Anda di halaman 1dari 18

SCM sebagai proses bisnis internal organisasi, dimana pelanggan dan pemasok yang

memiliki kebutuhan dan permintaan merupakan pemeran utama dalam proses bisnis.
SCM telah dianggap penting untuk meningkatkan nilai dari perusahaan, hal ini
menjadikan SCM sebagai indikator keberhasilan suatu organisasi yang menekankan fakta
bahwa pelanggan dan pemasok adalah peserta aktif dalam proses perencanaan strategis
organisasi.

Aktifitas Operasional SCM

Aktifitas operasional SCM meliputi (Siahaya, 2013):


1. Supplier / Pemasok merupakan element pertama supply chain dan berada pada posisi
paling depan dari rangkaian rante pasok. Supplier memberikan konstribusi yang sangat
besar bagi keberhasilan penyaluran produk barang sejak dari tempat bahan baku (raw
material) sampai kepada manufacture yang melakukan proses produksi.
2. Manufacture, melakukan prediksi kebutuhan bahan baku (raw material), mengatur
Kesiapan fasilitas dan pelaksanaan produksi. Mengolah bahan baku dengan
memanfaatkan sumber daya industri untuk menghasilkan barang yang mempunyai
nilai tambah atau manfaat lebih dan siap digunakan.
3. Distribution atau manegement logistik merupakan element supply chain yang
merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan kegiatan pengankutan,
penyimpanan, dan distribusi barang serta layanan jasa dan informasi untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan.
4. Retailer sebagai salah satu element supply chain yang menerima distirbusi barang dan
melakukan penjualan produk barang ke end customer atau pengguna akhir. Kualitas
produk dan jasa yang diterima oleh end customer mencakup nilai (customer value)
yang sangat menentukan kepuasan (satisfaction) dan keberhasilan perusahaan dalam
memasarkan produknya.

Supply chain atau dapat diterjemahkan “rantai pasokan” adalah rangkaian


hubungan antar perusahaan atau aktivitas yang melaksanakan penyaluran pasokan
barang atau jasa dari tempat asal sampai ke pembeli atau pelanggan. Supply chain
menyangkut hubungan yang terus-menerus mengenai barang, uang dan informasi.
Barang umumnya mengalir dari hulu ke hilir, uang mengalir dari hilir ke hulu,
sedangkan informasi mengalir baik dari hulu ke hilir maupun dari hilir ke hulu.
Dilihat secara horizontal, ada lima komponen utama atau pelaku dalam supply chain,
yaitu supplier (pemasok), manufacturer (pabrik pembuat barang), distributor (pedagang
besar), retailer (pengecer), dan customer (pelanggan). Secara vertikal, ada beberapa
komponen utama supply chain, yaitu buyer (pembeli), transporter (pengangkut),
warehouse (penyimpan), seller (penjual), dan sebagainya. Hubungan mata rantai ini
dapat dilukiskan seperti pada gambar 3.1.

Gambar 3.1. Komponen Supply Chain


Sumber: Eko Indrajit, Richardus and Djokopranoto, Richardus. 2005.
Dengan demikian, manajemen supply chain pada hakikatnya adalah perluasan
dan pengembangan konsep dan arti dari manajemen logistik. Kalau manajemen
logistik mengurusi arus barang, termasuk pembelian, pengendalian tingkat persediaan,
pengangkutan, penyimpanan dan distribusi dalam satu perusahaan, maka manajemen
supply chain mengurusi hal yang sama tetapi meliputi dari bahan mentah sampai
dengan barang jadi yang dibeli dan digunakan oleh pelanggan.

Hakikatnya manajemen supply chain adalah integrasi lebih lanjut dari


manajemen logistik antar perusahaan yang terkait, dengan tujuan lebih meningkatkan
kelancaran arus barang, meningkatkan efisiensi penggunaan ruangan, kendaraan, dan
fasilitas lainnya, mengurangi tingkat persediaan barang, mengurangi biaya, dan lebih
meningkatkan layanan lain yang diperlukan oleh pelanggan akhir.
Menurut Wikipedia (2008), seperti yang dikutip dari halaman
http://id.wikipedia.org/ , definisi dari supply chain management adalah sebagai berikut :

