Manajemen Rantai Pasokan atau disebut Supply Chain Management merupakan pengelolaan rantai
siklus yang lengkap mulai bahan mentah dari para supplier, ke kegiatan operasional di perusahaan,
berlanjut ke distribusi sampai kepada konsumen. Istilah supply chain management pertama kali
dikemukakan oleh Oliver dan Weber pada tahun 1982. Supply chain adalah jaringan fisiknya, yakni
perusahaan–perusahaan yang terlibat dalam memasok bahan baku, memproduksi barang, maupun
mengirimkannya ke pemakai akhir, supply chain management adalah metode, alat, atau pendekatan
pengelolaannya. Definisi Supply Chain Management juga diberikan oleh James A. dan Mona J.
Fitzsimmons, yang menyatakan bahwa supply chain management adalah sebuah sistem pendekatan
total untuk mengantarkan produk ke konsumen akhir dengan menggunakan teknologi informasi untuk
mengkoordinasikan semua elemen supply chain dari mulai pemasok ke pengecer, lalu mencapai tingkat
berikutnya yang merupakan keunggulan kompetitif yang tidak tersedia di sistem logistik tradisional.
Sedangkan definisi Supply Chain Management menurut Chase, Aquilano, Jacobs adalah sistem untuk
menerapkan pendekatan secara total untuk mengelola seluruh aliran informasi, bahan, dan jasa dari
bahan baku melalui pabrik dan gudang ke konsumen akhir. Oleh Robert J. Vokurka, Gail M. Zank dan
Carl M. Lund III supply chain management didefinisikan sebagai, “all the activities involved in delivering a
product from raw material through the customer including sourcing raw material and parts, manufacturing
and assembly, warehousing and inventory tracking, order entry and order management, distribution
across all channels, delivery to the customer, and the information system necessary to monitor all of the
activities” . Stevenson mendefinisikan supply chain management sebagai suatu koordinasi strategis dari
rantai pasokan dengan tujuan untuk mengintegrasikan manajemen penawaran dan permintaan. Russell
dan Taylor mendefinisikan bahwa supply chain management adalah mengelola arus informasi, produk
dan pelayanan di seluruh jaringan baik itu pelanggan, perusahaan hingga pemasok .
Dengan demikian, berdasarkan berbagai definisi supply chain management sebagaimana telah
disampaikan, dapat ditarik hal umum bahwa supply chain management adalah semua kegiatan yang
terkait dengan aliran material, informasi dan uang di sepanjang supply chain. Lebih jauh cakupan supply
chain management akan meliputi hal-hal berikut:
Hal penting yang menjadi dasar pemikiran pada konsep ini adalah focus pada pengurangan kesia-siaan
dan mengoptimalkan nilai pada rantai pasokan yang berkaitan. Dengan demikian Manajemen Rantai
Pasokan atau Supply Chain Management dapat didefinisikan sebagai pengelolaan berbagai kegiatan
dalam rangka memperoleh bahan mentah, dilanjutkan kegiatan transformasi sehingga menjadi produk
dalam proses, kemudian menjadi produk jadi dan diteruskan dengan pengiriman kepada konsumen
melalui sistim distribusi. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan mencakup pembelian secara tradisional dan
berbagai kegiatan penting lainnya yang berhubungan dengan supplier dan distributor. Supply Chain
Management meliputi penetapan:
Pengangkutan.
pembayaran secara tunai atau kredit (proses transfer)
supplier
distributor dan pihak yang membantu transaksi seperti Bank
Hutang maupun piutang
Pergudangan
Pemenuhan pesanan
Informasi mengenai ramalan permintaan, produksi maupun pengendalian persediaan.
Komponen dari supply chain management menurut Turban (2004) terdiri dari tiga komponen utama yaitu:
1. Upstream Supply Chain
Bagian upstream (hulu) supply chain meliputi aktivitas dari suatu perusahaan manufacturing dengan para
penyalurnya (yang mana dapat manufacturers, assemblers, atau kedua-duanya) dan koneksi mereka
kepada para penyalur mereka (para penyalur second-tier). Hubungan para penyalur dapat diperluas
kepada beberapa strata, semua jalan dari asal material (contohnya bijih tambang, pertumbuhan
tanaman). Di dalam upstream supply chain, aktivitas yang utama adalah pengadaan.
