Anda di halaman 1dari 27

2.

LANDASAN TEORI

2.1 Supply chain (rantai pasokan)


2.1.1 Konsep Supply Chain
Supply chain management, menurut (Heizer & Rander, 2004), merupakan
kegiatan pengelolaan kegiatan-kegiatan dalam rangka memperoleh bahan mentah
menjadi barang dalam proses atau barang setengah jadi dan barang jadi kemudian
mengirimkan produk tersebut ke konsumen melalui sistem distribusi. Kegiatan-
kegiatan ini mencangkup fungsi pembelian tradisional ditambah kegiatan penting
lainnya yang berhubungan antara pemasok dengan distributor.
Sedangkan menurut (Chopra, 2004) Supply chain terdiri dari semua pihak
yang terlibat, langsung maupun tidak langsung, dalam memenuhi permintaan
pelanggan. Supply chain tidak hanya meliputi produsen dan pemasok, tetapi juga
pengangkutan, gudang, pengecer, dan pelanggan itu sendiri. dalam organisasi
masing-masing, seperti produsen, supply chain termasuk semua fungsi yang
terlibat dalam menerima dan memenuhi permintaan pelanggan. fungsi-fungsi ini
termasuk, tetapi tidak terbatas pada pengembangan produk baru, pemasaran,
operasi, distribusi, keuangan, dan layanan pelanggan.
Definisi supply chain yang diusulkan (Langley, 2008) adalah supply chain
memiliki makna yang luas dan komprehensif, karena itu, permintaan dan nilai
yang sangat relevan. demikian, dapat dikatakan bahwa supply chain, rantai
permintaan, jaringan nilai, rantai nilai merupakan suatu sinonim. Ada penggunaan
yang lebih luas dari penerimaan manajemen rantai pasokan dan sudut pandang
komprehensif dari supply chain management.
Supply Chain Management berkaitan langsung dengan siklus lengkap
bahan baku dari pemasok ke produksi, gudang, dan distribusi kemudian sampai ke
konsumen. Sementara perusahaan meningkatkan kemampuan bersaing mereka
melalui penyesuaian produk, kualitas yang tinggi, pengurangan biaya, dan
kecepatan mencapai pasar diberikan penekanan tambahan terhadap rantai
pasokan.

7
Universitas Kristen Petra
Rantai pasokan mencakup keseluruhan interaksi antara pemasok,
perusahaan manufaktur, distributor, dan konsumen. Interaksi ini juga berkaitan
dengan transportasi, informasi penjadwalan, transfer kredit dan tunai, serta
transfer bahan baku antara pihak-pihak yang terlibat.
Dewasa ini, persaingan bisnis tidak lagi terjadi antar perusahaan tetapi
melibatkan beberapa jaringan supply chain. Supply chain (rantai pemasok)
merupakan jaringan antar perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk
menghasilkan dan mengantarkan suatu produk ke konsumen akhir. Mengelola
aliran produk yang tepat adalah salah satu tujuan dari supply chain.
Konsep supply chain merupakan konsep dalam mengelola masalah
persediaan. Tuntutan pelanggan yang terus berkembang dan jumlah retailer yang
semakin banyak sehingga menyebabkan perlunya koordinasi yang baik antara
penjual dan pembeli.

2.1.2. Fungsi Supply Chain


Supply chain merupakan sebuah proses bisnis dan informasi yang berulang
yang menyediakan produk atau layanan dari pemasok melalui proses pembuatan
dan pendistribusian kepada konsumen. Maka dari itu terdapat fungsi supply chain.
Supply chain management secara umum mempunyai dua fungsi, yang
pertama supply chain management secara fisik mengubah barang bahan baku
menjadi produk jadi dan menghantarkannya ke pemakai akhir. Fungsi pertama ini
berkaitan dengan biaya material, biaya penyimpanan, biaya produksi, biaya
transportasi.
Sedangkan fungsi yang kedua adalah supply chain management sebagai
mediasi pasar, yakni memastikan bahwa apa yang di supply oleh rantai supply
chain mencerminkan aspirasi pelanggan atau pemakai akhir tersebut. Fungsi
kedua ini berkaitan dengan biaya survai pasar, biaya perancangan produk. (Zabidi,
2001)

2.1.3. Tujuan Supply Chain


Adapun tujuan supply chain sebagai berikut:

8
Universitas Kristen Petra
 Untuk memastikan sebuah produk berada pada tempat dan waktu yang
tepat untuk memenuhi permintaan konsumen tanpa menciptakan stok yang
berlebihan atau kekurangan.
 Untuk menjamin kesatuan gerak dari jumlah dan kualitas yang memadai
pada persediaan yang meliputi banyak hal seperti perencanaan dan
komunikasi.
 Untuk memaksimalkan nilai yang dihasilkan secara keseluruhan (Chopra,
2001)
 Mencapai efisiensi aktivitas dan biaya seluruh sistem, total biaya sistem
dari transportasi hingga distribusi persediaan bahan baku, proses kerja, dan
barang jadi.

2.1.4 Strategi Supply Chain


Untuk memenuhi kebutuhan pasar sesuai dengan konteks yang diingikan
oleh konsumen maka setiap rantai pasokan harus memiliki kemampuan dalam
pengoperasian yang efisien, menciptakan kualitas, cepat, fleksibel, dan inovatif.
Sehingga keputusan strategis terkait diantaranya adalah penentuan kapasitas
fasilitas, penentuan sistem informasi, penentuan produk yang akan dibuat dan
disimpan, penentuan lokasi dan model transportasi dan lain-lain.
Banyak peluang yang tersedia dalam supply chain management untuk
meningkatkan nilai produk dengan biaya yang rendah. Dengan kata lain, terdapat
beberapa strategi yang dapat digunakan antara lain (Siagian, 2005):
 Postponement, yaitu strategi untuk menunda modifikasi atau penyesuaian
terhadap produk selama mungkin. Dengan bantuan rancangan dan bantuan
pemasok, suatu perusahaan manufaktur dapat mempertahankan
karakteristik generik dari produknya selama mungkin. Postponement dapat
dilakukan berkaitan dengan teknologi dan karakteristik proses,
karakteristik produk, dan karakteristik pasar.

