dilakukan tanpa lelang melainkan dapat langsung dibeli setelah
melihat daftar yang terdapat di database situs. Daftar inilah yang dinamakan e-Catalog.
Akhir tahun 2012 kita akan coba menambah e-catalog alat kesehatan, obat dan alat
kesehatan habis pakai seperti halnya pengadaan kendaraan yang sudah mengusung lebih dulu
sistem e-Catalog. Dengan adanya e-Catalog yang tayang di situs, pemerintah bisa langsung
membeli tanpa melalui proses lelang seperti yang dilakukan selama ini. (Agus Rahardjo,
Oktober 2012)
DAFTAR ISI

1 e-Catalog Meminimalisir Penyimpangan

2 Tahun 2013 adalah Era e-Catalog

3 Siapkah Distributor Farmasi Indonesia?

4 e-Catalog bersinergi dengan SJSN (Sistem Jaminan Sosial Nasional)

e-Catalog Meminimalisir Penyimpangan


Melalui e-Catalog, pengadaan ALKES (Alat Kesehatan) dan Obat yang terdapat celah untuk
terjadinya penyimpangan dapat diminimalisir. Mengapa bisa meminimalisir penyimpangan?
Karena harga dan kualitas barang ALKES dan Obat yang terdaftar di e-Catalog sudah
tercantum dengan jelas. Dengan adanya sistem e-Catalog, siapa pun bisa mengawasi agar
tidak ada pembengkakan biaya alias Mark Up. Pihak pemerintah pun bisa leluasa memilih
item produk yang dibutuhkan sesuai dengan anggaran dana yang tersedia.
Sistem e-Catalog ini memiliki akuntabilitas yang kuat mengantikan sistem pengadaan
ALKES dan Obat terdahulu. Tujuan akhirnya agar tata kelola pengadaan menjadi lebih
tertata dan baik. Efeknya, kongkalikong pun dapat dihindarkan karena harga yang sudah
pasti. Indonesia Corruption Watch (ICW) pun menyambut baik akan hadirnya sistem
pengadaan melalui e-Catalog ini

Tahun 2013 adalah Era e-Catalog


Menginjak tahun 2013, Balai LPSE (Layanan Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik)
akan merubah sistem pengadaan alat kesehatan dan obat-obatan dari lelang menjadi katalog
elektronik (e-Catalaog). Selanjutnya, bagi Dinas atau Rumah Sakit pemerintah yang ingin

mendadakan pengadaan tinggal memilih saja karena harga dan spesifikasinya sudah tertera
jelas.e-Catalog | Image by streetbonersandtvcarnage.com

Siapkah Distributor Farmasi Indonesia?


GP (Gabungan Perusahaan) Farmasi Indonesia menyatakan kesiapannya atas rencana
pemerintah yang segera akan memberlakukan sistem e-catalog untuk proses tender kebutuhan
farmasi di Indonesia. Dengan adanya sistem e-Catalog tersebut, pihak konsumen tidak perlu
lagi melakukan tender secara manual.
Semua konsumen yang memerlukan produk farmasi tinggal menuliskan pada e-catalog,
produk yang dibutuhkan apa, berapa, untuk daerah mana, dsb. Kemudian, pihak produsen
akan mengajukan harga, termasuk siapa distributornya. Dengan begini proses pengadaannya
(tender) menjadi lebih terbuka dan transparan. Sehingga, nantinya tidak perlu lagi ada tender
manual. (Darodjatun Sanusi, November 2012).
Sistem e-catalog tersebut dapat meminimalisasi praktik kecurangan karena dapat diikuti oleh
siapa saja, baik dari kalangan konsumen, produsen maupun distributor. Sehingga lebih fair.

e-Catalog bersinergi dengan SJSN (Sistem Jaminan Sosial


Nasional)
Dengan adanya e-Catalog, Rencana penerapan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) di
tahun 2014 mendatang menjadi lebih dimudahkan karena sistem pembentukan harga yang
tercantum dan juga bisa menjadi solusi terhadap masalah ketersediaan dan distribusi obat di
daerah-daerah. Dengan kata lain, konsumen dapat melihat melalui e-Catalog seperti apa
kemampuan distribusi produsen. Produsen Y seperti ini, Produsen X seperti itu. Konsumen
juga bisa melihat distributor yang digandeng siapa? Bagaimana pengalamannya dll.
Menurut informasi, e-Catalog akan memuat sekurang-kurangnya 384 jenis ALKES dan
OBAT yang secara umum sudah sering ditenderkan oleh Kementerian Kesehatan, pemerintah
daerah maupun pihak konsumen lainnya.
Untuk itu, jika ingin survive, mau tidak mau selain produsen terus memproduksi ALKES
atau Obat yang berkualitas, para distributor (PBF; Pedagang Besar Farmasi) pun harus
meningkatkan standar pelayanan. Mari Menyambut Era e-Catalog dalam Tender ALKES dan
Obat di tahun yang baru; 2013

Anda mungkin juga menyukai