Anda di halaman 1dari 35

LABORATORIUM FARMASETIKA

KELOMPOK KEILMUAN FARMASETIKA


PROGRAM STUDI S1 FARMASI, FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

Nama : Nevaldo Gusti Anugrah Putratama Nilai

NIM : M0622050

Judul Praktikum : Praktikum III Krim dan Gel

Tanggal Praktikum : 28 September 2022

I. TUJUAN PRAKTIKUM

Tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat meracik sediaan Krim dan Gel

II. TEORI SEDIAAN

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan
obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional
telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair
diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batas
tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau
dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang
dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika.
Krim dapat digunakan untuk pemberian obat melalui vaginal. (Kemenkes RI, 2020)
Sediaan krim yang baik memiliki viskositas yang optimum sehingga krim tidak
memisah selama masa penyimpanan, tetapi juga dapat menyebar Ketika digunakan di
permukaan kulit. (Baskara, Suhendra, & Wrasiati, 2020). Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi proses pencampuran antara lain suhu, tegangan dan waktu pengadukan,
sehingga diperoleh sediaan krim yang berkualitas. (Baskara, Suhendra, & Wrasiati, 2020)
Menurut penelitian diketahui bahwa suhu pencampuran merupakan faktor yang
paling dominan dalam mempengaruhi stabilitas sediaan krim. Suhu pada saat
pencampuran bahan-bahan sediaan krim harus dijaga kerena dapat mengurangi
kemungkinan terjadinya pengkristalan atau pemadatan bahan yang terlalu cepat pada saat
proses pembuatan sediaan krim. (Baskara, Suhendra, & Wrasiati, 2020)
Lama pengadukan juga merupakan salah satu faktor yang penting dalam proses
pembuatan sediaan krim karena pengadukan dalam proses pembuatan sediaan krim dapat
mempengaruhi partikel-partikel yang ada menjadi semakin kecil sehingga diperoleh
sediaan krim yang baik. Pencampuran yang optimum akan menghasilkan sifat fisik dan
stabilitas fisik yang baik pada sediaan krim. (Baskara, Suhendra, & Wrasiati, 2020)
Viskositas krim diukur dengan menggunakan LV viscometer BrookField dan
masing-masing formula direplikasi tiga kali. Sediaan sebanyak 30 gram dimasukkan ke
dalam pot salep, kemudian dipasang spindle dan rotor dijalankan. Hasil viskositas dicatat.
( Pratasik, Yamlean, & Wiyono, 2019)
Gel atau jelly suatu salep yang lebih halus, umumnya cair dan mengandung sedikit
atau tanpa lilin, dipergunakan terutama pada membrana mukosa, sebagai pelican atau
dasar salep yang terdiri dari campuran sederhana dari minyak dan lemak dengan titik lebur
rendah. Washable jelly mengandung mucilagines seperti Gom, Tragacanth, Amylum,
Pektin dan Alginat. Sebagai contoh: Starch Jellies (10% Amylum dengan air mendidih).
(Anief, 2007)
Untuk preparasi gel, formulasi terbaik yang tersedia dipilih untuk pengamatan in
vitro dan in vivo. Untuk tujuan ini, Carbopol1934 (1,25% b/b) pertama-tama didispersikan
dalam air dan didiamkan cukup lama sehingga rantai polimer menjadi terhidrasi
sepenuhnya dan mengembang sempurna. Selanjutnya, polietilen glikol-400 (15% b/b)
ditambahkan; dan. untuk ini, trietanolamina ditambahkan dengan pengadukan terus
menerus sampai gel alkali transparan ditemukan. Formulasi transfersom ditambahkan ke
basis gel yang telah dibentuk ini dengan pengadukan terus menerus yang mengarah ke
formulasi basis gel transfersom. (Ahad , et al., 2017)
III. RESEP
1. Resep 1

