Disusun oleh :
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Merawat jenazah adalah hukumnya wajib kifayah, namun setiap orang tentunya
wajib mengetahui tatacara bagaimana merawat jenazah yang sesuai dengan tuntunan agama
Islam. Karena kewajiban merawat jenazah yang pertama adalah keluarga terdekat, apalagi
kalau yang meninggal adalah orangtua atau anak kita. Kalau kita tidak bisa merawatnya
sampai menguburkannya berarti kita tidak (birrul walidaini) berbakti kepada kedua orangtua
kita.
Rasulullah SAW telah bersabda: Apabila telah mati anak Adam, maka terputuslah
amalnya. Kecuali tiga perkara, shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang sholeh
yang mau mendoakan kedua orangtuanya. Disinilah kita harus menunjukkan bakti kita yang
terakhir apabila orangtua kita meninggal, yaitu dengan merawat sampai menguburkan serta
mendoakannya.
Permasalahan yang lain dan mungkin bisa saja terjadi adalah, karena ajal bila sudah
tiba saatnya, pastilah tidak bisa ditunda kapanpun dan dimanapun. Bagaimana kalau kita
seandainya sementara kita di tengah hutan belantara jauh dari pemukiman dan kita punya
teman cuma beberapa orang saja, sementara kita tidak tahu mayat ini harus diapakan, pastilah
kita akan berdosa. Fenomena lain yang banyak terjadi sekarang, terutama di kota-kota besar.
Pengurusan jenazah kebanyakan tidak dilakukan oleh keluarga dekat, bahkan keluarga
tinggal terima bersih karena sudah membayar orang untuk merawatnya, bahkan samapi
mendoakannya juga minta orang lain yang mendoakan.
Inilah yang perlu kita pikirkan sepertinya di millist ini belum pernah ada yang
memberikan pencerahan. Mungkin diantara kita masih banyak yang belum tahu tentang
tatacara merawat jenazah dan kalaupun sudah tahu, semoga bias mengingatkannya kembali.
Dan ini harus kita tanamkan pada diri kita masing-masing dan juga anak-anak kita untuk jadi
anak yang sholeh dan sholehah, bila kita menghendaki kalau kita mati nanti anak kita dan
keluarga dekat kita yang merawatnya.
3
Jadi yang jelas pengurusan jenazah adalah menjadi kewajiban keluarga terdekat si
mayit, kalau keluarga yang terdekat tidak ada, barulah orang muslim yang lainnya
berkewajiban untuk merawatnya.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengurusan Jenazah
Dengan adanya seorang Muslim yang meninggal dunia,maka timbul kewajiban bagi
umat islam untuk merawat jenazah.Dalam islam hukum merawat jenazah adalah fardhu
kifayah.
Adapun fardhu kifayah yang berkaitan dengan kematian seorang muslim adalah
memandikan,mengkafani,menyalatkan,dan menguburkannya.Dibawah ini akan dijelaskan
tentang hal-hal tersebut :
1. MEMANDIKAN JENAZAH
Memandikan mayat dalam Islam merupakan suatu ibadah yang mutawatir,baik dalam
bentuk ungkapannya maupun dalam bentuk prakteknya. Nabi Shalallohu alaihi wa salam
yang telah suci dan disucikan juga dimandikan.
Diutamakan dalam memandikan mayat adalah orang yang disebutkan dalam wasiatnya
jika mayat telah berwasiat agar dimandikan oleh orang tertentu, hal itu dikarenakan Anas
Radhiallohu anhu berwasiat agar jasadnya dimandikan oleh Muhammad bin Sirin.
Setelah wasiat berkenaan orang yang harus memandikan mayat, berikutnya adalah ayah
mayat. Dia adalah orang yang paling utama untuk memandikan anaknya karena dia memiliki
hal yang khusus dalam menyayangi dan belas kasih (lembut) kepada anaknya.
5
Kemudian berikutnya adalah kakeknya, karena ia sama dengan seorang ayah dalam hal-
hal tersebut.
Disusul kemudian oleh orang yang lebih dekat dari kerabatnya yang menerima ashabah
dalam warisan, barulah kemudian orang asing dari selain kerabatnya.
Urutan dalam prioritas ini adalah jika mereka semua pandai dalam perkara memandikan
mayat dan telah banyak mempelajarinya.Jika tidak demikian, maka diutamakan orang
mengerti hukum-hukum dalam memandikan mayat dari pada orang yang tidak mengerti
perkara itu.
