Anda di halaman 1dari 18

Pengaruh Kemitraan Terhadap …

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PRODUKSI


DAN PENDAPATAN USAHATANI SAYURAN
DI KABUPATEN BOGOR

Susanti1), Nunung Kusnadi2) dan Dwi Rachmina3)


1,2,3)
Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,Institut Pertanian Bogor
1)
santiagb46@gmail.com

ABSTRACT
The partnership between Gapoktan Rukun Tani and vegetable farmers in Bogor was designed
to facilitate farmers in overcoming the limitations of production inputs, capital, and market
certainty. This study compares a one year production and income of vegetables farmers who
participate in the partnership to the non participated vegetables farmers in Bogor. Income
analysis and R/C ratio analysis show that the partnership has no influence in increasing the
farm production and income. In term of average production, income and R/C ratio, the
partnership farmer was lower than that of non partnership farmer (0,96%, 0,97%, and 1,03
lower consecutively). However, the partnership farming increases the bargaining power of
farmers by getting higher price and market certainty. Another advantage of paticipating in the
partnership is higher access to both capital credit and production input.
Keyword(s): partnership, gapoktan , income analysis, analysis of R/C ratio.

ABSTRAK
Kemitraan yang diintroduksi oleh Gapoktan Rukun Tani kepada para petani sayuran dirancang
untuk memudahkan petani dalam mengatasi keterbatasan input produksi, modal, dan kepastian
pasar. Penelitian ini membandingkan hasil produksi dan pendapatan usahatani sayuran petani
mitra dan petani non mitra selama satu tahun di Kabupaten Bogor. Dengan menggunakan
analisis pendapatan dan R/C rasio, diketahui bahwa kemitraan belum mampu meningkatkan
produksi dan pendapatan usahatani. Hasil produksi rata-rata sayuran petani mitra lebih rendah
0,96% dibandingkan petani non mitra. Pendapatan usahatani terhadap biaya tunai dan biaya total
yang diperoleh petani mitra lebih kecil 0,97% dibandingkan petani non mitra. Sedangkan nilai
R/C atas biaya total usahatani petani mitra sebesar 9,95, lebih kecil dibandingkan petani non
mitra yang memperoleh nilai R/C atas biaya total usahatani sebesar 10,98. Namun demikian,
kemitraan mampu meningkatkan posisi tawar petani melalui perolehan harga yang lebih tinggi
dan kepastian pasar. Kemitraan juga memberi manfaat kepada petani berupa akses terhadap
pinjaman modal dan kemudahan memperoleh input produksi.
Kata Kunci: kemitraan, gapoktan, pendapatan usahatani, R/C rasio.

PENDAHULUAN bersifat seasonable yaitu jumlahnya


Hortikultura merupakan produk melimpah pada musim tertentu tetapi
pertanian yang memiliki karakteristik menjadi sangat langka pada musim yang
spesifik yaitu kadar air tinggi, bulky, lain. Sifat musiman hortikultura ini
voluminous atau meruah, dan mudah menyebabkan jumlahnya tidak stabil
rusak (perishable). Hortikultura juga sehingga berpengaruh pada harganya
17
Susanti, Nunung Kusnadi dan Dwi Rachmina

yang sering berubah. Salah satu komoditi berpengaruh pada peningkatan pen-
hortikultura yang memenuhi ciri-ciri dapatan usahatani (Sukhpalsingh (2002)
diatas adalah sayuran. dan Bolwig et al. (2009).
Produksi sayuran semakin mening- Menurut Hafsah (1999), kemitraan
kat setiap tahunnya. Badan Pusat Statistik agribisnis merupakan strategi bisnis yang
(2012) mencatat adanya trend pe- dapat dilakukan oleh dua pihak atau lebih
ningkatan jumlah produksi beberapa jenis dalam jangka waktu tertentu, untuk
sayuran. Sejak tahun 2002-2011 di- menarik keuntungan bersama dengan
ketahui bahwa laju peningkatan produksi prinsip saling membutuhkan, meng-
terung sebesar 7,44 persen, buncis 4,43 untungkan, saling memperkuat dengan
persen, cabai sebesar 11,22 persen, memperhatikan tanggung jawab moral
kacang panjang sebesar 5,13 persen. dan etika bisnis. Bentuk kemitraan seperti
Peningkatan laju produksi sayuran perlu ini pada umumnya berupa sebuah
dipertahankan dan didukung melalui koordinasi vertikal yang sering diikuti
upaya pengembangan usahatani sayuran dengan hubungan kontrak atau adanya
yang mengarah pada peningkatan kesepakatan. Pada umumnya terdapat
pendapatan atau keuntungan usahatani empat bentuk koordinasi vertikal
dan kesejahteraan petani sayuran. Di (Berkama dan Drabenstott 1995 dan
samping peningkatan jumlah produksi, Rehber 1998) yaitu market coordination,
peningkatan pendapatan usahatani dapat contract farming, vertical integration,
dicapai melalui penerimaan harga output dan farmer cooperative. Diantara
yang lebih tinggi, kepastian pasar, keempat bentuk koordinasi, farmer
terjaminnya keberlangsungan kegiatan cooperative merupakan bentuk yang saat
usahatani, dan penggunaan input-input ini sbanyak dikembangkan baik dalam
produksi yang lebih efisien. Kegiatan bentuk kelompok tani, Gapoktan, atau
usahatani secara individu sulit mencapai koperasi pertanian. Sebuah farmer
kondisi tersebut. Namun, jika kegiatan cooperative dapat diikuti, dimiliki, dan
usahatani dilakukan secara kolektif dikendalikan oleh produsen pertanian
dengan hubungan kontrak pertanian (petani) untuk saling melengkapi ke-
memungkinkan petani untuk mencapai pentingan anggota baik sebagai produsen
kondisi tersebut. maupun sebagai pelanggan (Rehber
Hubungan kontrak atau kemitraan 1984).
pertanian telah banyak dilakukan di Bentuk koordinasi vertikal yang
berbagai negara dan secara nyata mampu diungkapkan oleh Berkama dan
meningkatkan kesejahteraan petani me- Drabenstott (1995) serta Rehber (1998)
lalui peningkatan produksi (Burch dan umumnya berbentuk hubungan kontrak
Rickson (1990) dan Bolwig et al. (2009)) atau kemitraan yang berarti ada
maupun melalui akses pasar dan harga kesepakatan diantara dua pihak.
yang lebih baik (Key N dan David (1999); Sukhpalsingh (2002) menyatakan bahwa
Barham dan Clarence (2009); Hellin et al. kontrak pertanian telah menyebabkan
(2009); dan Tita et al. (2011)) sehingga pendapatan petani lebih tinggi dan

