Anda di halaman 1dari 30

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Supply Chain Management (SCM)


2.1.1 Pengertian Supply Chain
Supply chain menurut Rusell (2000:372) adalah Suatu Rantai pasokan yang
terbentuk dari Organisasi, Sumber dan proses yang saling berhubungan yang
membentuk dan mengirimkan produk dan jasa kepada konsumen akhir. Dimana
rantai pasokan ini meliputi semua fasilitas, fungsi dan aktivitas yang berhubungan
dengan produksi dan pengiriman produk atau jasa, dari supplier kepada konsumen.
Supply Chain menurut Lu (2011:p9) adalah sebuah kelompok dari
partisipasi perusahaan yang saling terkait yang menambahakan nilai pada aliran
dari perubahan input dari Sumber asal mereka ke produk akhir atau jasa yang
dituntut dari konsumen akhir yang dituju. supply chain dibentuk dan hanya dapat
dibentuk apabila adanya lebih dari satu perusahaan yang berpartisipasi.
Dari definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Supply Chain adalah
suatu kelompok atau rantai pasokan yang saling membentuk dari perubahan input
dan mengirimkan produk hingga ke konsumen akhir yang dituju.
Yang digambarkan pada gambar berikut ini:

Value Delivery

Supplier's Supplier OEM Distributo Retailer Consumer


Supplier r

Demands For Costumer

Gambar 2.1 - Basic Supply Chain Model

Sumber: Dr. Dawei Lu (2011:10)


Dr. Dawei Lu mengungkapkan adanya 4 dasar aliran dalam Supply Chain, yaitu:
1. Material Flow
Yaitu Semua pabrik memiliki rantai pasokan dari bahan baku sebagai awal dari
rantai pasokan untuk menjadi barang jadi pada akhir dari rantai pasokan.

9
10

2. Information Flow
Yaitu Semua rantai pasokan memiliki dan menggunakan aliran informasi.
meskipun pada rantai pasokna tertadap banyak aliran informasi seperti
informasi mengenai permintaan, informasi mengenai peramalan, informasi
mengenai produksi dan penjadwalan serta design.
3. Finance Flow
Yaitu Semua rantai pasokan memiliki aliran keuangan. Dan sudah secara
umum, bahwa aliran uang seperti aliran darah dalam sebuah rantai pasokan.
Tanpa aliran keuangan sudah pasti rantai pasokan tidak akan berjalan.
4. Commercial Flow
Yaitu bahwa aliran material yang melewati rantai pasokan dapat berupak
kepemilikannya dari satu perusahaan ke perusahaan lain, dari supplier kepada
pembeli. Dimana,transaksi aliran komersial ini hanya akan dapat diambil dari
rantai pasokan apabila terdapat lebih dari satu perusahaan.

2.1.2 Pengertian Supply Chain Management


Menurut Rusell (2000:372) Supply Chain management adalah
Pengkoordinasiaan dari setiap kegiatan sehingga kebutuhan konsumen dapat
disediakan dengan cepat dan servis yang dapat dipercayakan dari produk yang
berkualitas tinggi dengan harga yang murah. Dimana, fasilitas yang mencakup
supply chain termasuk para pekerja, gudang , Pusat distribusi,pusat pelayanan dan
Retail.
Menurut Pujawan (2005:22) Supply Chain Management adalah suatu
metode atau pendekatan secara integrative dalam pengelolaan aliran
produk,informasi dan uang secara terintegrasi yang melibatkan pihak-pihak dari
hulu ke hilir yang terdiri atas para supplier, pabrik serta jaringan distribusi dan jasa
logistik.
Menurut Said (2006:6) Supply Chain Management adalah pengelolaan
informasi, barang dan jasa mulai dari pemasok paling awal sampai ke konsumen
paling akhir dengan menggunakan pendekatan sistem yang terintegrasi dengan
tujuan yang sama.
Definisi Supply Chain management menurut Heizer dan Render (2011:452)
adalah integrasi aktivitas untuk mendapatkan material dan servis, mengubahnya
menjadi barang setengah jadi dan barang jadi , dan mengirimkannya kepada
konsumen. Aktivitas ini termasuk juga aktivitas pembelian, aktivitas outsourching
11

yang ditambah dengan fungsi lain yang penting untuk hubungan antara supplier dan
distributor.
Dari beberapa definisi Supply Chain Management diatas, maka dapat
disimpulkan Supply Chain Management adalah Suatu metode yang
mengintegrasikan pengelolaan aliran informasi,produk,barang dan jasa dalam
fungsi supply chain dengan pendekatan yang terintegrasi.
Dari Dalam Supply Chain Management bisa meliputi penetapan: 1.
Pengangkutan, 2. Pentransferan kredit dan tunai, 3. Pemasok ( Supplier), 4.
Distributor dan Bank, 5. Utang dan Piutang, 6. Pergudangan, 7. Pemenuhan
pesanan dan 8. Pembagian informasi mengenai peramalan pada permintaan,
produksi dan kegiatan pada pengendalian persediaan. Dimana, penetapan diatas
membuat sebuah rantai pasokan yang berfokus pada memaksimalkan nilai kepada
konsemn yang dituju.
Dalam Supply Chain Management, banyak peluang yang teredia untuk
meningkatkan nilai produk dengan biaya yang rendah. Di pihak pemasok, teknik
seperti JIT ( Just In Time ) dan kerja sama pemasok yang dapat membantu dalam
distribusi. Dan di sisi distribusi, terdapat juga teknik yang biasa digunakan seperti
Drop Ship yang berarti pemasok akan langsung mengirimkan produknya ke
konsumen pemakai dan bukan kepada penjual, agar dapat menghemat waktu dan
biaya pengangkutan ulang. Dimana, kunci dari sebuah Supply Chain Management
yang efektif adalah penyeimbangan pada arus produksi dengan permintaan
konsumen yang selalu berubah-ubah.
Supply Chain Management yang efektif membuat para supplier sebagai
partner dalam strategi perusahaan untuk memuaskan kondisi pasar yang berubah-
ubah. Dimana, keunggulan kompetitif dapat bergantung pada hubungan yang dekat
melalui strategi hubungan kerja sama jangka panjang dengan beberapa supplier.
bagi banyak perusahaan, biaya dan mutu produk pastinya meliputi sebagian
besar dari perusahaan manufaktur, restoran, pedagang besar dan juga eceran.
Sehingga, dengan diterapkannya Supply Chain Management yang baik memberikan
peluang besar bagi perusahaan untuk mengembangkan keunggulan kompetitifnya.
Supply Chain Management bukan hanya merupakan pendekatan pengelolaan
pemasok yang mencakup pembelian saja, tetapi juga pendekatan dalam
mengembangkan nilai maksimum dari rantai pasokan.
12

Secara singkat, Supply Chain Management dapat diartikan sebagi


pengeloaan informasi pada barang maupun jasa yang dimulai dari pemasok awal
hingga konsumen akhir dengan tujuan untum memperoleh sebuah keunggulan
kompetitif baik pada biaya maupun kualitas dari barang yang akan diberikan pada
konsumen akhir.

2.1.3 Strategi-Strategi pembelian dalam Supply Chain Management


Sebuah perusahaan dalam mencukupi dan membeli kebutuhan akan produk-
produk penjualannya harus memutuskan Strategi rantai pasokannya. Menurut
Render dan Heizer (2014:471-473) terdapat 6 strategi pembelian di dalam Supply
Chain Management, yaitu:
1. Many Suppliers ( Banyak Pemasok )
memainkan antara pemasok satu dengan yang lainnya dan membebankan pemasok
untuk memenuhi permintaan pembeli. Dalam strategi ini, meskipun banyak
pendekatan negosiasi yang digunakan, hubungan jangka panjang bukan merupakan
tujuan. Strategi ini lebih membebankan pada tanggung jawab para pemasok agar
mempertahankan teknologi, keahlian dan kemampuan ramalam yang diperlukan
ditambah dengan biaya, kualitas dan kemampuan pengiriman.
2. Few Suppliers ( Beberapa Pemasok )
bertujuan untuk membentuk sebuah hubungan jangka panjang dengan pemasok
yang berkomitmen. Karena pemasok jangka panjang pasti akan cenderung lebih
memahami saran-saran luas dari perusahaan dan konsumen akhir. Penggunaan
hanya beberapa pemasok dapat menciptakan nilai dengan memungkinkan pemasok
mempunyai skala ekonomis dan kurva yang menghasilkan biaya transaksi dan
biaya produksi yang lebih rendah. Dalam strategi ini, faktor yang terpenting adalah
kepercayaan yang ditimbulkan dari budaya perusahaan yang serasi.
3. Vertical Integration ( Integrasi Vertikal )
Stratrategi vertical integration diartikan bahwa pengembangan kemampuan
memproduksi barang atau jasa yang sebelumnya dibeli, atau dengan benar-benar
membeli pemasok atau distributornya tersebut. Dalam integrasi vertikal ini juga
terdapat 2 bentuk intergrasinya yaitu:
 Integrasi Ke belakang
Intergrasi ke belakang mengusulkan bahwa perusahaan membeli para
pemasoknya.
 Integrasi Ke depan
Integrasi ke depan mengusulkan bahwa perusahaan membuat barang jadi.
4. Keiretsu Network ( Jaringan Keiretsu )
13

