Anda di halaman 1dari 8

Supply Chain Management

tentang

“Konsep Dasar Supply Chain Management”

Oleh :

Agung Ramadfadhilah 15019109

Vinna Melisa 15059173

Manajemen S1

Fakultas Ekonomi

Universitas Negeri Padang

2018
A. Supply Chain Management (SCM)

Manajemen Rantai Pasokan atau disebut Supply Chain Management merupakan


pengelolaan rantai siklus yang lengkap mulai bahan mentah dari para supplier, ke kegiatan
operasional di perusahaan, berlanjut ke distribusi sampai kepada konsumen. Istilah supply chain
management pertama kali dikemukakan oleh Oliver dan Weber pada tahun 1982. Supply chain
adalah jaringan fisiknya, yakni perusahaan–perusahaan yang terlibat dalam memasok bahan
baku, memproduksi barang, maupun mengirimkannya ke pemakai akhir, supply chain
management adalah metode, alat, atau pendekatan pengelolaannya.

Definisi Supply Chain Management juga diberikan oleh James A. dan Mona J.
Fitzsimmons, yang menyatakan bahwa supply chain management adalah sebuah sistem
pendekatan total untuk mengantarkan produk ke konsumen akhir dengan menggunakan teknologi
informasi untuk mengkoordinasikan semua elemen supply chain dari mulai pemasok ke
pengecer, lalu mencapai tingkat berikutnya yang merupakan keunggulan kompetitif yang tidak
tersedia di sistem logistik tradisional. Stevenson mendefinisikan supply chain management
sebagai suatu koordinasi strategis dari rantai pasokan dengan tujuan untuk mengintegrasikan
manajemen penawaran dan permintaan. Russell dan Taylor mendefinisikan bahwa supply chain
management adalah mengelola arus informasi, produk dan pelayanan di seluruh jaringan baik itu
pelanggan, perusahaan hingga pemasok .

Dengan demikian, berdasarkan berbagai definisi supply chain management sebagaimana


telah disampaikan, dapat ditarik hal umum bahwa supply chain management adalah semua
kegiatan yang terkait dengan aliran material, informasi dan uang di sepanjang supply chain.

B. Proses SCM

Proses supply chain management adalah proses saat produk masih berbahan mentah,
produk setengah jadi dan produk jadi diperoleh, diubah dan dijual melalui berbagai fasilitas yang
terhubung oleh rantai sepanjang arus produk dan material. Bila digambarkan dalam bentuk bagan
akan nampak sebagaio berikut:
Bagan di atas menunjukkan bahwa supply chain management adalah koordinasi dari
material, informasi dan arus keuangan diantara perusahaan yang berpartisipasi.

1. Arus material melibatkan arus produk fisik dari pemasok sampai konsumen melalui
rantai, sama baiknya dengan arus balik dari retur produk, layanan, daur ulang dan
pembuangan
2. Arus informasi meliputi ramalan permintaan, transmisi pesanan dan laporan status
pesanan
3. Arus keuangan meliputi informasi kartu kredit, syarat-syarat kredit, jadwal pembayaran,
penetapan kepemilikan dan pengiriman

Salah satu faktor kunci untuk mengoptimalkan supply chain adalah dengan menciptakan
alur informasi yang bergerak secara mudah dan akurat diantara jaringan atau mata rantai
tersebut, dan pergerakan barang yang efektif dan efisien yang menghasilkan kepuasan maksimal
pada para pelanggan (Indrajit dan Djokopranoto, 2003). Dengan tercapainya koordinasi dari
rantai supply perusahaan, maka tiap channel dari rantai supply perusahaan tidak akan mengalami
kekurangan barang juga tidak kelebihan barang terlalu banyak. Menurut Indrajit dan
Djokopranoto (2003) dalam supply chain ada beberapa pemain utama yang merupakan
perusahaan-perusahaan yang mempunyai kepentingan didalam arus barang, para pemain utama
itu adalah Supplier, Manufacturer, Distributor / wholesaler, Retail outlets, Customers
Proses mata rantai yang terjadi antar pemain utama itu adalah sebagai berikut:

Chain 1: Supplier
Jaringan yang bermula dari sini, yang merupakan sumber yang menyediakan bahan
pertama, dimana mata rantai penyaluran barang akan dimulai. Bahan pertama ini bisa dalam
bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, bahan dagangan, subassemblies, suku
cadang dan sebagainya. Sumber pertama ini dinamakan suppliers. Dalam arti yang murni, ini
termasuk juga supplier’s suppliers atau sub-suppliers. Jumlah supplier bisa banyak atau sedikit,
tetapi supplier’s suppliers biasanya berjumlah banyak sekali.