 Drop ship, strategi ini sering digunakan di sisi distributor. Pada awalnya
tahapan produk dari supplier untuk sampai ke tangan konsumen cukup
panjang seperti pada gambar 1.a , tetapi strategi drop ship pemasok akan

9
Universitas Kristen Petra
langsung mengirimkan ke konsumen pemakai dan bukan kepada penjual,
agar menghemat waktu dan biaya pengangkutan seperti pada gambar 1.b.
Hal lain yang dapat menghemat biaya mencakup penggunaan kemasan
khusus, label khusus, dan lokasi.

Supplier Manufacturer Distributor Retailer Customer

Gambar 2.1.a: Aliran Produk


Sumber: Siagian (2005, p 28)

Supplier Supply Chain Customer


Management

M
Gambar 2.1.b: Strategi Drop ship
Sumber: Siagian (2005, p 28)

Strategi supply chain diperlukan untuk membantu pencapaian tujuan


perusahaan yang diinginkan dalam strategi perusahaan. Inovasi terhadap
pendekatan-pendekatan strategi supply chain akan membuat perusahaan dapat
unggul dalam bersaing.
Dalam perencanaan strategi supply chain diperlukan beberapa sumber-
sumber pengambilan keputusan. Suatu perspektif strategi untuk sumber dari
dalam dan luar perusahaan bertujuan agar mampu bersaing berdasarkan
differensiasi produk dan atau fokus. Di bawah ini beberapa faktor yang
dipertimbangkan dalam strategi supply chain antara lain:
a. Keunggulan Bersaing
Faktor pertama yang harus dipertimbangkan dalam pembuatan strategi
adalah kemampuan perusahaan untuk dapat unggul dalam bersaing (competitive
advantage). Secara umum keunggulan bersaing dapat diperoleh dari
1. Diferensiasi, yaitu berusaha menciptakan/ membuat produk yang unik
berbeda atau minimal lebih baik dari produk yang sudah ada
2. Kepeloporan biaya, yaitu berusaha meminimalkan biaya tetapi tanpa
mengurangi nilai atau kualiatas produk. Hal ini dapat dilakukan dengan

10
Universitas Kristen Petra
inovasi proses, mendesain produk dengan benar, mengurangi biaya
manufaktur
3. Respon yang cepat, ditandai dengan sifat fleksibel, reliable, cepat tanggap
terhadap perubahan-perubahan.

b. Fleksibilitas Permintaan
Faktor kedua yang harus dipertimbangkan dalam pembuatan strategi
adalah fleksibilitas permintaan (demand flexibility) yang harus dipenuhi di setiap
kegiatan. Persyaratan yang diinginkan konsumen terhadap suatu produk akan
mengendalikan strategi operasional perusahaan. Kebutuhan fleksibilitas sangat
tergantung pada jumlah dan cakupan perubahan yang diingikan terhadap
permintaan barang dan jasa. Fleksibilitas permintaan menurut Slack (1990)
dipengaruhi beberapa faktor, yaitu produk itu sendiri, campuran produk, volume,
dan tipe pengantaran. Pengukuran terhadap fleksibilitas permintaan bermacam-
macam, dapat dilihat dari ketepatan pengantaran, peramalan permintaan dan
sebagainya.

c. Kapabilitas Proses
Kapabilitas proses (process capability) faktor ini sangat berkaitan dengan
sejauh mana perusahaan dapat menjalankan aktivitas-aktivitas yang dibutuhkan.
Hal ini sangat tergantung pada tipe kegiatan, dengan kata lain terdapat banyak
cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Jika kapabilitas proses sesuai dengan
standar industri maka benchmarking dapat efektif digunakan.

d. Kematangan Proses
Faktor kematangan proses (process maturity) sangat berkaitan dengan
tingkat kinerja proses, bagaimana proses ini dapat tanggap dan memenuhi
penawaran pasar. Faktor ini sangat dibutuhkan untuk pertimbangan terhadap
proses manufaktur yang akan digunakan.

e. Resiko Strategi

11
Universitas Kristen Petra
Resiko strategi (strategic risk) resiko yang di maksud di sini bukanlah
resiko terhadap kuantitas atau kualitas yang diberikan pemasok melainkan adanya
penyebaran resiko. Penyebaran resiko adalah resiko yang resiko yang diterima
perusahaan akibat adanya kebocoran informasi tentang produk dan layanannya,
baik itu yang diterima atau yang diberikan pemasok, sehingga pesaing dapat
mengetahui strategi-strategi perusahaan. Resiko dapat menjadi tinggi ketika
pemasok memiliki konsumen lain sehingga pesaing memperoleh layanan pemasok
dan mengetahui strategi-strategi perusahaan. Berdasarkan hal tersebut maka
manajer sudah selayaknya mengevaluasi seluruh strategi yang dijalankan.

2.1.5 Tahapan Supply Chain


Supply chain atau dikenal dengan istilah lainnya rantai pasokan
merupakan rantai penghubung dari satu pelaku ke pelaku lainnya. Ada banyak
model atau jalur rantai di dalam tahapan supply chain. Mulai dari supplier ke
manufacturer kemudian dilanjutkan ke distributor dan setelah itu ke retailer dan
akhirnya sampai ke tangan pelanggan. Jalur ini yang lasim digunakan tetapi juga
ada perusahaan yang memotong salah satu atau beberapa rantai supply chain
sebagai contoh tidak melewati jalur distributor maupun retailer. Hal itu dilakukan
guna untuk mengurangi cost/biaya didalamnya atau ada pertimbangan-
pertimbangan lain yang dianggap lebih menguntungkan perusahaan. Di bawah ini
merupakan tahapan atau jalur rantai dalam proses supply chain

Supplier Manufacturer Distributor Retailer Customer

Supplier Manufacturer Distributor Retailer Customer

Supplier Manufacturer Distributor Retailer Customer

12
Universitas Kristen Petra
Gambar 2.2: Jalur Supply Chain
Sumber: Chopra (2004, p5)
Chain 1. Supplier
Pada Rantai ini merupakan tahapan pertama dalam rantai supply chain.
Dimana aktivitas supplier adalah sebagai penyedia bahan produksi seperti bahan
baku, bahan mentah, ataupun bahan penolong. Jumlah supplier biasanya banyak
tergantung dari permintaan masing- masing perusahaan. Jenis supplier ada
bermacam-macam sebagai contoh perusahaan koran mendapatkan bahan baku
kertas bisa berasal dari pemulung kertas, kertas yang di daur ulang atau secara
langsung dari supplier kertas.