Rantai pasokan bagaikan darah dari setiap organisasi bisnis karena menghubungkan pemasok,
produsen, dan pelanggan akhir di jaringan yang sangat penting untuk penciptaan dan pengiriman barang
dan jasa. Dalam mengelola rantai pasokan memerlukan suatu proses yaitu, proses perencanaan,
pelaksanaan, dan pengendalian operasi rantai pasokan. Tujuan manajemen rantai pasokan adalah
dengan menyelaraskan permintaan dan penawaran seefektif dan seefisien mungkin. Masalah-masalah
utama dalam rantai pasokan terkait dengan (Stevenson, 2009):
1. Menentukan tingkat outsourcing yang tepat
2. Mengelola pembelian / pengadaan suatu barang
3. Mengelola pemasok
4. Mengelola hubungan terhadap pelanggan
5. Mengidentifikasi masalah dan merespon masalah dengan cepat
6. Mengelola risiko
Sedangkan menurut I Nyoman Pujawan, supply chain memiliki tujuan strategis yang perlu dicapai untuk
membuat supply chain menang atau setidaknya bertahan dalam persaingan. Untuk bisa memenangkan
persaingan pasar maka supply chain harus bisa menyediakan produk yang,
1. Murah
2. Berkualitas
3. Tepat waktu
4. Bervariasi
Menurut Hitt, Ireland dan Hoskisson (2001), semua tindakan yang diambil oleh perusahaan ini
dimaksudkan untuk membantu perusahaan mencapai daya saing strategisnya dan menghasilkan laba di
atas rata-rata. Daya saing strategis dicapai ketika sebuah perusahaan berhasil memformulasikan dan
menerapkan strategi penciptaan nilai. Ketika perusahaan mengimplementasikan suatu strategi yang tidak
dapat ditiru oleh perusahaan lain atau terlalu mahal untuk menirunya, perusahaan ini memiliki
keunggulan persaingan bertahan atau dapat bertahan (sustained atau sustainable competitive
advantage, selanjutnya disebut sebagai keunggulan persaingan). Setelah perusahaan mendapatkan
daya saing strategis dan sukses mengeksploitasi keunggulan persaingannya, suatu perusahaan mampu
mencapai tujuan utamanya: mendapatkan laba diatas rata-rata, yaitu kelebihan penghasilan yang
diharapkan oleh seorang investor dari investasi.
Proses supply chain management adalah proses saat produk masih berbahan mentah, produk
setengah jadi dan produk jadi diperoleh, diubah dan dijual melalui berbagai fasilitas yang terhubung oleh
rantai sepanjang arus produk dan material. Bila digambarkan dalam bentuk bagan akan nampak
sebagaio berikut:
Arus material melibatkan arus produk fisik dari pemasok sampai konsumen melalui rantai, sama
baiknya dengan arus balik dari retur produk, layanan, daur ulang dan pembuangan
Arus informasi meliputi ramalan permintaan, transmisi pesanan dan laporan status pesanan
Arus keuangan meliputi informasi kartu kredit, syarat-syarat kredit, jadwal pembayaran,
penetapan kepemilikan dan pengiriman
Salah satu faktor kunci untuk mengoptimalkan supply chain adalah dengan menciptakan alur
informasi yang bergerak secara mudah dan akurat diantara jaringan atau mata rantai tersebut, dan
pergerakan barang yang efektif dan efisien yang menghasilkan kepuasan maksimal pada para pelanggan
(Indrajit dan Djokopranoto, 2003). Dengan tercapainya koordinasi dari rantai supply perusahaan, maka
tiap channel dari rantai supply perusahaan tidak akan mengalami kekurangan barang juga tidak
kelebihan barang terlalu banyak. Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2003) dalam supply chain ada
beberapa pemain utama yang merupakan perusahaan-perusahaan yang mempunyai kepentingan
didalam arus barang, para pemain utama itu adalah:
1. Supplier
2. Manufacturer
3. Distributor / wholesaler
4. Retail outlets
5. Customers
Proses mata rantai yang terjadi antar pemain utama itu adalah sebagai berikut:
Chain 1: Supplier
Jaringan yang bermula dari sini, yang merupakan sumber yang menyediakan bahan pertama, dimana
mata rantai penyaluran barang akan dimulai. Bahan pertama ini bisa dalam bentuk bahan baku, bahan
mentah, bahan penolong, bahan dagangan, subassemblies, suku cadang dan sebagainya. Sumber
pertama ini dinamakan suppliers. Dalam arti yang murni, ini termasuk juga supplier’s suppliers atau sub-
suppliers. Jumlah supplier bisa banyak atau sedikit, tetapi supplier’s suppliers biasanya berjumlah banyak
sekali.
