Anda di halaman 1dari 16

DESKRIPSI MATERI

PERTEMUAN KE- 9 : Least Cost


Mata Kuliah : Riset Operasi
Dosen Pengampu: I Made Aryata,. ST. MM.
PENGANTAR:
Persoalan

pendistribusian

barang

atau

persoalan

transportasi merupakan sebuah masalah yang timbul dimana


ada satu komoditi yang dihasilkan oleh beberapa sumber (origin)
dan harus didistribusikan ke beberapa tujuan (destination).
Persediaan atau penawaran (supply) maksimum pada setiap
sumber dengan dan permintaan (demand) minimum pada setiap
tujuan diketahui, demikian pula dianggap bahwa tersedia jalur
penghubung antara setiap sumber dengan setiap tujuan, beserta
biaya angkut atau distribusi tiap satuannya. Yang menjadi
permasalahan ialah bagaimana mengatur alokasi angkutan untuk
setiap jalurnya supaya kendala
kapasitas

dan

permintaan

meminimumkan

biaya

terpenuhi

distribusi

total.

dengan

benar

Semuanya

dan

dihitung

berdasarkan satu masa distribusi tertentu.


Untuk

menyelesaikan

atau

memecahkan

persoalan

pendistribusian barang ini, dapat dilakukan dengan Metode


Transportasi. Metode Transportasi merupakan algoritma dengan
teori program linear. Dimana alokasi pendistribusian akan diatur
sedemikian

rupa

sehingga

diperoleh

total

biaya

minimal

distribusi dari pengangkutan barang dari setiap tempat asal ke


setiap tempat tujuan.
Metode pendistribusian barang merupakan suatu metode
yang digunakan untuk mengatur distribusi dari sumber-sumber
yang menyediakan produk yang sama (supply) ke tempat tempat

yang membutuhkan (demand) secara optimal. Pendistribusian


berkaitan dengan penentuan rencana biaya terendah untuk
mengirimkan satu barang dari sejumah sumber (misalnya,
pabrik) ke sejumlah tujuan (misalnya, gudang).
TUJUAN PERKULIAHAN:
Setelah mempelajari materi perkuliahan, diharapkan mahasiswa
mampu:
1. Memahami tentang pengertian model transportasi
2. Memahami tentang definisi Least Cost
3. Menyelesaikan permasalahan transportasi dengan metode
Least Cost
URAIAN MATERI:
1. Model Transportasi
1.1. Pengertian Model Transportasi
Hamdy A Taha (1996) mengemukakan bahwa dalam arti
sederhana, model transportasi berusaha menentukan sebuah
rencana transportasi sebuah barang dari sejumlah sumber ke
sejumlah tujuan. Data dalam model ini mencakup:
1. Tingkat penawaran di setiap sumber dan jumlah
permintaan di setiap tujuan.
2. Biaya transportasi per unit barang dari setiap sumber ke
setiap tujuan.
Menurut Tamin (2000), model transportasi adalah suatu
metode yang digunakan untuk mengatur distribusi suatu produk
(barang-barang) dari sumber-sumber yang menyediakan produk
(misalnya pabrik) ke tempat-tempat tujuan (misalnya gudang)
secara optimal. Tujuan dari model ini adalah menentukan jumlah
yang

harus

dikirim

dari

setiap

sumber

ke

setiap

tujuan

sedemikian rupa dengan total biaya transportasi minimum.


Metode

transportasi

merupakan

suatu

metode

yang

digunakan untuk mengatur distribusi dari sumber-sumber yang

menyediakan

produk

yang

sama,

ke

tempat-tempat

yang

membutuhkan secara optimal. Alokasi produk ini harus diatur


sedemikian rupa, karena terdapat perbedaan biaya-biaya alokasi
dari satu sumber ke tempat-tempat tujuan berbeda-beda, dan
dari beberapa sumber ke tempat-tempat tujuan juga berbedabeda (Subagyo et al. 1990).
1.2. Persoalan Model Transportasi
Agustini dan Rahmadi (2004) mengemukakan bahwa kasus
transportasi timbul ketika dicoba menentukan cara pengiriman
(distribusi) suatu jenis barang (item) dari beberapa sumber
(lokasi penawaran) ke beberapa tujuan (lokasi permintaan) yang
dapat meminimumkan biaya. Biasanya jumlah barang yang
dapat disalurkan dari setiap lokasi penawaran adalah tetap atau
terbatas,

namun

jumlah

permintaan

pada

setiap

lokasi

permintaan adalah bervariasi.


Menurut Siagian (2006), gambaran umum dari persoalan
angkutan dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Sebuah perusahaan yang menghasilkan barang atau
komoditi tertentu melalui sejumlah pabrik pada lokasi yang
berbeda, akan mengirim barang ke berbagai tempat yang
memerlukan

dengan

jumlah

kebutuhan

yang

sudah

tertentu.
2. Sejumlah barang atau komoditi hendak dikirim dari
sejumlah pelabuhan asal kepada sejumlah pelabuhan
tujuan, masing-masing dengan tingkat kebutuhan yang
sudah diketahui.
3.