“Rantai suplai rantai pasokan, jaringan logistik, atau jaringan suplai adalah
sebuah sistem terkoordinasi yang terdiri atas organisasi, sumber daya manusia, aktivitas,
informasi, dan sumber-sumber daya lainnya yang terlibat secara bersama-sama dalam
memindahkan suatu produk atau jasa baik dalam bentuk fisik maupun virtual dari
suatu pemasok kepada pelanggan. Badan usaha yang melaksanakan fungsi suplai pada
umumnya terdiri dari manufaktur, penyedia layanan jasa, distributor, dan saluran
penjualan (seperti: pedagang eceran, ecommerce, dan pelanggan (pengguna akhir).
Aktivitas rantasi suplai (rantai nilai dan proses siklus hidup) mengubah bahan baku dan
bahan pendukung menjadi sebuah barang jadi yang dapat dikirimkan kepada pelanggan
pengguna akhir. Rantai suplai menghubungkan rantai nilai. Ada berbagai jenis model
rantai suplai, yang masing-masing menghubungkan mulai dari sisi hulu hingga hilir”.

Tujuan utama supply chain management adalah untuk memenuhi permintaan


pelanggan melalui penggunaan sumber daya yang pailng efisien, termasuk kapasitas
distribusi, persediaan, dan sumber daya manusia.
Beberapa perusahaan memilih untuk mengalihdayakan supply chain
management mereka dengan bekerja sama dengan penyedia jasa logistik pihak ketiga.

Menurut Schroeder (2003), Supply Chain Management adalah perencanaan,


desain, dan control akan aliran informasi dan barang sepanjang supply chain yang
bertujuan untuk memenuhi persyaratan kebutuhan dari pelanggan secara efisien untuk
masa sekarang dan masa yang akan datang.

Menurut Burt-Dobler-Starling (2003), definisi dari Supply Chain Management , adalah


antara lain:
 Suatu filosofi untuk mengatur keseluruhan aliran dari sebuah saluran distribusi
mulai dari supplier hingga ke pelanggan,
 Suatu pendekatan sistem untuk mengatur keseluruhan aliran informasi barang dan
jasa mulai dari supplier bahan baku menuju ke pabrik produsen dan gudang
penyimpanan hingga ke pelanggan,
 Koordinasi yang sistematik dan strategik dari fungsi-fungsi bisnis tradisional dalam
sebuah perusahaan dan antar bisnis dalam sebuah supply chain, untuk meningkatkan
performa jangka panjang dari masing-masing perusahaan pada khususnya dan supply
chain tersebut pada umumnya.
 Meliputi seluruh aktivitas yang berkaitan dengan aliran hulu dan hilir dan perubahan
barang dan informasi mulai dari tahap pengambilan bahan baku (extraction), sampai
ke pelanggan. Supply Chain Management adalah integrasi dari seluruh aktivitas
yang meliputi peningkatan hubungan di dalam rangkaian supply chain, untuk
mencapai kemampuan bersaing yang dapat dipertahankan (sustainable).
 Suatu usaha kolaborasi dari beberapa anggota supply chain untuk mendesain,
mengimplementasikan, dan mengatur proses peningkatan nilai secara otomatis untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan yang sebenarnya. Pengembangan dan integrasi dari
sumber daya manusia dan teknologi dan juga manajemen aliran barang, informasi,
dan dana yang terkoordinasi akan menghasilkan integrasi supply chain yang baik.
Menurut Turban, Rainer, Porter (2004), terdapat 3 macam komponen Supply Chain
Management, yaitu :
1. Rantai Suplai Hulu (Upstream Supply Chain)
Bagian upstream (hulu) supply chain meliputi aktivitas dari suatu perusahaan
manufaktur dengan para penyalurannya (yang mana dapat manufaktur, assembler,
atau kedua-duanya) dan koneksi mereka kepada pada penyalur mereka (para
penyalur second trier). Hubungan para penyalur dapat diperluas kepada beberapa
strata, semua jalan dari asal material (contohnya bijih tambang, pertumbuhan
tanaman). Di dalam upstream supply chain, aktivitas yang utama adalah pengadaan.
2. Manajemen Rantai Suplai Internal (Internal Supply Chain Management)
Bagian dari internal supply chain meliputi semua proses pemasukan barang ke
gudang yang digunakan dalam mentransformasikan masukan dari para penyalur
ke dalam keluaran organisasi itu. Hal ini meluas dari waktu masukan masuk ke
dalam organisasi. Di dalam rantai suplai internal, perhatian yang utama adalah
manajemen produksi, pabrikasi, dan pengendalian persediaan.
3. Segmen Rantai Suplai Hilir (Downstream Supply Chain Segment)
Downstream (arah muara) supply chain me liputi semua aktivitas yang melibatkan
pengiriman produk kepada pelanggan akhir. Di dalam downstream supply chain,
perhatian diarahkan pada distribusi, pergudangan, transportasi, dan after sales
service.