2. Resep 2
IV. SKRINING ADMINISTRATIF RESEP
1. Resep 1
No. Parameter Ada/Tidak* Keterangan
1. Nama dokter Ada dr. Faedah, Sp. KK.
2. Nomor SIP Ada SIP. 1517/SIP/XII/2018
3. Alamat Praktek Ada Jalan Melati 38, Surakarta
4. No. Telp Ada (0271) 571622
5. Tempat, tanggal penulisan Ada Surakarta,14 September 2022
resep
6. Simbol R/ Ada R/ (recipe)-Ambilah
7. Nama obat Ada Mentol, Champora, Methyl Sal.,
Acid stearic, Cera alba, Vaselin
album, TEA, Gliserin, Propilen
glikol, Aquades
8. Potensi Ada 2,5%, 2,5%, 5%, 3, 0,5, 2,5,
0,5, 1, 1, 15
9. Jenis sediaan Ada Pul cream
10. Jumlah sediaan Ada I
11. Cara penggunaan Ada s. u. e.
12. Nama pasien Ada Tn. Ilham
13. Umur pasien Ada 46 thn
14. Alamat pasien Ada Banjarsari, Surakarta
15. Arahan iterasi Tidak Ada -
16. Paraf penulis resep Ada
17. Cara pembuatan Ada m.f (campur dan buatlah)

*pilih salah satu.


Kesimpulan skrining administratif:
Resep bisa dibuat karena memenuhi skrining administrative.
2. Resep 2
No. Parameter Ada/Tidak* Keterangan
1. Nama dokter Ada dr. Bowo, Sp. KK.
2. Nomor SIP Ada SIP. 5616/SIP/IV/2019
3. Alamat Praktek Ada Jalan Lurus, Surakarta
4. No. Telp Ada (0271) 851712
5. Tempat, tanggal penulisan Ada Surakarta, 14 September 2022
resep
6. Simbol R/ Ada R/ (recipe)-Ambilah
7. Nama obat Ada Alkohol, Carbopol, TEA,
Propilen glikol, Aquades ad
8. Potensi Ada 95%, 0,5%, 2%, 5%, 100
9. Jenis sediaan Ada uguentum
10. Jumlah sediaan Ada I
11. Cara penggunaan Ada s. u. e.
12. Nama pasien Ada Ny. Ratih
13. Umur pasien Ada 49 thn
14. Alamat pasien Ada Mojosongo, Surakarta
15. Arahan iterasi Tidak Ada -
16. Paraf penulis resep Ada
17. Cara pembuatan Ada m. f. (campur dan buatlah)

*pilih salah satu.


Kesimpulan skrining administratif:
Resep bisa dibuat karena memenuhi skrining administrative.
V. PEMERIAN
1. Resep 1

1.) Mentol
a. Nama bahan (Nama latin) : Mentol (Menthol)
b. Pemerian : Hablur heksagonal atau serbuk hablur, tidak berwarna,
biasanya berbentuk jarum, atau massa yang melebur; bau
enak seperti minyak permen.
c. Kelarutan : Sukar larut dalam air; sangat mudah larut dalam etanol,
dalam kloroform, dalam eter, dan dalam heksan; mudah
larut dalam asam asetat glasial, dalam minyak mineral,
dalam minyak lemak, dan dalam minyak atsiri.
d. Khasiat : Mengurangi rasa sakit yang ringan.
e. Struktur kimia :
(C10H20O)
Sikloheksanol, 5-Metil-2-(1-metiletil)

(Kemenkes RI, 2020, hal. 1109)

2.) Campora
a. Nama bahan (Nama latin) : Kamfer (Camphor)
b. Pemerian : Hablur, granul atau masa hablur; putih, atau tidak
berwarna; jernih; bau khas tajam; rasa pedas dan aromatik;
menguap perlahan-lahan pada suhu ruang;bobot jenis lebih
kurang 0,99.
c. Kelarutan : Sukar larut dalam air; sangat mudah larut dalam etanol,
dalam kloroform dan dalam eter; mudah larut dalam karbon
disulfida, dalam heksan, dalam minyak lemak dan dalam
minyak menguap.
d. Khasiat : berguna sebagai obat sesak nafas yang digunakan dalam
bentuk balsem, krim, minyak gosok yang digunakan untuk
Pereda nyeri
e. Struktur kimia :
(C10H16O)

(Kemenkes RI, 2020, hal. 807)


