Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan Mata Kuliah Manajemen


Rantai Pasok Agribisnis pada Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Jember

Dosen Pengampu:
Intan Kartika Setyawati S.P., M.P.

Disusun Oleh :
Golongan H
Yussy Faiz Aulia Priyadi 181510601043

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Semakin berkembangnya zaman, persaingan dalam dunia bisnis tidak lagi
berupa kompetisi harga dan produk. Perusahaan yang memiliki kemampuan
dalam mengelola perusahaan sehingga memiliki pengelolaan rantai pasok yang
baik akan selalu bertahan dan memenangkan persaingan di pasar. Supply chain
adalah jaringan fisik, terdiri dari perusahaan-perusahaan yang bekerja sama dalam
memasok bahan baku, mengolahnya menjadi barang jadi, dan mengantarkannya
kepada pemakai akhir. Sehingga dalam hal ini manajemen rantai pasok
mencangkup seluruh aktivitas mulai material datang dari pihak supplier,
kemudian diolah menjadi produk setengah jadi ataupun produk jadi, dan akhirnya
didistribusikan ke konsumen. Konsep yang ada pada rantai pasok menggambarkan
keterkaitan secara terintegrasi dalam jangka panjang antara pemasok dengan unit
produksi, dan unit produksi dengan konsumen akhir. Aktivitas yang terjadi mulai
dari bahan mentah hingga produk sampai di tangan konsumen perlu di pastikan
alirannya berjalan dengan lancar tanpa hambatan (Sherlywati, 2017).
Penerapan manajemen rantai pasok sering kali mengalami permsalahan. Oleh
karena itu pentingnya kita memahami lebih mendalam terkait rantai pasok,
permasalahan yang terjadi pada rantai pasok tradisional, sistem manajemen rantai
pasok, fungsi dari manajemen rantai pasok, dan bagaimana strategi dasar
manajemen rantai pasok yang baik dan benar. Tujuan nya dilakukan manajemen
rantai pasok akan mengurangi biaya – biaya operasi yang terjadi di sepanjang
mata rantai, memastikan kualitas produk tetap terjaga dan akhirnya akan
berkontribusi memberikan nilai kepada konsumen dalam hal ketersediaan produk
dan kecepatan layanan. Selain itu tujuan utama rantai pasok yaitu konsumen
merasa puas dan dapat memenuhi kebutuhannya.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud dengan rantai pasok ?
b. Apa saja permasalahan yang terjadi pada rantai pasok tradisional ?
c. Bagaimana sistem manajemen rantai pasok ?
d. Apa saja fungsi dari manajemen rantai pasok ?
e. Bagaimana strategi dasar manajemen rantai pasok ?

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan rantai pasok
b. Untuk mengetahui permasalahan yang terjadi pada rantai pasok tradisional
c. Untuk mengetahui sistem manajemen rantai pasok
d. Untuk mengetahui fungsi dari manajemen rantai pasok
e. Untuk mengetahui strategi dasar manajemen rantai pasok
BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Definisi Rantai Pasok


Menurut Stefvani dkk (2016), supply chain menyangkut hubungan yang
terus-menerus mengenai barang, uang dan informasi. Biasanya barang mengalir
hulu ke hilir, uang mengalir dari hilir ke hulu, sedangkan informasi mengalir baik
dari hulu ke hilir maupun hilir ke hulu. Pengelolaan rantai pasok merupakan suatu
konsep pendekatan yang tepat untuk mengatasi masalah pemenuhan permintaan
konsumen. Dalam hal ini perusahaan di tuntut seefisien mungkin dengan tetap
menjaga kualitas produk hingga sampai ke konsumen akhir. Rantai pasok terdapat
sistem pengaturan yang berkaitan dengan aliran produk, aliran informasi maupun
aliran keuangan (finansial). Pengaturan ini penting untuk diketahui terkait
banyaknya mata rantai yang terlibat dalam rantai pasok serta melihat karakteristik
produk yang mudah rusak dibandingkan dengan hasil komoditas lainnya.
Menurut Ariani (2013), secara umum pendekatan rantai pasok terbagi menjadi
3 yaitu aliran produk, aliran keuangan, dan aliran informasi. Sedangkan proses
mata rantai yang terjadi antar pemain utama terdapat 5 antara lain :
1. Chain: Supplier (petami), jaringan yang bermula dari sini, yang merupakan
sumber yang menyediakan bahan pertama, dimana mata rantai penyaluran
barang kebutuhan akan bahan baku akan dimulai.
2. Chain 1 – 2: Supplier – Manufacurer (pedagang pengepul), rantai pertama
dihubungkan dengan rantai yang kedua, yaitu manucfaturer yang melakukan
pekerjaan membuat, memfabriksasi, merakit, mengkonveksi, atau pun
menyediakan barang. Manufacurer ini merupakan lembaga perantara
pemasaran pertama yang terlibat pendistribusian barang.
3. Chain 1 – 2 – 3: Supplier – Manufacturer – Distributor (pedagang pasar),
barang jadi yang di jadikan oleh manufacturer sudah mulai disalurkan kepada
pelanggan. Walaupun tersedia banyak cara untuk menyalurkan barang kepada
pelanggan, yang umum adalah melalui distributor dan ini biasanya ditempuh
oleh sebagian besar supply chain. Barang dari pabrik yang melalui gudangnya
disalurkan ke gudang distributor atau pedagang pasar dalam jumlah yang
besar, dan pada waktunya nanti pedagang meyalurkan dalam jumlah yang
lebih kecil kepada retailer atau pengecer.
4. Chain 1 – 2 – 3 – 4 : Supplier – Manufacturer – Distributor – Retail Outlet
(pengecer), pedagang pengece disini merupakan lembaga pemasar yang
berhubungan langsung dengan konsumen.
5. Chain 1 – 2 – 3 – 4 : Supplier – Manufacturer – Distributor – Retail outlet –
Cutomer (konsumen), mata rantai yang mengkonsumsi atau memanfaatkan
produk untuk kebutuhannya sendiri.