Menurut Jebarus (2001) Supply Chain Management merupakan


pengembangan lebih lanjut dari manajemen distribusi produk untuk memenuhi
permintaan konsumen. Konsep ini menekankan pada pola terpadu yang
menyangkut proses aliran produk dari supplier, manufaktur, retailer hingga kepada
konsumen. Dari sini aktivitas antara supplier hingga konsumen akhir adalah dalam
satu kesatuan tanpa sekat pembatas yang besar, sehingga mekanisme informasi
antara berbagai elemen tersebut berlangsung secara transparan. Supply Chain
Management merupakan suatu konsep menyangkut pola pendistribusian produk
yang mampu menggantikan pola-pola pendistribusian produk secara optimal. Pola
baru ini menyangkut aktivitas pendistribusian, jadwal produksi, dan logistik.

 Peran Distribusi dalam Rantai Pasok

ü Distribusi adalah langkah-langkah yang diambil untuk memindahkan dan menyimpan


produk dari tahap supplier ke tapah konsumen dalam sebuah rantai pasokan
ü Distribusi berdampak pada cost dan pengalaman konsumen sehingga
mempengaruhiprofitabilitas
ü Pilihan jaringan distribusi mempengaruhi tujuan rantai pasokan dari low cost ke
highresponsiveness.
ü Contoh: Wal-Mart, Dell, Proctor & Gamble, Grainger.

 Faktor yang Mempengaruhi Desain Jaringan Distribusi

Dua dimensi yang paling mempengaruhi performa jaringan distribusi adalah kebutuhan
konsumen yang dipenuhi (customer value) dan cost untuk memenuhi kebutuhan itu (cost
of customer need). Desain jaringan distribusi haruslah dibandingkan menurut dampaknya
pada pelayanan konsumen dan cost yang ditimbulkan dari pelayanan itu. Sehingga,
perusahaan harus melakukan evaluasi secara terus menerus terkait dengan dampak
kepada pengguna, baik dari sisi pelayanan maupun biaya. Semakin baik pelayanan yang
diberikan maka akan membutuhkan biaya yang lebih tinggi sehingga akan berdampak
pada berkurangnya “keuntungan” perusahaan.
Elemen pemenuhan kebutuhan konsumen:
1. Response time
2. Product variety
3. Product availability
4. Customer experience
5. Time to market
6. Order visibility
7. Returnability
Elemen cost:
1. Inventories
2. Transportation
3. Facilities and handling
4. Information
Walaupun nilai-nilai pengguna dapat disebabkan oleh banyak faktor, terkait dengan
jaringan distribusi, faktor-faktor utamanya terdiri dari tujuh macam seperti yang sudah di
sebutkan di atas, berikut ini penjelasannya:
ü Response time adalah jumlah waktu yang dibutuhkan oleh pengguna untuk mendapatkan
barang yang dipesan.
ü Product variety adalah keberagaman jenis produk yang ditawarkan oleh jaringan
distribusi.
ü Product availability adalah peluang atau kemungkinan pengguna untuk mendapatkan
barang ketika pengguna atau pelanggan memesan barang. Hal ini berhubungan dengan
ketersediaan barang.
ü Customer experience adalah kemudahan dan kenyamanan pengguna atau pelanggan
dalam melakukan pemesanan hingga mendapatkan barangnya. Hal ini berkaitan erat
dengan pengalaman pengguna dalam bertransaksi.
ü Time to market adalah waktu yang dibutuhkan perusahaan dalam menghasilkan produk
baru dan ditawarkan kepada pengguna.
ü Order visibility adalah kemampuan pengguna atau pelanggan dalam memantau pesanan
mereka. Mulai dari poses pemesanan, pengiriman hingga penerimaan barang.
ü Returnability adalah kemudahan pengguna atau pelanggan untuk mengembalikan barang
pesananan apabila pengguna tidak puas dengan barang yang diterima dan bagaimana
kemampuan perusahaan dalam menangani pengembalian barang tersebut.
Terkait dengan respon time, perusahaan yang mempunyai target pasar dimana pasar
tersebut dapat mentoleransi respon time yang besar, maka fasilitas perusahaan cukup di
beberapa lokasi saja, walupun jauh dari pengguna, sehingga perusahaan dapat
meningkatkan kapasitas fasilitas yang ada. Sebaliknya, apabila target pasar perusahaan
tersebut sangat sensitif dengan respon time, maka perusahaan harus membuat fasilitas di
banyak lokasi dan berlokasi di dekat pelanggan. Seperti terlihat pada gambar berikut.