3.) Methyl Sal.
a. Nama bahan (Nama latin) : Metil Salisilat (Methyl Salicylate)
b. Pemerian : Cairan, tidak berwarna, kekuningan atau kemerahan,
berbau khas dan rasa seperti gandapura. Mendidih antara
219º dan 224º disertai peruraian.
c. Kelarutan : Sukar larut dalam air, larut dalam etanol, dan dalam asam
asetat glasial.
d. Khasiat : Meredakan rasa sakit yang timbul dengan sensasi hangat
pada kulit akibat iritasi, dan bisa meredakan sakit kepala.
e. Struktur kimia : (C8H8O3)
Metil salisilat
(Kemenkes RI, 2020, hal. 1153)

4.) Acid Stearic


a. Nama bahan (Nama latin) : Asam stearat (Acid Stearic)
b. Pemerian : Cairan, tidak berwarna, kekuningan atau kemerahan,
berbau khas dan rasa seperti gandapura. Mendidih antara
219º dan 224º disertai peruraian.
c. Kelarutan : Sukar larut dalam air, larut dalam etanol, dan dalam asam
asetat glasial.
d. Khasiat : Zat tambahan, untuk melembutkan kulit.
(Rowe et al., 2009)
e. Struktur kimia :
(Wikipedia.com)
5.) Cera alba
a. Nama bahan (Nama latin) : Malam putih (Cera Alba)
b. Pemerian : Padatan putih kekuningan, sedikit tembus cahaya dalam
keadaan lapisan tipis; bau khas lemah dan bebas bau
tengik. Bobot jenis lebih kurang 0,95.
c. Kelarutan : Tidaklarut dalam air; agak sukar larut dalam etanol dingin.
Etanol mendidih melarutkan asam serotat dan bagian dari
mirisin, yang merupakan kandungan malam putih. Larut
sempurna dalam kloroform, dalam eter, dalam.
minyak lemak dan minyak atsiri. Sebagian larut dalam
benzen dingin dan dalam karbon disulfida dingin. Pada
suhu lebih kurang 30° larut sempurna dalam benzen, dan
dalam karbon disulfida.
d. Khasiat dan Penggunaan : sebagai zat tambahan.
e. Struktur kimia :- (Kemenkes RI, 2020, hal. 1084)

6.) Vaselin albumq


a. Nama bahan (Nama latin) : Vaselin putih (White Vaseline)
b. Pemerian : Putih atau kekuningan pucat, massa berminyak transparan
dalam lapisan tipis setelah didinginkan pada suhu 0º.
c. Kelarutan : Tidak larut dalam air; sukar larut dalam etanol dingin atau
panas dan dalam etanol mutlak dingin; mudah larut dalam
benzen, dalam karbon disulfida, dalam kloroform; larut
dalam heksana, dan dalam sebagian besar minyak lemak
dan minyak atsiri.
d. Khasiat dan Penggunaan : Zat tambahan.
e. Struktur kimia :-
(Kemenkes RI, 2020, hal. 1771)

7.) TEA
a. Nama bahan (Nama latin) : Tealan/Triethylolamine/Trihydroxytriethrylamine/
Trolaminum
b. Pemerian : Cairan, kental berwarna bening, tidak berwarna pucat,
memiliki sedikit bau amoniak, campuran basa.
c. Kelarutan : larut dalam asetan, sedikit larut dalam benzen, larut dalam
karbon tentraklorida, sukar larut dalam etileter, larut dalam
metanol, dan larut dalam air.
d. Khasiat dan Penggunaan : Sebagai buffer, hukmekten, dan pelarut.
e. Struktur kimia : (Rowe et al., 2009)

(lugchemical.co.id)
8.) Gliserin
a. Nama bahan (Nama latin) : Gliserin (Glycerin)
b. Pemerian : Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna; rasa manis;
hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak enak).
Higroskopik; larutan netral terhadap lakmus.
c. Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol; tidak larut
dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak, dan
dalam minyak menguap.
d. Khasiat dan Penggunaan : Menjaga kelembapan kulit dan membantu mengatasi
masalah kulit.
(Kemenkes RI, 2020, hal. 680-681)
e. Struktur kimia :
(C3H8O3)
Gliserol