Adapun jika mayat itu perempuan, maka ia dimandikan oleh perempuan pula; tidak boleh
laki-laki memandikan perempuan begitupun sebaliknya, kecuali bila mereka adalah sepasang
suami istri, Abu Bakar Radhiallohu anhu berwasiat agar jasadnya dimandikan oleh istrinya,
Asma’ bintu Umais, begitu juga Ali Radhiallohu Anhu memandikan Fathimah.
Pria maupun wanita boleh memandikan mayat anak dibawah umur tujuh tahun,baik mayat
laki-laki maupun perempuan,sebaimana ibrahim putra Nabi Shalallohu Alaihi Wasalam
dimandikan oleh para wanita. Ibnul Mundzir berkata, “Seluruh ahli ilmu yang kami ketahui
sepakat bahwa wanita boleh memandikan mayat anak kecil” Dikarenakan anak kecil itu
belum memiliki aurat dalam hidupnya dan demikian pula setelah kematiannya. Dengan
demikian, wanita tidak boleh memandikan mayat laki-laki yang telah berumur diatas tujuh
tahun, pria juga tidak boleh memandikan mayat perempuan yang telah berumur di atas tujuh
tahun.
Persiapan :
1. Menyediakan air yang suci dan mensucikan secukupnya, diutamakan air yang dingin,
terkecuali jika diperukan untuk menghilangkan suatu kotoran dari tubuh mayat atau dalam
keadaan dingin, maka tidak mengapa airnya dihangatkan.
2. Melepaskan semua pakaiannya serta perhiasan dan gigi palsunya bila memungkinkan
3. Orang yang memandikan mengankat kepala mayat ke dekat tempat duduknya, lalu
mengurut perutnya dan menekannya dengan lembut dan pelan untuk mengeluarkan kotoran
6
yang masih ada dalam perutnya dan hendaknya memperbanyak siraman air untuk
membersihkan kotoran-kotoran yang keluar.
4. Bagi yang memandikan jenazah hendaklah mengenakan lipatan kain pada tangannya
atau sarung tangan untuk membersihkan jasad si mayit (membersihkan qubul dan dubur si
mayit) tanpa harus melihat atau menyentuh langsung auratnya, jika si mayit berusia tujuh
tahun ke atas.
5. Apabila kuku-kuku jenazah itu panjang, maka dipotongi. Demikian pula bulu ketiaknya.
Adapun bulu kelamin, maka jangan mendekatinya, karena itu merupakan aurat besar
6. Mewudhukan jenazah
Berniat dalam (dalam hati) untuk memandikan jenazah serta membaca basmalah. Lalu
mewudhukannya sebagaimana wudhu untuk shalat, (kecuali dalam hal kumur-kumur dan
memasukkan air ke dalam hidung, cukup dengan menggosok gigi dan kedua lubang hidung
dengan dua jarinya yang telah dibasahi atau dengan kain yang telah dibasahi.
Selanjutnya, dianjurkan mencuci rambut dan jenggotnya dengan busa perasan daun bidara
atau sabun dan sisa perasan daun bidara tersebut digunakan untuk membasuh sekujur jasad si
mayit.
Kemudian membasuh atau mencuci bagian kanan badannya, yakni: dari leher, pundak, tangan
kanan, dadanya bagian kanan, perut bagian kanan, paha kanan betis kanan, dan kaki kanan.
Lalu memiringkannya bertumpu di atas sisi kirinya dan mulai mencuci punggungnya yang
sebelah kanan dan sisi kirinya sekalius. Kemudian dengan cara yang sama membasuhanggota
tubuh mayat yang sebelah kiri, lalu membalikkannya hingga miring ke sebelah kanan dan
membasuh punggung yang sebelah kiri.
Yang wajib dalam memanikan mayat adalah sekali saja jika telah tercapai tingkat
kebersihan, sedangkan memandikan tiga kali adalah sunnah.
Imam Syafi’i berkata: Anas bin Malik berkata: “Memandikan jenazah tidak memiliki
batas akhir, akan tetapi-harus- dimandikan sampai bersih.”