18
Pengaruh Kemitraan Terhadap …

mampu menyerap banyak tenaga kerja. mitra dengan petani non mitra di lokasi
Kemitraan memungkinkan bagi petani penelitian. Gapoktan Rukun tani sebagai
untuk menggunakan varietas tanaman salah bentuk farmer cooperative diduga
baru (Burch dan Rickson 1990). mampu meningkatkan hasil produksi dan
Kemitraan juga menjadi sumber motivasi pendapatan usahatani sayuran melalui
dibalik pengambilan keputusan petani kemitraan atau hubungan kontrak yang
skala kecil untuk meninggalkan pertanian dijalankan bersama petani sayuran.
tradisional dan berorientasi pada pasar
yang lebih luas (Masakure dan Henson METODOLOGI
2005). Penelitian dilakukan pada bulan
Bolwig et al. (2009) mengungkap- November-Desember 2013. Lokasi pe-
kan bahwa pertanian kontrak memung- nelitian dipilih Kabupaten Bogor dengan
kinkan berbagai faktor produksi dikontrol pertimbangan: (a) terdapat daerah sentra
dan berpengaruh pada pendapatan yang produksi sayuran, dan (b) adanya pola
semakin positif. Petani yang ikut ber- kemitraan usaha antara petani sayuran
partisipasi dalam pertanian kontrak dengan Gapoktan. Dari kriteria tersebut,
memperoleh peningkatan pendapatan terpilih Kecamatan Ciawi sebagai
bersih rata-rata 75% atau setara dengan kecamatan contoh dan Desa Citapen
12,5% dari total pendapatan rumah sebagai desa contoh karena dilokasi
tangga. Peningkatan pendapatan ini tersebut terdapat Gapoktan Rukun Tani
terkait dengan peluang petani untuk yang menjalankan kemitraan dengan
mengakses premi harga yang telah petani sayuran. Selain terdapat petani
dijamin oleh kemitraan. Pertanian sayuran yang bermitra dengan Gapoktan,
kontrak juga memungkinkan petani di Desa Citapen juga terdapat petani
menerapkan teknik budidaya yang lebih sayuran lain yang menjalankan usahatani
baik dan menghasilkan tambahan secara independen atau tidak bermitra
pendapatan. Hal ini dapat dijelaskan oleh sehingga sesuai dengan tujuan penelitian.
hubungan positif antara praktek-praktek Jumlah responden dalam penelitian
teknik budidaya dan hasil produksi yang ini mencapai 34 responden, terdiri dari 20
dicapai per pohon oleh petani peserta responden petani mitra dan 14 responden
mitra. petani non mitra yang dipilih secara acak
Penelitian ini bertujuan untuk melalui teknik simple random sampling.
mengetahui pengaruh kemitraan terhadap Data dikumpulkan dengan melakukan
hasil produksi dan pendapatan usahatani survei dan wawancara kepada petani
sayuran. Kemitraan yang dimaksud contoh dengan bantuan kuesioner ter-
adalah hubungan pertanian kontrak antara struktur. Data yang dikumpulkan men-
Gapoktan Rukun Tani dengan petani cakup karakteristik petani, luas tanam
sayuran di Kabupaten Bogor selama sayuran, input-output usahatani sayuran,
tahun 2012. Pengaruh kemitraan harga input dan output usahatani, serta
diketahui dengan membandingkan hasil kelembagaan Gapoktan (Gabungan
produksi dan pendapatan usahatani petani Kelompok Tani). Sedangkan data tam-

19
Susanti, Nunung Kusnadi dan Dwi Rachmina

bahan digunakan data sekunder meliputi diperoleh dari kegiatan usahatani yang
gambaran umum lokasi penelitian, profil dilakukan oleh petani. Untuk menghitung
Gapoktan Rukun Tani, data produksi pendapatan usahatani dapat digunakan
sayuran dari Badan Pusat Statistik, dan rumus:
literatur pendukung lainnya yang relevan
dengan topik penelitian baik dari jurnal Pendapatan (π) = TR – TC
maupun hasil-hasil penelitian sebelum- Pendapatan (π) = (P x Q) – (Biaya Tunai
nya yang sesuai. + Biaya Diperhitungkan)
Dalam kemitraan yang dijalankan,
Dimana:
Gapoktan Rukun Tani bertindak sebagai TR : Total Penerimaan
penyedia input produksi, tenaga kerja, TC : Biaya Tunai + Biaya yang Diperhitungkan
pemberi pinjaman modal usahatani,
penjamin pasar bagi sayuran yang Pendapatan dikatakan positif atau
dihasilkan petani, serta memberikan mengalami keuntungan apabila nilai
fasilitas lain seperti bimbingan teknis dan pendapatan (π) bernilai positif yang
sekolah lapang. Sementara petani berarti total penerimaan yang diterima
berkewajiban menjual sayuran hasil petani lebih besar dibandingkan total
panen ke Gapoktan. Kemitraan yang biaya yang dikeluarkan petani.
dijalankan dikuatkan oleh sebuah kontrak Sebaliknya jika nilai pendapatan (π)
kesepakatan yang bersifat mengikat baik bernilai negatif, maka dapat dikatakan
untuk petani maupun Gapoktan. petani mengalami kerugian yang berarti
Usahatani sayuran yang dianalisis total biaya yang dikeluarkan lebih besar
yaitu usahatani yang dijalankan satu dibandingkan total penerimaan yang
tahun selama tahun 2012. Analisis diperoleh petani.
kualitatif dan kuantitatif dilakukan Pada penelitian ini komponen biaya
berdasarkan data yang diperoleh. Analisis atau pengeluaran usahatani meliputi
kualitatif digunakan untuk mengetahui biaya pengadaan faktor-faktor produksi
gambaran karakteristik usahatani sayuran yang terdiri dari lahan, pupuk kandang,
di lokasi penelitian. Analisis kuantitatif pupuk kimia (Urea, TSP, KCL, NPK, dan
pada penelitiam dilakukan untuk meng- lainnya), benih sayuran (cabai, buncis,
hitung pendapatan usahatani melalui caisin, kacang panjang, kapri, terung,
analisis pendapatan usahatani. Setelah itu tomat, jagung sayur, kacang damame, dan
menganalisis faktor-faktor yang mem- ketimun), tenaga kerja (tenaga kerja
pengaruhi minat petani sayuran untuk dalam keluarga dan luar keluarga), obat-
bermitra dan tidak bermitra dengan obatan (obat padat dan obat cair),
Gapoktan. penyusutan peralatan, dan biaya pasca
panen. Sementara komponen penerimaan
Analisis Pendapatan Usahatani berasal dari satu faktor tunggal yaitu
Menurut Soekartawi (1986), analisis penjualan sayuran hasil panen petani.
pendapatan usahatani bertujuan untuk Pendapatan diperoleh dengan me-
mengetahui besarnya keuntungan yang ngurangkan total penerimaan yang