Chain 1 – 2: Supplier – Manufacturer


Rantai pertama dihubungkan dengan rantai yang kedua, yaitu manufacturer atau plants
atau assembler atau fabricator atau bentuk lain yang melakukan pekerjaan membuat,
memfabrikasi, meng-assembling, merakit, mengkonversikan, atau pun menyelesaikan barang
(finishing). Hubungan dengan mata rantai pertama ini sudah mempunyai potensi untuk
melakukan penghematan. Misalnya inventories bahan baku, bahan setengah jadi, dan bahan jadi
yang berada di pihak suppliers, manufacturer dan tempat transit merupakan target untuk
penghematan ini. Tidak jarang penghematan sebesar 40%-60%, bahkan lebih, dapat diperoleh
dari inventory carrying cost di mata rantai ini. Dengan menggunakan konsep supplier partnering
misalnya, penghematan tersebut dapat diperoleh.

Chain 1 – 2 – 3: Supplier – Manufactures – Distributor


Barang sudah jadi yang dihasilkan oleh manufacturer sudah mulai disalurkan kepada
pelanggan. Walaupun tersedia banyak cara untuk menyalurkan barang ke pelanggan, yang umum
adalah melalui distributor dan ini biasanya ditempuh oleh sebagian besar supply chain. Barang
dari pabrik melalui gudangnya disalurkan ke gudang distributor atau wholesaler atau pedagang
dalam jumlah yang besar, dan pada waktunya nanti pedagang besar menyalurkan dalam jumlah
yang lebih kecil kepada retailer atau pengecer.
Chain 1 – 2 – 3 – 4: Supplier – Manufacturer – Distributor – Retail Outlet
Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gedung sendiri atau dapat juga menyewa
dari pihak lain. Gudang ini digunakan untuk menimbun barang sebelum disalurkan ke pihak
pengecer. Sekali lagi disini ada kesempatan untuk memperoleh penghematan dalam bentuk
jumlah inventories dan biaya gudang, dengan cara melakukan desain kembali pola-pola
pengiriman barang baik dari gudang manufacturer maupun ke toko pengecer (retail outlet).

Chain 1 – 2 – 3 – 4 – 5: Supplier – Manufacturer – Distributor – Retail Outlet – Customer


Dari rak-raknya, para pengecer atau retailer ini menawarkan barangnya langsung kepada
para pelanggan, pembeli atau pengguna barang tersebut. Yang termasuk outlet adalah toko,
warung, toko serba ada, pasar swayalan, atau koperasi dimana konsumen melakukan pembelian.
Walaupun secara fisik dapat dikatakan ini adalah mata rantai terakhir, sebetulnya masih ada satu
mata rantai lagi, yaitu dari pembeli (yang mendatangi retail outlet) ke real customer dan real
user, karena pembeli belum tentu pengguna akhir. Mata rantai supply baru benar-benar berhenti
setelah barang yang bersangkutan tiba di real customers dan real user.

C. Prinsip Dasar SCM

Komponen dari supply chain management menurut Turban (2004) terdiri dari tiga
komponen utama yaitu:

1. Upstream Supply Chain


Bagian upstream (hulu) supply chain meliputi aktivitas dari suatu perusahaan
manufacturing dengan para penyalurnya (yang mana dapat manufacturers, assemblers, atau
kedua-duanya) dan koneksi mereka kepada para penyalur mereka (para penyalur second-tier).
Hubungan para penyalur dapat diperluas kepada beberapa strata, semua jalan dari asal material
(contohnya bijih tambang, pertumbuhan tanaman). Di dalam upstream supply chain, aktivitas
yang utama adalah pengadaan.

2. Internal Supply Chain


Bagian dari internal supply chain meliputi semua proses inhouse yang digunakan dalam
mentransformasikan masukan dari para penyalur ke dalam keluaran organisasi itu. Hal ini
meluas dari waktu masukan ke dalam organisasi. Di dalam internal supply chain, perhatian yang
utama adalah manajemen produksi, pabrikasi dan pengendalian persediaan.