9.) Propilen Glikol


a. Nama bahan (Nama latin) : Propilen glikol (Propylen Glycol)
b. Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna; rasa khas; praktis
tidak berbau; menyerap air pada udara lembab.
c. Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dan dengan
kloroform; larut dalam eter dan dalam beberapa minyak
esensial; tidak dapat bercampur dengan minyak lemak.
d. Khasiat dan Penggunaan : Menstabilkan sediaan dan melembabkan kulit
e. Struktur kimia :
(Kemenkes RI, 2020, hal. 1446)
(C3H8O2)
1,2 - propanadiol

10.) Aquades
a. Nama bahan (Nama latin) : Air Murni (Purified water)
b. Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau.
c. Khasiat dan Penggunaan : Sebagai pelarut
d. Struktur kimia : H2O
(Kemenkes RI, 2020,hal. 69)
2.Resep 2
1.) Alkohol
a. Nama bahan (Nama latin) : Etanol (Alcohol)
b. Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna; bau khas
dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah. Mudah
menguap walaupun pada suhu rendah dan mendidih pada
suhu 78º, mudah terbakar.
c. Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan
semua pelarut organik.
d. Struktur kimia : CH3-CH2-OH (C2H6O) (Kemenkes RI, 2020, Hal. 537)

Etil alkohol

2.) Carbopol
a. Nama bahan (Nama latin) : Carbopol (acrylic acid polymer; Carbomer)
b. Pemerian : Berwarna putih, halus, asam, bubuk hidroskopis, bau yang
khas.
c. Kelarutan : Tidak larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol
dingin. Etanol mendidih melarutkan asam serotat dan
sebagian dari mirisin, yang merupakan kandungan malam
kuning. Larut sempurna dalam kloroform, dalam eter,
dalam minyak lemak dan dalam minyak atsiri. Larut
sebagian dalam benzen dan karbon disulfida dingin; pada
suhu lebih kurang 30° larut sempurna dalam benzen, dan
dalam karbon disulfida.
d. Kegunaan : sebagai basis salep, agen pelepasan, dan agen pengemulsi
e. Struktur kimia :

(Rowe et al., 2009)


3.) TEA
a. Nama bahan (Nama latin) : Tealan/Triethylolamine/Trihydroxytriethrylamine/
Trolaminum
b. Pemerian : Cairan, kental berwarna bening, tidak berwarna pucat,
memiliki sedikit bau amoniak, campuran basa.
c. Kelarutan : larut dalam asetan, sedikit larut dalam benzen, larut dalam
karbon tentraklorida, sukar larut dalam etileter, larut dalam
metanol, dan larut dalam air.
d. Khasiat dan Penggunaan : Sebagai buffer, hukmekten, dan pelarut.
e. Struktur kimia : (Rowe et al., 2009)

(lugchemical.co.id)

4.) Propilen Glikol


a. Nama bahan (Nama latin) : Propilen glikol (Propylen Glycol)
b. Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna; rasa khas; praktis
tidak berbau; menyerap air pada udara lembab.
c. Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dan dengan
kloroform; larut dalam eter dan dalam beberapa minyak
esensial; tidak dapat bercampur dengan minyak lemak.
d. Khasiat dan Penggunaan : Menstabilkan sediaan dan melembabkan kulit
e. Struktur kimia : (Kemenkes RI, 2020, hal. 1446)
(C3H8O2)
1,2 - propanadiol

5.) Aquades
a. Nama bahan (Nama latin) : Air Murni (Purified water)
b. Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau.
c. Khasiat dan Penggunaan : Sebagai pelarut
d. Struktur kimia : H2O
(Kemenkes RI, 2020,hal. 69)
VI. IDENTIFIKASI MASALAH DAN SOLUSI
1. Resep 1
• Cera alba adalah zat yang tidak dapat larut dalam dasar krim. Oleh karna itu, cera
alba, vaselin album, dan acid stearic harus diencerkan terlebih dahulu
menggunakan cawan dan dipanaskan diatas penangas air.
• Cera alba, vaselin album, dan acid stearic adalah bahan yang cepat menggumpal
setalah dipanaskan. Sehingga diperlukan mortar yang sudah di panaskan agar saat
pencampuran tidak mudah menggumpal.
• Propilen glikol adalah bahan/zat yang kental. Maka dari itu, perlu dipanaskan
diatas penangas air Bersama dengan TEA, Gliserin, dan Aquades dengan gelas
beker.
• Pada saat perhitungan dan penimbangan, dilebihkan 10% pada setiap bahan agar
sediaan yang dihasilkan tidak kurang dari dosis yang diharuskan.
• Mentol adalah bahan yang mudah mencair, sedangkan campora merupakan bahan
yang mudah mengkristal. Maka dari itu, dilakukan ppencampuran secara
bersamaan dan ditambahkan metil salisilat sampai kedua bahan itu larut.