Indrajit dan Djokopranoto (2002) menjelaskan mengenai pelaku utama yang mempunyai
kepentingan didalam arus barang dapat dikembangkan suatu model supply chain, yaitu suatu gambaran
plastis mengenai hubungan mata rantai dari pelaku-pelaku tersebut yang dapat berbentuk seperti mata
rantai yang terhubung satu dengan yang lain. Supplier’s suppliers telah dimasukkan untuk menunjukan
hubungan yang lengkap dari sejumlah perusahaan atau organisasi yang bersama-sama mengumpulkan
atau mencari, mengubah, dan mendistribusikan barang dan jasa kepada pelanggan terakhir. Salah satu
faktor kunci untuk mengoptimalkan supply chain adalah dengan menciptakan alur informasi yang
bergerak secara mudah dan akurat antara jaringan atau mata rantai tersebut dan pergerakan barang
yang efektif dan efisien yang menghasilkan kepuasan maksimal. Secara ringkas dapat digambarkan
sebagai berikut:
Sedangkan menurut James A. dan Mona J. Fitzsimmons (2006), bentuk fisik dari suatu barang dalam
supply chain dapat dilihat sebagai tahapan jaringan nilai tambah bahan pengolahan yang masing-masing
didefinisikan dengan pasokan input, transformasi material dan output permintaan. Berikut diberikan
bagan Supply chain untuk produk barang
Menurut I Nyoman Pujawan (2005), terdapat tantangan yang harus dihadapi dalam mengelola suppy
chain, yaitu:
1. Kompleksitas struktur supply chain
Ketidakpastian permintaan
Ketidakpastian pasokan: lead time pengiriman, harga dan kualitas bahan baku, dll.
Ketidakpastian internal: kerusakan mesin, kinerja mesin yang tidak sempurna, ketidakpastian
kualitas produksi dll.
Gambaran mengenai ketidak pastian dalam supply chain adalah sebagai berikut:
Untuk menghadapi masalah ketidakpastian pemesanan dalam rantai pasokan atau bullwhip effect,
diperlukan sharing informasi di sepanjang rantai pasokan, optimalisasi tingkat persediaan, penciptaan tim
rantai pasokan, pengukuran kinerja rantai pasokan, maupun membangun koordinasi dan kolaborasi di
antara mitra bisnis sehingga proses pengiriman produk dari pemasok ke perusahaan dan ke konsumen
dapat berjalan lancar dan memungkinkan perusahaan untuk mencapai biaya persediaan yang rendah.
Sedangkan menurut James A. dan Mona J. Fitzsimmons (2006), tantangan dalam supply chain
management adalah untuk menyeimbangkan kebutuhan pengiriman pelanggan secara tepat dengan
mendorong biaya produksi dan biaya persediaan. Pemodelan rantai supply chain management
memungkinkan manajer untuk mengevaluasi pilihan yang akan memberikan peningkatan terbesar dalam
kepuasan pelanggan dengan biaya yang terjangkau.
Dikatakan oleh Schroeder bahwa mengukur performa supply chain adalah langkah pertama menuju
perbaikan. Sebuah tahapan awal yang perlu ditetapkan dan ditentukan untuk dapat mencapai tujuan
perbaikan tersebut. Schroeder mengemukakan bahwa pada umumnya ada lima poin penting yang dapat
diukur dalam performa supply chain management, yaitu (Shcroeder, 2007):
1. Pengiriman
Mengacu pada ketepatan waktu pengiriman: persentase pesanan dikirimkan secara lengkap dan tidak
melewati pada tanggal yang diminta oleh pelanggan.