Chain 2. Supplier – Manufacturer


Rantai pertama dihubungkan pada rantai kedua. Pada rantai ini
manufacturer berperan sebagai pembuat pekerjaan sampai dengan finishing. Bisa
terjadi penghematan pada rantai ini seperti penghematan biaya inventories bahan
baku, bahan setengah jadi maupun bahan jadi. Manufacturer juga dapat menjalin
kerja sama dari beberapa supplier. Contoh perusahaan coklat menjalin kerja sama
dengan supplier gula, supplier tepung, supplier susu maupun juga supplier plastik
untuk packaging nya.

Chain 3. Supplier – Manufacturer – Distributor


Setelah melewati rantai manufacturer, rantai ketiga adalah distributor.
Pada rantai ini mulai terjadi aktivitas penyaluran bahan setengah jadi atau bahan
jadi kepada pelanggan. Terdapat banyak cara dalam penyaluran barang ke
pelanggan. Dimana nanti distributor besar atau wholesaler akan menyalurkan
barangnya kepada retailer atau pengecer ataupun langsung menyalurkan barang
kepada konsumen.

Chain 4 . Supplier – Manufacturer – Distributor – Retailer


Rantai keempat adalah retailer atau nama lainnya pengecer. Pada
umumnya distributor besar mempunyai gudang sendiri dalam penyimpanan

13
Universitas Kristen Petra
barang yang kemudian akan didistribusikan kepada retailer. Peranan retailer
adalah menyalurkan barang kepada konsumen akhir. Retailer dapat berupa toko-
toko maupun kios di pinggir-pinggir jalan. Harga yang ditawarkan retailer
biasanya lebih mahal dibandingkan dengan distributor langsung sehingga jalur
retailer dapat tidak dilewati sehingga dari distributor langsung kepada konsumen
akhir. Namun pola pada rantai pasokan pada umumnya melewati jalur retailer.

Chain 5. Supplier – Manufacturer – Distributor – Retailer – Customer


Tujuan dari supply chain adalah penyaluran barang sampai ke tangan
konsumen. Para retailer langsung menawarkan produknya kepada konsumen.
Pada rantai ini sebenarnya masih bukan rantai yang terakhir. Sebetulnya masih
ada satu rantai lagi yaitu pembeli tetapi tidak menggunakan produknya secara
langsung atau lebih dikenal dengan istilah reseller.
Contoh supply chain pada perusahaan biskuit PT MNO:

Gambar 2.3: Contoh Supply Chain PT MNO


Sumber: Venskasehetapy (2009)

Untuk membuat produk biskuit, perusahaan membutuhkan beberapa


supplier untuk menjadi pemasok bagi perusahaan tersebut. Pada SCM ini terdapat
pemasok tepung, pemasok telur, pemasok gula, pemasok minyak nabati, dan

14
Universitas Kristen Petra
pemasok susu bubuk. Pemasok tersebut kemudian mengirim bahan baku ke pabrik
bahan baku dan kemudian akan diolah. Setelah diolah, bahan baku tersebut akan
dikirim ke gudang bahan jadi. Kemudian dari gudang bahan jadi akan dikirim ke
pabrik bahan jadi untuk proses penyelesaian produk. Dari pabrik bahan jadi
tersebut kemudian akan dikirim ke distributor. Distributor tersebut bisa melalui
supermarket besar/kecil maupun ke pengecer. Yang pada akhirnya, produk-
produk tersebut ditujukan untuk konsumen akhir untuk dapat mengkonsumsi
produk biskuit yang telah dibuat.
Contoh Supply Chain pada perusahaan wafer coklat PT.XYZ:

Gambar 2.4: Contoh Supply Chain PT XYZ


Sumber: Suryadewi (2009)

Gambar tersebut merupakan contoh dari SCM untuk perusahaan wafer


coklat. Untuk penggambaran SCM yang baik yaitu dimulai dari hulu ke hilir.
Adapun urutannya supplier-manufacturer-distributor-wholesaler-retailer-end
customer.
Untuk SCM wafer coklat diatas, yang berperan sebagai supplier yaitu
pabrik gula, pabrik tepung terigu, pabrik susu bubuk, pabrik coklat bubuk, pabrik
bahan pelengkap, pabrik kaleng, pabrik plastik dan pabrik kertas.. bahan-bahan

15
Universitas Kristen Petra
tersebut akan dikirimkan pada pabrik pembuat wafer coklat. setelah wafer selesai
dibuat, maka wafer akan diberikan pada PT. XYZ dalam hal ini berperan sebagai
manufacturer. dari PT. XYZ, wafer yang telah diproduksi dan dipacking segera
dikirimkan pada distributor-distributor. dari distributor, wafer akan di sebarkan
lagi pada para retailer atau pengecer, setelah itu barulah wafer coklat bisa dibeli
oleh end customer atau konsumen.

2.1.6 Produk Supply Chain


Dalam konsep supply chain terdapat bahan-bahan yang diperlukan dalam
proses pelaksanaannya. Di bawah ini merupakan komponen-komponen yang
diperlukan pada proses supply chain menurut (Siagian, 2005):
a) Bahan Baku (Raw Material Stock)
Merupakan persediaan dari barang-barang yang dibutuhkan untuk proses
produksi. Barang ini bisa diperoleh dari sumber-sumber alam, atau dibeli
dari supplier yang menghasilakan barang tersebut.
b) Barang Setengah Jadi (Work In Process)
Merupakan barang-barang yang belum berupa barang jadi, akan tetapi
masih diproses lebih lanjut sehingga menjadi barang jadi.
c) Barang Jadi (Finished Good)
Merupakan barang-barang yang selesai diproses dalam pabrik dan siap
disalurkan kepada distributor, pengecer,atau langsung dijual ke pelanggan.
d) Bahan Pembantu (Supplies Stock)
Merupakan persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses
produksi untuk membantu kelancaran produksi, tetapi tidak merupakan
bagian dari barang jadi.
e) Bagian Produk (Purchased Parts)
Merupakan persediaan barang-barang yang terdiri dari parts yang diterima
dari perusahaan lain, yang secara langsung diassembling dengan parts lain
tanpa melalui proses produksi.
Karakteristik produk dan pasar. Menurut Marshal Fisher, terdapat dua
karakteristik produk, yaitu:
1. Produk Fungsional