2. Resep 2

• Carbopol dikembangkan dengan air panas karena memiliki sifat mudah terdispersi
didalam air. Dapat dijadikan basis dalam gel dengan konsentrasi yang cukup.
Dalam penggunaan yang mudah untuk dicuci.
• Pada sediaan topical untuk mengurangi penguapan air di permukaan kulit
ditambahkan propilen glikol pada sediaan topical tersebut. Selain itu, propilen
glikol juga bisa digunakan untuk pelarut.
• Aquades digunakan untuk menjadikan sediaan ini menjadi fase jeli.
• Penambahan alcohol dapat meningkatkan viskositas emulsi karna berperan sebagai
emulsifier, sehingga stabilitas dari sediaan juga meningkat.
• TEA digunakan sebagai pengental yang membuat sediaan gel semakin basa.
Sehingga, hal tersebut cocok dengan pH pada kulit. TEA menyebabkan perubahan
warna pada sediaan gel. Yang awalnya putih susu menjadi bening trasparan.
VII. PENIMBANGAN
1. Resep 1
No Nama Bahan Dosis Perhitungan Penimbangan

Mentol 2,5% 2,5 x 20 + 10% = 0,55 0,55 mg


1.

Champora 2,5% 2,5 x 20 + 10% = 0,55 0,55 mg


2.

Methyl sal. 5% 5 x 20 + 10% = 1,1 1,1 mg


3.

Cream base 20 20 + 10% = 22 19,8 mg


4.
ad. 22 – (0,55 + 0,55 + 1,1) = 19,8
Acid stearic 3 3,3/25,85 x 19,8 = 2,52 2,52 mg
5.

Cera alba 0,5 0,55/25,85 x 19,8 = 0,421 0,421 mg


6.

Vaselin album 2,5 2,75/25,85 x 29,8 = 2,106 2,106 mg


7.

TEA 0,5 0,55/25,85 x 19,8 = 0,421 0,421 mg


8.

Glycerin 1 1,1/25,85 x 19,8 = 0,842 0,842 mg


9.

Propilen 1 1,1/25,85 x 19,8 = 0,842 0,842 mg


10.
Glikol
Aquades 15 16,5/25,85 x 19,8 = 12,638 12,638 mg
11.
2. Resep 2
No Nama Bahan Dosis Perhitungan Penimbangan

Alkohol 96% 70%/96% x 100 gr = 72,91 gr 80,278 ml


1.
72,91 + (10% x 72,91)
72,91 + 7,291= 80,278 ml
Carbopol 0,5% 0,5% x 100 = 0,5 0,55 gr
2.
0,5 + (10% x 0,5)
0,5 + 0,05 = 0,55 gr
TEA 2% 2% x 100 = 2 2,2 gr
3.
2 + (10% x 2)
2 + 0,2 = 2,2 gr
Propilen 5% 5% x 100 = 5 5,5 gr
4.
Glikol 5 + (10% x 5)
5 + 0,5 = 5,5 gr
Aquades ad 100 110 + (10% x 100) = 100 + 10 = 110 21,472 ml
5.
➔ 110 – ( 80,278 + 0,55 + 2,2 + 5,5)
=110 – 88,528 = 21,472 ml
VIII. CARA PERACIKAN
1. Resep 1

