FACEL WASH
OLEH :
KELAS : FTS. KOSMET
ASISTEN : AMELIA
NAMA NIM
DIDI DHARMADI H O1A1 14 106
ISTIQAMAH O1A1 14 094
PUTU INDRAYANI O1A1 14 107
HELMA YANDA SERA O1A1 14 074
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
RANCANGAN FORMULA
FACEL WASH
A. FORMULA ASLI
R/
Sodium Sulfasetamid
sulfur
B. RANCANGAN FORMULA
Tiap 100 ml Acne mengandung :
Sodium Sulfasetamid 10 %
sulfur 5%
No
Nama Bahan Fungsi Perdosis Perbatch
.
1. Sodium Sulfasetamid Zat aktif
2. sulfur Zat aktif
3. Sodium lauril sulfat (SLS) Surfaktan g g
khelating agent
4. Disodium EDTA g g
antioksidan
Pengatur
5. HPMC 3,5 g 350 g
viskositas
6. Metyl paraben pengawet 0,1 g 10 g
7. Propilen glikol cosolven 10 ml 1000 ml
8. Asam sitrat buffer q.s q.s
9. Aquades Pembawa air Ad 100 ml Ad 100 ml
D. PATOFISIOLOGI
Jerawat adalah penyakit kulit radang kronis yang umum, yang berkembang
pada kelenjar sebaceous di daerah trousseau termasuk wajah, leher, punggung dan
dada (Sampuntharat, dkk., 2015). Patogenesis jerawat melibatkan banyak faktor
fisiologis. diantaranya termasuk proliferasi folikuler, peningkatan produksi sebum
karena tingkat androgen dan kolonisasi organisme yang lebih tinggi,
Propionibacterium acnes & staphylococcus epidermidis. Konsep baru muncul
untuk membantu memahami patogenesisnya dengan lebih baik, ini mencakup
variasi sensitivitas sel target, penanda biologis, faktor neuro-endokrin, genetik, &
lingkungan (Koli, dkk., 2007).
Gambaran klinis biasanya polimorfik yang terdiri atas berbagai kelainan
kulit berupa: komedo, papul, pustul, nodul, dan jaringan parut. Penderita biasanya
mengeluh akibat erupsi kulit pada pada tempat-tempat predileksi, yakni muka,
bahu, leher, dada, punggung bagian atas dan lengan bagian atas oleh karena
kelenjar sebasea pada daerah yang aktif. Mekanisme pembentukan AV sebagai
berikut: pertama, stimulasi produksi kelenjar sebaseus yang menyebabkan
hiperseborrea biasanya dimulai pada pubertas; kedua, pembentukkan komedo yang
berhubungan dengan anomali proliferasi keratinosit, adhesi dan diferensiasi pada
folikel pilosebaseus; ketiga, pembentukkan lesi inflamasi dimana yang berperan
adalah bakteri anaerob yaitu P.acne ( Ramdani dan Hendra, 2015).
H. URAIAN BAHAN
1. Sodium Sulfasetamid
Nama lain : Sulfacetamidum Natricum, N-sulfaniliasetamida garam
mononatrium monohidrat
RM/BM : C8H9N2NaO3S.H2O/254,24
Pemerian : serbuk hablur, putih; tidak berbau, rasa pahit
Kelarutan : Mudah larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol;praktis
tidak latut dalam kloroform dan dalam eter
pH : antara 8,0 dan 9,5
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya
Kegunaan : zat aktif
2. Sulfur
Sinonim : Belerang endap
Pemerian : Serbuk lembek, bebas butiran, kuning pucat, atau kuniong
kehijauan pucat.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut karbon
disulfide p, sukar larut dalam minyak zaitun p, sangat sukar
larut dalam etanol (95%) p.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Zat aktif, Antibakteri
3. Sodium lauri sulfat (ditjen POM, 1995: 595)
Nama resmi : NATRIUM LAUTYL SULFAS
Nama lain : natrium laurel sulfat
RM/BM : CH3(CH2)10CH3OSO3Na
Pemerian : habur, kecil, berwarna putih atau kuning muda, agak
berbau khas
Kelarutan : mudah larut dalam air, membentuk larutan opalesan
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : sebgai surfaktan
4. Disodium EDTA (Rowe, 2009: 243)
Nama resmi : DISODIUM EDETATE
Nama lain : disodium ethylenediaminetetraacetate
Pemerian : bubuk kristal putih tanpa bau, dengan sedikit rasa asam.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam kloroform dan eter; sedikit
Larut dalam etanol (95%); Larut 1 bagian dalam 11 bagian air.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : segabai khelating agen
5. HPMC (Rowe, 2009)
Nama resmi : HYDROXYPROPYL CELLULOSE
Nama lain : Hydroxypropyl Cellulose
RM/BM : OCH2CH(OH)CH3 / 50.000-1.200.000
Pemerian : serbuk atau granul berwarna putih atau putih
kekuningan, praktis tidak berbau, higroskopik
Kelarutan : larut dalam air dingin, alcohol, kloroform, methanol
dan propilln glikol, membentuk koloid, praktis tidak
larut dalam air panas
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : segabai agen pemviskos
6. Metyl paraben (Ditjen POM, 1979: 378)
Nama resmi : METHYLIS PARABENUM
Nama lain : metal paraben/nipagin M
RM/BM : C8H8O3/ 152,15
Pemerian : serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak
mempunyai rasa, kemudian agak membakar diikuti rasa
tebal.