16
Universitas Kristen Petra
Produk dengan konfigurasi standar, siklus hidup panjang, memiliki sedikit
variasi, kebutuhan pelanggan dari waktu ke waktu relatif tidak berubah.
Contoh: kertas HVS, paku payung, pensil.
2. Produk Inovatif
Setiap kelompok produk inovatif mempunyai variasi sampai ratusan atau
ribuan, bertahan sebentar di pasar dan akan digantikan oleh variasi baru
yang dikembangkan.
Contoh: camera digital, handphone.
Setiap karakteristik produk memiliki strategi atau desain rantai pasokan
yang berbeda. Untuk produk fungsional, difokuskan untuk meminimumkan
ongkos-ongkos fisik disepanjang rantai supply, menciptakan efisiensi. Sedangkan
untuk produk inovatif, difokuskan pada peningkatan kemampuan untuk lebih
responsif terhadap kebutuhan pasar/ konsumen. Sehingga munculah 2 strategi
utama yaitu strategi efisiensi dan strategi responsif. Kesesuaian antara
karakteristik produk dan bentuk strategi yang digunakan dalam rantai pasokan
dinamakan strategi fit. Konsep strategi fit dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.5: Konsep strategi fix rantai pasokan


Sumber: Utaminingsih (2011)

17
Universitas Kristen Petra
2.1.7 Transportasi Supply Chain
Dalam proses supply chain teradapat beberapa model-model transportasi
yang dapat digunakan untuk sampai ke tangan pelaku yang dituju. Peran anggota
keluarga dapat turut berpartisipasi dalam mengirimkan barang sampai ke tangan
konsumen. Model pengiriman yang digunakan pun dapat bermacamam-macam
mulai dari pertimbangan tingkat kecepatan pengiriman, besar atau kecilnya
volume pengiriman serta biaya yang dikeluarkan dalam proses pengiriman
tersebut. Ada beberapa model transportasi yang dapat digunakan antara lain
menurut (Chopra, 2004):
a) Sarana transportasi air
Muatan yang dikirim melalui air biasanya berukuran besar dan bernilai
rendah. Sistem ini berarti jika pengiriman dianggap lebih penting dibandingkan
kecepatan. Keutungan utama alat transportasi melalui jalur air adalah
kemampuannya untuk membawa barang dalam jumlah besar. Kelemahan utama
alat transportasi melalui jalan air adalah lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
proses pengantaran.
b) Jasa pengiriman
Perusahaan paket pengiriman seperti FedEx, pos pengiriman yang membawa
paket kecil mulai dari surat untuk pengiriman dengan berat sekitar 150 pounds.
Jasa pengiriman lebih mahal dan harga tidak dapat bersaing untuk pengiriman
barang besar.
c) Truk
Kelebihan dari truk adalah fleksibilitas pengirimannya. Perusahaan yang
mengadopsi JIT meningkatkan penekanan pada pengendara truk untuk mengambil
dan mengirim tepat waktu, tanpa kerusakan, dengan pekerjaan administrasi yang
baik dan dengan biaya rendah.
d) Kereta api
Dengan pertumbuhan JIT kereta api tertinggal karena manufaktur dengan
batch berukuran kecil membutuhkan pengiriman yang teratur dan lebih kecil. Alat
transportasi kereta api ini mempunyai kemampuan untuk mengangkut barang
bertonase yang sangat besar, karena spesifikasi kereta api tersebut. Akan tetapi,

18
Universitas Kristen Petra
alat transportasi ini memerlukan biaya tetap yang cukup tinggi dan biaya peralatan
rutin yang cukup tinggi pula.
e) Saluran pipa
Alat transportasi dengan menggunakan saluran pipa, biasanya digunakan
untuk mengangkut bahan baku cari seperti minyak mentah, gas alam, produk
minyak, dan bahan kimia. Kebaikan alat transportasi ini biaya tetapnya paling
tinggi, tetapi baiya variabelnya paling rendah. Kelemahan yang menonjol adalah
barang yang dibawa sangatlah terbatas, karena sangat tergantung diameter pipa
dan derasnya arus yang dibawa.
f) Pesawat udara
Jenis pengiriman yang tumbuh paling cepat karena menawarkan kecepatan
dan keandalan untuk perpindahan nasional dan internasional barang yang
berbobot ringan. Penggunaan angkutan ini biasanya untuk produk bernilai tinggi
buka produk bernilai rendah dan dengan biaya yang terlalu tinggi pula untuk
ditutupi.

2.1.8 Peramalan Supply Chain


Dalam pengelolaan bisnis keluarga tentu saja pemilik perusahaan (ayah
atau ibu) mempunyai peramalan pendapatan untuk mengembangkan perusahaan
yang dijalankannya salah satunya adalah peramalan supply chain. Memperkirakan
jumlah permintaan konsumen termasuk dalam kegiatan peramalan (forecasting).
Kegiatan ini dilakukan untuk memperkirakan kondisi yang akan datang yang tidak
menentu. Jadi peramalan dapat didefinisikan sebagai ilmu memprediksi peristiwa-
peristiwa masa depan. Tujuan peramalan sebagai masukan membuat perencanaan
dengan melakukan pengawasan dalam proses operasi. Hasil ramalan tersebut
dijadikan masukkan bagi perencanaan kebutuhan. Dahulu manusia melakukan
ramalan untuk menentukan nasib sekarang digunakan untuk mengembangkan
perusahaan.
Menurut (Heizer, 2001) terdapat tiga kategori permalan yaitu:
1. Peramalan jangka pendek, rentang waktunya mencapai satu tahun tetapi
umumnya kurang dari tiga bulan. Peramalan jangka pendek digunakan

19
Universitas Kristen Petra
untuk merencanakan pembelian, penjadwalan kerja, jumlah tenaga kerja,
dan tingkat produksi.
2. Peramalan jangka menengah, peramalan jangka menengah biasanya
berjangka tiga bulan hingga tiga tahun. Peramalan ini sangat bermanfaat
dalam perencanaan penjualan, perencanaan produksi, perencanaan kas.
3. Peramalan jangka panjang, rentang waktunya biasanya tiga tahun atau
lebih, digunakan dalam merencanakan produk baru, pengeluaran modal,
lokasi fasilitas, penelitian dan pengembangan.
Perusahaan tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, tingkat
ketergantungan perusahaan pada perusahaan lain baik sebagai pemasok atau
partner kerja sangat tinggi. Ketepatan kebutuhan yang diramalkan akan
mempermudah kerja sama antar perusahaan. Kebutuhan akan pasokan bahan baku
dan pengunaan transportasi sangat menentukan kerja sama yang baik. Hubungan
dengan pemasok yang baik dan keunggulan kerja yang terjamin untuk bahan baku
dan suku cadang tergantung pada ramalan yang akurat.