Perubahan desain jaringan distribusi akan mengakibatkan perubahan biaya yang terjadi
pada bagian :

· Persediaan Barang
· Transportasi
· Fasilitas
· Informasi
Kalau kita perhatikan, perubahan desain jaringan distribusi akan berdampak pada empat
dari enam penggerak jaringan rantai suplai. Untuk penggerak lainnya, sourcing dan
pricing, juga akan terpengaruh, walaupun pengaruhnya tidak terlalu besar.
Bagaimana keterkaitan antara perubahan desain jaringan distribusi akan berdampak
kepada biaya persediaan barang, biaya transportasi, biaya fasilitas dan biaya informasi ?
Pada sisi persediaan barang, biaya persediaan barang dipengaruhi oleh kebutuhan
persediaan barang itu sendiri. Semakin besar kebutuhan persediaan barang, maka akan
semakin besar biaya persediaan barang yang dibutuhkan. Begitu juga sebaliknya.
Hubungan antara jumlah fasilitas dengan biaya persediaan barang dapat dilihat pada
gambar berikut.

Pada sisi transportasi, biaya transportasi dipengaruhi oleh inbound transportation cost
dan Outbound transportation costs.
· Inbound transportation cost adalah biaya yang dibutuhkan untuk membawa barang
kedalam fasilitas
· Outbound transportation costs adalah biaya yang dibutuhkan untuk membawa barang
keluar fasilitas
Umumnya, biaya inbound jauh lebih murah dibandingkan biaya outbound, karena untuk
inbound, biasanya pengiriman dilakukan dalam jumlah yang besar, sehingga akan
menghemat biaya transportasi, sedangkan jumlah pengiriman barang pada outbound tidak
bisa dilakukan dalam jumlah besar, sehingga biaya transportasinya-pun akan semakin
besar.
Hubungan antara jumlah fasilitas dengan biaya trasnportasi dapat dilihat pada gambar
berikut.

Dalam gambar terlihat bahwa semakin besar jumlah fasilitas, maka akan semakin kecil
biaya transportasi yang dikeluarkan oleh perusahaan, mengingat fasilitas yang ada sudah
mendekati pengguna. Tetapi apabila jumlah fasilitasnya terlalu banyak, hingga dititik
dimana transportasi inbound-nya kecil maka biaya transportasinya-pun juga akan
meningkat.
Pada sisi fasiltas, biaya fasilitas akan turun apabila jumlah fasilitasnya juga berkurang.
Hubungan antara jumlah fasilitas dengan biaya fasilitas dapat dilihat pada gambar
berikut.

Untuk mempermudah analisa terkait dengan biaya yang timbul akibat adanya perubahan
desain jaringan distribusi, maka yang perlu diperhatikan adalah biaya total logistik.
Biaya total logistik adalah jumlah total biaya yang ada pada biaya persediaan barang,
biaya transportasi dan biaya fasilitas didalam jaringan rantai suplai. Hubungan antara
biaya total logistik dan response time dengan jumlah fasilitas, dapat dilihat pada gambar
berikut.
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa dengan semakin banyaknya fasilitas, maka akan
menurunkan respon time jaringan distribusi. Tetapi yang menarik adalah hubungan antara
respon time dengan biaya total logistik, dimana bisa terjadi kemungkinan bahwa biaya
total logistik besar, tetapi respon timenya juga melambat. Oleh karena itu, manajemen
harus mencari tahu dimana titik optimal antara biaya total logistik dan respon time.