Diriwayatkan dari Muhammad bin Sirin, dari Ummu Athiyah, bahwa Rasululloh
Shalalloh alaihi wasalam berkata pada para wanita yang memandikan jenazah putrinya:
“ Mandikanlah tiga kali, lima kali atau lebih dari itu apabila kalian menganggap hal
itu baik dengan air dan daun pohon bidara, dan akhirilah dengan kapur barus atau sesuatu dari
kapur barus.”
7
8. Kemudian mayat dikeringkan dengan kain atau lainnya. Kumisnya dipendekkan.
Kukunya dipotong jika panjang. Bulu ketiaknya dicabut.
Apabila jenazah adalah seorang wanita, maka rambut keplanya dibuat menjadi tiga ikatan;
dua bagian berada pada tepi kepalanya dan yang satu pada bagian ubun-ubun, kemudian
meletakkannya ke bagian belakang tubuhnya.
9. Obat pengawet dan kapur barus diletakkan di atas kapas, kemudian diletakkan pada
kedua lubang hidungnya, mulut, kedua telinga dan duburnya. Apabila si mayat mempunyai
luka yang berlubang, maka diletakkan juga pada lubang yang luka itu.
2. MENGAFANI JENAZAH
Disunahkan mengafani mayit laki-laki dengan tiga lapisan kain dan mengafani mayit
perempuan dengan lima lembar kain yang terdiri dari: sarung,kerudung,dan dua lembar
pembungkus.Mayit anak kecil dikafani dengan satu lapis kain dan boleh dikafani dengan tiga
lapis kain.Sedangkan mayit anak kecil wanita dikafani dengan satu baju dan dua lapis
kain.Disunahkan mengharumkan dengan dupa yang dibakar setelah kain kafan itu diperciki
dengan air mawar atau yang lainnya agar baunya harum dan tetap lengket dengan kain kafan
itu.
Dengan membeberi tiga lapis kain secara ditumpuk,lalu mayit itu diletakkan dengan
wajib ditutup dengan kain atau semisalnya,lalu diletakkan di atas lapis-lapis kafan dengan
terlentang.Berikutnya diberi wewangian yang diletakkan pada kapas untuk diletakkan
diantara kedua bokongmayit yang diikat denagn sepotong kain.Kemudian sisa kapas yang
diberi wewangian untuk kedua mata,kedua lubang hidung,mulut,kedua lubang telinga,dan di
anggota sujudnya: dahi,hidung kedua tangan,kedua lutut dan ujung kedua kakinya.
Demikian pula pada lipatan-lipatan tubuh: kedua ketiak,kedua lipatan belakang lutut,dan
pusar.Wewangian diberikan pada kain kafan dan kepala mayit.Ujung kain kafan lembaran
yang paling atas bagian kiri ditutupkan ke bagian kanan mayit,lalu ujung kain kafan sebelah
kanan ditutupkan ke bagian kiri badan mayit.Demikian pula lembaran kedua dan ketiga.Sisa
ujung kain kafan diatas kepala lebih banyak daripada sisa ujung kain kafan dibawah kedua
kakinya.
Ujung kain kafan diatas kepala dikumpulkan dan diarahkan kewajahnya,sedangkan sisa
kain kafan bagian bawah kaki dikumpulkan dan diarahkan keatas kedua kakinya.Semua
lapisan itu diikat dengan pengikat agar tidak pudar dan terlepasdidalam kubur.
8
Untuk mayit perempuan dikafani dengan lima lembar kain: sarung untuk
menyarunginya,dipakaikan baju,dipakaikan kerudung diatas kepalanya,lalu dibalut dengan
dua lembar kain kafan.
3. MENYALATKAN JENAZAH
Shalat Jenazah merupakan salah satu praktik ibadah shalat yang dilakukan umat Muslim
jika ada Muslim lainnya yang meninggal dunia. Hukum melakukan shalat jenazah ini adalah
fardhu kifayah. Artinya jika dalam suatu wilayah tak ada seorang pun yang
menyelenggarakan shalat jenazah,maka seluruh penduduk wilayah itu akan menanggung
dosa. Akan tetapi jika ada beberapa orang saja yang menyelenggarakannya, maka penduduk
yang lain bebas akan kewajiban tersebut.
Jenazah yang boleh di shalati adalah jenazah orang islam yang bukan mati syahid 1.