2.2 Permasalahan Pada Rantai Pasok Tradisional


Menurut Sherlywati (2017), terdapat 2 permasalahan dalam rantai pasok yaitu:
1. Kompleksitas rantai pasokan terjadi karena banyaknya pihak yang terlibat,
dan setiap pihak memiliki kepentingan tujuan masing-masing yang seringkali
saling bertentangan (conflicting of objective). Konflik antar bagian yang
mungkin terjadi ini merupakan tantangan besar yang perlu dihadapi dalam
mengelola rantai pasokan.
2. Sementara faktor ketidakpastian juga menjadi tantangan perusahaan dalam
menjalankan proses bisnis rantai pasokan. Tiga sumber ketidakpastian yang
utama pada rantai pasokan adalah ketidakpastian permintaan, ketidakpastian
pemasok, dan ketidakpastian dari pihak internal.
Perusahaan perlu mengantisipasi ketiga ketidakpastian tersebut. Tindakan
antisipasi dilakukan dalam rangka mengamankan kelancaran aliran barang, aliran
uang, dan aliran informasi pada rantai pasokan. Hal yang dapat dilakukan
perusahaan dalam rangka mengantisipasi ketidakpastian tersebut adalah misalnya
dengan mengadakan safety stock, safety time, kapasitas produksi yang longgar,
dan pemeliharaan yang berkelanjutan pada sistem dan mesin yang digunakan
internal perusahaan.
Selain itu menurut Triana dan Kusnandar (2012), faktor – faktor dapat
menjadi penyebab rusaknya kerjasama rantai pasok sebagai berikut: rendahnya
kualitas produk dari pemasok yang tidak dapat dihandalkan, sistem “coba-coba”
yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pelanggan, risiko-risiko yang
berkaitan dengan distribusi dan logistik, umpan balik yang diterima dengan
keterbatasan informasi dan komunikasi, rendahnya tingkat kepercayaan atas
sistem kerjasama, penerapan harga minimum dimana harga jual rata-rata lebih
tinggi dari harga pasar lokal membuat para pemimpin kelompok tani menjadi
berjiwa oportunis.