perusahaan membuat sebuah hubungan jangka panjang dengan mendukung


pemasok secara finansial melalui kepemilikan atau pinjaman. Oleh sebab itu,
pemasok yang dimiliki perusahaan diharapkan dapat berfungsi sebagai mitra,
menularkan kelahlian teknis dan mutu produksi yang stabil kepada perusahaan.
5. Virtual Companies ( perusahaan Virtual )
perusahaan mengandalkan berbagai hubungan pemasok untuk memberikan
pelayanan pada saat diperlukan. Dan dalam perusahaan maya ini batasan
organisasinya tidak tetap dan bergerak sehingga dengan adanya hubungan ini dapat
memberikan berbagai pelayanan jasa meliputi pembayaran gaji, pengangkatan
pegawai, perancangan produk atau pendistribusian produk.
6. Joint Ventures ( Perusahaan Patungan )
Perusahaan melakukan penggabungan untuk menambahkan kemampuan dan
keterampilan dalam bidang teknologi ataupun strategi perusahaan patungan
dilakukan untuk menjaga persediaan atau mengurangi biaya. Contohnya seperti
perusahaan Daimler dan BMW yang melakukan strategi ini dengan tujuan untuk
meningkatkan dan mempuan standar dari komponan otomotif.

2.1.4 Hubungan Supply Chain Dengan Performa Bisnis


Menurut Shah(2009:37), ada beberapa dampak yang penerapan Supply
Chain Management yang dapat berfengaruh pada Biaya dan keuntungan
perusahaan, antara lain:
 Cost Redusction yang dicapai dengan:
I. Pengurangan Persediaan
II. Pengurangan biaya logistik
III. Pengurangan biaya Material Langsung
IV. Pengurangan biaya Material tidak langusng
 Meningkatkan pendapatan dan profabilitas dengan:
I. Menjual produk dengan margin yang lebih tinggi
II. Mendapatkan pangsa pasar yang lebih tinggi
III. Mengurangi Backorder dan Lost Sales
IV. Mengurangi waktu pengiriman ke pasar
 Meningkatkan efisiensi Operasional dengan:
I. Mengurangi Biaya Pembelian
II. Meningkatkan pemanfaatan asset
III. Menunda Pengeluaran Modal
 Mengurangi Modal Kerja dengan:
I. Mengurangi Inventory
II. Mengurangi Piutang Dagang
14

2.1.5 Penggerak Supply Chain Management


Menurut Bhatnagar(2009:10-14), setiap perusahaan pastinya harus
mengambil keputusan untuk penggerak penggerak Supply Chain mereka
berdasarkan pada 5 area, yaitu:
1. Production
Area ini merupakan aktifitas yang menyangkut kreasi untuk membuat rencana
produksi yang termasuk perhitungan kapasitas pabrik, Keseimbangan pada
beban pekerjaan, kontrol kualitas dan pemeliharaan peralatan. Produksi
mengacu pada kapasitas dari rantai pasokan yang akan dibuat dan dijual.
Fasilitas dari produksi adalah Factories(pabrik) dan Warehouse(gudang). Dan
Fasilitas dimana sebagian atau hampir seluruh kapasitas yang digunakan tidak
mencukupi untuk merespon apabila adanya peningkatan pada permintaan.
Pabrik dapat dibuat untuk mengakomodasi satu dari 2 pendekatan untuk
produksi, yaitu:
 Product Focus
Pabrik yang membuat produk yang berfokus pada operasi yang berbeda uang
diperlukan untuk membuat produk line yang biasa dari Pembuatan bagian
produk yang berbeda untuk pemasangan produk tersebut
 Functional Focus
Pendekatan fungsional berkonsentrasi pada produksi hanya pada beberapa
operasi seperti hanya membuat beberapa bagian dari produk atau hanya
melakukan pemasangan. Fungsi tersebut dapat digunakan untuk membuat
banyak jenis yang berbeda dari produk.
Dan seperti Pabrik, gudang dapat dibuat untuk mengakomodasi pendekatan
berbeda. Dan terdapat 3 pendekatan yang digunakan dalam gudang, yaitu:
 Stock Keeping Unit (SKU) Storage
pada pendekatan tradisional ini, semua dari tipe produk yang biasa tersimpan
bersamaan. Ini merupakan cara penyimpanan produk yang efisien dan mudah
untuk dimengerti.
 Job Lot Storage
Pada pendekatan ini, semua produk berbeda yang berhubungan pada kebutuhan
dari tipe konsumen tertentu atau berhubungan dengan kebutuhan dari pekerjaan
tertentu disimpan secara bersamaan. Sehingga membuat pemilihan dan
pengepakan dapat menjadi lebih efisien akan tetapi umumnya membutuhkan
ruang yang lebih besar dibandingkan dengan pendekatan menggunakan SKU
 Cross Docking
Pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi pada rantai pasokan.
Dengan pendekatan ini, produk tidak secara nyata disimpan pada fasilitas
15

perusahaan. melainkan fasilitas gudang perusahaan digunakan dimana hanya


untuk memproses truck dari pemasok dan membongkar kuantitas yang besar
dari produk berbeda. Sehingga, dengan menggunakan pendekatan ini tidak
diperlukan tempat yang luas dan barang-barang hanya diletakkan diatas palet.
2. Inventory
Tujuan utama dari area ini adalah untuk bertindak sebagai penyangga terhadap
ketidakpastian dalam rantai pasokan. Meskipun, menyimpan persediaan dapat
menjadi mahal, jadi harus ditentukan Level persediaan yang optimal dan
jumlah pemesanan kembali.
Terdapat 3 keputusan pokok untuk dibuat mengenai penciptaan dan
penyimpanan persediaan, yaitu:
 Cycle Inventory
Merupakan jumlah persediaan yang dibutuhkan untuk mencukupi permintaan
produk pada periode pembelian dari produk. Perusahaan cenderung untuk
memproduksi dan membeli dalam jumlah yang banyak dengan tujuan untuk
mencapai keuntungan pada biaya yang dikeluarkan. Karena manager harus
memperhitungkan Carrying Cost dan Ordering Cost yang dikeluarkan
berdasarkan jumlah pemesanannya