2.1.9 Pull dan Push System


Dalam konsep supply chain juga mengenal istilah Pull dan Push System
yakni pendekatan sistem tarik (pull system) dan pendekatan sistem dorong (push
system) yang memiliki pendekatan berbeda. Sistem tarik (pull system) adalah
suatu sistem yang memproduksi satu unit lalu ditarik ke tempat yang
memerlukannya pada saat diperlukan. Sistem tarik menggunakan sinyal untuk
meminta pengiriman dari stasiun-stasiun hilir ke stasiun-stasiun yang memiliki
fasilitas produksi. Stasiun-stasiun ini menggunakan sinyal untuk menarik bahan
baku pada saat tersedia kapasitas untuk memproses bahan baku itu. Konsep ini
digunakan dalam lingkup proses produksi yang segera akan dilakukan, ini dapat
dilakukan kerja sama dengan pemasok-pemasoknya. Dengan menarik bahan baku
melalui sistem tersebut dalam sejumlah ukuran yang diperlukan, maka persediaan
yang diperlukan dapat berkurang. Dengan berkurangnya persediaan maka
investasi dalam persediaan dan waktu siklus manufaktur pun ikut berkurang.
Selain itu sistem dorong (push system) juga dapat diterapkan. Ketika
terjadi produksi atau pembelian bahan melebihi permintaan jangka pendek, yang

20
Universitas Kristen Petra
dapat menganggu sistem pengantaran. Kemudian bahan tersebut tidak dapat
disimpan karena tidak ada tempat sementara perusahaan harus tetap
mengalokasikan stok tersebut maka sistem dorong merupakan sistem yang paling
tepat dilakukan. Dan ada juga istilah Pull-Push system yang merupakan gabungan
dari push sistem dan pull sistem.

Push – Alokasi barang berdasarkan Pull- Melengkapi pesanan


Peramalan untuk setiap gudang persediaan berdasarkan
kebutuhan setiap gudang

Gudang 1 Peramalan

Pabrik Gudang 2 Peramalan

Gudang 3 Peramalan

A = Alokasi ke setiap gudang


Q = Setiap gudang memenuhi permintaan
Gambar 2.6: Pull vs Push System
Sumber: Siagian (2005, p.173)

2.1.10 Sistem Informasi Supply Chain


Pada perusahaan yang sudah maju telah menerapkan teknologi informasi
pada perusahaannya. Salah satunya adalah sistem informasi supply chain. Sistem
informasi supply chain dapat dijelaskan dalam beberapa bagian fungsi dan operasi

21
Universitas Kristen Petra
internalnya. Secara umum sistem informasi supply chain melibatkan beberapa
faktor antara lain sebagai berikut (Siagian, 2005, p91):
 Internal, faktor-faktor yang dimiliki dan pengambilan keputusannya dari
dalam perusahaan itu sendiri. Misalnya keputusan pengelolaan keuangan,
strategi pemasaran yang digunakan, proses produksi yang direncanakan.
 Eksternal, adalah bagian-bagian di luar perusahaan yang turut
mempengaruhi dalam pengambilan keputusan. Misalnya selera dan
keinginan konsumen, pemasok atau penyedia barang yang dibutuhkan.
 Sistem Manajemen Order (Order Management System), mengatur kontak
awal dengan konsumen pada saat pendataan dan penempatan produk
sehingga ketersediaan barang terjamin.
 Sistem Manajemen Gudang (Warehouse Management System),
kegiatannya meliputi penetapan tingkat persediaan, pilihan order,
pemilihan rute, dan estimasi ketersediaan barang.
 Sistem Manajemen Transportasi (The Transportation Management
System), sistem ini berfokus pada batasan-batasan di dalam dan luar
transportasi perusahaan sebagai bagian dari sistem informasi supply chain.

Internal Sistem Informasi Supply Chain Eksternal


- Logistik - Pelanggan
-Manufaktur - Pemasok
- Pembelian - Rantai
Pasokan

OMS WMS TMS


- Ketersediaan barang - Tingkat persediaan - Pemilihan alat
- Alokasi produk ke - Estimasi ketersediaan transportasi
konsumen barang - Proses pengiriman

Gambar 2.7: Sistem Informasi Supply Chain


Sumber: Siagian (2005), p93.

22
Universitas Kristen Petra
2.2 Perusahaan Keluarga
Perusahaan keluarga merupakan suatu fenomena tersendiri dalam dunia
bisnis. Selain jumlahnya yang sangat banyak, perusahaan keluarga juga
mempunyai andil yang cukup signifikan bagi pendapatan negara. (Susanto, 2007).

2.2.1 Definisi Perusahaan Keluarga


Perusahaan keluarga mempunyai karakteristik dengan kepemilikannya
atau keterlibatan lainnya. Dari dua orang atau lebih anggota keluarga yang sama
dalam kehidupan dan fungsi bisnisnya. Lingkup dan luas keterlibatan tersebut
bervariasi dalam beberapa perusahaan. Sebuah perusahaan juga diakui sebagai
bisnis keluarga ketika perusahaan tersebut dialihkan dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Kebanyakan bisnis keluarga berukuran kecil. Bagaimanapun juga
pertimbangan keluarga dalam menjadi hal penting sekalipun bisnis tersebut
menjadi perusahaan besar. (Justin, 2001, p 34).
Perusahaan keluarga mempunyai ciri yang berbeda dengan perusahaan
kecil lainnya. Jenis perusahaan ini ditandai dengan keterlibatan anggota keluarga
baik dalam pemilikan maupun dalam operasi perusahaan. Misalnya pengambilan
keputusan diwarnai nilai formal yang bernuansa keluarga. Machfoedz (2005, p
91).

2.2.2 Jenis Perusahaan Keluarga


Dalam terminologi bisnis ada dua jenis perusahaan keluarga yaitu
(Susanto, 2007):
 Family Owned Enterprise (FOE)
Perusahaan yang dimiliki oleh keluarga tetapi dikelola oleh eksekutif profesional
yang berasal dari luar lingkarang keluarga. Dalam hal ini keluarga berperan
sebagai pemilik dan tidak melibatkan diri dalam operasi di lapangan agar
pengelolaan perusahaan berjalan secara profesional. Dengan pembagian peran ini,
anggota keluarga sebagai pemilik perusahaan dapat mengoptimalkan diri dalam
fungsi pengawasan. Seringkali terjadi, perusahaan keluarga tipe ini merupakan
bentuk lanjutan dari usaha yang semua dikelola oleh keluarga yang
mendirikannya.

