Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM)

Mata kuliah Manajemen Operasi Bisnis

Disusun oleh :

Rizkya Bagus Riandi - 170610180050

Ilmu Administrasi Bisnis

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2019
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persaingan dalam industri pada era sekarang ini semakin ketat. Salah satu hal
yang membuat perusahaan bidang industri bertahan adalah penyediaan produk yang
tepat bagi konsumen di waktu yang tepat, dan dalam biaya ekonomis. Sekarang ini
konsumen semakin kritis, mereka menuntut penyediaan produk secara tepat waktu.
Sehingga menyebabkan perusahaan manufaktur yang antisipatif akan hal ini akan
mendapatkan pelanggan sedangkan yang tidak antisipatif akan kehilangan pelanggan

Ketersediaaan produk dan harga jual yang ekonomis hanya dapat terjadi jika
ada koordinasi yang baik antara perusahaan retail dengan pihak pihak dalam rantai
suplainya. Koordinasi antara pihak pihak dalam rantai suplai tidak hanya melibatkan
koordinasi persediaan saja, tetapi juga informasi tentang pasar yang berguna bagi
perencanaan perusahaan.

Dalam Industri Manufakturing, Kegiatan Utamanya adalah mengkonversikan


berbagai bahan mentah serta bahan-bahan pendukungnya menjadi barang jadi dan
mendistribusikannya kepada pelanggan. Dengan menjalankannya kegiatan tersebut,
maka apa yang disebut dengan Supply Chain atau Rantai Pasokan pada dasarnya telah
terbentuk. Namun bagi sebuah perusahaan manufakturing, kegiatan Supply chain atau
Rantai Pasokan ini perlu dijalankan dengan efektif dan efisien sehingga diperlukan
Manajemen yang Profesional dalam pelaksanaannya. Manajemen tersebut biasanya
disebut dengan Manajemen Rantai Pasokan atau Supply Chain Management
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Supply Chain Management

Konsep Supply Chain adalah sistem yang memungkinkan perpindahan barang


dari produsen agar hal-hal seperti keterlambatan penyampaian, salah barang dapat
dikurangi atau tidak terjadi. Konsep lama logistik adalah sebagai persoalan internal
perusahaan dan pemecahannya diutamakan pada pemecahan internal perusahaan.
Konsep baru logistik adalah dilihat sebagai masalah yang lebih luas sejakdari bahan
dasar sampai barang jadi yang dipakai oleh konsumen akhir, sehingga merupakan
mata rantai penyediaan barang.

Jika didefinisikan secara lengkap, maka Supply Chain Management


(SCM) atau Manajemen Rantai Pasokan adalah serangkaian kegiatan yang meliputi
Koordinasi, penjadwalan dan pengendalian terhadap pengadaan, produksi, persediaan
dan pengiriman produk ataupun layanan jasa kepada pelanggan yang mencakup
administasi harian, operasi, logistik dan pengolahan informasi mulai dari pelanggan
hingga ke pemasok.

Pengertian menurut para ahli ialah :

1. Stevenson

Menurut Stevenson, definisi SCM adalah suatu koordinasi strategis dari rantai
pasokan dengan tujuan untuk mengintegrasikan manajemen penawaran dan
permintaan.

2. Robert J. Vokurka, Gail M. Zank, dan Carl M. Lund III

Menurut Robert, Gail, dan Lund pengertian SCM adalah semua kegiatan yang
terlibat dalam menghantarkan produk dari bahan baku melalui pelanggan termasuk
sumber bahan baku dan suku cadang, manufaktur dan perakitan, pergudangan dan
pelacakan inventaris, pesanan yang masuk dan manajemen pesanan, distribusi di
semua saluran, pengiriman ke pelanggan, dan sistem informasi yang diperlukan untuk
memantau semua kegiatan.

3. Simchi-Levi, David, Philip Kaminsky, dan Edith

Pengertian manajemen rantai pasokan atau Supply chain Management adalah


rangkaian pendekatan yang digunakan untuk mengintegrasikan pemasok, produsen,
gudang dan toko secara efektif agar persediaan barang dapat diproduksi dan
didistribusi pada jumlah yang tepat, ke lokasi yang tepat, dan pada waktu yang tepat
sehingga biaya keseluruhan sistem dapat diminimalisir selagi berusaha memuaskan
kebutuhan dan layanan.