 Safety Inventory
Persediaan ini dibuat untuk menyangga terhadap ketidakpastian. Apabila
peramalam permintaan dapat dilakukan dengan akurat maka persediaan yang
dibutuhkan hanyalah Cycle Inventory. akan tetapi karena peramalan memiliki
presentase dari ketidakpastian maka Pendekatan ini digunakan untuk menutupi
ketidakpastian tersebut agar dapat mencukupi permintaan yang terjadi. Dengan
pendekatan ini lebih memberikan biaya lebih pada persediaan daripada
kerugian dari penjualan karena ketidakcukupan persediaan.
 Seasonal Inventory
Persediaan ini dibuat untuk mengantisipasi peningkatan dari permintaan yang
dapat diprediksi yang terjadi beberapa kali dalam setahun.Dan dalam
pendekatan ini perusahaan harus mengorbankan antara biaya untuk menyimpan
persediaan musiman dan biaya untuk memilki kemampuan untuk produksi
yang flexibel. Contohnya: seperti pada saat hari raya pastinya permintaan akan
produk minuman akan meningkat. Sehingga, biasanya perusahaan harus
mengambil keputusan antara membuat produksi dan persediaan sebelum
16

terjadinya lonjakan pada permintaan atau membuat perluasan pada pabrik agar
dapat memenuhi lonjakan permintaan tersebut.
3. Location
Pada area ini, harus ditentukan dimana tempat untuk produksi dan
penyimpanan persediaan harus diletakkan dan juga dimana lokasi untuk
produksi dan penyimpanan persediaan yang dapat membuat biaya yang paling
effisien. Dan pada area ini lebih mengacu pada pengaturan geografi dari
fasilitas rantai pasokan. Dan dalam pengambilan keputusan manager harus
mengambil pilihan antara menjadi responsif atau melakukan pengorbanan
(Trade-off), dimana keputusan yang dibuat apakah memusatkan aktifitas pada
sedikit lokasi untuk mencapai skala ekonomi dan efisiensi, atau untuk
mendesentralisasikan aktifitas ke beberapa lokasi untuk konsumen dan
pemasok dengan tujuan agar operasi menjadi lebih responsif.
4. Transportation
Pada area ini, perusahaan melakukan pertimbangan untuk pergerakan rantai
pasokan. Karena mengacu pada semua pergerakan dari bahan baku hingga
barang jadi. Model transportasi yang cepat seperti pesawat sangat responsive
tetapi biayanya lebih besar. Mode yang lambat seperti kapal dan kereta api
lebih efisien pada biaya tapi tidak responsive. sehinggan pengambilan
keputusan pada area ini sangatlah penting.
Dan terdapat 6 cara umum dalam transportasi yang dapat dipilih oleh
perusahaan, yaitu:
 Ship
Kapal memilik efisiensi pada biaya yang besar. tetapi juga merupakan cara
yang paling lambat dalam pengiriman. Dan juga adanya keterbatasan pada
pada penggunaan antara lokasi dan fasilitas seperti pelabuhan
 Rail
Kereta api juga memiliki efisien pada biaya. akan tetapi juga lambat. Dan juga
cara ini juga dibatasi pada lokasi yang menyediakan rel kereta api
 Pipeline
Pipa saluran dapat menjadi efisien tapi hanya terbatas pada komoditas yang
cair seperti air, minyak dan gas alam
 Truck
Truk pada umumnya relatif lebih cepat dan cara transportasi yang flexibel.
Karena dapat pergi hampir kemana saja. Akan tetapi biayanya berubah-ubah
tergantung pada harga dari Bahan bakar dan juga variasi dari kondisi jalan
 Airplanes
17

Pesawat merupakan model transportasi yang cepat dan juga sangat responsif.
Dan juga merupakan cara yang paling mahal dalam pengiriman barang dan
juga dibatasi pada ketersediaan fasilitas bandara
 Elcectronic Transport
Merupakan model transportasi yang paling cepat, fleksibel dan sangat efisiens
pada biaya. akan tetapi hanya dapat digunakan pada pergerakan pada tipe
produk tertentuseperti Energi Listrik, data.
5. Information
pada area ini, waktu dan akurasi informasi memegang jaminan untuk
koordinasi yang baik dan pengambilan keputusan yang baik. Karena dengan
informasi yang baik, maka dapat membuat keputusan yang efektif mengenai
apa yang akan diproduksi dan berapa banyak, mengenai dimana tempat untuk
meletakkan persediaan dan seberapa baik untuk mengirimkan produk tersebut.
Dan informasi digunakan untuk 2 tujuan dalam rantai pasokan yaitu:
 Coordinating Daily Activities
Berhubungan dengan fungsinya pada Produksi,persediaan,lokasi dan
transportasi. Perusahaan di rantai pasokan menggunakan data yang tersedia
pada persediaan dan permintaan produk untuk memutuskan penjadwalan
produksi mingguan, level persediaan, rute transportasi dan lokasi penyimpanan
 Forecasting and planning
Dibuat untuk mengantisipasi permintaan masa depan. Informasi yang tersedia
digunakan untuk membuat peramalam taktis untuk mengarahkan pada
pengaturan produksi bulanan dan penjadwalan. Dan informasi juga digunakan
untuk permalan strategi untuk mengarahkan keputusan mengenai kapan untuk
membangun fasilitas baru, memasuki pasar baru, atau keluar dari pasar yang
telah ada.

2.1.6 Ciri Khusus Dari Supply Chain Management


Menurut Bhatnagar (2009:8) terdapat beberapa kunci khusus dalam Supply
Chain Management Yaitu:
1. Rantai pasokan secara umunya meliputi integrasi pada proses bisnis
2. Rantai pasokan memapankan hubungan dengan pemasok, konsumen dan dalam
rantai nilai pada unit bisnis
3. Rantai pasokan meliputi semua aktifitas yang berhubungan dengan aliran dan
perubahan barang dari proses bahan material hingga produk jadi yang terkait
dengan aliran informasi, aliran kas dan aliran produk di dalam organisasi
18

4. Rantai pasokan dikelola melalui hubungan dengan pemasok dan konsumen


untuk disampaikan kepada konsumen yang loval dengan biaya kemungkinan
yang terkecil

2.1.7 Sasaran Supply Chain Management


Menurut Bhatnagar (2009:9), terdapat sasaran yang akan dicapai dari
penerapan Supply Chain Management yaitu:
1. untuk menghasilkan aliran material dan pelayanan yang tidak dapat diganggu
2. untuk menjaga investasi pada persediaan pada level yang minimum
3. untuk meningkatkan dan mempertahankan kualitas
4. untuk mencari dan mengembangkan pemasok yang kompeten
5. untuk membeli barang yang dibuthkan dan jasa dengan kemungkinan biaya
terkecil
6. untuk meningkatkan posisi kompetitif perusahaan
7. untuk menyelesaikan sasaran pembelian dan pemasaran dengan kemungkinan
level biaya yang paling rendah

2.1.8 Komponan Dasar Supply Chain Management


Menurut Bhatnagar (2009:15) terdapat 5 komponen dasar untuk mendukung
jalannya Supply Chain Management yaitu:
1. Plan
Merupakan bagian strategi dari Supply Chain Management untuk memonitor
rantai pasokan sehingga menjadi efisien, pengurangan pada biaya dan
menyampaikan kualitas tinggi dan nilai kepada konsumen dengan cara paling
efisien
2. Source
Mengembangkan pengaturan pada harga, proses pembayaran pengiriman
dengan pemasok untuk memonitor dan meningkatkan hubungan
3. Make
meliputi pembuatan penjadwalan untuk aktifitas yang diperlukan dalam
produksi, pencobaan, pengepakan dan persipan untuk pengiriman
4. Deliver
meliputi koordinasi pemesanan dari konsumen, mengembangkan jaringan
penyimpanan, memilih operator untuk mendapatkan produk ke konsumen dan
sistem faktur untuk menerima pembayaran
5. Return / reverse Flow
Mengacu pada membalikkan aliran barang dari konsumen ke pabrik dan
meliputi pembuatan jaringan untuk menerima Kecacatan dan kelebihan
pengembalian produk dari konsumen dan mendukung konsumen yang
memiliki permaslahan dengan pengiriman barang.
19

2.1.9 Penggerak dalam Supply Chain


Menurut Bhatnagar (2009:17-19), terdapat kelompok dasar yang berperan
dalam menciptakan Supply Chain yang masing-masing berjalan dengan fungsinya
yang berbeda-beda, yaitu sebagai berikut:
1. Producers
Producer adalah organisasi yang membuat produk. Meliputi perusahaan yang
memproduksi bahan baku dan perusahaan yang memproduksi barang jadi.
2. Distributors
Distributor adalah perusahaan yang mengambil persediaan dalam jumlah besar
dari produsen dan mengirimkan pengabungan lini produk yang berhubungan
kepada konsumen. Distributor biasanya dikenal dengan Wholesalers yang
biasanya menjual produk yang diambil kepada pebisnis lain dengan kuantitas
yang bersar daripada konsumen individual yang biasa membeli
3. Retailers
Retailer adalah perusahaan yang menyimpan persediaan dalam jumlah kecil
untuk masyarakat umum. Perusahaan ini, juga melacak mengenai keinginan
dan permintaan dari konsumen sebelum akan menjual produk-produknya.
retailer juga biasanya mengunakan kombinasi dari harga, produk tertentu, jasa
dan kepuasan sebagai alat utama untuk menarik konsumen.
4. Customers
Konsumen adalah kelompok yang membeli dan menggunakan produk.
Konsumen terbagi atas 2 jenis yaitu yang membeli produk dengan tujuan untuk
menggabungkan produk tersebut dengan produk lain yang akan mereka jual
kembali kepada konsumen lain. atau konsumen yang merupakan pengguna
akhir dari produk yang membeli produk untuk dikonsumsi.