➔ Cera Alba 0,42gr + Vaseline Album 2,10 + Acid Stearic 2,52 gr

dilebur diatas penangas air

Campuran I

diaduk hingga homogen

Campuran I Homogen

➔ TEA 0,42gr + Gliserin 0,84gr + Propilen Glikol 0,84gr

dilebur diatas penangas air

Campuran II

diaduk hingga homogen

Campuran II Homogen

Campuran I Campuran II Menthol 0,55gr Champora


0,55gr
dimasukkan dalam mortir dilarutkan dengan
dandiaduk hingga homogen
Metil Salisilat 1,1ml
Campuran III ditambahkan

diaduk hingga homogen


Campuran Menthol,
Sediaan krim Champora, dan Metil
Dimasukkan dalam pot salep Salisilat
dan diberi etiket
Sediaan krim siap digunakan
Alat dan Bahan
Gambar Alat Alat:
1. Mortir
2. Stamper
3. Cawan porselen
4. Neraca
5. Gelas beker
Mortir dan stamper Cawan Porselin
6. Gelas ukur
7. Pipet tetes
8. Penangas air
9. Sudip
10. Pengaduk kaca
11. Pot salep

Neraca
Bahan:
Pot Salep
1. Menthol 0,55gr
2. Champora 0,55gr
3. Metil Salisilat 1,1 ml
4. Asam Stearat 2,52gr
5. Cera Alba 0,42
6. Vaseline Album 2,10gr
Sudip
Penangas air 7. TEA 0,42
8. Gliserin 0,84
9. Propilen Glikol 0,84
10. Aquades 16,5

Pengaduk kaca Gelas ukur

Pipet tetes Gelas beker


2. Resep 2

Air Panas ditambahkan Carbopol 0,55 gr

Campuran carbopol +
ditambahkan TEA 2,2gr
air panas
diaduk

Propilen glikol ditambahkan Campuran I


diaduk

Campuran II Alkohol 72,91ml

diaduk hingga homogen

Gel Homogen

dimasukkan dalam pot dan diberi


etiket biru

Gel siap digunakan

Alat dan Bahan

Gambar Alat: Alat:


1. Mortir dan Stamper 5. Pot salep
2. Penangas air 6. Pengaduk
3. Neraca 7. Spatula
Penangas 4. Pipet tetes
Mortir dan Stemper Pot salep air

Bahan:
1. Alkohol 72,91 gr
Pipet tetes Pengaduk 2. Carbopol 0,55 gr
Neraca
3. TEA 2,2 gr
4. Propilen glikol 5,5 gr

Spatula 5. Auades 21,472 ml


IX. HASIL
1. Resep 1 (Krim)

a. Pemerian : Semi padat; berbau khas menthol; kenyal; berwarna putih susu
b. Jumlah : 1 pot salep
c. Khasiat : Meredakan nyeri otot ataunyeri sendi
d. Etiket:
Laboratorium Farmasetika
S1 Farmasi-FMIPA
Universitas Sebelas Maret

No. 1 28 September 2022

Tn, Ilham (46 thn)


Pemakaian Luar
OBAT LUAR

BUD: 4,2023

e. Contoh produk di pasaran: Hot in Cream, Counterpain.


2. Resep 2 (Gel)

a. Pemerian : Semi padat; Kental dan kenyal; Berwarna putih bening; tidak berbau
b. Jumlah : 1 pot salep
c. Khasiat : Sebagai anti bakteri atau disinfektan atau hand sanitizer
d. Etiket : Laboratorium Farmasetika
S1 Farmasi-FMIPA
Universitas Sebelas Maret

No. 2 28 September 2022

Ny. Ratih (49 thn)