Sedangkan orang yang mati syahid dan bayi yang gugur dalam kandungan2 tidak boleh di
sholati, juga tidak boleh dimandikan. Shalat jenazah ini boleh dikerjakan di setiap waktu,
karena shalat ini termasuk shalat yang mempunyai sebab. Shalat jenazah boleh dikerjakan
kaum wanita. Beberapa jenazah boleh di shalati secara bersama-sama.
Suci dari hadast besar atau kecil, badan, pakaian atau tempat suci dari najis,
menghadap kiblat, serta menutup aurat.
Shalat jenazah baru didirikan jika jenazah sudah selesai dimandikan dan dikafani.
Jenazah diletakkan disebelah kiblat orang yang menshalatkan.
Niat
Berdiri bagi yang mampu
Empat kali (termasuk takbiratul ikhram)
Membaca surat Al-fatihah setelah takbir yang pertama (takbiratul ikhram)
Membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, setelah takbir kedua
Membaca do’a untuk jenazah setelah takbir yang ketiga
Membaca do’a untuk jenazah dan orang yang menyhalatinya setelah takbir yang
keempat
Membaca salam ke kanan dan ke kiri
1
Yaitu mati dalam keadaan melawan orang
kafir atau orang musyrik
2
Atau sejak dilahirkan, sebelum mati, belum
dapat bersuara, atau menangis
9
Merendahkan suara pada setiap bacaan (israr)
Membaca isu’adzah (A’uudzu billaahi minasy syaithaanir rajlim)
Disamping itu, posisi imam hendaknya didekat kepala jenazah laki-laki atau didekat
pinggul jenazah perempuan
Shaf hendaknya dijadikan 3 shaf atau lebih. Satu shaf sekurang-kurangnya 2 orang.
Berdiri tegak menghadap kiblat, kedua belah tangan berada disamping sejajar dengan
pinggul,menghadap kiblat, sedangkan kepala agak tunduk ke sajadah. Hati dan fikiran
berkonsentrasi,lalu membaca lafal shalat jenazah,yaitu:
Setelah selesai membaca lafal niat tersebut, kedua belah tangan diangkat, sejajar
dengan kedua bahu sambil mengucap “ALLAHU AKBAR”. Pada saat tangan
diangkat dan mulut mengucapkan kalimat takbir ini,dihati mengatakan: “aku niat
shalat atas jenazah ini,4 takbir, fardhu kifayah mengikuti imam, karna Allah Ta’ala.
Setelah takbir pertama membaca surat Al-fatihah
Setelah takbir kedua membaca shalawat kepada Nabi SAW :
Selesai membaca shalawat, dilanjutkan dengan bertakbir yang ketiga, dan membaca
do’a yang ditujukan untuk jenazah:
Setelah membaca do’a untuk jenazah, dilanjutkan dengan takbir yang keempat sambil
mengangkat kedua tangan,tanpa ruku’ dan membaca:
Setelah itu dilanjutkan dengan membaca salam sambil menoleh ke kanan dan ke kiri:
10
4. MENGUBURKAN JENAZAH
1. Memperdalam lubang kuburan kira-kira 2 meter atau lebih dari permukaan tanah.
2. Lubang untuk menguburkan mayit sebaiknya berbentuk lahd (lahad) , yaitu liang yang
bagian bawahnya dikeruk sebelah ke kiblat,dan setelah jenazah dibaringkan disana,liang
tersebut ditutupi dengan bilah-bilah papan yang di tegakkan,kemudian di timbun dengan
tanah.Akan tetapi jika tanah kuburan itu kurang keras,dan dikhawatirkan dapat longsor boleh
juga menguburkan jenazah dengan membaringkannya ditengah-tengah lubang kemudian
menutupinya dengan papan,ranting dan dedaunan seperti di atas.
B. Takziyah
1. Pengertian takziyah
Takziyah berasal dari kata 'azza-yu'azzi yang artinya berduka cita atau berbela
sungkawa atas musibah yang menimpa. Dalam konteks muamalah Islam, takziyah adalah
mendatangi keluarga orang yang meninggal dunia dengan maksud menyabarkannya dengan
ungkapan-ungkapan yang dapat menenangkan perasaan dan menghilangkan kesedihan.
3
Do’a yang biasa dibaca di atas kuburan guna
Menuntun si mayit untuk menjawab pertanyaan
Malaikat.