2.1.10 Hubungan Strategi Perusahaan Terhadap Keputusan Supply Chain


Management
Menurut Render dan Heizer (2014:470) bahwa sebuah perusahaan perlu
untuk menentukan bagaimana strategi untuk merancang rantai pasokan. yang
dijelaskan dalam Tabel berikut ini:
Tabel 2.1 - Dampak Strategy Perusahaan Pada Rantai Pasokan
Low Cost Strategy Response Strategy Differentiation
Strategy
Pemasok  Biaya  Kapasitas  Kemampuan dalam
Utama  Kecepatan pengembangan
20

Kriteria  Fleksibilitas produk


 untuk membagi
Pemilihan
informasi
 dan pengembangan
produk
Rantai  Meminimalkan  Menggunakan  Meminimlkan
Pasokan persediaan untuk persediaan persediaan untuk
Persediaan
memperkecil Biaya pengaman untuk menghindari
meningkatkan kerusakan produk
kecepatan pasokan
Jaringan  Transportasi murah Transportasi cepat Menggabungkan
Distribusi  Menjual melalui  Memberikan dan
potongan distributor pelayanan mengkomunikasika
atau retailer pelanggan terbaik n data penelitian
pasar
 Staff penjualan
yang
berpengetahuan luas
Rancangan  Memaksimalkan  Waktu pemesanan Design Terbaru
produk performa yang cepat untuk membantu
Karakteristik
 Meminimalkan  Kecepatan diferensiasi produk
Biaya produksi
Sumber : Barry render & Jay Heizer (2014:470)

2.1.11 Risiko Dalam Supply Chain Management Dan Cara Mengatasinya


Semua perusahaan perlu untuk berfokus tidak hanya pada cara untuk mengurangi
masalah yang potensial, akan tetapi juga pada bagaimana cara untuk bersiap dalam
merespon sebuah kejadian yang tidak terduga. Menurut Render dan Heizer
(2014:474) dalam Supply Chain Management terdapat beberapa kategori dari resiko
dan cara untuk menghadapinya, yaitu :
Tabel 2.2 - Taktik dan Risiko Rantai pasokan
Risiko Taktik untuk mengurangi risiko
Pemasok Tidak Menggunakan Banyak pemasok,Menggunakan kontrak
dapat mengirim yang efektif dengan memberikan pinalti,Subkontraktor
dengan upah,Perencanaan ulang
Kegagalan kualitas Memilih pemasok dengan hati-hati,Pelatihan,Sertifikasi
pemasok dan monitoring
21

Keterlambatan atau Mode transportasi dan gudang yang banyak,Pengemasan


kerusakan logistik yang aman, kontrak yang efektif dengan dikenakan pinalti
Distribusi Pemilihan dengan hati-hati, monitoring dan kontrak yang
efektif dengan memberikan pinalti
Kehilangan Penyimpanan data yang banyak,Mengamankan sistem
informasi atau IT,Melatih partner dalam rantai pasokan untuk penafsiran
penyimpangan yang tepat dan penggunaan informasi
Politik Jaminan risiko politik,Diversifikasi lintas
daerah,Franchising dan licencing
Ekonomi Melindungi nilai untuk melawan risiko nilai tukar,
membeli kontrak yang menujukan fluktuasi harga
Bencana Alam Asuransi, Sumber alternatif, Diversifikasi lintas negara
Pencurian,Perusakan Asuransi,Perlindungan hak cipta,Kemanan pada tindakan
dan terorisme meliputi RFID(Radio Frequency Identification) dan
GPS(Global Positioning System), Diversifikasi
Sumber :Barry render & Jay Heizer ( 2014:474)

2.1.12 Masalah Dalam Melaksanakan Supply Chain Management Terintegrasi


Menurut Render dan Heizer (2014:475) terdapat tiga permasalahan yang
mempersulit pengembangan pada effisiensi dan rantai pasokan yang terintegrasi,
yaitu:
1. Local Optimization ( Optimasi Lokal )
Anggota dalam rantai pasokan cenderung untuk berfokus pada memaksimalkan
pendapatan lokal atau segera melakukan minimalisasi pada biaya berdasarkan
pada pengetahuan mereka yang terbatas. Sedikit peningkatan pada permintaan
maka akan bermasalah karena tidak ada yang mau rugi. Dan juga
kebalikannya, apabila terjadinya kemunduran pada permintaan maka juga akan
bermasalah karena tidak ada yang mau menyimpan persediaan secara
berlebihan

2. Incentive
Incentive ini dapat berupa incentive pada penjualan, Pemotongan kuantitas,
kuota dan promosi. Dan masalah dari incentive ini mendorong barang
dagangan dan mengembangkan terjadinya fluktuasi yang sangat mahal kepada
semua anggota dalam rantai.
3. Large Lots
Selalu terjadinya banyak prasangka pada large lots, karena cenderung untuk
mengurangi biaya unit.Manager logistik ingin melakukan pengiriman dalam
22

jumlah banyak, lebih baik apabila memenuhi truk, dan manager produksi
menginginkan produksi panjang berjalan. Dan kedua aksi tersebut menurunkan
pengiriman unit dan biaya produksi, akan tetapi mereka meningkatkan biaya
penyimpanan dan gagal dalam Memenuhi penjualan sebenarnya.

2.1.13 Peluang Dalam Melaksanakan Supply Chain Terintegrasi


Menurut Render dan Heizer (2014:476) terdapat beberapa peluang dalam
Management supply chain yang efektif, yaitu:
1. Accurate "Pull" Data
Menarik data yang akurat dihasilkan dengan berbagi (1) informasi point-of-
sales (POS) sehingga setiap anggota dalam rantai pasokan dapat Merencanakan
dengan lebih efektif (2) Computer Assisted ordering (CAO). Ini berarti dengan
menggunakan sistem POS yang mengumpulkan data penjualan dan
menyesuaikan data untuk faktor pasar, persediaan di tangan dan pemesanan
yang belum terselesaikan. Sehingga, permintaan bersih terkirim secara
langsung kepada supplier yang bertanggung jawab untuk mempertahankan
persediaan akhir. Dan pada sistem ini menggunakan data penjualan yang
melakukan transaksi untuk menarik produk ke dalam rantai pasokan
2. Lot Size Reduction
Pengurangan jumlah penyimpanan berkurang melalui management yang
agresif. Hal ini termasuk (1) Mengembangkan pengiriman yang ekonomis
lebih sedikit daripada muatan truk (2) Menyediakan basis diskon pada volume
total tahunan daripada ukuran dari pengiriman individual (3) mengurangi biaya
pengiriman menggunakan teknik seperti pesanan tetap dan bermacam-macam
bentuk pembelian secara elektronik

3. Single Stage Control Of replenishment


Adalah menunjuk anggota dalam rantai pasokan untuk bertangung jawab pada
monitoring dan mengontrol inventory dalam rantai pasokan berdasarkan
Penarikan dari pengguna akhir. Pendekatan ini menghapus perubahan informai
dan banyak bagian peramalan yang membuat terjadinya "Bullwhip Effects"
Bullwhip Effects adalah suatu fenomena dimana satu lonjakan kecil di level
konsumen akan mengakibatkan lonjakan yang sangat tajam di level yang jauh
dari konsumen.
4. Vendor-Managed Inventory
Adalah penggunaan supplier lokal untuk mengatur persediaan pada manufaktur
dan retail. Apabila pemasok dapat mepertahankan stok persediaan untuk
23