2.3 Sistem Manajemen Rantai Pasok


Menurut Gaby dkk (2017), manajemen rantai pasok adalah tinjauan secara
menyeluruh dan pengelolaan yang terpadu, terintegrasi dan saling terkait mulai
dari hulu (input produksi) sampai ke hilir. Rantai pasok memiliki tujuan yaitu
untuk mengetahui mekanisme rantai pasokan terkait dengan aliran produk, aliran
informasi, aliran keuangan serta bagaimana tingkat efisiensi pada suatu produk /
komoditas. Manajemen rantai pasok memiliki suatu sistem pengaturan yang
berkaitan dengan aliran produk, aliran informasi dan aliran keuangan dalam suatu
proses distribuasi produk. Selain itu rantai pasok diharapakan dapat terus berjalan
secara efisien agar setiap mata rantai yang terlibat tidak mengalami kerugian baik
secara fisik maupun materi, juga dapat memuaskan konsumen dan dapat
memenuhi kebutuhannya.
Cara yang dapat diakukan oleh perusahaan urntuk dapat menawarkan produk
yang menarik dengan tingkat harga yang bersaing, perusahaan harus berusaha
menekan atau mereduksi seluruh biaya tanpa mengurangi kualitas produk maupun
standar yang sudah di tetapkan. Salah satu upaya untuk mereduksi biaya tersebut
adalah melalui optimalisasi distribusi material dari pemasok, aliran material dalam
proses produksi sampai dengan distribusi produk ke tangan konsumen. Distribusi
yang optimal dalam hal ini dapat dicapai melalui penerapan konsep manajemen
rantai pasok. Rantai pasokan mencakup pemasok, produsen dan/atau penyedia
layanan dan distributor, pedagang grosir dan/atau pengecer yang mengirimkan
produk kepada konsumen akhir (Saefullah dan Whydiantoro 2018).
Menurut Timisela dkk (2014), terdapat tiga macam kegiatan dalam
manajemen rantai pasok yang perlu dikelola yaitu aliran barang yang mengalir
dari hulu ke hilir, aliran uang yang mengalir dari hilir ke hulu dan terakhir aliran
informasi yang terjadi dari hulu ke hilir atau sebaliknya. Adapun tiga komponen
dalam rantai pasok menurut Sherlywati (2017), yaitu 1) rantai pasokan hulu
(upstream supply chain), meliputi berbagai aktivitas dengan pemasok (pengadaan)
seperti pembelian bahan baku dan segala hubungan antara supplier ke perusahaan.
2) rantai pasokan internal (internal supply chain), meliputi seluruh proses
pemasukan barang ke gudang yang digunakan sampai proses produksi dan
pengendalian persediaan; 3) rantai pasokan hilir (downstream supply chain),
meliputi semua aktivitas yang melibatkan pengiriman produk kepada pelanggan,
yang fokus utama kegiatannya adalah distribusi, transportasi, dan pelayanan.
Rantai pasok perlu memperhatikan beberapa aspek yang dapat mempengaruhi
kelancaran proses distribusi hingga ke tangan konsumen akhir. Selain untuk
memenuhi permintaan konsumen, bentuk pengaturan dalam rantai pasokan juga
bertujuan untuk menguntungkan setiap mata rantai yang terlibat. Sehingga
diperlukan sebuah pendekatan pada sistem rantai pasokan yang berupa pendekatan
untuk mengetahui aliran produk, aliran keuangan, aliran informasi, karena hal
tersebut akan mempengaruhi pengambilan keputusan setiap mata rantai yang ada.

2.4 Fungsi Manajemen Rantai Pasok


Fungsi manajemen rantai pasok atau Supply Chain Management (SCM)
merupakan suatu pendekatan antar fungsi atau cross functional dalam mengatur
pergerakan bahan mentah ke dalam sebuah organisasi dan pergerakan barang jadi
keluar organisasi hingga menuju ke tangan konsumen akhir (Sudrajat dkk., 2018).
Adapun fungsi – fungsi manajemen rantai pasok terbagi menjadi 6 menurut
Muhaammad Arif (2018), yaitu:
1. Kepuasaan pelanggan, menjadi hal penting dikarenakan pelangan alasan
mengapa suatu perusahaan dapat terkenal, oleh karena itu untuk menjadikan
konsumen setia perlu pelayanan yang baik sehingga konsumen puas.
2. Meningkatkan pendapatan, apabila konsumen setia terhadap perusahaan
otomatis banyak yang akan menjadi mitra perushaan dan nantinya akan
menigkatkan pendapatan perusahaan.
3. Menurunkan biaya, apabila proses aliran produk mentah samapai ke tangan
konsumen dapat di integrasikan dnegan baik pada jalur distribusi.
4. Pemanfaatan asset semakin tinggi seperti sumber daya manusianya mampu
untuk menggunakan teknologi tnggi dan semakin terlatih, terampil dan baik
untuk melakukan kegiatan manajemen rantai pasok.
5. Peningkatan laba, semakin banyak konsumen yang menggunakan prduk maka
akan semakin banyak pula laba yan akan di terima oleh perusahaan
6. Perusahaan semakin besar disebabkan oleh keuntungan dari proses distribusi
poduk yang berjalan dengan maksimal.
2.5 Strategi Dasar Manajemen Rantai Pasok
Menurut Heizer dan Render (2015), terdapat beberapa macam strategi antara lain:
 Strategi pertama yaitu membeli bahan baku dari banyak pemasok, biasanya
untuk bahan baku “komoditas”, karena pada strategi ini pilihan akan
dijatuhkan kepada pemasok dengan harga terendah, strategi ini tidak
memungkinkan kerja sama dalam jangka waktu lama.
 Pilihan kedua adalah bekerja sama dengan sedikit pemasok, dalam jangka
waktu lama. Kerjasama bentuk ini diharapkan dapat menghasilkan transaksi
pemasok – pengguna secara lebih ekonomis, karena adanya saling belajar
mengembangkan teknologi pengadaan bahan-bahan yang harus dipasok
(seperti halnya make to order).
 Integrasi vertikal atau biasa disebut sebagai “strategi melakukan segala
kegiatan”adalah strategi pilihan ketiga, pada strategi bentuk ini mengharuskan
produsen membuat sendiri bahan baku yang dibutuhkan, namun pada
beberapa produsen, seperti perupa keramik strategi integrasi vertikal cukup
sulit, karena bukan merupakan kompetensi yang mereka miliki.
 Pilihan strategi keempat adalah strategi ventura bersama, yaitu pembinaan
kepada para pemasok, baik untuk aspek teknologi maupun permodalan,
kerjasama bentuk ini memungkinkan terjalin dalam jangka waktu lama.
 Perusahaan virtual adalah strategi keenam, dalam hal ini pada umumnya
terjadi untuk perusahaan yang memasok berbagai kebutuhan produsen, mulai
dari pembuatan sistem penggajian sampai kepada memasok bahan baku.
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Supply chain menyangkut hubungan yang terus-menerus mengenai
barang, uang dan informasi. Biasanya barang mengalir hulu ke hilir, uang
mengalir dari hilir ke hulu, sedangkan informasi mengalir baik dari hulu
ke hilir maupun hilir ke hulu.
2. Terdapat 2 permasalahan rantai pasok tradisional yaitu kompleksitas dan
ketidakpastian.
3. Manajemen rantai pasok adalah tinjauan secara menyeluruh dan
pengelolaan yang terpadu, terintegrasi dan saling terkait mulai dari hulu
(input produksi) sampai ke hilir. Sistem manajemen rantai pasok terdiri
dari rantai supply hulu (Upstream Supply Chain), manajemen rantai
supply internal (Internal Supply Chain Management), dan segmen rantai
supply hilir (Downstream Supply Chain Segment).
4. Fungsi manajemen rantai pasok diantaranya yaitu meningkatkan
pendapatan, kepuasan pelanggan, pemanfaatan aset semakin tinggi,
menurunkan biaya, perusahaan semakin besar, dan peningkatan laba.
5. Strategi dasar manajemen rantai pasok antara laian membeli bahan baku
dari banyak pemasok, bekerja sama dengan sedikit pemasok, integrasi
vertikal, strategi ventura, dan perusahaan virtual.
DAFTAR PUSTAKA