 Pilihan Desain Jaringan Distribusi


1. Manufacturer Storage With Direct Shipping
Tipe distribusi ini yaitu produk yang dihasilkan di pabrik langsung dikirimkan kepada
konsumen akhir tanpa harus melewati retailer. Fungsi retailer disini adalah hanya sebagai
penyampai pesen (informasi) dari konsumen ke pabrik/manufaktur. Keuntungan terbesar
menggunakan tipe distribusi ini adalah sentralisasi inventori, sehingga manufaktur/pabrik
dapat mengumpulkan inventori dari semua permintaan oleh supplier yang disupportnya
dampaknya biaya inventori yang dibutuhkan bisa ditekan tidak terlalu mahal, akan tetapi
kekurangannya adalah lead time dari produk yang dikirimkan yang memakan waktu yang
cukup lama, penggunaan mode transportasi yang berbeda dan dengan jarak yang berbeda
– beda pula dari setiap konsumen yang minta dilayani akan menyebabkan biaya
transportasi yang cukup mahal.
2. Manufacturer Storage With Direct Shipping and In-Transit Merge
Tidak seperti tipe direct shpping murni, tipe ini terdapat sedikit modifikasi dalam
pendistribusiannya. Jika direct shippng langsung mengirimkan produk dari pabrik ke
konsumen, in-transit merge ini jadi produk tersebut dikumpulkan dulu di suatu tempat
(hub), tempat tersebut berfungsi untuk penggabungan beberapa order produk yang
berbeda satu sama lainnya dan dari tempat yang berbeda kemudian di tempat tersebut
(hub) dilakukan agregasi sehingga nantinya akan dilakukan satu kali pengiriman kepada
konsumen. Contohnya adalah perusahaan Dell, ketika konsumen memesan PC dari Dell
bersamaan dengan pemesanan monitor dari Sony, kedua produk tersebut dikumpulkan
terlebih dahulu di Hub lalu kemudian dilakukan agregasi dan setelah itu dikirmkan
kepada konsumen. Keuntungan dari tipe ini adalah biaya inventori produk tidak terlalu
tinggi, akan tetapi kelemahannya adalah biaya transportasi yang masih cukup mahal, tpi
masih lebih baik dibandingkan dengan direct shipping.
3. Distributor Storage With Carrier Delivery
Untuk tipe ini inventori dari produk tidak dipegang oleh manufaktur/pabrik sendiri
melainkan dipegang oleh distributor/retailer. Tipe distribusi in membutuhkan tingakatan
level inventori yang cukup tinggi, dikarenakan demand yang terjadi fluktuatif tidak dapat
diprediksi. Keuntungan dari tipe distribusi ini adalah dibandingkan dengan manufacturer
storage untuk biaya transportasi lebih murah, tingkat responsive terhadap konsumen lebih
tinggi dibandingkan dengan manufacturer storage akan tetapi kelemahannya adalah biaya
untuk inventori produk cukup tinggi.
4. Distributor Storage With Last-Mile Delivery
Last Mile Delivery maksudnya adalah mengirimkan produk ke rumah – rumah
konsumen menggunakan paket – paket. Tidak seperti pada carrier delivery, last mile
membutuhkan warehouse/distributor storage yang lebih dekat dengan pelanggan. Tipe ini
juga hampir sama dengan Carrier Delivery yaitu membuthkan biaya inventori cukup
tinggi, selain itu biaya transportasi yang cukup tinggi menjadi kekurangan dari tipe
distribusi ini. Keuntungan dengan tipe distribusi ini adalah untuk permasalahan
responsive adalah sangat bagus, hal ini dikarenakan karena distributor storage /
warehouse ditempatkan di tempat – tempat yang dekat dengan konsumen.
5. Manufacturer Or Distributor Storage With Customer Pickup
Pada tipe ini inventori disimpan di pabrik/manufaktur tetapi konsumen memberikan
order mereka secara online atau dengan komunikasi telepon dan nantinya akan ada yang
mengambil pesanan tersebut di tempat pemngambilan pemesanan tertentu. Kelebihan dari
tipe ini adalah biaya transportasi yang tidak terlalu mahal, kekurangannya adalah ketika
nantinya perusahaan akan menambah suatu tempat customer pick up makan akan
menyebabkan biaya fasilitas yang tinggi.
6. Retail Storage With Customer Pickup
Tipe ini adalah tipe tradisional dari semua jenis distribusi yang ada dalam supply
chain, inventori disimpan di dalam toko. Pelanggan datang ke toko untuk melakukan
pemesanan dan pembelian. Keuntungannya adalah biaya transportasi yang cukup murah,
kekuranggannya adalah biaya inventori yang cukup tinggi.
Supply Chain Management antara lain meliputi penetapan:
1. Pengangkutan.
2. pembayaran secara tunai atau kredit (proses transfer)
3. supplier
4. distributor dan pihak yang membantu transaksi seperti bank 5. Hutang maupun piutang
6. Pergudangan
7. Pemenuhan pesanan
8. Informasi mengenai ramalan permintaan, produksi maupun pengendalian persediaan.