keberagaman konsumen yang menggunakan produk yang sama atau yang


memiliki perbedaan yang kecil seperti pada tahap pengemasan, maka harus
adanya penyimpanan bersih. Dan sistem VIM adalah dimana supplier
mempertahankan material untuk pembeli, Dan dikirim secara langsung klepada
pembeli melalui departemen.
5. Collaborative Planning, Forecasting and Replenishment (CPFR)
Dengan CPFR, anggota dalam rantai pasokan membagi perencanaan,
permintaan, peramalan dan informasi persediaan. Mitra dalam CPFR ini
dimulai dengan kolaborasi pada definisi produk dan menggabungkan rencana
penjualan. Promosi, iklan, peramalan, menggabungkan komitmen pemesanan
dan waktu untuk pengiriman termasuk dalam rencana untuk mendorong
terjadinya pengurangan pada persediaan dan biaya terkait.
6. Blanket Orders
Adalah pemesanan yang tidak terpenuhi dengan vendor yang biasa disebut
"Pembukaan pemesanan" atau "Pemesanan yang tidak terselesaikan". Dan
merupakan kontrak untuk pembelian barang tertentu melalui vendor.
Pengiriman hanya dibuat pada tanda terima pada dokumen persetujuan, pada
daftar permintaan pengiriman atau pelepasan pengiriman
7. Standarization
Adalah Departemen pembelian harus membuat pengusahaan khusus untuk
meningkatkan level standarisasi. daripada mendapatkan variasi dari komponen
yang sama dengan pelabelan,pewarnaan,pengepakan atau mungkin sedikit
perbedaan pada teknik spesifikasi, agen pembelian harus mencoba untuk
memiliki komponen tersebut terstandarisasi.
8. Postponement
Adalah Menghambat modifikasi apapun atau kostumisasi pada produk selama
mungkin dalam proses produksi. Konsepnya adalah untuk meminimalkan
variasi internal saat memaksimalkan varietas eksternal.
9. Electronic Ordering and Funds Transfer
Pemesanan elektronik dan pengiriman uang merupakan pendekatan tradisional
untuk mempercepat transaksi dan mengurangi pekerjaan tulis menulis.
Transaksi diantara perusahaan sering menggunakan Electronic Data
Interchange (EDI). EDI juga memberikan penggunaan Advenced Shipping
Noticed (ASN), yang memberitahukan kepada pembeli bahwa vendor bersedia
untuk mengirim. Karena dengan mengunakan teknik ini mudah untuk
digunakan dan dapat mengurangi biaya.
10. Drop Shipping and Special Packaging
24

Adalah pemasok akan mengiurimkan secara langsung kepada konsumen akhir,


daripada kepada penjual karena dapat menghemat waktu dan biaya pengiriman
ulang. Penghematan biaya lainnya termasuk penggunaan pengemasan
khusus,label dan pengoptimalan peletakan label dan barcode di kontainer.

2.1.14 Strategi Utama Dalam Supply Chain Management


Menurut Cohen dan Roussel (2005:24) terdapat emptar strategi Supply
Chain Management yang utama, yaitu sebagai berikut:
Tabel 2.3 - Supply Chain Management Key Strategy
Strategi Utama Sumber Basis Kompetisi Kunci
Keunggulan Keberhasilan
Biaya Efisiensi biaya Harga termurah di Efisien
kelasnya infrastruktur dan
moda
Inovasi Unit teknologi Produk Inovasi Ketepatan
Pelayanan Pelayanan Prima Sesuai dengan Rancangan SCM
keinginan khusus secara khusus
konsumen
Strategi Utama Sumber Basis Kompetisi Kunci
Keunggulan Keberhasilan
mutu Kemanan dan Produk dan dapat Pengendalian
kendalan produk diandalkan mutu dalam
SCM
Sumber : Couhen & Roussel (2005:24)

2.2 Persediaan
2.2.1 Pengertian Persediaan
Menurut pendapat Baroto (2002:452), Persediaan adalah bahan mentah,
barang dalam proses (work in process), barang jadi, bahan pembantu, bahan
pelengkap, komponen yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan
permintaan
Menurut pendapat Zulfikarijah (2005:p4), “Persediaan adalah stock bahan
baku yang digunakan untuk memfasilitasi produksi atau memuaskan
permintaan konsumen”. Jenis persediaan meliputi : bahan baku, barang dalam
proses dan barang jadi.
25

Menurut Muler (2011:p1) Persediaan adalah barang fisik atau nyata yang
disimpan dalam Fasilitas (Gedung) dan Barang tidak nyata yang ada dalam
pencatatan perusahaan seperti Catatan penghitungan. Persediaan dalam perusahaan
dapat sesimple seperti sebotol pembersih gelas yang digunakan sebagai bagian dari
campuran dari bahan baku dan sub-perakitan yang digunakan sebagai bagian dari
proses pabrik.
Menurut Saxena (2009:p2) persediaan didefinisikan sebagai sumber daya
jenis apapun yang menganggur yang memiliki nilai ekonomi potensial dan
dianggap sebagai modal yang terkunci. Persediaan juga merupakan daftar untuk
barang dan material atau barang dan material itu sendiri yang tersedia pada
persediaan bisnis.
Menurut Heizer dan Render (2014:512) persediaan merupakan bagian dari
asset yang paling berharga dari perusahaan yang mewakili sebesar 50% dari total
modal yang diinvestasikan yang dibagi dalam 4 tipe yaitu Bahan baku, Persediaan
dalam proses, Maintenance/perbaikan/operating supply (MRO) dan persediaan
barang jadi.
Dari definisi persediaan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa persediaan
adalah sumber daya yang dapat mewakili sebagian besar dari modal perusahaan
yang terdiri dari bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi.

2.2.2 Fungsi Persediaan


Menurut Heizer dan Render (2014:512) persediaan dapat memberikan
beberapa fungsi yang memberikan fleksibilitas dalam operasi perusahaan. Dan
manfaat dari persediaan adalah:
1. menyediakan pilihan barang untuk mengantisipasi permintaan dan memisahkan
perusahaan dari fluktuasi pada permintaan tersebut.
2. untuk memisahkan beragam bagian dari proses produksi. Sebagai contoh
apabila persediaan perusahaan berfluktuasi, persediaan ekstra diperlukan untuk
memisahkan proses produksi dari pemasok.
3. Untuk mengambil keuntungan dari diskon jumlah pengambilan.karena
membeli dalam jumlah banyak dapat mengurangi biaya dari produk yang
mereka kirim
4. untuk mengatasi inflasi dan perubahan pada peningkatan harga
Menurut Muller (2011:3) persediaan memainkan peranan yang sangat
penting dalam perusahaan. Sehingga, terdapat beberapa alasan penting untuk
mendapatkan dan menyimpan persediaan, yaitu:
1. Predictability
26

Persediaan berfungsi untuk ikut serta dalam perencanaan kapasitas dan


penjadwalan produksi. Karena sangat penting untuk mengontrol seberapa
banyak bahan baku dan seberapa banyak bagian dan sub-perakitan yang
diproses dalam waktu tertentu. Dan persediaan menjadi penyangga dalam apa
yang diperlukan dalam semua proses tersebut
2. Fluctuations In Demand
persiapa pada persediaan di tangan adalah untuk perlindungan. Karena
perusahaan tidak selalu tau seberapa besar yang akan dibutuhkan pada waktu
tertentu, akan tetapi tetap perlu untuk memuaskan konsumen atau permintaan
produksi secara tepat waktu. Dan apabila dapat melihat bagaimana konsumen
berekasi terhadap rantai pasokan, kejutan dalam fluktuasi permintaan akan
menjadi lebih minimum