4. Heizer dan Rander

Menurut Heizer dan Rander, Supply Chain Management adalah kegiatan


pengelolaan berbagai kegiatan dalam rangka mendapatkan bahan mentah menjadi
barang setengah jadi dan barang jadi, kemudian mengirimkan produk tersebut ke
konsumen melalui sistem distribusi.

B. Tujuan Supply Chain Management

Menurut Stevenson, tujuan dari manajemen rantai pasokan adalah


menyelaraskan antara permintaan dan penawaran secara efektif dan efisien. Beberapa
masalah utama yang ada di dalam rantai pasokan berhubungan dengan:

 Penentuan tingkat outsourcing yang tepat


 Manajemen pengadaan barang
 Manajemen pemasok
 Mengelola hubungan dengan pelanggan
 Identifikasi masalah dan merespon masalah tersebut
 Manajemen risiko
Menurut I Nyoman Pujawan, tujuan strategis dari rantai pasokan adalah untuk
memenangkan persaingan pasar atau setidaknya bertahan. Karena itu, menurut I
Nyoman Pujawan, untuk menjadi pemenang dalam persaingan pasar maka rantai
pasokan harus bisa menyediakan produk yang:

 Murah
 Berkualitas
 Tepat waktu
 Bervariasi

C. Proses Supply Chain Management

Salah satu faktor kunci untuk mengoptimalkan supply chain adalah dengan
menciptakan alur informasi yang bergerak secara mudah dan akurat diantara jaringan
atau mata rantai tersebut, dan pergerakan barang yang efektif dan efisien yang
menghasilkan kepuasan maksimal pada para pelanggan (Indrajit dan Djokopranoto,
2003). Dengan tercapainya koordinasi dari rantai supply perusahaan, maka tiap
channel dari rantai supply perusahaan tidak akan mengalami kekurangan barang juga
tidak kelebihan barang terlalu banyak. Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2003)
dalam supply chain ada beberapa pemain utama yang merupakan perusahaan-
perusahaan yang mempunyai kepentingan didalam arus barang, para pemain utama itu
adalah:
1. Supplier
2. Manufacturer
3. Distributor / wholesaler
4. Retail outlets
5. Customers

Proses Supply Chain yang terjadi antar pemain utama itu adalah sebagai berikut:

 Chain 1: Supplier

Jaringan yang bermula dari sini, yang merupakan sumber yang menyediakan
bahan pertama, dimana mata rantai penyaluran barang akan dimulai. Bahan
pertama ini bisa dalam bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong,
bahan dagangan, subassemblies, suku cadang dan sebagainya. Sumber
pertama ini dinamakan suppliers. Dalam arti yang murni, ini termasuk juga
supplier’s suppliers atau sub-suppliers. Jumlah supplier bisa banyak atau
sedikit, tetapi supplier’s suppliers biasanya berjumlah banyak sekali.

 Chain 1 – 2: Supplier – Manufacturer

Rantai pertama dihubungkan dengan rantai yang kedua, yaitu manufacturer


atau plants atau assembler atau fabricator atau bentuk lain yang melakukan
pekerjaan membuat, memfabrikasi, meng-assembling, merakit,
mengkonversikan, atau pun menyelesaikan barang (finishing). Hubungan
dengan mata rantai pertama ini sudah mempunyai potensi untuk melakukan
penghematan. Misalnya inventories bahan baku, bahan setengah jadi, dan
bahan jadi yang berada di pihak suppliers, manufacturer dan tempat transit
merupakan target untuk penghematan ini. Tidak jarang penghematan sebesar
40%-60%, bahkan lebih, dapat diperoleh dari inventory carrying cost di mata
rantai ini. Dengan menggunakan konsep supplier partnering misalnya,
penghematan tersebut dapat diperoleh.

 Chain 1 – 2 – 3: Supplier – Manufactures – Distributor

Barang sudah jadi yang dihasilkan oleh manufacturer sudah mulai disalurkan
kepada pelanggan. Walaupun tersedia banyak cara untuk menyalurkan barang
ke pelanggan, yang umum adalah melalui distributor dan ini biasanya
ditempuh oleh sebagian besar supply chain. Barang dari pabrik melalui
gudangnya disalurkan ke gudang distributor atau wholesaler atau pedagang
dalam jumlah yang besar, dan pada waktunya nanti pedagang besar
menyalurkan dalam jumlah yang lebih kecil kepada retailer atau pengecer.
 Chain 1 – 2 – 3 – 4: Supplier – Manufacturer – Distributor – Retail Outlet

Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gedung sendiri atau dapat juga
menyewa dari pihak lain. Gudang ini digunakan untuk menimbun barang
sebelum disalurkan ke pihak pengecer. Sekali lagi disini ada kesempatan
untuk memperoleh penghematan dalam bentuk jumlah inventories dan biaya
gudang, dengan cara melakukan desain kembali pola-pola pengiriman barang
baik dari gudang manufacturer maupun ke toko pengecer (retail outlet).