2. Kualitas
Ukuran langsung dari kualitas adalah kepuasan pelanggan dan dapat diukur melalui beberapa cara.
Salah satunya, dapat diukur terhadap apa yang pelanggan harapkan. Pengukuran ini erat kaitannya
dengan loyalitas pelanggan.
3. Waktu
Waktu pengisian total dapat dihitung langsung dari tingkat persediaan. Jika kita mengasumsikan ada
tingkat penggunaan konstan dari persediaan, maka waktu dalam persediaan hanya tingkat persediaan
dibagi dengan tingkat penggunaan.
4. Fleksibilitas
Fleksibilitas adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengubah volume atau bauran produk dengan
persentase tertentu atau jumlah.
5. Biaya
Ada dua cara untuk mengukur biaya. Pertama, perusahaan dapat mengukur total biaya pengiriman,
termasuk manufacture, distribusi, biaya persediaan tercatat, dan biaya rekening membawa piutang.
Penggerak Supply Chain
Supply chain memiliki penggerak yang sangat berpengaruh terhadap performa supply chain itu sendiri.
Menurut Chopra dan Meindl (2004) penggerak supply chain adalah sebagai berikut:
1. Inventory
Adalah semua bahan mentah, dalam proses dan barang-barang yang telah diselesaikan. Inventory
merupakan salah satu penggerak supply chain yang penting karena perubahan kebijakan inventory dapat
mengubah secara drastis tingkat responsivitas dan efisiensi supply chain. Komponen dari keputusan
mengenai inventory adalah (Chopra dan Meindl, 2004):
a. Cycle inventory
Cycle inventory adalah jumlah rata-rata dari inventory yang digunakan untuk memenuhi permintaan
dalam suatu waktu. Misalnya dalam sebulan memerlukan 10 buah truk bahan baku, perusahaan bisa saja
memesan 10 truk bahan baku dalam sekali pesan atau bisa memesan 1 truk bahan baku yang dipesan
tiap 3 hari. Ini tergantung dari strategi supply chain apa yang mereka terapkan (responsif atau efisiensi)
dengan memperhitungkan ordering cost (biaya pesan) dan holding cost (biaya penyimpanan).
b. Safety Inventory
Safety inventory adalah inventory yang dibuat untuk berjaga-jaga terhadap perkiraan akan kelebihan
permintaan. Ini digunakan untuk mengatasi ketidakpastian atas permintaan yang tinggi.
c. Seasonal Inventory
Seasonal inventory adalah inventory yang dibuat untuk mengatasi keragaman yang dapat diprediksi
dalam permintaan. Perusahaan yang menggunakan seasonal inventory akan membangun persediaan
mereka pada periode permintaan barang rendah dan menyimpannya untuk periode permintaan barang
menjadi tinggi, dimana pada saat permintaan tinggi mereka tidak dapat memproduksi semua barang
untuk memenuhi permintaan.
2. Transportation
Transportasi adalah memindahkan persediaan dari titik ke titik dalam supply chain. Transportasi terdiri
atas banyak kombinasi dari model dan bentuk yang memiliki keunggulan masing-masing. Pemilihan
transportasi juga mempunyai dampak besar dalam tingkat responsifitas dan efisiensi supply chain.
Komponen dari keputusan mengenai transportasi menurut Chopra dan Meindl (2004) adalah sebagai
berikut :
a. Modes of transportation
Modes of transportation adalah cara-cara dimana sebuah produk dipindahkan dari saru lokasi dalam
jaringan supply chain ke tempat lainnya. Terdapat 5 cara dasar transportasi yang dapat dipilih yaitu:
Pesawat Udara. Udara merupakan cara transportasi yang paling cepat, tetapi memiliki biaya
yang mahal.
Truk . Truk adalah cara yang relatif cepat dan murah dengan fleksibilitas tinggi.
Kereta. Kereta cara yang mudah yang digunakan untuk jumlah barang yang besar.
Kapal laut. Kapal cara yang paling lambat tetapi sering menjadi pilihan yang paling
ekonomis untuk pengiriman dalam jumlah yang besar ke luar negeri.
Pipa saluran. Pipa saluran biasanya digunakan untuk menyalurkan minyak dan gas.