3. Unreliability of supply
Persediaan melindungi perusahaan dari pemasok yang tidak dapat diandalkan
atau ketika suatu barang menjadi langka dan pasokan yang tersedia sulit untuk
dipastikan. kapan saja dimungkinkan, ketidak andalan pemasok harus
diperbaiki melalui diskusi atau ditukar. Rehabilitasi dapat diselesaikan melalui
penalti pada harga atau waktu tertentu untuk kesalahan, menggunakan
komunikasi secara langsung dan elektronik diantara kedua belah pihak.
4. Price Protection
Membeli sejumlah persedian pada waktu yang tepat dapat menolong untuk
menghindari dampak dari inflasi pada biaya. Ingatlah pada saat bekerja sama
untuk memastikan bahwa harga harga tidak bergantung pada waktu yang
dibiuhkan untuk pengambilan pesanan pada saat membeli. Kebanyakan
pemasok lebih menyukai untuk mengirim secara berkala.
5. Buffer / Safety Inventory
Tipe dari persediaan ini dapat memberikan beberapa tujuan seperti:
 kompensasi pada ketidakpastian permintaan dan pemasok
 membagi dan memisahkan bagian yang berbeda dari operasi perusahaan
sehingga dapat berfungsi secara independent dari yang satu sama lain
6. Anticipation Stock
Persediaan ini dilakukan untuk mengantisipasi pada musim mendatang. Seprti
Coklat pada saat hari ibu atau valenting. Karena kegagalan untuk menjual pada
periode tertentu dapat membawa bencana.
7. Transit Inventory
Merupakan perjalanan persediaan dari satu tempat ke tempat lain. Dapat
dikatakan bahwa produk bergerak dalam fasilitas merupakan "Transit
Inventory", tapi pengertian umunya mengarah pada barang berpindah dalam
27

saluran distribusi hingga ke pabrik, barang diluar dari fasilitas atau barang
dalam perjalanan dari pabrik ke konsumen.
Menurut Saxena (2009:7), terdapat 3 alasan mendasar perusahaan untuk
menjaga persediaan, yaitu:
1. Time
Jeda Waktu terdapat dalam rantai pasokan, Dari pemasok kepada pengguna di
setiap tahapannya,sehingga membutuhkan perusahaan untuk mempertahankan
jumlah dari persediaan yang digunakan pada jeda waktu tersebut.
2. Uncertainty
Persediaan dipertahankan sebagai penyangga terhadap ketidakpastian pada
permintaan, pasokan dan perindahan dari barang
3. Economies Of Scale
Kondisi ideal dari " Satu unit pada waktu dan tempat dimana pengguna
membutuhkannya, ketika mereka membutuhkannya"/ prinsip ini cenderung
untuk membuat banyak biaya pada logistik. Sehingga pembelian dalam jumlah
besar, perpindahan dan penyimpanan berdampak pada skala ekonomi,
termasuk persediaan
Menurut Narayan dan Subramanian (2008:1-2) terdapat keuntungan bagi
perusahaan yang menyimpan persdiaan dalam jumlah yang cukup besar, yaitu:
1. Membuat kemungkinan operasi yang efisien dan lembut dalam perhatian
pabrik dengan memisahkan segmen individual dari keseluruhan operasi.
Sehingga departemen pembelian dapat membuat perencanaan pembelian secara
independent berdasarkan kondisi pasar tanpa ketergantungan yang terlalu
banyak pada bagian operasi perakitan
2. Departemen produksi dapat merencanakan produksi harian dengan jumlah
persediaan yang fleksibel. permasalahan yang tidak terduga dalam
memproduksi komponen tertentu sebagian besar dapat dikurangi dan
komponen yang berbeda dapat diproduksi melalui pemberitahuan apabila
bahan baku tersedia di tangan
3. manager pemasaran lebih menyukai persediaan dalam jumlah besar apabila
dapat menolongnya untuk menjual produk yang berbeda bergantung pada
situasi penawaran dan permintaan. Perusahaan dapat bergerak dengan cepat
pada permintaan di pasar dan memasarkan barang di pasar di depan
kompetitior
4. Manager pembelian dapat menempatkan pemesanan yang lebih sedikit dan
besar, sekaligus mengurangi biaya pemesanan. Pembelian dalam jumlah besar
juga dapat memberikan pemanfaatan yang lebuh efektif pada konsumen dan
perencanaan yang lebih efektif pada aktifitas utama seperti mempelajari pasar.
28

5. persediaan bagian dan komponen yang diproduksi sendiri dapat mengurangi


ketergantungan yang berlebihan pada beragam aktivitas perakitan dan sub-
perakitan. Yang membuat management dapat untuk memanfaatkan tenaga
manusia dan mesian secara efektif.
6. persediaan juga membuat pemasok dapat membuat fleksibilitas rencana,
produksi dan mengirimkan pesanan pada bagiant ertentu
7. Persediaan menolong untuk memisahkan aktifitas dalam perakitan. Sebagai
contoh, Apabila satu proses dalam perakitan rusak atau diperbaiki, maka tidak
perlu menghentikan semua jalur perakitan. dan aktifitas selanjutnya dapat
dilanjutkan dengan persediaan yang ada.

2.2.3 Kerugian Persediaan


Menurut Narayan dan Subramanian (2008:2), terdapat beberapa kerugian
dalam menyimpan persediaan dalam jumlah besar, yaitu:
1. persediaan menggambarkan masalah kualitas. Karena kualitas dari produk
akhir bergantung pada perluasan yang sangat besar pada kualitas dari bahan
baku. Pemasok sering memasok material yang berkualitas buruk. Dan apabila
ini tidak diketahui pada saat barang diterima, merupakan kerugian perusahaan
apabila barang tersebut telah dibayar, dan pada saat yang sama barang tersebut
hanya akan disimpan sebagai persediaan. Dengan kata lain, ini merupakan
kerugiankarena pemasok dapat memasukkan material yang tidak berkualitas
apabila perusahaan melakukan pemesanan dalam jumlah besar
2. persediaan menghilangkan ketidakefisienan produksi. pada waktu tertentu,
apabila rencana produksi harian tidak dapat terpenuhi, maka akan
menyebabkan tersimpannya persediaan di gudang. dan apabila hal ini sering
terjadi dan perusahaan melakukan pemesanan pasokan secara rutin maka
menyebabkan terjadinya kepenuhan pada gudang. dan mengakibatkan
ketidakefisiensi produktifitas perusahaan tertutup persediaan yang banyak
3. persediaan menambahkan biaya yang tidak diperlukan dalam operasional
produksi perusahaan, seperti biaya penyimpanan persediaan, biaya asuransi,
biaya kerusakan.

2.2.4 Tipe Persediaan


Menurut Saxena ( 2009:9) terdapat 5 tipe dari persediaan, yaitu:
1. Raw Material
Material dan componen yang dijadwalkan untuk digunakan dalam membuat
produk
29

2. Work In Process (WIP)


Material dan komponan yang telah memulai perubahan untuk menjadi barang
jadi
3. Finished goods
Barang yang siap untuk dijual kepada konsumen
4. Goods For Resale
Barang yang dikembalikan yang dapat dijual kembali
5. Spare Parts
Seperti: Manufacturing (Pabrik)
Menurut Heizer dan Render (2014:512) untuk mengakomodasi fungsi dari
persediaan, perusahaan mempunyai 4 tipe dari persediaan, yaitu:
1. Raw Material
Barang yang telah dibeli akan tetapi belum diproduksi. Dan persediaan ini
dapat digunakan untuk memisahkan pemasok dari proses produksi. akan tetapi,
pendekatan ini biasanya untuk menghapuskan keberagaman pemasok pada
kualitas, kuantitas dan waktu pengiriman sehingga pemisahan tersebut tidak
diperlukan.
2. Work-In-Process (WIP) Inventory
komponen dari bahan baku yang telah mengalami beberapa perubahan akan
tetapi masih belum selesai. WIP ada karena waktu yang diperlukan untuk
membuat sebuah produk ( biasa disebut "Cycle Time")
3. Maintenance/Repair/Operating Supply(MROs) Inventory
persediaan yang digunakan untuk kegiatan pemeliharaan,perbaikan dan operasi
yang dibutuhkan untuk menjaga mesin-mesin dan proses yang produktif
4. Finished Good inventory
Barang jadi yang menunggu untuk dikirimkan. Dan Barang jadi dapat menjadi
persediaan karenan permintaan konsumen kedepan yang tidak diketahui.
Secara fisik, item persediaan dapat dikelompokkan dalam lima kategori,
yakni sebagai berikut (Baroto, 2002:52) :
1. Bahan Mentah (Raw Materials), yaitu barang – barang berwujud seperti
baja, kayu, tanah liat, atau bahan – bahan mentah lainnya yang diperoleh
dari sumber – sumber alam, atau dibeli dari pemasok, atau diolah sendiri oleh
perusahaan untuk digunakan perusahaan dalam proses produksinya sendiri.
2. Komponen, yaitu barang – barang yang terdiri atas bagian – bagian yang
diperoleh dari perusahaan lain atau hasil produksi sendiri atau untuk digunakan
dalam pembuatan barang jadi atau barang setengah jadi.
3. Barang setengah jadi yaitu barang – barang keluaran dari tiapoperasi produksi
atau perakitan yang telah memiliki bentuk lebih kompleks daripada komponen,
namun masih perlu proses lebih lanjut untuk menjadi barang jadi
30

4. Barang jadi adalah barang – barang yang telah selesai diproses dan siap untuk
didistribusikan ke konsumen.
5. Bahan pembantu (supplies material) adalah barang – barang yang diperlukan
dalam proses pembuatan atau perakitan barang, namun bukan merupakan
komponen barang jadi. Termasuk bahan penolong adalah bahan bakar,
pelumas, listrik, dan lain – lain.