 Chain 1 – 2 – 3 – 4 – 5: Supplier – Manufacturer – Distributor – Retail Outlet


– Customer

Dari rak-raknya, para pengecer atau retailer ini menawarkan barangnya


langsung kepada para pelanggan, pembeli atau pengguna barang tersebut.
Yang termasuk outlet adalah toko, warung, toko serba ada, pasar swayalan,
atau koperasi dimana konsumen melakukan pembelian. Walaupun secara fisik
dapat dikatakan ini adalah mata rantai terakhir, sebetulnya masih ada satu
mata rantai lagi, yaitu dari pembeli (yang mendatangi retail outlet) ke real
customer dan real user, karena pembeli belum tentu pengguna akhir. Mata
rantai supply baru benar-benar berhenti setelah barang yang bersangkutan tiba
di real customers dan real user.

D. Strategi Supply Chain

Terdapat lima strategi yang dapat dipilih perusahaan untuk melakukan pembelian
kepada supplier yaitu adalah sebagai berikut:

1. Banyak Pemasok (Many Supplier)


Strategi ini memainkan antara pemasok yang satu dengan pemasok yang lainnya
dan membebankan pemasok untuk memenuhi permintaan pembeli. Para
pemasok saling bersaing secara agresif. Meskipun banyak pendekatan negosiasi
yang digunakan dalam strategi ini, tetapi hubungan jangka panjang bukan
menjadi tujuan. Dalam pendekatan ini, tanggung jawab dibebankan pada
pemasok untuk mempertahankan teknologi, keahlian, kemampuan ramalan,
biaya, kualitas dan pengiriman.

2. Sedikit Pemasok (Few Supplier)


Dalam strategi ini, perusahaan mengadakan hubungan jangka panjang dengan
para pemasok yang komit. Karena dengan cara ini, pemasok cenderung lebih
memahami sasaran-sasaran luas dari perusahaan dan konsumen akhir.
Penggunaan hanya beberapa pemasok dapat menciptakan nilai dengan
memungkinkan pemasok mempunyai skala ekonomis dan kurva belajar yang
menghasilkan biaya transaksi dan biaya produksi yang lebih rendah. Dengan
sedikit pemasok maka biaya mengganti partner besar, sehingga pemasok dan
pembeli menghadapi resiko akan menjadi tawanan yang lainnya. Kinerja
pemasok yang buruk merupakan salah satu resiko yang dihadapi pembeli
sehingga pembeli harus memperhatikan rahasia-rahasia dagang pemasok yang
berbisnis di luar bisnis bersama.

3. Vertical Integration
Artinya pengembangan kemampuan memproduksi barang atau jasa yang
sebelumnya dibeli, atau dengan benar-benar membeli pemasok atau distributor.
Integrasi vertical dapat berupa:

 Integrasi ke belakang (Backward Integration) berarti penguasaan


kepada sumber daya, misalnya Perusahaan Mobil mengakuisisi
Pabrik Baja.
 Integrasi kedepan (Forward Integration) berarti penguasaan kepada
konsumennya, misalnya Perusahaan Mobil mengakuisisi Dealer yang
semula sebagai distributornya.

4. Kairetsu Network.
Kebanyakan perusahaan manufaktur mengambil jalan tengah antara membeli
dari sedikit pemasok dan integrasi vertical dengan cara misalnya mendukung
secara financial pemasok melalui kepemilikan atau pinjaman. Pemasok
kemudian menjadi bagian dari koalisi perusahaan yang lebih dikenal dengan
kairetsu. Keanggotaannya dalam hubungan jangka panjang oleh sebab itu
diharapkan dapat berfungsi sebagai mitra, menularkan keahlian tehnis dan
kualitas produksi yang stabil kepada perusahaan manufaktur. Para anggota
kairetsu dapat beroperasi sebagai subkontraktor rantai dari pemasok yang lebih
kecil.