11
Orang yang melakukan takziyah adalah mereka yang mampu merasakan kesedihan
atau duka yang dialami saudaranya. Hal ini jelas termasuk dalam kategoriamar ma'ruf nahi
munkar yang merupakan salah satu fundamen ajaran Islam. Lebih dari itu, takziyah adalah
aplikasi dari sikap saling menolong dan bekerja sama dalam kebaikan dan ketakwaan. Allah
SWT berfirman, ''Dan saling menolonglah kamu sekalian dalam kebaikan dan ketakwaan.'' 4
Dalam pandangan Rasulullah SAW, takziyah mempunyai nilai dan keutamaan tinggi
bagi yang melakukannya. Beliau bersabda, ''Tidaklah seorang Mukmin yang melakukan
takziyah atas musibah yang menimpa saudaranya, kecuali Allah akan memakaikan untuknya
permata kemuliaan pada hari kiamat.'' 5
Tak ada satu pun manusia yang bisa menolak kematian. Singkatnya, selain sebagai
wujud hubungan baik antarmanusia, takziyah juga merupakan media untuk mengingatkan
manusia terhadap sesuatu yang pasti, yaitu kematian.
Dengan sering melakukan takziyah, seseorang terdorong untuk ber-muhasabah 6 atas
semua aktivitas yang telah dilakukannya. Semakin sering takziyah dilakukan, semakin kuat
pula keyakinan akan datangnya kematian. Jika demikian, akan semakin tumbuh semangat
mengisi hidup dengan perbuatan baik dan amal saleh. Pendek kata, takziyah adalah sumber
inisiatif positif yang mengarahkan manusia menjadi hamba Allah yang saleh dan bertakwa.
Sebagai manusia, kita diperintahkan untuk selalu sadar bahwa kematian adalah
sebuah kepastian. Apa pun yang kita cari dan usahakan hendaknya tidak melupakan kita dari
kematian. Rasulullah SAW telah menunjukkan kepada kita bahwa takziyah adalah media
efektif dalam meringankan beban sesama dan mengingat kematian. Kita tidak boleh segan
meluangkan waktu sejenak untuk bertakziyah kepada saudara kita.
2. Adab bertakziyah
Penetapan tarjih mengenai hal takziyah dan pelawatan kematian seseorang diawali
dengan seseorang diawali dengan pernyataan “Innalillahi Wa Inna Ilaihi Raaji’un”.
Sebagaimana hal ini dapat dipahami dari firman surat al-Baqarah ayat 156 sebagai berikut:
ِ صيبَةٌ قَالُوا ِإنَّا هَّلِل ِ َوإِنَّا ِإلَ ْي ِه َر
َاجعُون َ َالَّ ِذينَ إِ َذا أ
ِ صابَ ْتهُ ْم ُم
“Bilamana mereka mendapatkan malapetaka, berkatalah: “Innalillahi Wa Inna Ilaihi
Raaji’un” .” (Q.S al-Baqarah:156)
a. Memberikan anjuran sabar
b. Tidak meratapi jenazah
Setiap orang yang ditinggalkan oleh orang yang dikasihi pasti bersedih. Diantara
mereka ada yang kesedihannya menyebabkan meratapi kematian tersebut, sehingga
menimbulkan penyesalan yang berlebihan. Mengenai ini tarjih menyatakan “janganlah kamu
4
QS Al Maidah : 2
5
HR Ibnu Majah dan Al-Baihaqi
6
Introspeksi
12
meratapi mayat, menampar pipi, merobek pakaian, dan meretap ratapan jahiliyah, tetapi tidak
mengapa menangisinya.”
c. Membutkan makanan kerabat jenazah
Bagi keluarga yang ditimpa musbah karena salah satu diantara anggota keluarganya
meninggal, kaum muslimin lain dianjurkan untuk membuatkan makana bagi mereka.
D. ZIARAH KUBUR
Ziarah kubur itu sendiri terdiri dari dua kata yaitu ziarah dan kubur, kata ziarah
sendiri berasal dari bahasa arab yaitu zara dari kata yazuru-ziyaratan yang memiliki makna
mengunjungi. Dan kata kuburan itu sendiri ialah makan atau tempat disemahyamkannya
orang yang sudah meninggal, sehingga pengertian ziarah kubur itu sendiri ialah mengunjungi
kuburan.