20
Pengaruh Kemitraan Terhadap …

diperoleh petani dengan total biaya yang satu petani akan mengalami kerugian
dikeluarkan petani. karena berarti biaya yang dikeluarkan
oleh petani lebih besar daripada total
Analisis Rasio Penerimaan dengan penerimaan yang diterima petani. Nilai
Biaya yang Dikeluarkan (Analisis R/C R/C rasio juga digunakan untuk
Rasio) mengukur tingkat keuntungan petani
Analisis R/C rasio bertujuan untuk yaitu dengan mengukur besarnya rupiah
menguji sejauh mana hasil yang diperoleh pengembalian dari setiap Rp. 1 yang
dari kegiatan usahatani menguntungkan dikeluarkan petani.
atau sebaliknya. Analisis R/C mem-
bandingkan antara penerimaan yang HASIL DAN PEMBAHASAN
diterima petani dengan biaya yang Keragaan Usahatani Sayuran
dikeluarkan pada satu periode tertentu. Hasil wawancara terhadap karak-
Perhitungan R/C dibedakan menjadi dua teristik usahatani sayuran menunjukkan
yaitu perhitungan untuk R/C atas biaya bahwa sebanyak 64,71% petani sayuran
tunai dan R/C atas biaya total. R/C atas menerapkan budidaya sayuran dengan
biaya tunai dihitung dengan mem- pola tumpangsari dan sisanya sebesar
bandingkan total penerimaan dengan 35,29% membudidayakan sayuran
biaya tunai. Sedangkan R/C atas biaya dengan pola monokultur. Pemilihan pola
total didapatkan dengan membandingkan tumpangsari diakui petani bertujuan
total penerimaan dengan biaya total yang untuk mendapatkan penghasilan tam-
dikeluarkan. Dimana biaya total merupa- bahan dengan memaksimalkan fungsi
kan penjumlahan dari biaya tunai dan lahan yang diusahakan. Sebanyak
biaya diperhitungkan. Secara lebih 70,59% petani mengusahakan sayuran
singkat rumus untuk mendapatkan nilai sebagai usaha utama, sedangkan sisanya
R/C rasio adalah sebagai berikut. sebesar 29,41% berstatus usaha sam-
pingan. Hal ini dikarenakan bertani
R/C atas biaya tunai = Total Penerimaan merupakan mata pencaharian utama di
(TR = P x Q) / Biaya Tunai lokasi penelitian, ditambah kesesuaian
lahan untuk ditanami berbagai jenis
R/C atas biaya total = Total Penerimaan sayuran. Usahatani sayuran pada umum-
(TR = P x Q) / Biaya Tunai + Biaya nya diusahakan diatas lahan non milik.
Diperhitungkan (TC) Hal ini ditunjukkan oleh 55,87% usaha-
tani sayuran diusahakan diatas lahan
Dalam kegiatan usahatani, petani sewa, gadai, bagi hasil, dan HGU (Hak
harus mendapatkan rasio (imbangan) Guna Usaha). Hanya 44,12% usahatani
antara total penerimaan dan total biaya sayuran yang diusahakan diatas lahan
yang dikeluarkan harus lebih besar dari milik. Karakteristik usahatani sayuran
satu (R/C > 1). Jika nilai R/C kurang dari lebih lengkap ditunjukkan Tabel 1.

21
Susanti, Nunung Kusnadi dan Dwi Rachmina

Tabel 1. Karakteristik Usahatani Sayuran di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi


Tahun 2012
Jumlah Petani (Orang)
Persentase
No. Karakteristik Responden Petani Petani non
Jumlah (%)
mitra mitra
1 Pola Usahatani
a. Tumpangsari 16 8 24 64,71
b. Monokultur 4 6 10 35,29
2 Status Usaha
a. Utama 13 11 24 70,59
b. Sampingan 7 3 10 29,41
3 Status Kepemilikan Lahan
a. Lahan Milik Sendiri 11 4 15 44,12
b. Lahan Non Milik 9 10 12 55,87
4 Umur Petani (tahun)
a. 20 – 40 4 6 1 29,41
b. 41 – 60 10 5 15 44,12
c. > 61 6 3 9 26,47
5 Tingkat Pendidikan
a. SD/sederajat 17 10 27 79,42
b. Diatas SD/sederajat 3 4 7 20,58
6 Luas Lahan (Hektar)
a. < 0,5 11 2 13 38,24
b. 0,5 – 2 8 10 18 52,94
c. > 2 0 2 2 5,88
7 Pengalaman bertani sayuran
(tahun)
a. 1 – 10 8 5 13 38,24
b. 10,1 – 20 4 4 8 23,52
c. > 20,1 8 5 13 38,24

Rata-rata umur petani berkisar pada pengalaman dalam berusahatani, sedang-


usia 41-60 tahun, artinya petani yang kan petani yang berusia lanjut kemampu-
menjalankan usahatani digolongkan usia an, tenaga, dan daya juang dalam usaha-
produktif. Petani pada usia ini men- tani sudah mulai melemah.
dominasi dengan persentase sebesar Pendidikan formal petani masih
44,12%. Petani yang lebih muda yaitu didominasi oleh tamatan SD/sederajat
usia 20-40 tahun sebesar 29,41%, sebesar 79,42%. Adapun petani yang
sedangkan petani yang berusia lanjut menempuh pendidikan diatas SD hanya
yaitu diatas 60 tahun masih cukup banyak 20,58%. Pendidikan dianggap ber-
dengan persentase 26,47%. Petani dengan pengaruh positif pada kemampuan me-
usia dibawah atau diatas rata-rata dan usia ngelola usahatani sayuran. Pendidikan
diatas 41-60 tahun diduga mempunyai petani yang rendah diduga menyebabkan
kemampuan mengelola usahatani sayuran kegiatan usahatani menjadi kurang
lebih rendah. Petani yang lebih muda efisien.
umumnya belum memiliki banyak

22
Pengaruh Kemitraan Terhadap …

Rata-rata luas lahan yang dikelola Penggunaan Input Produksi


petani antara 0,5-2 hektar baik berupa Dalam kegiatan usahatani, faktor
lahan milik maupun non milik. Luas penting yang harus tersedia adalah input
lahan ini tidak semuanya ditanami produksi. Input produksi pada usahatani
sayuran. Luas lahan yang dikelola petani sayuran terdiri dari lahan, pupuk, benih,
mitra umumnya masih sempit dengan tenaga kerja, dan obat-obatan. Rata-rata
luasan lahan kurang dari 0,5 hektar. penggunaan input produksi per hektar
Petani dengan luas lahan diatas 2 hektar selama satu tahun yaitu tahun 2012 oleh
hanya 5,88% dan merupakan petani non petani sayuran baik petani mitra maupun
mitra, artinya tidak ada petani mitra yang petani non mitra dapat dilihat pada Tabel
mengelola lahan diatas 2 hektar. Kondisi 3. Rata-rata penggunaan input produksi
ini menunjukkan umumnya petani mitra petani anggota Gapoktan atau petani
atau petani yang bergabung dengan mitra per hektar lebih tinggi dibanding-
Gapoktan adalah petani kecil. kan petani bukan anggota Gapoktan atau
Petani umumnya sudah memiliki petani non mitra. Penggunaan input ini
cukup pengalaman dalam menjalankan tidak terlepas dari peran Gapoktan dalam
usahatani sayuran. Rata-rata petani sudah membantu menyediakan sarana prasarana
menjalankan kegiatan usahatani sayuran produksi pertanian maupun pinjaman
diatas 10 tahun. Hal tersebut disebabkan modal berupa uang tunai kepada petani
bertani sayuran sudah dilakukan secara mitra.
turun temurun. Kondisi tersebut juga Pinjaman Gapoktan berasal dari
didukung oleh kesesuaian lahan di lokasi dana PUAP (Program Usahatani
penelitian untuk bertani sayuran. Agribisnis Perdesaan) yang diberikan
Petani memilih bertani sayuran kepada Gapoktan dari pemerintah untuk
karena beberapa alasan. Alasan paling digunakan sebagai dana pinjaman bagi
utama adalah kecocokan atau kesesuaian petani anggota melalui Lembaga
lahan untuk ditanami sayuran. Alasan Keuangan Mikro Agribinis (LKMA).
kedua karena sayuran lebih cepat panen Pinjaman modal dapat diterima petani
dibandingkan tanaman pangan atau anggota Gapoktan dalam bentuk uang
palawija. Umumnya petani terutama tunai maupun paket natura saprodi yang
petani yang sifat usahataninya merupakan disesuaikan dengan jenis komoditi dan
usaha utama, lebih banyak menanam jenis mengacu pada kontrak kesepatan anggota
sayuran yang berumur pendek agar cepat Gapoktan. Pinjaman ini dikembalikan
panen sehingga cepat memegang uang. petani mitra secara berkala melalui
Petani yang memiliki pekerjaan utama pemotongan pembayaran hasil panen
diluar usahatani sayuran memiliki alasan sayuran ketika dijual ke Gapoktan.
berbeda seperti menambah penghasilan Penggunaan input yang lebih banyak juga
atau alasan lain yang ditunjukkan oleh dikarenakan sebagian besar petani mitra
Tabel 2. menerapkan pola tumpangsari sehingga
input produksi yang dibutuhkan lebih
banyak.