Sasaran

dalam

masalah

transportasi

ini

ialah

mengalokasikan barang yang ada pada pelabuhan asal


sedemikian rupa hingga terpenuhi semua kebutuhan pada

pelabuhan tujuan. Sedangkan tujuan utama dari persoalan


angkutan ini ialah untuk mencapai jumlah biaya yang
serendah-rendahnya (minimum) atau mencapai jumlah
laba yang sebesar-besarnya (maksimum).
Pada

umumnya,

masalah

transportasi

berhubungan

dengan distribusi suatu produk tunggal dari beberapa sumber,


dengan penawaran terbatas, menuju beberapa tujuan dengan
permintaan tertentu, pada biaya transportasi minimum. Karena
bentuk masalah transportasi yang khas untuk menghitung
minimasi biaya transportasi dalam bentuk tabel khusus yang
dinamakan tabel transportasi (Mulyono, 2004).
1.3. Pembuatan Model Transportasi
Model transportasi dari sebuah jaringan dengan m sebagai
sumber dan n sebagai tujuan dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Sumber dan tujuan diwakili dengan sebuah node, dan rute
pengiriman barang dari yang menghubungkan sumber ke tujuan
diwakili dengan busur yaitu:
1. Masing-masing sumber mempunyai kapasitas
2. Masing-masing tujuan mempunyai kapasitas
3. : jumlah satuan unit yang dikirim dari sumber i ke tujuan
j
4. : ongkos pengiriman per unit dari sumber i ke tujuan j
Contoh.
Sebuah perusahaan Negara berkepentingan mengangkut
pupuk dari tiga pabrik ke tiga pasar. Kapasitas penawaran ketiga
pabrik, permintaan pada ketiga pasar dan biaya transport perunit
adalah sebagai berikut:

Masalah diatas diilustrasikan sebagai suatu model jaringan


pada gambar sebagai berikut:

Masalah diatas juga dapat dirumuskan sebagai suatu


masalah LP sebagai berikut:
Minimumkan: Z = 8X11 + 5X12 + 6X13 + 15X21 + 10X22 +
12X23 + 3X31 + 9X32 + 10X33
Batasan:

X11 + X12 + X13 = 120 (penawaran pabrik 1)


X21 + X22 + X23 = 80 (penawaran pabrik 2)
X31 + X32 + X33 = 80 (penawaran pabrik 3)
X11 + X21 + X31 = 150 (permintaan pabrik 1)
X12 + X22 + X32 = 70 (permintaan pabrik 2)
X13 + X23 + X33 = 60 (permintaan pabrik 3)

1.4. Keseimbangan Transportasi


Problema transportasi seimbang adalah problema biaya
angkutan barang di mana jumlah barang yang dipasok dari
tempat asal sama dengan jumlah barang yang diminta di tempat
tujuan. Problema transportasi tidak seimbang adalah suatu
problema transportasi di mana jumlah permintaan lebih besar
daripada

pemasokan

atau

jumlah

pemasokan

lebih

besar

daripada permintaan (Sitorus, 1997).


Dalam kehidupan nyata, tidak selalu dapat dipastikan
bahwa penawaran sama dengan permintaan atau melebihinya.
Tetapi, sebuah model transportasi dapat selalu berimbang.
Pengimbangan ini, di samping kegunaannya dalam pemodelan
situasi praktis tertentu, adalah penting untuk pengembangan
sebuah metode pemecahan yang sepenuhnya memanfaatkan
struktur khusus dari model transportasi ini (Taha, 1996).
Dalam persoalan transportasi yang sebenarnya, jumlah
supply yang tersedia tidak selalu sama dengan jumlah demand
atau dengan kata lain jumlah supply yang tersedia mungkin lebih
besar atau lebih kecil daripada jumlah demand. Jika hal ini
terjadi,

maka

model

persoalan

disebut

sebagai

model

transportasi tidak seimbang (unbalanced transportation model).


Setiap persoalan transportasi dapat dibuat seimbang dengan
memasukkan

kolom

dummy

atau

baris

dummy.

Ada

kemungkinan yang terjadi pada persoalan transportasi tidak


seimbang yaitu:
1. Bila supply lebih besar daripada demand , persoalan ini
diselesaikan dengan cara menetapkan dummy pada tujuan
(kolom) untuk menyerap kelebihan demand sebesar
2. Bila supply lebih kecil daripada demand , persoalan ini
diselesaikan

dengan

cara

menetapkan

dummy

pada

sumber (baris) untuk men-supply kekurangan demand


sebesar
Dengan
Pi = dummy untuk baris
Pj = dummy untuk kolom
Dummy tujuan pada kolom maupun dummy sumber pada
baris tabel transportasi pada dasarnya adalah buatan (tidak riil).
Dengan demikian, biaya distribusi pada kolom dummy dan baris
dummy adalah nol. Hal ini dapat dipahami karena pada
kenyataan tidak terjadi pengiriman dari sumber dummy dan
tidak terjadi pengiriman ke tujuan dummy.

