Anda di halaman 1dari 5

BAB V

PENGUKURAN KINERJA SUPPLY


CHAIN DI MANUFAKTUR

5.1 Pengertian Supply Chain dan Supply Chain Management


Supply chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama
bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir.
Perusahaan tersebut biasanya termasuk supplier, pabrik, distributor, toko, atau ritel, serta
perusahaan-perusahaan pendukung seperti perusahaan jasa logistik. (Pujawan, 2010).
Istilah Supply Chain Management pertama kali dikemukakan oleh Oliver &
Weber pada tahun 1982. Kalau supply chain adalah jaringan fisiknya, yakni perusahaan-
perusahaan yang terlibat dalam memasok bahan baku, memproduksi barang, maupun
mengirimkan ke pemakai akhir, SCM adalah metode, alat, atau pendekatan pengelolaannya.
(Pujawan,2010).
Apabila kita mengacu pada sebuah perusahaan manufaktur, kegiatan-kegiatan
utama yang termasuk dalam klasifikasi SCM adalah : Kegiatan merancang produk baru (product
development), Kegiatan mendapatkan bahan baku (procurement, purchasing, atau supply),
Kegiatan merencanakan produksi dan persediaan (planning and control), Kegiatan merencanakan
produksi (production), Kegiatan melakukan pengiriman / distribusi (distribution), dan Kegiatan
pengelolaan pengembangan produk / barang (return).

5.1.1 Tujuan Supply Chain Management


Tujuan dari Supply Chain Management (SCM) di antaranya:
1. Mencapai biaya yang minimum dan tingkat pelayanan yang maksimum. Manajemen rantai
pasokan (supply chain management) mempertimbangkan segala fasilitas yang berpengaruh
terhadap barang atau jasa yang dihasilkan dan biaya yang diperlukan dalam memenuhi
kebutuhan konsumen.

2. Memenuhi kebutuhan konsumen dan menghasilkan keuntungan.


3. Bisa memenangkan persaingan pasar. Untuk bisa memenangkan persaingan pasar maka rantai
pasokan harus mampu menyediakan barang atau jasa yang murah, berkualitas, tepat waktu, dan
variatif.

4. Merencanakan dan mengkoordinasikan semua kegiatan yang terdapat dalam supply chain
sehingga akan tercapai pelayanan kepada customer yang maksimal dengan biaya yang relatif
rendah.

5. Memaksimalkan nilai keseluruhan yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan dan


permintaan customer serta meminimumkan biaya secara keseluruhan seperti biaya pemesanan,
penyimpanan, dan transportasi.

5.1.2 Manfaat Supply Chain dalam Perusahaan


Manfaat Supply Chain Management. Secara umum penerapan konsep SCM dalam
perusahaan akan memberikan manfaat yaitu (Jebarus, 2001) kepuasan pelanggan,
meningkatkan pendapatan, menurunnya biaya, pemanfaatan asset yang semakin tinggi,
peningkatan laba, dan perusahaan semakin besar. 1. Kepuasan pelanggan. Konsumen
atau pengguna produk merupakan target utama dari aktivitas proses produksi setiap
produk yang dihasilkan perusahaan. Konsumen atau pengguna yang dimaksud dalam
konteks ini tentunya konsumen yang setia dalam jangka waktu yang panjang. Untuk
menjadikan konsumen setia, maka terlebih dahulu konsumen harus puas dengan
pelayanan yang disampaikan oleh perusahaan.
2. Meningkatkan pendapatan. Semakin banyak konsumen yang setia dan menjadi mitra
perusahaan berarti akan turut pula meningkatkan pendapatan perusahaan, sehingga
produk-produk yang dihasilkan perusahaan tidak akan ‘terbuang’ percuma, karena
diminati konsumen.
3. Menurunnya biaya. Pengintegrasian aliran produk dari perusahan kepada konsumen akhir
berarti pula mengurangi biaya-biaya pada jalur distribusi.
4. Pemanfaatan asset semakin tinggi. Aset terutama faktor manusia akan semakin terlatih
dan terampil baik dari segi pengetahuan maupun keterampilan. Tenaga manusia akan
mampu memberdayakan penggunaan teknologi tinggi sebagaimana yang dituntut dalam
pelaksanaan Supply Chain Management.
5. Peningkatan laba. Dengan semakin meningkatnya jumlah konsumen yang setia dan
menjadi pengguna produk, pada gilirannya akan meningkatkan laba perusahaan. 6.
Perusahaan semakin besar. Perusahaan yang mendapat keuntungan dari segi proses
distribusi produknya lambat laun akan menjadi besar, dan tumbuh lebih kuat.