23
Susanti, Nunung Kusnadi dan Dwi Rachmina

Tabel 2. Alasan Bertani Sayuran Petani di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi


Tahun 2012
Jumlah Petani (Orang)
Persentase
No. Alasan Bertani Sayuran Petani Petani
Jumlah (%)
Mitra Non Mitra
1. Tradisi/turun temurun 3 0 3 8,82
2. Hobi/kesenangan/keterampilan 2 2 4 11,76
3. Kecocokan lahan 5 7 12 35,29
4. Modal yang terbatas 0 1 1 2,94
5. Cepat panen 5 3 8 23,53
6. Menambah penghasilan/pekerjaan 3 1 4 11,76
sampingan
7. Budidaya yang mudah 1 0 1 2,94
8. Daripada tidak kerja 1 0 1 2,94

Petani mitra lebih banyak meng- Jenis sayuran yang dipilih petani
gunakan pupuk kandang sedangkan pada umumnya didasarkan pada kondisi
petani non mitra lebih banyak meng- cuaca dan kesesuaian lahan. Dalam waktu
gunakan pupuk kimia. Pupuk kandang satu tahun pada tahun 2012, sayuran yang
lebih banyak digunakan petani mitra paling banyak dibudidayakan oleh petani
karena harganya lebih murah dibanding- adalah cabai, buncis, caisin, dan kacang
kan pupuk kimia. Satu karung pupuk panjang. Sayuran ini pada umumnya
kandang kambing setara 40-50 Kg sayuran berumur pendek yang memiliki
harganya hanya Rp 5.000-Rp 6.000 dan umur panen relative cepat.
pupuk kandang ayam seharga Rp 9.000- Petani mitra lebih banyak meng-
Rp 10.000 per karung. Sementara pupuk gunakan tenaga kerja luar keluarga
kimia, seperti urea yang merupakan (TKLK) dibandingkan tenaga kerja
pupuk kimia paling terjangkau harganya dalam keluarga (TKDK). Sedangkan
mencapai Rp 90.000 per bal atau setara 50 petani non mitra menggunakan TKLK
Kg. Di samping itu, pupuk kandang dan TDLK dengan komposisi hampir
mudah didapat petani mitra karena seimbang. Kondisi ini terjadi karena rata-
Gapoktan memiliki unit usaha peternakan rata petani mitra memiliki lahan budidaya
domba dan ayam. jauh dari tempat tinggal, sehingga
Petani non mitra mampu mengakses membutuhkan waktu yang lebih lama
pupuk kimia lebih banyak disebabkan dalam penyelesaian kegiatan budidaya.
rata-rata petani non mitra adalah petani Oleh karena itu membutuhkan banyak
menengah dengan luasan lahan usahatani bantuan tenaga kerja luar keluarga untuk
umumnya lebih luas daripada petani mempercepat tahapan kegiatan budidaya.
mitra. Di samping itu, petani non mitra Di samping itu, 30% petani mitra berusia
juga memiliki rata-rata modal usahatani diatas 60 tahun yang menyebabkan
berupa uang tunai yang disiapkan untuk tahapan budidaya membutuhkan banyak
kegiatan usahatani lebih besar. tenaga tambahan dari luar keluarga.
Kondisi ini juga didukung oleh fasilitas

24
Pengaruh Kemitraan Terhadap …

Gapoktan berupa penyediaan tenaga kerja luas tanam rata-rata 1,12 hektar selama
dadakan bagi petani anggota yang satu tahun 2012 yang terdiri dari 3-4
membutuhkan dengan pembayaran upah musim tanam. Sementara petani non
ditunda hingga panen melalui pe- mitra mencapai rata-rata luas tanam 1,40
motongan pembayaran hasil panen. hektar selama satu tahun untuk 3-4 musim
Luas sempitnya lahan budidaya akan tanam. Petani non mitra umumnya
berpengaruh terhadap hasil produksi mengusahakan sayuran diatas lahan non
sayuran. Luasan lahan yang diusahakan milik yang luasnya dipengaruhi oleh
petani sayuran di Desa Citapen pada seberapa mampu petani menyewa atau
tahun 2012 ditunjukkan oleh Tabel 4. menggadai lahan tertentu. Sementara
Secara umum lahan yang diusahakan petani mitra lebih banyak mengusahakan
petani mitra untuk budidaya sayuran sayuran diatas lahan milik yang rata-rata
selama satu tahun 2012 lebih kecil luasnya dibawah 0,5 hektar.
dibandingkan petani non mitra. Petani
mitra membudidayakan sayuran dengan

Tabel 3. Rata-Rata Penggunaan Input Produksi per Hektar di Desa Citapen


Kecamatan Ciawi Tahun 2012
Petani non
No. Input Produksi Satuan Petani mitra
mitra
1. Lahan Hektar 1 1
2. Pupuk Kandang Kg 9.183,2 5050
3. Pupuk Kimia:
Pupuk Urea Kg 284,92 271,65
Pupuk TSP Kg 69,45 152,55
Pupuk KCL Kg 119,55 114,11
Pupuk NPK Kg 133,93 113,85
Pupuk Lainnya Kg 144,57 97,53
Total Pupuk Kimia Kg 752,42 749,69
4. Benih Sayuran:
Benih Cabai Gram 124,2 101,9
Benih Buncis Kg 12,81 15,39
Benih Caisin Ons 11,09 2,25
Benih Kacang Panjang Kg 14,77 6,83
Benih Kapri Kg 0,63 0,06
Benih Terung Gram 101,7 43,8
Benih Tomat Gram 57,4 99,7
Benih Jagung Sayur Kg 1,50 0,98
Benih Kacang Edamame Kg 0,00 2,86
Benih Timun Gram 69,3 77,9
5. Tenaga Kerja:
Tenaga Kerja Dalam Keluarga HOK 45,09 41,34
Tenaga Kerja Luar Keluarga HOK 55,36 48,51
6. Obat-obatan:
Obat-obatan Padat Kg 13,01 18,97
Obat-obatan Cair Liter 14,29 9,75