3. Fasilitas
Fasilitas adalah tempat-tempat dalam jaringan supply chain dimana inventory disimpan, dirakit, atau
diproduksi. Dua jenis umum dari fasilitas adalah tempat produksi dan tempat penyimpanan. Bila
perusahaan memilih tingkat efisiensi tinggi, maka memiliki lebih sedikit gudang. Jadi penentuan fasilitas
mempunyai dampak yang besar dalam tingkat responsifitas dan efisiensi supply chain. Komponen dari
keputusan mengenai fasilitas menurut Chopra dan Meindl (2004, p55-56) adalah sebagai berikut :
a. Location
Penentuan keputusan dimana suatu perusahaan menentukan lokasi fasilitasnya merupakan bagian yang
sangat besar dalam langkah desain supply chain. Penentuan lokasi secara ekonomis, sedangkan
penentuan lokasi secara desentralisasi akan menjadi lebih responsif dalam permintaan konsumen.
b. Capacity
Perusahaan juga harus menentukan seberapa kapasitas dari fasilitas yang dimiliki oleh perusahaan
tersebut. Sejumlah besar kapasitas akan menjadikan perusahaan tersebut menjadi lebih responsif,
demikian pula sebaliknya.
c. Operation methodology
Disini digambarkan bagaimana metode perusahaan dalam memproduksi barang, apakah mesin yang
dipakai untuk membuat produk itu bersifat fleksibel maksudnya adalah mesin tersebut juga dapat pula
digunakan untuk membuat produk lain yang biasanya mesin itu relatif mahal atau menggunakan mesin
yang dapat membuat satu macam produk saja (efisien).
d. Warehouse methodology
Stock Keeping Unit (SKU) Storage. Gudang tradisional yang menyimpan segala macam produk
dalam suatu tempat.
Job Lot Storage. Yaitu suatu metode penyimpanan persediaan dimana semua produk-produk yang
berbeda dibutuhkan untuk suatu pekerjaan khusus atau memuaskan konsumen tipe khusus,
disimpan bersama-sama.
Crossdocking. Yaitu sebuah metode, dimana barang sebenarnya tidak disimpan dalam fasilitas
(gudang) perusahaan. Truk dari pemasok barang, tiap-tiap hari truk tersebut membawa jenis-jenis
yang berbeda dari barang yang dipesan diangkut menuju fasilitas perusahan, kemudian dari sana
dipecah menjadi bagian-bagian kecil dan dengan cepat diangkut ke retailer menggunakan truk-truk
yang berisi barang-barang yang beragam dari truk-truk sebelumnya.
4. Information
Informasi terdiri dari data dan analisis yang berkaitan dengan inventory, transportasi, fasilitas dan
pelanggan diseluruh supply chain. Informasi menyajikan pihak manajemen kesempatan untuk membuat
supply chain lebih responsif dan efisien. Informasi secara potensial adalah penggerak terbesar performa
supply chain. Komponen dari keputusan mengenai informasi adalah (Chopra dan Meindl, 2004):
a. Push versus Pull
Sistem push biasanya menggunakan MRP untuk jadwal produksi, jadwal kepada pemasoknya untuk
menentukan kapan, jenis dan banyak barang yang dikirimkan ke perusahaan, sedangkan tipe pull
menggunakan informasi atas permintaan aktual konsumen, sehingga perusahaan dapat dengan tepat
memenuhi permintaan tersebut.
b. Cordinating and Information sharing
Koordinasi dari supply chain terjadi ketika semua tingkatan dari supply chain bekerja menuju tujuan yang
memaksimalkan keuntungan total supply chain dibandingkan dengan bekerja sendiri-sendiri. Kekurangan
koordinasi berpengaruh pada kerugian yang besar atau keuntungan supply chain. Ini bisa dilakukan
dengan pertukaran data antara tiap-tiap bagian dalam supply chain itu sendiri.
c. Forecasting and Aggregate Planning
Peramalan adalah ilmu pengetahuan dan seni untuk membuat rencana mengenai kebutuhan masa
depan dan kondisinya. Peramalan digunakan dalam pengambilan keputusan. Setelah menciptakan
peramalan, maka perusahaan mengubah menjadi rencana aktivitas untuk memenuhi permintaan yang
telah diperhitungkan.
d. Enabling Technologies
Untuk mencapai komunikasi yang terintregasi dalam supply chain, maka terdapat teknologi-teknologi
yang digunakan yaitu:
Electronic Data Interchange (EDI). EDI memungkinkan perusahaan menjadi lebih efisien,
juga menurunkan waktu yang dibutuhkan produk untuk sampai ke konsumen, transaksi
menjadi lebih akurat dan lebih cepat dibandingkan tanpa EDI.