2.2.5 Biaya Dalam Sistem Persediaan


Menurut Sanders (2011:438), Dalam kebijakan management persediaan
memiliki keterlibatan terhadap biaya. Keputusan mengenai seberapa banyak
persediaan akan disimpan mempengaruhi pada biaya barang,biaya
penyimpanan,biaya pemesanan dan biaya Stockout (Short-age)
1. Item Cost ( Biaya Barang )
Biaya dalam Biaya barang termasuk harga yang dibayarkan untuk barang tdan
biaya langsung lainnya untuk membawa barang ke pabrik, seperti
transportation Inbound , asuransi, bea cukai atau pajak. Dan untuk barang
yang dibuat sebuah perusahaan manufaktur, biaya barang termasuk pekerja,
material dan overhead pabrik
2. Holding Cost ( Biaya Penyimpanan )
Biaya penyimpanan termasuk beban variabel yang terjadi di perusahaan
tergantung pada jumlah persediaan yang disimpan. Ketika persediaan
meningkat, begitu juga dengan biaya penyimpanan. Dan kita dapat menentukan
biaya penyimpanan dengan memeriksa tiga komponen biaya, yaitu:
 Capital Cost
Adalah salah satu biaya tertinggi dari biaya modal atau biaya peluang dari
perusahaan. Biaya modal adalah bunga yang dibayarkan perusahaan untuk
meminjam sejumlah uang yang diinvestasikan ke persediaan. Dan biaya
peluang adalah jumlah pengembalian yang didapatkan perusahaan pada uang
yang dipinjam apabula digunakan untuk sesuatu selain berinvestasi pada
persediaan.
 Storage Cost
Didalamnya termasuk biaya tempat, pekerja dan peralatan.
 Risk Cost
Didalamnya termasuk barang kadaluaras, rusak atau Gagal, Dicuri, asuransi
dan pajak. Biaya ini bervari tergantung pada industri, apabila perusahaan
tersebut berteknologi tinggi, maka kemungkinan rusak dan dicuri semakin
31

tinggi. Perusahaan yang memproduksi prodok konsumsi kemungkinan besar


terjadi risiko pencurian.
3. Ordering Cost
Biaya tetap yang terjadi antara melakukan pemesanan kepada pemasok untuk
pembelian komponen atau bahan baku atau melakukan pemesanan kepada
perusahaan manufaktur untuk produk yang diproduksi langsung. Dan ketika
membeli sebuah barang, biaya pemesanan termasuk adalah biaya untuk
persiapan juru tulis,pelepasan,monitor dan menerima pesanan dan penanganan
fisik untuk barang.
4. Shortage Cost
Perusahaan mendatangkan Shortage Cost ketika permintaan konsumen
melebihi ketersediaan persediaan untuk barang. Contohnya apabila seseorang
ingin melakukan pemesanan akan barang dan perusahaan tidak memiliki
barang tersebut. Maka akan ada 2 kemungkinan. yaitu konsumen akan
menunggu dan akan memesan kembali untuk barang tersebut atau konsumen
membeli barang tersebut dari perusahaan lain. Shortage Cost yang dimaksud
adalah seperti biaya lembur untuk mengirimkan pesanan ke perusahaan karena
akan lebih mahal daripada biasanya. Dan biaya kerugian lainnya apabila
konsemen tidak jadi membeli dan barang telah sampai ke perusahaan
Menurut Heizer dan Render (2014:518-519), dalam penanganan persediaan
terdapat beberapa jenis biaya, yaitu:
1. Holding Cost
Biaya yang terkait dengan menyimpan atau membawa persediaan dari waktu
ke waktu. Oleh karena itu, biaya penyimpanan termasuk kerusakan dan biaya
terkati dengan penyimpanan seperti asuransi, staff tambahan dan pembayaran
bunga
2. Ordering Cost
Biaya pemesanan termasuk biaya pemasok, Formulir, dan proses
order,pembelian,juru tulis dan lainnya. Dan pada perusahaan manufaktur, biaya
pemesanan juga ada, akan tetapi termasuk pada Setup Cost
3. Setup Cost
Biaya Persiapan, termasuk didalamnya biaya untuk mempersiapkan mesin atau
memproduksi pesanan. Di dalamnya termasuk waktu dan pekerja untuk bersih-
bersih dan alat.
4. Setup Time
Setup time hanya terjadi pada perusahaan manufaktur. Waktu Persiapan ini
biasanya membutuhkan jumlah pekerjaan yang besar meskipun sebelum
persiapan itu belum sepenuhnya dilakukan di pusat pekerjaan.
32

2.2.6 Tujuan Management Persediaan


Menurut Sanders (2011:434),Tujuan dari management pada persediaan
adalah untuk memberikan level yang diinginkan pada Pelayanan pelanggan, Untuk
membuat efisiensi pada biaya operasional dan untuk meminimalkan investasi pada
persediaan yang akan dijelaskan pada tabel berikut:
Tabel 2.4 - Purpose Of Inventory
Tujuan Persediaan
Costumer Service ( Pelayanan Keberhasilannya dapat diukur
Pelanggan) dengan :
 Presentase pemesanan yang
dikirimkan pada jadwal
 Presentase dari barang yang
dikirimkan pada jadwal
 Presentase dari jumlah uang yang
dikirimkan pada jadwal
 Waktu diam pada komponen dan
kekurangan material
Cost Efficient Operations Persediaan dapat menolong untuk
( Operasi dengan biaya yang mencapai efisiensi pada operasi
efisien) dengan Menggunakan persediaan
penyangga untuk memastikan alur
produksi berjalan mulus dan
Mempertahankan level tenaga kerja
dengan seefektif mungkin
Minimum Inventory Investment Dapat diukur dengan cara berikut:
 Inventory Turnover
( Level Investasi pada persediaan
 Pasokan mingguan
yang minumum)  Pasokan harian
Sumber : Reid Sanders (2011:434)

2.3 Economic Order Quantity (EOQ)


2.3.1 Sejarah Economic Order Quantity (EOQ)
Menurut Muller (2003:127) EOQ dikembangkan pada tahun 1915 oleh
F.W.Harris yang bertujuan untuk menolong penjaga persediaan dalam memutuskan
berapa banyak produk yang harus dibeli. Model EOQ ini, dibuat berdasarkan
beberapa asumsi yaitu:
1. Jumlah permintaan adalah tetap, berulang dan diketahui
33

2. Biaya penyimpanan dan pemesanan adalah tetap dan konstan.


3. Waktu tunggu adalah tetap dan diketahui.
4. Formula yang digunakan hanya dapat menghitung 1 tipe produk.
5. pemesanan datang secara sekaligus.
Menurut Zulfikarizah (2005:99) pada tahun 1915 F.W Harris
mengembangkan rumus Economic Order Quantity. Rumus ini banyak digunakan
perusahaan yang dilakukan oleh seorang konsultan yang bernama wilson. Dan oleh
karena itu rumus ini sering disebut dengan EOQ Wilson. Walaupun sebenarnya
pengembangnya adalah F.W Harris dan merupakan teknik penentu persediaan
tertua, namun dengan variasinya yang banyak digunakan dalam perusahaan untuk
permintaan independent dalam manajemen persediaan karena relatif mudah untuk
digunakan.