23
Universitas Kristen Petra
 Family Business Enterprise (FBE)
Perusahaan yang dimiliki dan dikelola oleh anggota keluarga pendirinya. Jadi baik
kepemilikan maupun pengelolaan dipegang oleh pihak yang sama, yaitu keluarga.
Perusahaan keluarga tipe ini dicirikan oleh dipegangnya posisi-posisi kunci dalam
perusahaan oleh anggota keluarga. Di Indonesia, kebanyakan perusahaan keluarga
adalah FBE dimana para anggota keluarga juga menjadi pengelolanya. Dalam
perjalanannya, seiring dengan tumbuh kembangnya perusahaan, dinamikanya juga
makin kompleks. Dinamika yang makin tinggi tentu saja menuntut kompetensi
yang tinggi bagi pengelolaanya. Jika kebutuhan akan kompetensi ini tidak
terpenuhi oleh anggota keluarga maka dibutuhkan suntikan tenaga dari luar
lingkaran keluarga. Berangkat dari tuntutan semacam ini, tumbuh kembangnya
perusahaan tidak jarang membuat perusahaan keluarga bermetamorfosa dari FBE
menjadi FOE. Namun, di Indonesia persentasenya masih kecil dan belum
signifikan.

2.2.3 Karakteristik Perusahaan Keluarga


Perusahaan keluarga dicirikan terutama dengan kepemilikan dan
keterlibatan yang signifikan dari keluarga dalam manajemen. Dengan sendirinya
anggota keluarga akan mengantisipasi bahwa kepemimpinan dan pengawasan
dilakukan oleh keluarga dan akan diturunkan kepada generasi penerus. Berikut ini
beberapa karakteristik lain dari perusahaan keluarga (Susanto, 2007, p.6):
 Keterlibatan Anggota Keluarga
Keterlibatan anggota keluarga dimulai apabila anak-anak atau generasi kedua
sudah mulai masuk ke manajemen. Sejak kecil anak-anak suda dimagangkan
apabila orang tua mengingikan mereka terlibat dalam perusahaan keluarga.
Komitmen menjadi lebih tinggi bagi generasi penerus karena kemauan ayahnya
atau orang tuanya agar meneruskan bisnis.

 Lingkungan Pembelajaran yang Saling Berbagi


Anggota keluarga yang menjadi generasi penerus mungkin belum pernah bekerja
secara penuh, tetapi jiwa bisnis mereka sudah meresap dan mendarah daging
sehingga kurva pembelajaran menjadi lebih cepat bagi mereka. Dengan sendirinya

24
Universitas Kristen Petra
pendekatan pribadi dan tingkat kepercayaan menjadi tinggi sehingga keluarga
lebih stabil dan konservatif, yang dengan sendirinya punya komitmen jangka
panjang.

 Tingginya Saling Keterandalan


Suatu keuntungan perusahaan keluarga adalah meskipun pemimpinnya tidak ada
ditempat, perusahaan tetap dapat berjalan. Karena perusahaan keluarga memiliki
tingkat pembelajarang yang sama di dalam keluarganya. Jadi tidak perlu merasa
was-was karena ada anggota keluarga lain yang mempunyai ilmu dan komitmen
yang sama.

 Kekuatan Emosi
Perusahaan keluarga dikelola secara emosional sehingga rasa kekeluargaan di
dalamnya tinggi. Secara khusus, para manajer perusahaan keluarga ini
menggunakan pendekatan pribadi dan memberikan kepercayaan kepada para
karyawannya. Oleh karena itu perusahaan keluarga lebih stabil dan konservatif
karena keluarga memiliki komitmen berjangka panjang terhadap bisnisnya, dan
cenderung menjadi loyal terhadap misi, visi, dan nilai-nilai pendiri

 Kekaburan Fungsi
Seringkali dalam perusahaan keluarga, orang-orang yang mempunyai posisi
formal seperti dewan komisaris atau pemegang saham setiap hari masih pergi ke
pabrik dan terlibatat dalam operasi perusahaan sehari-hari. Seharusny mereka
tidak perlu banyak mengintervensi kegiatan operasional agar tidak mengakibatkan
kerancuan dan kebingungan di pihak karyawan. Hal ini disebabkan pemilik atau
pendiri punya rasa memiliki yang masih tinggi serta mencintai pekerjaan dan
pengembangan bisnisnya.

 Kepemimpinan Ganda
Di setiap fungsi dan divisi tentu ada yang menjadi pimpinan. Namun demikian,
intervensi dari pihak keluarga tetap tinggi. Meskipun sudah ada eksekutif

25
Universitas Kristen Petra
profesional, komisaris masih turun juga ke bagian operasional sehingga
membingungkan anak buah.

2.2.4 Keterkaitan Keluarga dan Bisnis


Banyak bisnis keluarga disusun atas dasar keluarga dan bisnis meskipun
keluarga dan bisnis adalah institusi yang terpisah, dengan anggota, tujuan dan
nilainya masing-masing. Mereka menjadi satu (saling berkaitan) di dalam
perusahaan keluarga. Keluarga dan bisnis muncul dengan alasan mendasar yang
berbeda. Fungsi pokok keluarga berhubungan dengan perhatian dan pendidikan
anggota keluarga, sedangkan bisnis berkaitan dengan produksi dan
pendistribusian barang dan/ atau jasa. Tujuan keluarga adalah pengembangan
penuh yang mungkin dilakukan tiap anggota keluarga yang berkaitan dengan
keterbatasan kemampuan yang dimilikinya, serta pembagian kesempatan dan
penghargaan yang sama untuk tiap anggota. Tujuan bisnis adalah keuntungan dan
ketahanan hidup.
Setiap individu yang terlibat dalam perusahaan keluarga, baik secara
langsung maupun tidak langsung, dalam perusahaan keluarga mempunyai
kepentingan dan pandangan yang berbeda-beda tentang situasi perusahaan.
Gambar di bawah ini menunjukkan tingkat keterlibatan individu sebagai anggota
keluarga, karyawan, pemilik perusahaan, dan kombinasi dari ketiganya