Internet. Internet sendiri mendukung penggunaan EDI. Dengan internet maka akan menjadi
sebuah faktor penting dalam supply chain.
Entreprise Resources Planning (ERP). Sistem ERP ini menyediakan pelacakan transaksi
dan kemampuan melihat secara keseluruhan atas informasi dari tiap-tiap bagian
perusahaan dan memungkinkan supply chain membuat keputusan yang ‘cerdas’.
Supply Chain Management (SCM) Software. Yaitu program yang menyediakan dukungan
terhadap analisis keputusan dalam penambahan kemampuan melihat secara keseluruhan
terhadap informasi.
Tujuan Penuhi permintaan Tanggapi perubahan Penelitian pangsa
pemasok dengan biaya serendah kebutuhan/permintaaan pasar, bersama-sama
mungkin dengan cepat untuk mengembangkan
memin terjadinya produk dan pilihan
persedian habis
Kriteria Pilih terutama karena Pilih terutama karena Pilih trtm krn
pemilihan biaya kapasitas, kecepatan ketrampilan
utama dan fleksibilitas pengembangan produk
Karakteritik Mempertahankan utilitas Menanam modal pada Proses moduler yang
proses rata-rata yang tinggi kapasitas berlebih dan menuju mass
proses yang fleksibel customization
Karakteristi Meminimalkan persedian Kembangkan sistem Mmin persediaan
k di seluruh rantai untuk yang cept tanggap, dalam rantai untuk
Persediaan menekan biaya dengan persedian menghindari produk
cadangan untuk menjadi usang
memastikan pasokan
Karakteristi Memendekkan lead time Menanamkan investasi Menanamkan investasi
k Lead sepanjang tidak secara agresif untuk secara agresif untuk
Time meningkatkn biaya mngurangi lead time mengurangi lead time
produksi pengembangan
Karakteristi Maksimalkan kinerja dan Menggunakan desain Menggunakan desain
k desain minimisasi biaya produk yang modular untuk
produk mendorong waktu set menunda differensiasi
up yang rendah dan produk selama
produksi massal mungkin.
Pedagang besar maupun eceran membeli semua yang akan dijual, tetapi tidak demikian halnya
untuk perusahaan manufaktur, karena banyak input yang diperlukan perusahaan untuk menghasilkan
output. Oleh karena itu agar operasional berjalan secara efektif dan efisien maka adakalanya dihadapkan
pada keputusan untuk membuat atau membeli serta konsep Outsourcing
Hal-hal tersebut di atas dalam konsep pengambilan keputusan taktis yang dikemukakan oleh Hansen
Mowel menjadi bagian dari tahap pertimbangan kualitatif dalam pengambilan keputusan taktis
2. Outsourcing
Adalah memindahkan aktifitas perusahaan yang dimiliki dalam konsep tradisional kepada supplier
eksternal. Outsourcing merupakan tren yang kontinyu yang mengarah pada efisiensi melalui konsep
spesialisasi sehingga perusahaan dapat berkonsentrasi pada core competencies yang dimiliki. Dengan
outsourcing tidak ada tangible product dan transfer. Perusahaan kontraktor biasanya menyediakan
sumber daya yang dibutuhkan untuk menyempurnakan aktifitasnya. Sumber daya ditransfer ke
perusahaan pemasok yang meliputi: fasilitas, orang dan peralatan. Pada saat sekarang, banyak
perusahaan melakukan outsourcing berbagai keperluan diantaranya: teknologi informasi, pekerjaan
akuntansi, fungsi hokum dan juga produk-produk perakitan. Sebaliknya banyak perusahaan yang
bergerak dibidang Teknologi informasi maupun Prosesing data menyediakan outsourcing bagi berbagai
jenis perusahaan yang memerlukannya.