Pemakaian Luar
OBAT LUAR

BUD: 4,2023

e. Contoh di pasaran : Hand sanitizer antis, dan berbagai hand sanitizer lainnya.
X. PEMBAHASAN
Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat meracik sediaan dalam
bentuk krim dan gel.
1. Krim (Unguentum)
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan
obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional
telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair
diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batas
tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau
dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang
dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika.
Krim dapat digunakan untuk pemberian obat melalui vaginal. (Kemenkes RI, 2020)
Sediaan krim ini berkhasiat untuk meredakan nyeri otot dan keseleo, bahan bahan
yang digunakan dalam membuat sediaan krim ini adalah Menthol, Champora, Methyl Sal.,
dan juga beberapa basis krim yaitu Acid stearic, Cera alba, Vaselin album, TEA, Gliserin,
Propilen glikol, Aquades. Dimana setiap bahan aktif dan juga bahan basis krim
mempunyai kegunaannya masing masing, mulai dari menthol yang mempunyai sifat
dingin dan berguna untuk mengurasi rasa sakit ringan seperti memar pada oto atau
keseleo; yang kedua Champora yang mempunyai kegunaan sebagai obat sesak nafas yang
digunakan dalam berbagai bentuk seperti balsam, krim, minyak gosok, yang digunakan
untuk pereda nyeri; yang ketiga Methyl Sal., yang mempunyai khasiat mampu meredakan
rasa sakit yang timbul dengan sensasi hangat pada kulit akibat iritasi, dan dapat
meredakan sakit kepala; dan juga terdapat beberapa zat tambahan dari basis krim yaitu
Acid stearic, Cera alba, dan Vaselin album dan juga terdepat bahan lain yaitu TEA yang
berguna sebagai buffer dan juga bisa digunakan sebagai pelarut; terdapat Gliserin yang
berfungsi menjaga kelembapan kulit dan membantu mengatasi masalah kulit; dan juga
propilen glikol yang mampu menstabilkan sediaan dan melembapkan kulit; dan bahan
basis krim yang terakhir yaitu aquades yang berguna sebagai pelarut.
Resep dari sediaan Krim ini sudah memenuhi kriteria skreening yang dimana
mulai dari nama dokter disebutkan secara jelas, lalu nomor SIP yang tertulias jelas dan
dan masih berlaku, lalu tertera jelas alamat praktek, adanya nomor telpon di dalam
skreening, dan juga terdapat tempat dan tanggal dari penulisan resep yang tertera jelas,
terdapat juga simbol R yang berarti ambilah, dan juga nama nama obat dan potensi obat
Yang juga sudah tertera jelas di dalam skreening, lalu jenis sediaan, jumlah sediaan, cara
penggunaan tertera jelas pada skreening tersebut, lalu untuk identitas pasien dari nama,
umur, alamat, juga sudah tertera dalam skreening, terdapat juga paraf dan cara pembuatan
juga tertera pada skreening.
Ada beberapa perlakuan khusus saat membuat sediaan krim ini. Mulai dari
penimbangan yang dilebihkan 10% untuk mencegah kekurangan bobot atau dosisnya, lalu
terdapat cera alba yang tidak mudah larut dalam dasar krim, sehingga diperlukan vaselin
album, dan acid stearic lalu dicampurkan dengan cera alba lalu di leburkan di atas
penangas air menggunakan cawan hingga larut dan homogen. Karena setelah dipanaskan
diatas penangas air bahan tersebut cepat menggumpal maka diperlukan mortar yang sudah
di panaskan agar saat pencampuran dengan bahan yang lain tidak menggumpal. Terdapat
juga propilen glikol yang kental,mak perlu dipanaskan diatas penangas air Bersama TEA,
Gliserin, dan Aquades menggunakan gelas beker. Lalu mentol merupakan bahan yang
mudah untuk mencair, sedangkan campora merupakan bahan yang mudah mengkristal,
maka dari itu perlu dilakukan pencampuran secara bersamaan dan ditambahkan metil
salisilat sampai kedua bahan tersebut larut.
Untuk hasil yang dihasilkan dari sediaan ini harusnya menghasilkan sediaan krim
yang berfungsi untuk meredakan nyeri otot dan keseleo dan juga nyeri sendi yang diberi
etiket berwarna biru sebagai tanda sediaan ini digunakan sebagai penggunaan luar. Lalu
sediaan yang di buat sudah sesuai harapan karena memenuhi kriteria dari sediaan krim itu