Pemilikan

4 5
7

1 3
6
Keluarga Perusahaan

Gambar 2.8: Three circle Model of Family Business


Sumber: Davis & Tagiuri 1989; Lansberg (1988); Gersick et al. 1997

26
Universitas Kristen Petra
Keterangan gambar:
1. Merupakan bagian anggota keluarga tetapi tidak ikut bekerja di dalam
perusahaan dan tidak memiliki saham kepemilikan
2. Merupakan pemegang saham dari pihak luar dan bukan merupakan bagian
dari anggota keluarga serta tidak ikut bekerja di dalam perusahaan.
3. Merupakan orang yang bekerja di dalam perusahaan dan bukan merupakan
bagian dari anggota keluarga serta tidak memiliki saham kepemilkan.
4. Merupakan anggota keluarga yang memiliki saham kepemilikan namun
tidak ikut berkerja di dalam perusahaan.
5. Merupakan pemegang saham sekaligus berkerja di dalam perusahaan
namun bukan merupakan bagian dari anggota keluarga.
6. Merupakan anggota keluarga yang bekerja di dalam perusahaan, tetapi
tidak mempunyai hal kepemilikan atas perusahaan.
7. Merupakan pemengang saham, bagian dari anggota keluarga dan bekerja
di dalam perusahaan.
Perbedaan kepentingan dapat menimbulkan ketegangan yang dapat
berkembang menjadi konflik. Hubungan antar anggota keluarga dalam perusahaan
lebih peka daripada hubungan di antara karyawan yang tidak mempunyai
hubungan keluarga.

2.2.5 Peran Keluarga dan Hubungannya


Keterkaitan dua institusi keluarga dan bisnis membuat perusahaan
menjelaskan beberapa peranan dan hubungan keluarga yang mungkin membantu
manajerial perusahaan. Ada beberapa peran keluarga dan hubungannya sebagai
berikut:
 Ibu atau ayah sebagai pendiri perusahaan
Gambaran umum dalam bisnis keluarga adalah seorang laki-laki atau wanita
yang mendirikan perusahaan dan berencana untuk mewariskan perusahaannya
kepada anaknya. Beberapa pendiri mencapai keseimbangan yang baik antara
tanggung jawab bisnis dan keluarga, sedangkan yang lainnya dapat merancanakan
waktu di luar kegiatan perusahaan.

27
Universitas Kristen Petra
Dari semua hubungan yang ada dalam bisnis keluarga, hubungan orang tua
dan anak telah diakui tiap generasi sebagai hubungan yang paling menyusahkan.
Di waktu sekarang, masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan organ tua-
anak telah dibicarakan pada konseling, seminar, dan berbagai buku.
Bagaimanapun juga, hubungan orang tua-anak terus membingungkan banyak
keluarga yang terlibat dalam bisnis keluarga.

 Suami atau Istri


Beberapa bisnis keluarga dimiliki dan dikelola oleh sepasang suami istri.
Peran mereka sangat tergantung pada latar belakang dan pengalaman mereka.
Keuntungan potensial dari kerja sama suami istri adalah kesempatan untuk
membagi hidup lebih banyak dalam kehidupan mereka. Bagi beberapa pasangan,
keuntungan potensial tersebut akan menjadi bencana dengan adanya masalah yang
berkaitan dengan bisnis.
Perbedaan pendapat mengenai masalah bisnis dapat terbawa ke dalam
kehidupan keluarga. Dan hasil dari kedua belah pihak dapat menjadi sangat sia-sia
karena kerja mereka di dalam perusahaan yang sedang bergejolak sehingga
akhirnya hanya sisa sedikit semangat yang tersisa bagi kehidupan keluarga.
Salah satu peran kritis terbesar dalam drama bisnis keluarga adalah istri
sebagai wirausaha, biasanya peran ini diisi oleh istri sang wirausahan dan ibu dari
anak-anaknya. Idealnya, sang wirausaha dan pasangannya membentuk suatu tim
yang di tunjukan untuk kesuksesan keluarga dan bisnis keluarga. Kerja sama
seperti itu tidak terjadi secara otomatis, membutuhkan usaha kerja sama dari
kedua belah pihak.

 Anak pemilik perusahaan


Seharusnya anak laki-laki dan perempuan diikutsertakan dalam bisnis
keluarga atau mereka yang akan sendirinya memilih karir mereka. Dalam
keluarga, kecenderungannya adalah memikirkan karir bisnis keluarga dan
mendorong si anak, baik secara terbuka maupun secara halus ke arah tersebut.
Sedikit pertimbangan mungkin diberikan pada masalah dasar yang terlibat, yang
meliputi bakat si anak, kecakapan, dan tabiatnya. Si anak mungkin tidak dapat

28
Universitas Kristen Petra
menjalankan perusahaan, tapi juga mungkin seorang individu dengan aspirasi dan
bakat yang berbeda.
Selain itu juga anak dari pemilik perusahaan juga dapat membantu bisnis
dalam keluarganya. Si anak langsung turun tangan ke dalam bisnis keluarga.
Mungkin dari tahap awal atau dapat langsung turun menjadi manajer/ tahap yang
lebih tinggi.

 Menantu di dalam dan di luar bisnis


Pada waktu si anak menikah, menantu menjadi aktor penting dalam drama bisnis
keluarga. Beberapa orang menantu akan terlibat secara langsung dengan
diterimanya dia dalam perusahaan keluarga. Jika seorang anak laki-laki atau
perempuan juga dipekerjakan dalam perusahaan, dapat menimbulkan persaingan
dan konflik.
Kolaborasi yang efektif mungkin dapat dicapai dengan menempatkan
anggota keluarga pada cabang atau peran yang berbeda dalam perusahaan.
Akhirnya persaingan pada puncak pimpinan dapat menghasilkan keputusan yang
berbeda yang berguna untuk kemajuan perusahaan keluarga.

 Karyawan Nonkeluarga
Para karyawan yang bukan anggota keluarga masih dipengaruhi oleh
pertimbangan keluarga. Dalam beberapa kasus, kesempatan mereka untuk
promosi dipersempit dengan adanya anggota keluarga yang memiliki jalur dalam.
Pembatasan gerak karyawan nonkeluarga tergantung pada jumlah anggota
keluarga yang aktif di dalam bisnis dan jumlah posisi manajerial atau profesional
dalam bisnis yang dapat diduduki oleh nonkeluarga. Peran dari karyawan
nonkeluarga adalah guna untuk menunjang dan membantu dalam bisnis keluarga
tersebut mengingat latar belakang pendidikan yang ditempuh berbeda-beda.
Profesional juga dibutuhkan dalam memajukan suatu bisnis keluarga.