Kelarutan : larut dalm 500 bagian air, dalam 20 bagian air
mendidih, dalam 3,5 bagian etano (95%) p, dalam 3
bagian aseton, mudah larut dalam eter dan dalam larutan
alkali hidroksida; larut dalam 40 bagian gliserol p an
dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas, jika
didinginkan larutan tetap jernih
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : sebagai pengawet
I. PERHITUNGAN
a. Perdosis
10
Sodium Sulfasetamid =10 % = 100 x100 = 10 g
5
sulfur =5%= 100 x 100 = 5 g
1
Sodium lauri sulfat = 1% = 100 x 100 = 1 g
3,5
HPMC = 3,5% = 100 x 100 = 3,5 g
0,1
Disodium EDTA = 0,1 % = 100 x 100 = 0,1 g
0,1
Metyl paraben = 0,1% = 100 x 100 = 0,1 g
10
Propilen glikol =10% = 100 x 100 = 10 ml
b. Perbatch
Sodium Sulfasetamid =10 g x 100 = 1000 g
sulfur = 5 g x 100 = 500 g
Sodium lauri sulfat = 1 g x 100 = 100 g
HPMC = 3,5 g x 100 = 350 g
Disodium EDTA = 0,1 g x 100 = 10 g
Metyl paraben = 0,1 g x 100 = 10 g
Propilen glikol =10 ml x 100 = 1000 ml
J. METODE KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Timbang semua bahan yang digunakan sesuai dengan perhitungan bahan
3. Dikembangkan carbomer dalam air mendidi, kemudian aduk hingga
membentuk musilago
4. Dilarutkan asam salisilat dengan sedikit air yg ditambahkan sedikit pg
5. Iodium laurit sulfat dilarutkan dalam air panas sambil diaduk, setelah itu
tambahkan dengan pengawet yang sebelumnya ditalh dilarutkan
6. Ditambahan carbomer sebanyak 10 ml dan diaduk hingga homogen
7. Ditambahkan disodium EDTA dan propilen glikol
8. Ditambahkan NaOH untuk menetralisir carbomer
9. Ditambahkan pengatur pH dan Citrus oil secukupnya
10. Diaduk hingga semua bahan tercampur dengan sempurna
11. Dimasukkan dalam wadah yang telah disiapkan
12. Diberi etiket dan dimasukkan kedalam kemasan
DAFTAR PUSTAKA
Alessandrini, A., dan Bianca Maria P., 2016, Essential Of Hair Care Cosmetics,
Cosmetics, Vol.3(34).
Ditjen Pom, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Depkes RI, Jakarta.
Ditjen Pom, 1979, Farmakope Indonesia Edisi IV, Depkes RI, Jakarta.
Ramdani, R., dan Hendra T.S., 2015, Treatment For Acne Vulgaris, J Majority,
Vol.4(2)
Rowe, R.C., Paul J.S., dan Marian E.Q., 2009, Handbook Of Pharmaceutical
Excipients 16th editions, Pharmaceutical Press, London.
Setyaningrum, N.L., 2013, Pengaruh Variasi Kadar Basis Hpmc dalam Sediaan Gel
Ekstrak Etanolik Bunga Kembang Sepatu (Hibiscus rosa sinensis L.) Terhadap
Sifat Fisik dan Daya Antibakteri Pada Staphylococcus aureus, Naskah
Publikasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Seth, V., dan Anuj, M., 2015, Acne Vulgaris management: Whats New and
Whats Still True?, International Journal of Advences in Medicine, 2(1).