3. Downstream supply chain


Downstream (hilir) supply chain meliputi semua aktivitas yang melibatkan pengiriman
produk kepada pelanggan akhir. Di dalam downstream supply chain, perhatian diarahkan pada
distribusi, pergudangan transportasi dan after-sale service.

D. Area Cakupan SCM

Lebih jauh cakupan supply chain management akan meliputi hal-hal berikut:

Bagian Cakupan kegiatan antara lain


Pengembangan produk Melakukan riset pasar, merancang produk baru, melibatkan supplier
dalam perancangan produk baru
Pengadaan Memilih supplier, mengavaluasi kinerja supplier, melakukan
pembelian bahan baku dan komponen, memonitor supply risk,
membina dan memelihara hubungan dengan supplier
Perencanaan & Demand planning, peramalan permintaan, perencanaan kapasitas,
Pengendalian perancanaan produksi dan persediaan
Operasi / Produksi Eksekusi produksi, pengendalian kualitas
Pengiriman / Distribusi Perencanaan jaringan distribusi, penjadwalan pengiriman, mencari dan
memelihara hubungan dengan perusahaan jasa pengiriman, memonitor
service level di tiap pusat distribusi

Hal penting yang menjadi dasar pemikiran pada konsep ini adalah focus pada
pengurangan kesia-siaan dan mengoptimalkan nilai pada rantai pasokan yang berkaitan. Dengan
demikian Manajemen Rantai Pasokan atau Supply Chain Management dapat didefinisikan
sebagai pengelolaan berbagai kegiatan dalam rangka memperoleh bahan mentah, dilanjutkan
kegiatan transformasi sehingga menjadi produk dalam proses, kemudian menjadi produk jadi dan
diteruskan dengan pengiriman kepada konsumen melalui sistim distribusi. Kegiatan-kegiatan
yang dilakukan mencakup pembelian secara tradisional dan berbagai kegiatan penting lainnya
yang berhubungan dengan supplier dan distributor. Supply Chain Management meliputi
penetapan:

1. Pengangkutan.
2. pembayaran secara tunai atau kredit (proses transfer)
3. supplier
4. distributor dan pihak yang membantu transaksi seperti Bank
5. Hutang maupun piutang
6. Pergudangan
7. Pemenuhan pesanan

E. Permasalahan Manajemen Rantai Pasokan

Menurut I Nyoman Pujawan (2005), terdapat tantangan yang harus dihadapi dalam
mengelola suppy chain, yaitu:

1. Kompleksitas struktur supply chain

a. Melibatkan banyak pihak dengan kepentingan yang berbeda-beda


b. Perbedaan bahasa, zona waktu dan budaya antar perusahaan

2. Ketidakpastiaan

a. Ketidakpastian permintaan
b. Ketidakpastian pasokan: lead time pengiriman, harga dan kualitas bahan baku, dll.
c. Ketidakpastian internal: kerusakan mesin, kinerja mesin yang tidak sempurna,
ketidakpastian kualitas produksi dll.

Gambaran mengenai ketidak pastian dalam supply chain adalah sebagai berikut:

Sumber: I Nyoman Pujawan (2005)


Untuk menghadapi masalah ketidakpastian pemesanan dalam rantai pasokan atau
bullwhip effect, diperlukan sharing informasi di sepanjang rantai pasokan, optimalisasi tingkat
persediaan, penciptaan tim rantai pasokan, pengukuran kinerja rantai pasokan, maupun
membangun koordinasi dan kolaborasi di antara mitra bisnis sehingga proses pengiriman produk
dari pemasok ke perusahaan dan ke konsumen dapat berjalan lancar dan memungkinkan
perusahaan untuk mencapai biaya persediaan yang rendah. Sedangkan menurut James A. dan
Mona J. Fitzsimmons (2006), tantangan dalam supply chain management adalah untuk
menyeimbangkan kebutuhan pengiriman pelanggan secara tepat dengan mendorong biaya
produksi dan biaya persediaan. Pemodelan rantai supply chain management memungkinkan
manajer untuk mengevaluasi pilihan yang akan memberikan peningkatan terbesar dalam
kepuasan pelanggan dengan biaya yang terjangkau.

Anda mungkin juga menyukai