Ketiga isu tersebut biasanya memberikan kontribusi munculnya distorsi informasi tentang apa yang
sebenarnya terjadi dalam rantai pasokan. Oleh karena itu diperlukan sistem yang didasarkan pada
informasi yang akurat tentang berapa banyak produk yang benar-benar ditarik melalui rantai pasokan.
Ketidakakuratan informasi bukan kesengajaan, tetapi menimbulkan distorsi dan fluktuasi dalam rantai
pasokan dan menyebabkan apa yang diketahui sebagai bullwish effect. Bullwish effect adalah fluktuasi
kenaikan dalam order yang sering terjadi sebagai order yang bergerak melalui rantai pasokan yang
mengakibatkan kenaikan biaya seperti inventory, transportasi, pengiriman dan penerimaan.
Sebagai manajer yang mengarah pada integrasi rantai pasokan, efisiensi menjadi suatu substansi
yang memungkinkan. Siklus material yang berasal dari pemasok, ke produksi, ke pergudangan, ke
distribusi, ke konsumen, merupakan penempatan yang berbeda-beda dan seringkali berhubungan
dengan organisasi yang independen. Oleh karena itu agar semuanya dapat berhasil dimulai dengan
memperhatikan tiga hal yaitu:
1. Mutual Aggrement on Goal,
suatu integrasi rantai pasokan mensyaratkan lebih dari kesepakatan dalam kontrak hubungan jual beli,
tetapi patner harus diapresiasikan tidak hanya dalam uang tetapi pada rantai pasokan sampai dengan
konsumen akhir. Hal ini dapat terwujud apabila adanya pengertian tentang misi, strategi, dan tujuan dari
organisasi yang berpartisipasi. Integrasi rantai pasokan adalah sesuatu yang menambah nilai tambah
ekonomi dan memaksimalkan total konten produk.
2. Trust,
merupakan hal kritis bagi efektifitas dan efisiensi rantai pasokan. Anggota dari rantai pasokan harus
masuk kedalam hubungan yang membagi informasi dalam rangka membangun kepercayaan. Hubungan
diantara pemasok akan lebih sekses jika resiko dan penghematan biaya dibagi dan aktifitas seperti riset
konsumen, analisa penjualan, peramalan, perencanaan produksi merupakan aktifitas bersama.
Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan dapat mengelola rantai pasokan secara efektif yaitu:
a. Accurate data,
Untuk dapat meningkatkan akurasi data maka yang dapat dilakukan adalah dengan melalui sharing: 1)
POS (Point Of Sales) informasi, sehingga tiap anggota rantai dapat menjadwalkan secara efektif. 2) CAO
(Computer-Assisted Ordering). Dengan menggunakan keduanya maka pengumpulan data dan kemudian
menyesuaikan dengan: factor pasar, persediaan, order yang ada, serta mengirimkannya kepada supplier
yang bertanggung jawab menjaga persediaan barang akhir.
e. Postponement,
yaitu menunda modifikasi atau customization produk selama mungkin dalam proses produksi.
f. Channel Assembly,
yaitu menunda perakitan akhir suatu produk sehingga jalur distribusi dapat dipasang.
h. Blanket Order,
merupakan komitmen pembelian jangka panjang kepada supplier untuk item yang dapat dikirim dalam
jangka pendek, artinya ordernya kosong, diisi sesuai kebutuhan saja.
i. Standardization,
yaitu pengurangan jumlah variasi material dan komponen sebagai bantuan mengurangi biaya.
k. Pemilihan Vendor
Suatu perusahaan mungkin memiliki kemampuan di semua bidang manajemen, walaupun demikian
fungsi operasi memerlukan adanya hubungan dengan vendor yang sempurna. Agar hubungan tersebut
efektif maka perlu dilakukan tiga proses yaitu:
1. Evaluasi Penjual
Tahap ini mencakup kegiatan pencarian penjual potensial dan penentuan kemungkinan penjual tersebut
menjadi pemasok yang baik. Penilaian dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai variabel atau
factor yang dipertimbangakan untuk memilih penjual, yang mana tiap variabel diberi bobot tergantung
pada kebutuhan organisasi. Kemudian menentukan beberapa alternative untuk diberi penilaian , setelah
dianalisa maka bisa menentukan mana yang dipilih.