5.1.3 Komponen Rantai Supply


Menurut Turban, Rainer, Porter (2004), terdapat 3 macam komponen rantai suplai, yaitu:
1. Rantai Suplai Hulu (Upstream supply chain) Bagian upstream (hulu) supply chain
meliputi aktivitas dari suatu perusahaan manufaktur dengan para penyalurannya (yang mana
dapat manufaktur, assembler, atau keduaduanya) dan koneksi mereka kepada pada penyalur
mereka (para penyalur second-trier). Hubungan para penyalur dapat diperluas kepada beberapa
strata, semua jalan dari asal material (contohnya bijih tambang, pertumbuhan tanaman). Di
dalam upstream supply chain, aktivitas yang utama adalah pengadaan.
2. Manajemen Rantai Suplai Internal (Internal supply chain management) Bagian dari
internal supply chain meliputi semua proses pemasukan barang ke gudang yang digunakan dalam
mentransformasikan masukan dari para penyalur ke dalam keluaran organisasi itu. Hal ini
meluas dari waktu masukan masuk ke dalam organisasi. Di dalam rantai suplai internal,
perhatian yang utama adalah manajemen produksi, pabrikasi, dan pengendalian persediaan.
3. Segmen Rantai Suplai Hilir (Downstream supply chain segment) Downstream (arah
muara) supply chain meliputi semua aktivitas yang melibatkan pengiriman produk kepada
pelanggan akhir. Di dalam downstream supply chain, perhatian diarahkan pada distribusi,
pergudangan, transportasi, dan after-sales-service.

5.1.4. Elemen dalam Supply Chain Management (SCM)


Elemen Supply Chain Management Supply Chain Management terdiri atas 3 elemen
yang saling terikat satu sama lain, yaitu:
1. Struktur Jaringan Supply chain Jaringan kerja anggota dan hubungan dengan anggota
supply chain lainnya.
2. Proses Bisnis supply chain Aktivitas-aktivitas yang menghasilkan nilai keluaran
tertentu bagi pelanggan.
3. Komponen Manajemen supply chain Variabel-variabel manajerial dimana proses
bisnis disatukan dan disusun sepanjang supply chain.
Pelaksanaan Supply Chain Management meliputi pengenalan anggota supply chain
dengan siapa dia berhubungan, proses apa yang perlu dihubungkan dengan tiap anggota inti dan
jenis penggabungan apa yang diterapkan pada tiap proses hubungan tersebut. Tujuannya adalah
memaksimalkan persaingan dan keuntungan bagi perusahaan dan seluruh anggotanya, termasuk
pelanggan akhir.
5.1.5 Konsep Rantai Pasok Konsep Rantai Pasok (Supply Chain)
Konsep Rantai Pasok Konsep rantai pasok (supply chain) merupakan konsep baru dalam
menerapkan sistem logistik yang terintegrasi, yang merupakan mata rantai penyediaan barang
dari bahan baku sampai barang jadi. (Indrajit dan Djokopranoto, 2002) dalam (Marimin dan
Maghfiroh, Nurul. 2010). Manajemen rantai pasok (supply chain management) produk pertanian
mewakili manajemen keseluruhan proses produksi secara keseluruhan dari kegiatan pengolahan,
distribusi, pemasaran, hingga produk yang diinginkan sampai ke tangan konsumen. Jadi sistem
manajemen rantai pasok dapat didefinisikan sebagai satu kesatuan sistem pemasaran terpadu
yang mencakup keterpaduan produk dan pelaku guna memberikan kepuasan pada pelanggan.
Manajemen rantai pasok produk pertanian berbeda dengan manajemen rantai pasok
produk manufaktur karena:
1. Produk pertanian bersifat mudah rusak.
2. Proses penanaman, pertumbuhan dan pemanenan tergantung pada iklim dan musim.
3. Hasil panen memiliki bentuk dan ukuran yang berfariasi.
4. Produk pertanian bersifat kamba sehingga produk pertanian sulit untuk ditangani
(Austin, 1992; Brown, 1994) dalam (Marimin, 2010). Seluruh faktor tersebut harus
dipertimbangkan dalam desain manajemen rantai pasok produk pertanian karena kondisi rantai
pasok produk pertanian lebih kompleks dari pada rantai pasok pada umumnya. Selain lebih
kompleks, manajemen rantai pasok produk pertanian juga bersifat probabilistik dan dinamis.
5.2 PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN

Anda mungkin juga menyukai