Pemain Utama dalam Supply Chain Management (SCM) Supply Chain menunjukkan
adanya rantai yang panjang yang dimulai dari supplier sampai pelanggan, dimana adanya
keterlibatan entitas atau disebut pemain dalam konteks ini dalam jaringan supply chain
yang sangat kompleks tersebut. Berikut ini merupakan pemain utama yang yang terlibat
dalam supply chain:
1. Supplier (chain 1) Rantai pada supply chain dimulai dari sini, yang merupakan sumber
yang menyediakan bahan pertama, dimana mata rantai penyaluran barang akan mulai.
Bahan pertama di sini bisa dalam bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong,
suku cadang atau barang dagang.
2. Supplier-Manufacturer (chain 1-2) Rantai pertama tadi dilanjutkan dengan rantai
kedua, yaitu manufacturer yang merupakan tempat mengkonversi ataupun menyelesaikan
barang (finishing). Hubungan kedua mata rantai tersebut sudah mempunyai potensi untuk
melakukan penghematan. Misalnya, penghematan inventory carrying cost dengan
mengembangkan konsep supplier partnering.
3. Supplier-Manufacturer-Distribution (chain 1-2-3) Dalam tahap ini barang jadi yang
dihasilkan disalurkan kepada pelanggan, dimana biasanya menggunakan jasa distributor
atau wholesaler yang merupakan pedagang besar dalam jumlah besar.
4. Supplier-Manufacturer-Distribution-Retail Outlets (chain 1-2-3-4) Dari pedagang besar
tadi barang disalurkan ke toko pengecer (retail outlets). Walaupun ada beberapa pabrik
yang langsung menjual barang hasil produksinya kepada customer, namun secara relatif
jumlahnya tidak banyak dan kebanyakan menggunakan pola seperti di atas.
5. Supplier-Manufacturer-Distribution-Retail Outlets-Customer (chain 1-2-3-4-5).
Customer merupakan rantai terakhir yang dilalui dalam supply chain dalam konteks ini
sebagai end-user.
Konsep Distribusi

Distribusi adalah salah satu aspek dari pemasaran. Distribusi juga dapat diartikan sebagai
kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian
barang dan jasa dari produsen kepada konsumen, sehingga penggunannya sesuai dengan
yang diperlukan (jenis, jumlah, harga, tempat, dan saat dibutuhkan).
Menurut Winardi (1989), distribusi merupakan sekumpulan perantara yang terhubung
erat antara satu dengan yang lainnya dalam kegiatan penyaluran produk-produk kepada
konsumen (pembeli). Sedangkan menurut Philip Kotler (1997), distribusi merupakan
sekumpulan organisasi yang membuat sebuah proses kegiatan penyaluran suatu barang
atau jasa untuk dipakai atau dikonsumsi oleh para konsumen (pembeli). Oleh karena itu
untuk menyampaikan barang-barang dari produsen ke konsumen kegiatan distribusi
sangant penting. Tanpa adanya distribusi, barang-barang yang dihasilkan tidak akan
sampai ke onsumen. Dengan demikian fungsi distribusi adalah:
1. Menyalurkan barang-barang dari produsen ke konsumen.

2. Membantu memperlancar pemasaran, sehingga barang-barang yang dihasilkan


produsen dapat segera terjual kepada konsumen.

Kotler (2001) mengemukakan bahwa saluran distribusi adalah serangkaian organisasi


yang saling tergantung dan terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu barang atau jasa
siap untuk digunakan atau dikonsumsi. Saluran distribusi pada dasarnya merupakan
perantara yang menjembatani antara produsen dan konsumen.

Anda mungkin juga menyukai