25
Susanti, Nunung Kusnadi dan Dwi Rachmina

Tabel 4. Rata-Rata Penggunaan Lahan per Tahun di Desa Citapen Tahun 2012
Petani
Luas Lahan
Petani mitra Petani non mitra
Rata-rata Luas Lahan yang Dimiliki (Ha) 0,56 1,43
Rata-rata Luas lahan yang dialokasikan untuk 0,475 0,93
budidaya sayuran (Ha)
Rata-rata Luas Pengusahaan Lahan Budidaya 1,12 1,40
Sayuran per Tahun (Ha/tahun)

Bagi petani mitra yang umumnya dari 93,64% total biaya tunai dan 6,36%
adalah petani gurem, adanya fasilitas total biaya diperhitungkan. Sedangkan
penyediaan sarana prasarana produksi total biaya yang dikeluarkan petani non
(saprodi) berupa input-input produksi mitra sebesar Rp 14.384.189 yang terdiri
usahatani sangat membantu petani men- dari 90,72% total biaya tunai dan 9,28%
jamin keberlangsungan kegiatan usaha- total biaya diperhitungkan. Komponen
tani. Hal ini dikarenakan petani gurem biaya terbesar yang harus dikeluarkan
umumnya memiliki keterbatasan modal petani baik petani mitra maupun petani
untuk mengakses saprodi. Pendapat ini non mitra sama yaitu biaya benih yang
didukung oleh peneliti Key N dan David mencapai 44,19% bagi petani mitra dan
(1999) yang menyatakan bahwa salah 38,93% bagi petani non mitra. Kemudian
satu manfaat petani mengikuti pertanian secara berturut-turut diikuti oleh biaya
kontrak adalah tersedianya fasilitas pe- sewa lahan, dan biaya pupuk kimia.
nyediaan saprodi yang dapat diakses oleh Sedangkan komponen biaya terkecil
petani. Fasilitas tersebut membantu adalah biaya pupuk kandang dan tenaga
petani dalam mempermudah mengadakan kerja luar keluarga. Kondisi ini menguat-
input-input produksi. kan alasan petani menggunakan banyak
pupuk kandang dan tenaga kerja luar
Biaya Usahatani keluarga. Faktor penyebabnya yaitu harga
Biaya usahatani adalah keseluruhan pupuk kandang dan upah tenaga kerja luar
biaya yang dikeluarkan petani selama keluarga yang tergolong murah.
kegiatan usahatani baik yang berkaitan Biaya diperhitungkan yang ditang-
langsung maupun tidak langsung dengan gung oleh petani non mitra lebih besar
kegiatan produksi. Biaya ini meliputi dibandingkan petani mitra. Selisih biaya
biaya pengolahan lahan, biaya pengadaan terlihat jelas pada biaya pasca panen. Hal
benih, biaya pupuk dan obat-obatan, ini disebabkan petani non mitra masih
biaya tenaga kerja, biaya pemanenan, harus menanggung sendiri biaya pasca
biaya penyusutan peralatan, dan biaya panen termasuk biaya pengangkutan hasil
pasca panen yang meliputi biaya peng- panen, biaya sortir/grading, dan biaya
angkutan, biaya sortir atau grading, pajak pemasaran. Sementara petani mitra
pasar, retribusi, dan biaya lain-lain. dimudahkan dengan adanya alat peng-
Total biaya yang dikeluarkan petani angkutan hasil panen yang telah di-
mitra sebesar Rp 15.543.070 yang terdiri siapkan Gapoktan untuk membawa hasil

26
Pengaruh Kemitraan Terhadap …

panen langsung ke Gapoktan tanpa menyebabkan pendapatan usahatani


dibebankan biaya ke petani. Adapun semakin meningkat. Namun, karena hasil
beban-beban biaya lain setelah itu, produksi yang lebih rendah dibandingkan
sepenuhnya menjadi tanggungan Gapok- petani non mitra, peningkatan pendapatan
tan baik sorting/grading maupun usahatani petani mitra belum terlihat
pemasaran sayuran ke pasar induk. secara signifikan. Hal ini dikarenakan
Kondisi ini juga menunjukkan manfaat pendapatan usahatani diukur oleh
kemitraan dalam menekan biaya pasca seberapa besar harga yang diperoleh
panen yang seharusnya ditanggung oleh dikalikan dengan jumlah produksi dan
petani, se-hingga total biaya usahatani dikurangi dengan total biaya produksi.
dapat ditekan. Struktur biaya usahatani Sedangkan selisih harga yang diterima
sayuran secara lebih lengkap disajikan petani mitra dan non mitra relatif kecil.
pada Tabel 5. Oleh karena itu, dengan kemampuan
menghasilkan jumlah produksi yang lebih
Analisis Pendapatan Usahatani besar, memungkinkan bagi petani non
Dalam usahatani, analisis pen- mitra untuk memperoleh pendapatan
dapatan menggambarkan secara seder- usahatani yang lebih besar.
hana bagaimana tingkat kelayakan Dari hasil analisis pendapatan ini
usahatani. Hasil analisis pendapatan menunjukkan bahwa manfaat kemitraan
usahatani sayuran dilokasi penelitian petani sayuran dengan Gapoktan Rukun
disajikan pada Tabel 6. Berdasarkan hasil Tani lebih kepada perolehan harga atau
analisis diketahui bahwa rata-rata pemasaran hasil panen yang lebih baik
produksi sayuran per hektar selama satu namun belum terlihat pengaruh yang
tahun petani mitra sebesar 47.761,39 signifikan antara kegiatan kemitraan
kilogram sedangkan petani non mitra dengan peningkatan produksi sayuran
sebesar 49.875,87 kilogram. Dari hasil ini petani mitra.
diketahui bahwa rata-rata produksi petani Hasil ini serupa dengan hasil
non mitra lebih tinggi dibandingkan penelitian Fischer dan Matin (2012) yang
petani mitra. Kondisi ini juga menun- menemukan bahwa keanggotaan kelom-
jukkan kemitraan belum mampu mening- pok mengarah pada peningkatan pen-
katkan hasil produksi usahatani sayuran. dapatan rumah tangga, namun hanya
Secara finansial, rata-rata harga jual untuk petani yang juga memasarkan
sayuran petani mitra sebesar Rp 3.239 per secara kolektif. Hal ini menggarisbawahi
kilogram, sementara petani non mitra bahwa bukan keanggotaan kelompok
sebesar Rp 3.166 per kilogram. Perolehan yang penting, tetapi partisipasi anggota
harga yang lebih baik menunjukkan dalam kelompok. Begitu hal-nya dengan
kemitraan mampu meningkatkan posisi Gapoktan Rukun Tani yang menjamin
tawar petani. Harga yang lebih tinggi perolehan harga dan pasar bagi sayuran
yang diterima petani mitra seharusnya petani mitra.