2.2.6 Konfik Dalam Perusahan keluarga


Dalam suatu pengelolaan perusahaan selalu berhubungan dengan konflik
yang ada di dalamnya. Ada berbagai faktor yang dapat menyebabkan konflik di

29
Universitas Kristen Petra
dalam perusahaan keluarga seperti pergantian manajer/ pemilik, keputusan yang
diambil berdasarkan emosi, perbedaan kepentingan dan kebudayaan, kurangnya
kepercayaan, melihat hanya dari salah satu sisi dan sebagainya. Hal itu dapat
menimbulkan konflik dalam keluarga yang menyebabkan terhentinya perusahaan.
Peristiwa ini berakibat dijualnya seluruh aset perusahaan.
Problem yang menyebabkan terjadinya konflik keluarga dapat dihindari.
Cara yang dapat digunakan adalah menyiapkan pewaris yang akan meneruskan
bisnis, namun hal ini memerlukan persyaratan yang tidak sederhana seperti bakat,
kepemimpinan, kecakapan dan lain-lain. Beberapa pendiri perusahaan kurang
berminat unutk membagi kewenangan dalam porsi yang memadai karena hal itu
akan berdampak kurang menguntungkan bagi kekuasaan mereka di dalam
perusahaan. Selain itu, ada persoalan umum tentang usia yang terlalu muda untuk
mengambil ahli perusahaan, tanpa memperhatikan usia kronologis mereka.
Persoalan laun adalah interpretasi anggota keluarga terhadap pokok permasalahan
tersebut.

2.3 UKM ( Usaha Kecil Menengah)


Saat ini di Indonesia terdapat berbagai macam usaha-usaha yang dikelola.
Mulai dari usaha besar, usaha menengah maupun usaha kecil. Kebanyakan usaha
kecil dan menengah dikelola langsung oleh pemilik perusahaan tersebut atau lebih
dikenal dengan istilah family business. Ada campur tangan anggota keluarganya
langsung ke dalam bisnis keluarga tersebut. Tetapi juga ada perusahaan yang
menggunakan campur tangan pihak luar atau profesional untuk ikut serta dalam
mengelola bisnis perusahaan.

2.3.1 Pengertian Usaha Kecil Menengah


Pengertian Usaha Kecil
Sesuai dengan definisi Undang-Undang No.20 Tahun 2008 Usaha Kecil
adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang
perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi

30
Universitas Kristen Petra
kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. Kriteria
usaha kecil adalah sebagai berikut memiliki kekayaan bersih lebih dari
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak
Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

Pengertian Usaha Menengah


Usaha Menengah sebagaimana dimaksud dalam UU No.20 tahun 2008
adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang
perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan
bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
ini. Kriteria usaha menengah adalah sebagai berikut memiliki kekayaan bersih
lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari
Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling
banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

2.3.2 Karakteristik Usaha Kecil Menengah


Karateristik Usaha kecil
 Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap;
 Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah;
 Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih
sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan
keluarga, sudah membuat neraca usaha;
 Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk
NPWP;
 Sumberdaya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam berwira
usaha;
 Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal

31
Universitas Kristen Petra
Karateristik usaha menengah
 Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik,
lebih teratur bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang jelas
antara lain, bagian keuangan, bagian pemasaran dan bagian produksi;
 Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem
akuntansi dengan teratur, sehingga memudahkan untuk auditing dan
penilaian atau pemeriksaan termasuk oleh perbankan;
 Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan, telah
ada Jamsostek, pemeliharaan kesehatan dll;
 Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin tetangga, izin
usaha, izin tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan dll;
 Sudah akses kepada sumber-sumber pendanaan perbankan;
 Pada umumnya telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih

2.3.3 Contoh Usaha Kecil Menengah


Contoh usaha kecil
 Usaha tani sebagai pemilik tanah perorangan yang memiliki tenaga kerja;
 Pedagang dipasar grosir (agen) dan pedagang pengumpul lainnya;
 Pengrajin industri makanan dan minuman, industri mebel, kayu dan rotan,
industri alat-alat rumah tangga, industri pakaian jadi dan industri kerajinan
tangan; peternakan ayam, itik dan perikanan; koperasi berskala kecil.

Contoh usaha menengah


Jenis atau macam usaha menengah hampir menggarap komoditi dari hampir
seluruh sektor mungkin hampir secara merata, yaitu:
 Usaha pertanian, perternakan, perkebunan, kehutanan skala menengah;
 Usaha perdagangan (grosir) termasuk expor dan impor;
 Usaha jasa EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut), garment dan jasa
transportasi taxi dan bus antar proponsi;
 Usaha industri makanan dan minuman, elektronik dan logam;
 Usaha pertambangan batu gunung untuk kontruksi dan marmer buatan

32
Universitas Kristen Petra
2.4 Kerangka Berpikir

Peranan Anggota Keluarga

Kaum Profesional Anggota Keluarga

Supply Chain Management

Supplier Manufacturer Distributor Retailer Customer

Gambar 2.9:Kerangka Berpikir


Sumber: Data sekunder diolah*

Di dalam sebuah bisnis keluarga dapat dikelola langsung oleh anggota keluarga
itu sendiri ataupun ada campur tangan profesional dari luar lingkup keluarga.
Campur tangan anggota keluarga dapat bermacam-macam. Mulai dari ayah/ibu,
anak serta saudara-saudara lainnya yang ikut berpartisipasi dalam perusahaan
keluarga tersebut. Salah satunya adalah mengelola rantai pasokan/ supply chain
yang ada di dalam perusahaan. Adapun peranan anggota keluarga itu sendiri di
dalam supply chain dapat beraneka ragam mulai dari memilih supplier yang tepat,
sebagai perantara dalam rantai pasokan, membantu mengelola bahan mentah,
mengawasi gudang atau mengirimkan barang langsung ke tangan konsumen.
Banyak campur tangan yang dapat dilakukan anggota keluarga di dalam kegiatan
supply chain.

*Kerangka berpikir merupakan hasil dari kompilasi teori dan konsep tentang supply chain management
(siagian; 2005) dan perusahaan keluarga (Susanto; 2007)

33
Universitas Kristen Petra

Anda mungkin juga menyukai