5. Perusahaan Maya (Virtual Company)


Perusahan Maya mengandalkan berbagai hubungan pemasok untuk memberikan
pelayanan pada saat diperlukan. Perusahaan maya mempunyai batasan organisasi
yang tidak tetap dan bergerak sehingga memungkinkan terciptanya perusahaan
yang unik agar dapat memenuhi permintaan pasar yang cenderung berubah.
Hubungan yang terbentuk dapat memberikan pelayanan jasa diantaranya
meliputi pembayaran gaji, pengangkatan karyawan, disain produk atau
distribusinya. Hubungan bisa bersifat jangka pendek maupun jangka panjang,
mitra sejati atau kolaborasi, pemasok atau subkontraktor. Apapun bentuk
hubungannya diharapkan akan menghasilkan kinerja kelas dunia yang
ramping. Keuntungan yang bisa diperoleh diantaranya adalah: keahlian
manajemen yang terspesialisasi, investasi modal yang renah, fleksibilitas dan
kecepatan. Hasil yang diharapkan adalah efisiensi.

E. Mengukur Performa Supply Chain Management

Dikatakan oleh Schroeder bahwa mengukur performa supply chain adalah langkah
pertama menuju perbaikan. Sebuah tahapan awal yang perlu ditetapkan dan
ditentukan untuk dapat mencapai tujuan perbaikan tersebut. Schroeder
mengemukakan bahwa pada umumnya ada lima poin penting yang dapat diukur
dalam performa supply chain management, yaitu (Shcroeder, 2007):

1. Pengiriman
Mengacu pada ketepatan waktu pengiriman: persentase pesanan dikirimkan
secara lengkap dan tidak melewati pada tanggal yang diminta oleh pelanggan.
2. Kualitas
Ukuran langsung dari kualitas adalah kepuasan pelanggan dan dapat diukur
melalui beberapa cara. Salah satunya, dapat diukur terhadap apa yang pelanggan
harapkan. Pengukuran ini erat kaitannya dengan loyalitas pelanggan.

3. Waktu
Waktu pengisian total dapat dihitung langsung dari tingkat persediaan. Jika kita
mengasumsikan ada tingkat penggunaan konstan dari persediaan, maka waktu
dalam persediaan hanya tingkat persediaan dibagi dengan tingkat penggunaan.

4. Fleksibilitas
Fleksibilitas adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengubah volume atau bauran
produk dengan persentase tertentu atau jumlah.

5. Biaya
Ada dua cara untuk mengukur biaya. Pertama, perusahaan dapat mengukur total
biaya pengiriman, termasuk manufacture, distribusi, biaya persediaan tercatat,
dan biaya rekening membawa piutang.
BAB 3
PENUTUP

Kesimpulan

Dari pembahasan diatas, dapat diketahui bahwa Supply Chain Management


merupakan metode, alat, atau pendekatan pengelolaan dari Supply Chain yang berfungsi
untuk mengelola sistem mulai dari mengkonversikan berbagai bahan mentah serta bahan-
bahan pendukungnya menjadi barang jadi hingga mendistribusikannya kepada pelanggan.
Proses Supply Chain Management merupakan hal yang paling harus diperhatikan oleh
perusahaan agar tercukupi nya persediaan produk dengan harga yang ekonomis, hal tersebut
dapat dicapai ketika pengelolaan sistem nya sudah berjalan secara efektif dan efisien, SCM
disini berperan untuk mengatur itu semua. Secara tidak langsung dengan pengelolaan sistem
yang berjalan baik dapat memberi nilai tambah terhadap produk karena persediaan produknya
yang mencukupi dengan harga yang ekonomis sehingga perusahaan tidak kehilangan
konsumen.
Tujuan utama adanya SCM pada perusahaan adalah antara lain untuk mengelola
permintaan dan penawaran secara efektif dan efisien, serta untuk dapat memenangkan
persaingan pasar SCM harus dapat menyediakan produk yang murah, berkualias, tepat waktu
dan bervariasi. Tentunya hal tersebut harus menggunakan strategi SCM yang tepat. Performa
SCM juga dapat diukur dari pengiriman, kualitas, waktu, biaya dan fleksibilitas. SCM disini
sangat berperan penting dalam proses Produksi dalam suatu perusahaan. Hal itu dapat
mempengaruhi apakah suatu peruahaan dapat berkembang atau tudak.

Anda mungkin juga menyukai