2.3.2 Model Dasar Economic Order Quantity (EOQ)


Menurut Sanders (2011:447-449) Economic Order Quantity adalah Sebuah
sistem yang berkelanjutan yang digunakan untuk melacak persediaan yang ada
ditangan setiap kali persediaan ditambah atau diambil. Economic Order Quantity
akan menunjukkan pada perusahaan kapan harus menambahkan pemesanan dan
menentukan jumlah pemesanan yang meminimalkan biaya persediaan tahunan
perusahaan.
Reid Sanders juga menyatakan bahwa dasar asumsi untuk membuat
Economic Order Quantity adalah:
1. Permintaan dari produk diketahui dan konstan. Artinya, perusahaan
mengetahui berapa besar permintaan pada setiap periode dan jumlah tersebut
tidak akan berubah
2. Waktu tunggu diketahui dan tetap. Ini adalah jumlah dari waktu yang
dibutuhan dari pemesanan hingga barang tiba di perusahaan
3. Diskon Kuantitas tidak dianggap: Biaya dari semua unit adalah sama,
bagaimanapun jumlah pemesanan dilakukan
4. Biaya pemesanan dan persiapan adalah tetap dan konstan. Jumlah uang yang
dikeluarkan untuk melakukan order adalah sama bagaimanapun ukuran
pemesanan tersebut.
5. Karena perusahaan telah mengetahui permintaan dengan pasti, maka
diasumsikan semua permintaan dapat dipenuhi. Model dasar EOQ tidak
mengizinkan melakukan "Back Order".
Backorder adalah kondisi dalam pendistribusian barang dimana barang yang
dipesan tidak atau belum dapat disediakan baik seluruhnya ataupun sebagian
34

6. Jumlah yang dipesan datang sekaligus. Karena penesabab telah dijadwalkan


tiba saat perusahaan akan kehabisan persediaan, dan level persediaan maksimal
menggambarkan jumlah pemesanan optimal.
Menurut Heizer dan Render (2011:507) Model dasar Economic Order
Quantity adalah sebuah teknik pengontrollan persediaan yang meminimalkan total
dari biaya pemesanan dan penyimpanan. Dan teknik EOQ ini merupakan teknik
yang sangat mudah untuk digunakan, tetapi didasarkan pada beberapa asumsi:
1. Permintaan akan barang telah diketahui, Konstan, dan keputusan yang
independen untuk barang-barang lainnya
2. Waktu tunggu- Adalah waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan
tersebut- Diketahui dan tetap
3. penerimaan dari persediaan dengan segera dan sepenuhnya. Dengan kata lain,
persediaan yang dipesan tiba dalam satu waktu
4. Tidak dimungkinkan memberikan potongan kuantitas.
5. Biaya variabel yang ada hanyalah biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.
6. Kehabisan stok hanya dapat dihindari sepenuhnya apabila pemesanan
dilakukan pada waktu yang tepat.
Dari pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa EOQ adalah
sistem yang digunakan untuk melacak persediaan yang ada ditangan agar dapat
meminimalkan total dari biaya pemesanan dan penyimpanan perusahaan. Dalam
penentuan EOQ sendiri, terdapat beberapa asumsi yang harus dimiliki perusahaan
yaitu:
1. Jumlah permintaan barang telah diketahui dan konstan
2. Waktu tunggu ( Lead Time) dari produk adalah tetap dan konstan
3. Biaya untuk pemesanan dan penyimpanan produk adalah tetap.
4. Kehabisan stock dapat dihindari apabila pemesanan dilakukan dengan tepat
waktu.
5. Tidak dimungkinkan memberikan potongan kuantitas.
Menurut Render dan Heizer (2011:507), grafik penggunaan persediaan dari waktu
ke waktu berbentuk gigi gergaji, yang seperti terlihat pada gambar. Dimana, Q
menunjukkan Jumlah yang dipesan.
35

Gambar 2.2 - EOQ Graph

Sumber : Barry render & Jay Heizer (2011:507)


Untuk menghitung EOQ dapat dilakukan dengan rumus:

EOQ=

Keterangan:
D= Penggunaan atau permintaan yang diperkirakan per periode waktu
S= Biaya Pemesanan ( Persiapan pesanan) per pesanan
H= Biaya penyimpanan perunit / tahun
Frekuensi Pesanan, merupakan permintaan pertahun dibagi dengan jumlah pesanan
per satu tahun, sehingga jumlah frekuensi pesanan yang paling ekenomis dapat
dihitung dengan menggunakan rumus:

F= D/Q*
Keterangan:
F = Frekuensi Pemesanan
D = Penggunaan atau permintaan yang diperkirakan per periode waktu
Q*= Jumlah optimal barang per pesanan
Jika 1 tahun adalah 365 hari, maka jangka waktu antar tiap pesanan adalah:

Jumlah Hari kerja Pertahun


T=
Frekuensi Pesanan

Keterangan:
T= Masa Waktu Setiap Pemesanan
Dan untuk menghitung Biaya Total dapat dilakukan dengan rumus:
Total Biaya = Biaya Pemesanan + Biaya Penyimpanan
= (D/Q X S) + (Q/2 X H)
Keterangan:
D= Permintaan tahunan barang persediaan dalam unit/ tahun
Q= Jumlah optimal barang per pesanan
S= Biaya Pemesanan untuk setiap Pesanan
H= Biaya Penyimpanan perunit/Tahun
F= Frekuensi Pemesanan
36

2.3.3 Reorder Point Dan Safety Stock


2.3.3.1 Safety Stock
Berdasarkan Pendapat Assauri (2004:186-187) ada beberapa faktor yang
menentukan besarnya Safety Stock, yaitu:

1. Penggunaan bahan baku rata-rata


Salah satu dasar untuk memperkirakan penggunaan bahan baku selama periode
tertentu, khususnya selama periode pemesanan adalah rata-rata penggunaan
bahan baku pada masa sebelumnya. Hal itu selalu harus diperhatikan karena
setelah melakukan pemesanan atau order penggantian, maka kebutuhan atau
permintaan dari pelanggan sebelum barang yang dipesan datang harus dipenuhi
dari persediaan (Stock) yang ada.
2. Faktor Waktu atau Lead Time
Lead Time adalah Lamanya waktu antara pemesanan dilakukan sampai dengan
kedatangan bahan-bahan yang dipesan diterima di gudang
Menurut Heizer dan Render (2011:520) Safety Stock adalah persediaan ekstra
yang ada untuk menyangga permintaan yang tidak rata. Dan untuk melakukan
Safety Stock dapat menggunakan rumus:

Safety Stock = Z.σd.

Keterangan :
Z = Nilai Service level yang dilihat pada tabel T
σd= Standar Deviasi Demand
Service Level = 1 - Probability Of Stockout
Dari kutipan (Chetan Trimbak Shivsharan), cara untuk penghitungan Service Level
adalah dengan Total Penjualan / Total Demand.

2.3.3.2 Reorder Point


Menurut Sanders (2011:449) proses pemesanan persediaan terjadi ketika
persediaan perusahaan mencapai Reorder Point (Titik Pemesanan Kembali).
Reorder point adalah titik dimana perusahaan melakukan pemesanan sejumlah Q
(EOQ) dimana telah dijadwalkan akan sampai ketika level persediaan di perusahaan
telah mencapai nol, dan ketika persediaan mencapai titik pemesanan kembali, maka
prosesnya akan dimulai kembali.
37

Dalam penetetapan Re-Order Point, kita harus memperhatikan faktor-faktor


sebagai berikut:
1. Penggunaan material selama tenggang waktu mendapat barang( Procurement lead
Time)
2. Besarnya Safety Stock, Dimana Re-Order Point dapat ditetapkan dengan beberapa
cara lain seperti:
 Menetapkan jumlah penggunaan selama lead time dan ditambah dengan presentase
tertentu
 Menetapkan jumlah penggunaan selama lead time dan ditambah dengan
penggunaan selama periode tertentu sebagai safety stock
Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2014 ,p524), ROP (ReOrder Point)
adalah level persediaan dimana sebuah pemesanan harus dilakukan kembali untuk
mengisi kembali persediaan yang disimpan. Dan dapat dilakukan dengan
menggunakan Rumus:

ROP = d X L + SS
Keterangan:
ROP = Titik Pemesanan Ulang
d = Tingkat Kebutuhan per unit waktu
L = Lead Time
SS = Safety Stock
38

Data:
Wawancara
Observasi

Kondisi Pasar: Kondisi


Tingkat Perusahaan:
Permintaan Keterbatasan
Konsumen Produk
Tinggi Lead Time
Produk Yang yang lama
dibutuhkan
Tidak ada
2.4 Kerangka Pemikiran

Evaluasi pola distribusi


yang sedang berjalan

Tingkat persediaan yang


sesuai dengan penjualan

Sistem Supply Chain


Management yang
diusulkan untuk
perusahaan

Tingkat Persediaan yang


dapat diusulkan ke
perusahaan

Optimalisasi persediaan
pada Pola distribusi yang
berjalan dengan Supply
Chain Management yang
diusulkan

Anda mungkin juga menyukai