Ariani,desi., B.M Dwiyanto (2013). Analisis pengaruh SCM terhadap kinerja


perusahaan (Studi pada Industri Kecil dan Menengah Makanan Olahan
Khas padang Sumatra Barat). Journal of Management. 2 (3) :1-13.

Gaby, Y. M. S., Juliana, R. M., Caroline, B. D. P. 2017. Manajemen Rantai Pasok


Beras Di Kecamatan Kotamobagu Selatan, Kota Kotamobagu, Agri-
Sosioekonomi Unsrat 13(1): 225-238

Heizer, J., & Render, B. (2015). Manajemen Operasi, keberlangsungan dan


rantai pasokan. Jakarta: Salemba Empat.

Herda, Stefi dan Anton Agus Setyawan. 2016. Manajemen Rantai Pasok Kayu
Gaharu di Kalimantan Barat. Daya Saing, 18(2): 92-101.

Muhhammad, A. Supply Chain Management. 2018. Yogyakarta : CV Budi


Utama.

Saefullah, A, M dan Whydiantoro. 2018. Analisis Kinerja Rantai Pasokan Berbasi


Pohon Industri untuk Meningkatkan Kepuasan Pelanggan dengan Metode
SWOT di Produsen Benih Tanaman Mangga. Proceeding Stima : 223-23.

Sherlywati. 2017. Urgensi Penelitian Manajemen Rantai Pasok: Pemetaan Isu,


Objek, Dan Metodologi. Jurnal Manajemen Maranatha, 7( 2): 147-162.

Sudrajat, F. M., F. Renaldi, dan F. R. Umbara. 2018. Pembangunan Sistem


Manajemen Rantai Pasok dalam Proses Produksi Air Minum dalam
Kemasan di PT. Multi Sinimar Jaya. Seminar Nasional Teknologi
Informasi dan Multimedia, 2(1): 85-90.

Timisela, N. Rosaldiah, Masyhuri, Dwidjono H. Darwanto, Slamet Hartono. 2014.


Manajemen Rantai Pasok dan Kinerja Agroindustri Pangan Lokal Sagu di
Provinsi Maluku: suatu Pendekatan Model Persamaan Struktural.
Agritech, 34(2): 184-193.

Triana, F., Kusnandar. 2012. Pengelolaan Logistik Dalam Rantai Pasok Produk
Pangan Segar Di Indonesia. Penelitian Pos Dan Informatika. 2(1): 17-33

Anda mungkin juga menyukai