27
Susanti, Nunung Kusnadi dan Dwi Rachmina

Tabel 5. Struktur Biaya Usahatani per Hektar di Desa Citapen Kecamatan Ciawi
Tahun 2012
Rata-Rata Nilai (Rupiah)
No. Rincian Biaya Petani Persentase Petani non Persentase
mitra (%) mitra (%)
Biaya Tunai:
1. Biaya Sewa Lahan 2.134.122 13,73 2.526.977 17,57
2. Biaya Pupuk:
Biaya Pupuk Kandang 1.388.462 8,93 702.508 4,88
Biaya Pupuk Kimia 1.748.446 11,25 1.658.543 11,53
3. Biaya Benih 6.869.076 44,19 5.600.432 38,93
4. Biaya Tenaga Kerja Luar Keluarga 1.071.175 6,89 957.488 6,66
5. Biaya Obat-obatan 1.343.358 8,64 1.602.984 11,14
Total Biaya Tunai 14.554.639 93,64 13.048.932 90,72
Biaya Diperhitungkan:
1. Biaya Tenaga Kerja Dalam Keluarga 824.331 844.328
2. Biaya Pasca Panen 48.100 356.928
3. Biaya Penyusutan Peralatan 116.000 134.000
Total Biaya Diperhitungkan 988.431 6,36 1.335.257 9,28
Total Biaya 15.543.070 100 14.384.189 100

Tabel 6. Analisis Pendapatan Usahatani Sayuran per Hektar di Desa Citapen


Tahun 2012
Komponen Petani mitra Petani non mitra
Rata-Rata Harga (Rp/Kg) 3.239 3.166
Total Produksi Per Tahun (Kg) 47.761,39 49.875,87
Total Penerimaan (a) (Rp) 154.699.148 157.907.025
Biaya Tunai (b) (Rp) 14.554.639 13.048.932
Biaya Diperhitungkan (c) (Rp) 988.431 1.335.257
Biaya Total Usahatani (d = b + c ) (Rp) 15.543.070 14.384.189
Pendapatan Usahatani atas Biaya Tunai (a - b) (Rp) 140.144.51 144.858.093
Pendapatan Usahatani atas Biaya Total (a-d) (Rp) 139.156.08 143.522.841
R/C atas biaya tunai 10,63 12,10
R/C atas biaya total 9,95 10,98

Gapoktan mampu membeli sayuran bergabung dengan Gapoktan atau men-


petani mitra dengan harga rata-rata lebih jalankan usahatani secara individu.
tinggi dari harga umum disebabkan Dari 20 petani mitra yang menjadi
Gapoktan mampu memasarkan sayuran responden, diketahui hanya sekitar 9
petani mitra secara kolektif langsung ke responden yang diakui oleh Gapoktan
pasar induk TU Kemang Bogor, sehingga sebagai anggota aktif, sisanya adalah
harga yang diterima relatif lebih tinggi anggota pasif yang datang ke Gapoktan
dari harga di tingkat pedagang pengum- hanya Artinya, kegiatan-kegiatan Gapok-
pul. Oleh karena itu, petani mitra tan seperti sekolah lapang, penyuluhan,
mengakui pendapatan usahataninya dan bimbingan teknis kurang dimanfaat-
masih lebih baik dibandingkan sebelum kan oleh anggota. Partisipasi anggota
yang rendah juga diakui oleh pengurus
28
Pengaruh Kemitraan Terhadap …

Gapoktan sebagai akibat minimnya Gapoktan menerima keluhan tentang


pengetahuan anggota akan manfaat dari serangan hama dan penyakit yang
kegiatan tersebut serta alasan petani menyerang tanaman budidaya petani
merasa rugi jika harus meninggalkan mitra. Kemampuan manajerial yang
pekerjaan untuk mengikuti kegiatan- rendah serta pengetahuan terhadap
kegiatan yang diselenggarakan Gapoktan. penanggulangan hama dan penyakit yang
Bellemare (2012) mendukung temu- kurang baik, menyebabkan petani mitra
an ini dengan menunjukkan bahwa sering mengalami hambatan dalam
kenaikan 1 persen partisipasi petani penanganan hama dan penyakit.
dalam pertanian kontrak dikaitkan Pengelolaan budidaya yang kurang
dengan peningkatan 0,5 persen dalam baik oleh petani mitra juga disebabkan
pendapatan rumah tangga. Hasil empiris oleh kurangnya partisipasi petani mitra
menunjukkan bahwa peningkatan 1 dalam mengikuti kegiatan bimbingan,
persen partisipasi petani dalam pertanian pelatihan, dan penyuluhan baik oleh
kontrak dikaitkan dengan rata-rata pihak Gapoktan maupun penyuluh yang
kenaikan 0,5 persen dalam pendapatan bertugas. Penyuluhan maupun pelatihan-
rumah tangga per setara dewasa, dan pelatihan seperti sekolah lapang dan
kenaikan 0,5 persen dalam pendapatan kegiatan kunjungan umumnya hanya
rumah tangga. Dari hasil penelitian diikuti pengurus inti masing-masing
Bellemare (2012) ini dapat disimpulkan kelompok tani seperti ketua dan sekretaris
bahwa kenaikan partisipasi anggota harus setiap kelompok tani. Diharapkan dari
lebih besar jika ingin melihat pengaruh kegiatan tersebut, ketua dan sekretaris
pertanian kontrak terhadap peningkatan setiap kelompok tani dapat meneruskan
pendapatan. materi penyuluhan ke anggota. Namun
Berdasarkan informasi yang di- kenyataan di lapangan, banyak pengurus
peroleh dari pengurus Gapoktan, kelompok tani yang kurang aktif di
diketahui faktor-faktor yang menyebab- samping terbatasnya anggaran kelompok
kan hasil produksi petani anggota tani untuk melakukan bimbingan masal
Gapoktan lebih rendah dibandingkan kepada anggota.
petani bukan anggota Gapoktan. Faktor- Nilai R/C rasio masing-masing
faktor tersebut antara lain: (1) peng- petani responden baik petani mitra
gunaan input-input produksi yang maupun petani non mitra sudah lebih dari
berlebihan oleh petani anggota Gapoktan. 1. Hal ini menunjukkan kegiatan usaha-
Petani mitra pada umumnya mengambil tani sayuran yang dijalankan petani sudah
input produksi lebih banyak dari jumlah menguntungkan. Namun seperti halnya
yang dianjurkan oleh pengurus Gapoktan. penerimaan dan pendapatan usahatani,
Faktor yang kedua (2) yaitu untuk nilai R/C rasio petani mitra lebih kecil
musim tanam tahun 2012 banyak sayuran dibandingkan petani non mitra. Nilai R/C
petani mitra yang terserang hama dan rasio atas biaya tunai untuk usahatani
penyakit. Hal ini diakui oleh pengurus yang dijalankan petani mitra sebesar
Gapoktan dengan seringnya pihak 10,63 lebih kecil jika dibandingkan