2. Pengembangan Penjual
Apabila perusahaan sudah memastikan akan menggunakan jasa penjual tertentu, maka cara agar
pemasok dapat diintegrasikan ke dalam system yang berlaku adalah dengan memastikan bahwa penjual
menghargai kebutuhan akan mutu, dan kebijakan perolehan bahan baku. Pengembangan dimulai dari
pelatihan sampai membantu rekayasa dan produksi juga format transfer informasi elektronik.
3. Negosiasi
Strategi Negosiasi terdiri dari tiga jenis yaitu: 1) Model harga berdasarkan biaya (Cost Based price
model), yang mengharuskan pemasok terbuka kepada pembeli. 2) Model berdasarkan harga pasar
(market Based price model), harga didasarkan pada publikasi atau indeks. 3) Perebutan tender
(competitive bidding),terjadi pada kasus dimana pemasok tidak bersedia membahas biaya dan tidak ada
pasar yang mendekati sempurna.
4. Internet Purchasing
Kadang-kadang disebut sebagai e-procurement yaitu order dilakukan melalui komunikasi atau menyetujui
catalog vendor yang didapat melalui internet untuk digunakan oleh karyawan dari perusahaan di bagian
pembelian.
l. Pembelian - Purchasing
Strategi pembelian yang efektif merupakan hal yang strategis dalam konsep Supply Chain Management,
bagaimanapun pembelian memberikan peluang besar pengurangan biaya dan peningkatan marjin
kontribusi, karena porsi terbesar dari pendapatan digunakan untuk melakukan pembelian. Kebutuhan
akan strategi pembelian dan penerapan strategi itu mengarah pada pembentukan fungsi pembelian.
1. Tujuan Fungsi Pembelian
Pembelian berarti perolehan barang dan jasa, tujuan kegiatan pembelian adalah:
Membantu mengidentifisikasi produk barang dan jasa yang dapat diperoleh secara
eksternal.
Mengembangkan, mengevaluasi dan menentukan supplier, harga dan pengiriman
yang terbaik bagi produk barang dan jasa tersebut.
Fungsi pembelian biasanya dikelola oleh agen pembelian yang secara formal memegang wewenagn
untuk melaksanakan kontrak atas nama perusahaan. Di perusahaan besar, agen pembelian ini dapat
juga merupakan staf yang juga pembeli dan ekspenditur. Pembeli mewakili perusahaan yang
bersangkutan, menjalankan semua kegiatan departemen pembelian kecuali penanda tanganan kontrak.
Ekspenditur membantu pembeli dalam menindaklanjuti pembelian agar dapat dipastikan bahwa
pengiriman tepat waktu. Di perusahaan manufaktur, Fungsi pembelian didukung engineering drawing
dan spesifikasi dari produk- produk yang dibuat, dokumen-dokumen pengendalian mutu, dan kegiatan-
kegiatan pengujian yang mengevaluasi ietm yang dibeli.
Peranan pembelian agak tidak begitu penting karena produk utamanya merupakan produk intelektual,
contoh yang dapat dikemukakan misalnya di organisasi hukum maupun kesehatan, item utama yang
diperoleh adalah fasilitas kantor, perabotan dan peralatan, mobil serta perlengkapan.
Pada waktu perusahaan sudah masuk dalam pasar global, maka perluasan rantai pasokan yang
dimiliki menjadi suatu tantangan strategis. Agar supaya rencana strategi tentang manajemen rantai
pasokan menjadi sukses, maka beberapa karakteristik kapabilitas yang harus dimiliki antara
lain: 1) Fleksibel dalam arti cukup reaktif terhadap perubahan yang ada baik dari ketrersediaan
komponen, distribusi, jalur pengiriman, aturan impor dan nilai tukar. 2) Dapat menggunakan teknologi
mutahir untuk menjadwal dan mengelola pengiriman komponen dan produk akhir. 3) Menetapkan staff
yang mempunyai keahlian secara local mengenai cara menyikapi peraturan, perdagangan,
pengangkutan, penanganan konsumen dan isu politik. (Hendra Poerwanto G)