Ziarah kubur ialah berkunjung kemakam/pesarean orang Islam yang sudah wafat, baik
orang muslim biasa, orang shalih, ulama, wali atau Nabi. Sedangkan makna dari
mengunjungi itu sendiri berarti akan ada pertemuan diantara dua belah pihak, oleh karena itu
salah satu dari tata cara ziarah kubur itu sendiri ialah mengucapkan salam ketika akan masuk
ke dalam makam atau kuburan. Dan jangan pula kita melakukan ziarah kubur itu memenuhi
syarat-syarat ataupun untuk memohon supaya kita dimudahkan segala urusannya.
13
b. HaditsNabi SAW.
ع88ل إلى البقي88ر اللي88رج من آخ88ا يخ88انت ليلته88 كان النبي صلى هللا عليه وسلم كلما ك: عن عائشة رضي هللا عنها قالت
اللهم اغفر ألهل، السالم عليكم دار قوم مؤمنين وأتاكم ما توعدون غدا مؤجلون وإنا إن شاء هللا بكم الحقون: فيقول
] [رواه مسلم.بقيع الغقد
Artinya :
“Dari A’isyahra. Ia berkata: “adalah Nabi SAW. Ketika sampai giliran beliau padanya
(A’isyah) beliau keluar pada akhir malam hari itu ke kuburan Baqi’ seraya berkata:
“Assalamu’alaikumhai tempat bersemayam kaum mukminin. Akan datang kepada kamujanji
Tuhan yang ditangguhkan itu besok, dan kami Insya Allah akan menyusulkamu. Hai Tuhan
ampunilah ahliBaqi’ al-Gharqad”. (HR. Muslim)
HikmahZiarahKubur
14
Ada sebagian orang mengatakan “buat apa kita susah-susah datang ke kuburan untuk
menziarahi makam seseorang, toh! berdo’adi rumah saja sudah cukup, sehingga saat-saat
yang penting tidak kita tinggalkan untuk berziarah saja.
Perkataan ini sepintas kilas memang seakan-akan benar, tapi orang yang berkata tadi
rupa-rupanya lupa bahwa ziarah kubur itu mengandung banyak hikmah bagi orang yang
berziarah dan mayit yang diziarahi. Hikma-hikmah itu antara lain:
a. Mengingatkan orang yang masih hidup di dunia ini akan datangnya kematian yang sewaktu-
waktu pasti tiba pada saatnya;
b. Mernpertebal keimanan terhadap adanya alam akhirat, sehingga orang itu meningkat
ketaqwaannya kepada Allah SWT.;
c. Memperba'iki hati yang buruk/mental yang rusak, sehingga pada akhirnya nanti orang itu
sadar akan perlunya mempererat hablum
minallah dan hablumminannas.
d. Memberi manfaat kepada mayit secara khusus dan ahli kubur secara umum berupa pahala
dari bacaan Al-Qur’an, kalimah Thoyyibah, Istighfar, shalawat Nabi dan lain-lain.
15
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Ziarah kubur ialah berkunjung ke makam/pesarean orang Islam yang sudah wafat, baik orang
muslim biasa, orang shalih, ulama, wali atau Nabi.
b) Hukum ziarah kubur adalah sunah secara mutlak dan masih diditafshil untuk perempuan.
c) Kesunahan dalam ziarah kubur antara lain:
Ø Memilih hari yang afdhol
Ø Membaca salam
Ø Membaca yasin, doa dan dzikir
Ø Mengambil pelajaran
d) Hikmah ziarah kubur antara lain:
Ø Mengingat mati
Ø Mempertebal keimanan
Ø Memperbaiki diri
Ø Memberi manfaat kepada mayit
16
DAFTAR PUSTAKA
https://uce-coratcoret.blogspot.com/2015/09/makalah-tentang-ziarah-kubur.html
https://rawatjenazah.wordpress.com/tag/takziah-dan-ziarah-kubur/
http://pendidikan60detik.blogspot.com/2016/01/takziah-dan-ziarah-kubur.html
http://www.tugassekolah.com/2017/09/menguburkan-jenazah-hukum-takziah-dan.html
http://sulfiana22.blogspot.com/2014/04/hikmah-taziyah-dan-ziarah-kubur.html
https://www.scribd.com/document/341723227/Pengurusan-Jenazah-Takziah-Dan-Ziarah-
Kubur
17