KELOMPOK 11
2. Mencapai efisiensi aktivitas dan biaya seluruh sistem, total biaya sistem dari
transportasi hingga distribusi persediaan bahan baku, proses kerja dan barang
jadi.
1
3 4
Supplies
Retail Outlet
2 Distribution
Manufactures
5
Costumer
1. Supplies 2. Manufactures 3. Distribution 4. Retail Outlet 5. Customers
Lima komponen dasar dari Supply Chain Management adalah :
1. Plan
Plan atau perencanaan merupakan kegiatan strategi untuk mengatur semua
sumber (sources) agar memenuhi permintaan pelanggan atas suatu produk atau
layanan.
2. Source
Source (sumber) mencakup supplier (perusahaan penyedia barang) yang
menghantarkan barang atau layanan yang dibutuhkan untuk pembuatan barang
jadi.
3. Make
Ini merupakan langkah produksi, dimana perlu dilakukan penjadwalan terhadap
aktivitas-aktivitas yang dibutuhkan untuk produksi, uji coba, packaging, dan
persiapan untuk pengiriman barang.
4. Deliver
Bagian ini juga dikenal dengan logistik. Pada bagian ini perlu dilakukan
koordinasi antara pesanan dari pelanggan, bangun jaringan warehouse ,
tentukan pengangkutan yang akan mengirimkan barang atau layanan kepada
pelanggan dan membuat sistem invoice untuk menerima pembayaran.
5. Return
Bagian ini merupakan bagian yang menjadi masalah dalam Supply Chain.
Buat suatu jaringan untuk menerima pengembalian barang atau layanan dan
melayani pelanggan yang memiliki masalah dengan pengiriman barang.
Supply Chain melibatkan tiga bagian atau segment :
Dengan adanya program ini secara langsung maupun tidak langsung sangat
mempengaruhi MRP (Manajemen Rantai Pasokan) pada PBF (Pedaganag
Besar Farmasi) sebagai pemasok atau pensuplai obat di apotek dan di Rumah
Sakit yang menjadi pelanggan utama perusahan Farmasi
Persebaran Bahan Baku Industri Farmasi
Saat ini Indonesia sudah dapat memenuhi kebutuhan akan obat sendiri,
hampir 90% kebutuhan obat berasal dari produksi dalam negeri, hanya Industri
Farmasi di Indonesia masih sangat tergantungdengan bahan baku impor, hampir
96% bahan baku yang digunakan Industri Farmasi masih diimpor.
Pengembangan bahan baku obat dalam negeri hendaknya juga dipandang
sebagai suatu upaya untuk menjaga ketahanan nasional di bidang obat, karena
akan sangat riskan bagi suatu negara sebesar Indonesia apabila kita tetap
membiarkan ketergantungan Industri Farmasi dalam negeri terhadap bahan baku
obat impor. Salah satu proses pengembangan bahan baku obat dalam negeri ialah
melalui pemanfaatan sumber daya hayati Indonesia.
Untuk mengurangi ketergantungan bahan baku obat, perlu ditumbuhkan industri
bahan baku obat di tanah air, dimana pemerintah dalam waktu 10 hingga 20
tahun kedepan perlu membuat rencana strategis berupa roadmap
pengembangan bahan baku obat di Indonesia serta menetapkan starting point
dan strategi yang harus ditempuh dalam mewujudkan peningkatan kemandirian
bahan baku obat di Indonesia.
3 Stake Holder Dalam Pengembangan
Dan Penyediaan Bahan Baku Obat
1. Industri Farmasi yang memiliki tanggung jawab dalam hal pengembangan
bahan baku obat dalam negeri
2. Peneliti dan akademisi yang memiliki kapasitas untuk pengembangan bahan baku
obat.
Semakin panjang dan dinamis rantai pasokan tersebut, maka aktivitas forecasting dan
demand planning menjadi sangat penting.
Mata rantai pasokan yang terlalu panjang menyebabkan banyak kerugian. Waktu
perlaluan (throughput time) yang semakin panjang, menyebabkan berkurangnya peluang
produk untuk lebih cepat diserap konsumen. Pada sisi lain, lambatnya proses penyerapan
produk oleh konsumen memunculkan risiko kerusakan produk (waste) akibat
keterbatasan waktu daluwarsa (expiry date).
Mustamu mengungkap bahwa Industri Farmasi di Indonesia
membutuhkan 120 hari untuk satu kali waktu perlaluan. Dari waktu tersebut, 60
hari untuk produksi dan 60 hari untuk transportasi. Tentu hal ini membawa
risiko bahwa setiap pergeseran factor penetapan harga di antara tenggang
waktu 120 hari tersebut akan sulit diakomodasi oleh para pelaku bisnis. Dapat
dikatakan, harga produk Farmasi (obat) pada hari ini sesungguhnya telah
ditentukan 120 hari yang lalu.
Tingginya persentase bahan baku impor (lebih dari 90 prosen) dalam
Industri Farmasi di Indonesia menyebabkan industri ini sangat rentan terhadap
setiap pergeseran nilai tukar Rupiah terhadap valuta asing, terutama Dolar
Amerika Serikat (USD). Faktor kerugian kedua akibat panjangnya mata rantai
pasokan adalah munculnya kerusakan barang akibat kesalahan penanganan
(mishandling), baik dalam bentuk kerusakan akibat proses perpindahan antar
sarana transportasi dan antargudang, maupun akibat kesalahan proses
pengelolaan ruang penyimpanan (gudang). ). Tidak jarang, proses pengkerutan
(shringkage) ini juga diperparah oleh rawannya jalur transportasi/distribusi
akibat kejahatan (pencurian) jalan raya.
Indonesia adalah pasar yang besar bagi Industri Farmasi. Ada beberapa faktor yang
menjadi driver pertumbuhan Industri Farmasi nasional yaitu jumlah penduduk Indonesia
yang besar; kesadaran masyarakat yang semakin tinggi akan kesehatan; tingkat
perekonomian masyarakat yang terus meningkat; dan akses kesehatan yang meningkat
seiring implementasi BPJS Kesehatan.
Sebagai tambahan, rasio healthcare expenditure terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)
Indonesia saat ini masih relatif rendah (3,1%) sehingga potensi peningkatan masih
cukup besar
Healthcare expenditure per kapita Indonesia diperkirakan akan tumbuh sebesar
14% per tahun, dari USD108 pada 2012 menjadi USD237 pada 2018.
Dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lain, rasio healthcare expenditure
terhadap PDB maupun healthcare expenditure per kapita per tahun di Indonesia
saat ini termasuk rendah. Pasar Farmasi nasional tumbuh rata-rata 12% per
tahun (CAGR) pada periode 2010-2014.
Besar pasar Farmasi nasional pada tahun 2015 sekitar Rp62-65 triliun, dan
akan meningkat menjadi Rp69 trilyun pada tahun 2016. Pada 1H15, obat resep
(ethical) mendominasi sekitar 61% pasar Farmasi nasional dan sisanya adalah
obat bebas (over the counter/OTC). Sebagai tambahan, obat resep dibedakan
menjadi obat patent, generik bermerk (branded generic) dan generik berlogo
(OGB).
THANK YOU