29
Susanti, Nunung Kusnadi dan Dwi Rachmina

dengan petani non mitra yang mem- yaitu kondisi dimana setiap tambahan
peroleh nilai R/C rasio sebesar 12,10. Hal input produksi justru akan mengurangi
ini menunjukkan bahwa kegiatan tambahan output produksi.
usahatani petani non mitra lebih efisien.
Kondisi tersebut diduga bahwa Faktor-Faktor yang Berpengaruh
kegiatan usahatani yang dilakukan petani terhadap Minat Petani Mengikuti
non mitra lebih efisien disebabkan Kemitraan
penggunaan input-input produksi yang Penilaian petani responden terhadap
lebih efisien, sehingga produksi menjadi kinerja Gapoktan perlu diketahui karena
lebih baik dibandingkan petani mitra. berpengaruh terhadap minat responden
Dengan jumlah produksi yang lebih baik, untuk melakukan kemitraan atau tidak
penerimaan yang diperoleh petani non dengan Gapoktan. Kinerja Gapoktan
mitra semakin besar. Sedangkan biaya tercermin dari fasilitas yang diberikan
total yang dikeluarkan petani non mitra serta pelayanan terhadap petani anggota.
mampu ditekan akibat penggunaan input- Kelembagaan Gapoktan dinilai penting
input produksi yang lebih efisien atau keberadaannya apabila mampu mem-
lebih hemat dibandingkan petani mitra. berikan manfaat bagi para anggotanya
Oleh karena itu, rasio antara penerimaan melalui pemberian faslitas serta sarana
dengan biaya total yang dikeluarkan prasaran yang dibutuhkan petani dalam
lebih besar dibandingkan petani mitra. rangka mendukung dan memperlancar
Demikian pula untuk nilai R/C atas usahataninya.
biaya total. Petani mitra memperoleh nilai Fasilitas Gapoktan yang paling
R/C atas biaya total lebih kecil yaitu dirasakan manfaatnya oleh petani
sebesar 9,95 dibandingkan petani non anggota di lokasi penelitian secara
mitra yang memperoleh nilai R/C atas berturut-turut adalah informasi harga
biaya total sebesar 10,98. Nilai R/C yang sayuran di tingkat petani yang
lebih kecil menunjukkan jumlah biaya transaparan dan jelas, syarat masuk awal
yang ditanggung petani mitra lebih besar menjadi anggota yang mudah, dan
yang mengakibatkan berkurangnya kemudahan memperoleh input produksi
jumlah pendapatan usahatani. Biaya dari Gapoktan, yang diakui oleh 85%
usahatani yang besar diduga disebabkan petani mitra, pembayaran hasil panen
oleh penggunaan input-input produksi sayuran lancar dan adanya bantuan
yang berlebihan dan justru berpengaruh pinjaman modal berupa uang atau paket
negatif terhadap hasil produksi. Biaya natura saprodi untuk usahatani sayuran
pengadaan input yang besar tidak yang diakui oleh 75% petani mitra, serta
diimbangi dengan peningkatan produksi selalu tersedianya fasilitas pengangkutan
menyebabkan pendapatan usahatani hasil panen yang diakui oleh 70% petani
rendah. Hal ini dapat dijelaskan bahwa mitra. Sementara fasilitas yang masih
kegiatan usahatani yang dilakukan petani kurang dirasakan manfaatnya oleh petani
mitra sudah berada pada kondisi anggota adalah harga input produksi yang
Decreasing Return To Scale (DRTS) masih sama dengan harga pasar, serta

30
Pengaruh Kemitraan Terhadap …

kegiatan bimbingan, pelatihan, dan Fakta lain yang mendasari petani


penyuluhan yang intensitasnya masih non mitra mampu melakukan usahatani
jarang dilakukan oleh Gapoktan. lebih baik karena pada umumnya petani
Sebagian besar responden (85%) non mitra adalah petani besar yang skala
mengungkapkan bahwa pelayanan pengusahaan usahatani lebih luas
Gapoktan sudah cukup baik. Hal ini sehingga lebih memperhitungkan dengan
terlihat dari beberapa layanan yang cermat dalam penggunaan input-input
dirasakan oleh petani mitra yaitu tujuan produksi per luasan lahan yang di-
dibentuknya Gapoktan untuk meningkat- usahakan untuk menghindari kerugian. Di
kan kesejahteraan anggota, pengurus samping itu, petani non mitra harus
memberikan pelayanan dengan baik mengeluarkan biaya secara tunai karena
sesuai dengan hak dan kewajiban tidak mendapat fasilitas dari Gapoktan,
anggota, Gapoktan menyediakan fasilitas sehingga besar kecilnya jumlah input
dan sarana prasarana pertanian yang yang akan dibeli benar-benar di-
dibutuhkan petani, serta Gapoktan perhitungkan dan disesuaikan dengan
mampu meningkatkan posisi tawar dan besarnya uang tunai yang dipegang
pendapatan petani dibandingkan sebelum petani.
bermitra dengan Gapoktan. Sementara itu, petani mitra
Sementara itu faktor-faktor yang meskipun memiliki luasan lahan yang
mendasari petani non mitra tidak lebih sempit, dimudahkan dalam peng-
berminat melakukan kemitraan dengan adaan input produksi karena men-
Gapoktan antara lain: (1) lokasi lahan dan dapatkan fasilitas dari Gapoktan. Petani
tempat tinggal yang jauh dari Gapoktan, mitra dapat mengajukan pinjaman ke
(2) terdapat pedagang pengumpul Gapoktan berupa paket natura saprodi
disekitar lokasi lahan, sehingga lebih atau modal usahatani dalam bentuk uang
cepat menjual sayuran ke pengumpul, (3) tunai. Untuk paket natura produksi, pada
rata-rata petani non mitra memiliki modal umumnya petani mengambil input
dan skala usahatani cukup besar, produksi lebih banyak daripada anjuran
sehingga tidak memerlukan fasilitas yang telah disampaikan oleh Gapoktan.
Gapoktan, (4) beberapa petani juga Hal ini menguatkan pendapat bahwa
bertindak sebagai pedagang atau dalam kegiatan usahataninya petani mitra
pemasok sayuran sehingga tidak bersedia menggunakan input produksi yang
menjual sayuran ke Gapoktan, atau kurang efisien, sehingga justru ber-
mampu secara individu melakukan pengaruh negatif terhadap hasil produksi
penjualan langsung ke pasar induk, dan dan mengurangi pendapatan usahatani.
(5) responden tidak menyukai kegiatan Secara umum kemitraan yang
administratif yang rumit, serta adanya dijalankan oleh Gapoktan Rukun Tani
anggapan bahwa kegiatan Gapoktan dengan petani sayuran memberikan
hanya menguntungkan beberapa pihak cukup banyak manfaat terutama dilihat
saja (adanya konflik dengan beberapa dari berbagai fasilitas yang diberikan dan
pengurus inti Gapoktan). dapat diakses oleh petani anggota.