2. Metode Least Cost


Metode biaya terendah atau Least-Cost Method berusaha
mencapai tujuan minimalisasi biaya dengan alokasi sistematik
kepada kotak-kotak sesuai dengan besarnya biaya transportasi
per unit (Rangkuti, 2013).
Menurut Render dan Heizer (2005, p634), Metode Least
Cost adalah metode yang membuat alokasi berdasarkan kepada
biaya yang terendah. Metode ini merupakan sebuah pendekatan
yang sederhana, yang menggunakan langkah-langkah berikut:
1)

Identifikasi sel dengan biaya yang paling rendah. Pilih

salah satu jika terdapat biaya yang sama.


2)

Alokasikan unit sebanyak mungkin untuk sel tersebut

tanpa melebihi pasokan atau permintaan. Kemudian coret


kolom atau baris itu (atau keduanya) yang sudah penuh
terisi.

3)

Dapatkan sel dengan biaya yang paling rendah dari

sisa sel (yang belum dicoret).


4)

Ulangi langkah ke 2 dan 3 sampai semua unit habis

dialokasikan.
Menurut Siswanto (2006, p271), Metode Least Cost adalah
sebuah metode untuk menyusun tabel awal dengan cara
pengalokasian distribusi barang dari sumber ke tujuan mulai dari
sel yang memiliki biaya distribusi kecil.
Kelebihan :

mencari dan memenuhi yang biayanya terkecil dulu.

Lebih efisien dibanding metode NWC.

lebih mudah dipahamin sehingga lebih disukai oleh

orang awam
Kelemahan :

Pada kasus tertentu, ada kemungkinan diperolehnya

solusi dengan biaya yang ekstra mahal.

pada metode Least Cost terletak pada penentuan

alokasi produk ke dalam sel atau kotak yang memiliki


biaya terendah, dimana biaya tersebut mempunyai lebih
dari satu sel atau kotak
3. Contoh Soal
Contoh 1
Sebuah perusahaan mebel akan mendistribusikan produk nya
dari 3
pabrik ke 3 tempat penyimpanan. Pabrik ke-1, ke-2 dan ke-3
berturut turut memiliki penawaran / supply sebesar 120, 80 dan
80 satuan. Dan tempat penyimpanan ke-1, ke-2 dan ke-3
memiliki permintaan / demand sebesar 150, 70 dan 60 satuan.
Diketahui biaya pengiriman tiap barang dari pabrik ke tempat
penyimpanan sebagai berikut:

a.

Dari pabrik ke-1 ke tempat penyimpanan ke-1 = 8

b.

Dari pabrik ke-1 ke tempat penyimpanan ke-2 = 5

c.

Dari pabrik ke-1 ke tempat penyimpanan ke-3 = 6

d.

Dari pabrik ke-2 ke tempat penyimpanan ke-1 = 15

e.

Dari pabrik ke-2 ke tempat penyimpanan ke-2 = 10

f.

Dari pabrik ke-2 ke tempat penyimpanan ke-3 = 12

g.

Dari pabrik ke-3 ke tempat penyimpanan ke-1 = 3

h.

Dari pabrik ke-3 ke tempat penyimpanan ke-2 = 9

i.

Dari pabrik ke-3 ke tempat penyimpanan ke-3 = 10

Keterangan:
Zawal = C11X11 + C12X12 + ... + C33X33 = 8.0 + 5.70 + 6.50
+ 15.70 + 10.0
+ 12.10 + 3.80 + 9.0 + 10.0 = 2060
Contoh 2
Sebuah perusahaan Negara berkepentingan mengangkut
pupuk dari tiga pabrik ke tiga pasar. Kapasitas penawaran ketiga
pabrik, permintaan pada ketiga pasar dan biaya transport perunit
adalah sebagai berikut:

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

a. Pilih variable Xij (kotak) dengan biaya transport (cij) terkecil


dan alokasikan sebanyak mungkin. Ini akan menghabiskan baris i
atau kolom j.
b. Dari kotak-kotak sisanya yang layak (yaitu yang tidak terisi
atau dihilangkan) pilih cij terkecil dan alokasikan sebanyak
mungkin.
c. Lanjutkan proses ini sampai semua penawaran dan permintaan
terpenuhi.
Solusi awal dengan menggunakan metode north west corner
pada masalah diatas ditunjukkan oleh table 1.3.

Contoh 3
Suatu perusahaan semen mempunyai tiga pabrik di tiga
tempat yang berbeda, yaitu P1, P2 dan P3 dengan kapasitas
masing masing 60, 80 dan 70 ton/bulan. Produk semen yang
dihasilkan dikirim ketiga lokasi penjualan, yaitu G1, G2 dan G3
dengan permintaan penjualan masing-masing 50, 100 dan 60.

Ongkos angkut (Rp. 000 per ton semen) dari masing-masing


pabrik ke lokasi penjualan adalah sebagai berikut :

Anda mungkin juga menyukai