31
Susanti, Nunung Kusnadi dan Dwi Rachmina

Fasilitas tersebut meliputi penyediaan KESIMPULAN


input-input produksi, pinjaman modal Kegiatan usahatani sayuran di Desa
berupa uang tunai maupun paket natura Citapen Kecamatan Ciawi, Kabupaten
saprodi, penyediaan kendaraan peng- Bogor baik oleh petani mitra maupun
angkut hasil panen, dan jaminan pasar petani non mitra sudah menguntungkan.
bagi sayuran petani. Harga yang Namun, kemitraan yang dijalankan petani
diberikan Gapoktan juga relatif lebih sayuran dengan Gapoktan belum mampu
tinggi dari rata-rata harga di tingkat meningkatkan produksi dan pendapatan
pedagang pengumpul karena pemasaran usahatani lebih baik dibandingkan petani
kolektif memungkinkan penekanan pada non mitra. Peningkatan pendapatan yang
biaya transaksi serta mampu menembus dicapai oleh petani mitra masih lebih
pasar yang lebih besar. Hal ini dapat rendah dibandingkan pendapatan rata-
dijelaskan bahwa manfaat kemitraan rata petani non mitra. Hal ini ditunjukkan
lebih kepada pelayanan untuk mem- oleh total hasil produksi rata-rata,
perlancar kegiatan usahatani dan fasilitas pendapatan usahatani, serta nilai R/C
pasca panen. Akan tetapi, pelayanan rasio petani mitra yang lebih kecil
dalam kegiatan budidaya secara langsung dibandingkan petani non mitra.
dalam membantu petani anggota untuk Faktor yang paling berpengaruh
berproduksi lebih baik belum terlihat terhadap keputusan petani menjalin
dalam kemitraan. kemitraan dengan Gapoktan adalah syarat
Penelitian mengenai pengaruh awal masuk menjadi anggota mudah,
pertanian kontrak atau kemitraan adanya bantuan pinjaman modal,
terhadap perbaikan kegiatan usahatani informasi harga sayuran transparan dan
serta peningkatan pendapatan dengan jelas, kemudahan memperoleh input
hubungan positif telah banyak dilakukan produksi, pembayaran hasil panen lancar,
oleh peneliti sebelumnya, diantaranya dan selalu tersedia fasilitas pengangkutan
Key N dan David (1999); Barham dan hasil panen. Adapun alasan petani yang
Clarence (2009); Hellin et al. (2009); dan memilih untuk tidak bermitra dengan
Tita et al. (2011). Hasil penelitian dari Gapoktan meliputi lokasi lahan jauh dari
keempat peneliti ini memiliki kesamaan Gapoktan, kepraktisan menjual hasil
dengan kemitraan yang dijalankan oleh panen ke pengumpul, modal dan skala
Gapoktan Rukun Tani terutama dalam hal usahatani yang cukup besar, kepentingan
peran kemitraan dalam meningkatkan menjual atau memasok sayuran, tidak
akses petani ke pasar dengan mening- menyukai kegiatan administratif yang
katkan posisi tawar mereka, daya saing dianggap rumit, serta ada anggapan
hasil produksi, serta mengurangi biaya bahwa kegiatan Gapoktan meng-
transaksi. untungkan pihak tertentu saja (konflik
dengan pengurus Gapoktan).

32
Pengaruh Kemitraan Terhadap …

Pengaruh kemitraan antara Gapok- Berkama A and M Drabenstott. 1995. The


tan Rukun Tani dengan petani anggota Many Paths of Vertical
lebih terlihat pada kemampuannya dalam Coordination: Structural
menjamin pasar bagi sayuran hasil panen Implication for the US Food
System. Agribusiness. Vol.11, No:
petani, insentif harga yang lebih tinggi,
5, 483-492.
serta penekanan pada biaya pasca panen.
Namun kemitraan belum mampu mening- Bolwig S, Peter Gibbon, and Sam Jones.
katkan hasil produksi sehingga pengaruh 2009. The Economics of
Smallholder Organic Contract
pada peningkatan pendapatan belum
Farming in Tropical Africa.
terlihat secara signifikan. Journal of World Development,
Vol. 37, No. 6, pp. 1094–1104,
UCAPAN TERIMA KASIH 2009.
Terima kasih kami ucapkan kepada
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012.
Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar
Perkembangan Produksi Sayuran
Negeri (BPKLN) Kementerian Pen- Indonesia tahun 2002-2011.
didikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia yang telah memberikan Burch D and R E Rickson. 1990. Contract
Farming and Rural Social Change:
beasiswa selama masa studi di Program
Some Implications of Australian
Studi Magister Sains Agribisnis, Institut Experience. Environmental Impact
Pertanian Bogor. Assessment Review, 1990, 10:1/2
pp.145-155.
Fischer E and Matin Qaim. 2012. Linking
Smallholders to Markets:
Determinants and Impacts of
DAFTAR PUSTAKA
Farmer Collective Action in
Barham J and Clarence Chitemi. 2009. Kenya. Journal of World
Collective Action Initiatives to Development, Vol. 40, No. 6, pp.
Improve Marketing Performance: 1255–1268, 2012.
Lessons From Farmer Groups in Hafsah M. Jafar. 1999. Kemitraan Usaha:
Tanzania. Journal of Food Policy, Konsepsi dan Strategi. Penerbit
34 (53-59), 2009. Pustaka. Sinar Harapan Jakarta.
www.elsevier.com/locate/foodpol. Jakarta.
Diakses 26 Februari 2014.
Hellin J, Mark Lundy, Madelon Meijer.
Bellemare MF. 2012. As You Sow, So 2009. Farmer Organization,
Shall You Reap: The Welfare Collective Action and Market
Impacts of Contract Farming. Access in Meso-America. Journal
Journal of World Development of Food Policy, 34(16-22), 2009.
Vol. 40, No. 7, pp. 1418–1434, www.elsevier.com /locate/foodpol.
2012. Diakses tanggal 2 Maret 2014.

33
Susanti, Nunung Kusnadi dan Dwi Rachmina

Key N and David Runsten. 1999. Tita DF, Marijke D'Haese, Ann
Contract Farming, Smallholders, Degrande, Zac Tchoundjeu, Patrick
and Rural Development in Latin Van Damme. 2011. Farmers'
America: The Organization of Satisfaction With Group Market
Agroprocessing Firms and the Arrangements As A Measure of
Scale of Outgrower Production. Group Market Performance: A
Journal of World Development, Transaction Cost Analysis of Non
Vol. 27, No. 2, pp. 381-401, 1999. Timber Forest Products' Producer
Groups In Cameroon. Journal of
Masakure O and S Henson. 2005. Why
Forest Policy and Economics,
Do Small-Scale Producers Choose
13(545-553), 2011.
To Produce Under Contracts?
www.elsevier.com/locate/forpol.
Lessons From Non-Traditional
Diakses tanggal 3 Maret 2014.
Vegetable Export From Zimbabwe.
Journal of World Development,
Vol. 33, Issues 10, pp. 1721-1733.
Rehber E. 1984. Norwegian Agriculture
and Agricultural Marketing
Through Cooperative
Organizations. Ankara University
Press No: 897. Ankara.
Rehber E. 1998. Vertical Integration in
Agriculture and Contract Farming.
Working Paper 46, May 1998. A
Joint USDA Land Grant University
Research Project, Food Marketing
Policy Center, University of
Connecticut, USA.
Sukhpalsingh. 2002. Contracting Out
Solutions: Political Economy of
Contract Farming in the Indian
Punjab. Journal of World
Development, Vol. 30, No. 9, pp.
1621–1638, 2002.

34

Anda mungkin juga menyukai