sendiri dimana semua bahan bahan yang dicampurkan sudah menjadi homogen.
Dikarenakan stabilitas zat aktif obat dari campuran Mentol, Champora, Methyl
sal., dan cream base pada sediaan krim, tidak diketahui maka Beyond Use Date (BUD)
sediaan ini dihitung 6 bulan setelah peracikan atau pembuatan ED (Expired Date). Untuk
penyimpanan dari sediaan krim sendiri harus disimpan di tempat yang tertutup rapat dan
tidak tercampur dengan zat zat lainnya.
2. Gel (Gel)
Gel atau jelly suatu salep yang lebih halus, umumnya cair dan mengandung sedikit
atau tanpa lilin, dipergunakan terutama pada membrana mukosa, sebagai pelican atau
dasar salep yang terdiri dari campuran sederhana dari minyak dan lemak dengan titik lebur
rendah. Washable jelly mengandung mucilagines seperti Gom, Tragacanth, Amylum,
Pektin dan Alginat. Sebagai contoh: Starch Jellies (10% Amylum dengan air mendidih).
(Anief, 2007)
Resep dari sediaan Krim ini sudah memenuhi kriteria skreening yang dimana
mulai dari nama dokter disebutkan secara jelas, lalu nomor SIP yang tertulias jelas dan
dan masih berlaku, lalu tertera jelas alamat praktek, adanya nomor telpon di dalam
skreening, dan juga terdapat tempat dan tanggal dari penulisan resep yang tertera jelas,
terdapat juga simbol R yang berarti ambilah, dan juga nama nama obat dan potensi obat
yang juga sudah tertera jelas di dalam skreening, lalu jenis sediaan, jumlah sediaan, cara
penggunaan tertera jelas pada skreening tersebut, lalu untuk identitas pasien dari nama,
umur, alamat, juga sudah tertera dalam skreening, terdapat juga paraf dan cara pembuatan
juga tertera pada skreening.
Sediaan gel ini sediri mempunyai khasiat sebagai disinfektan bakteri, dan juga
sediaan ini mempunyai beberapa bahan bahan diantaranya Alkohol, Carbopol, TEA,
Propilen glikol, dan aquades. Dimana dari setiap bahan itu sendiri mempunyai khasiat dan
kegunaannya sendiri. Mulai dari Alkohol yang dimana berguna sebagai pelarut, Carbopol
digunakan sebagai basis dari salep, lalu bisa menjadi agen pelepasan, dan agen
pengemulsi, TEA yang berfungsi sebagai larutan penyangga, hukmenten dan juga bisa
digunakan sebagai pelarut, Propilen glikol berfungsi sebagai penstabil sediaan dan dapat
melembabkan kulit, dan yang terakhir Aquades yang berfungsi sebagai pelarut.
Terdapat beberapa perlakuan khusus saat membuat sediaan gel ini. Mulai dari
Carbopol yang harus di kembangkan dengan air panas karena memiliki sifat mudah
terdispersi didalam air dan dapat juga dijadikan sebagai basis di dalam gel dengan
konsentrasi yang cukup dan juga dapat dicuci dengan mudah, Propile glikol digunakan
untuk mengurangi penguapan air pada permukaan kulit, selain itu juga propilen glikol
dapat digunakan sebagai zat pelarut, untuk menjadikan sediaan ini menjadi fase jeli perlu
ditambahkannya aquades, alcohol dapat ditambahkan untuk meningkatkan vikositas
emulsi karena berperan sebagai pengemulsi, sehingga stabilitas sediaan jadi meningkat,
untuk membuat sediaan gel menjadi basa perlu ditambahkan TEA kedalamnya, sehingga
cocok pada pH kulit, dan juga yang mengubah warna dari putih susu menjadi bening
transparan adalah TEA itu sendiri.
Pada praktikum ini seharusnya sediaan gel yang dihasilkan dan berfungsi sebagai
antibakteri atau disinfektan. Untuk hasil dari sediaan ini sendiri sudah sesuai dengan
ketentuan pembuatan gel dimana dari bentuk, warna, tekstur sudah sesuai dengan kriteria
atau sifat dari gel itu sendiri.
Dikarenakan stabilitas zat aktif obat dari campuran Alkohol, Carbopol, TEA,
Propilen glikol, Aquades pada sediaan gel, tidak diketahui maka Beyond Use Date (BUD)
sediaan ini dihitung 6 bulan setelah peracikan atau pembuatan ED (Expired Date). Untuk
penyimpanan dari sediaan krim sendiri harus disimpan di tempat yang tertutup rapat dan
tidak tercampur dengan zat zat lainnya dan juga terjauh dari sinar matahari.

XI. KESIMPULAN
Dari percobaan yang sudah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dalam praktikum
ini yang membuat sediaan krim yang berfungsi sebagai pereda nyeri otot, nyeri sendi, dan
keseleo. Dan juga sediaan gel yang berfungsi sebagai disinfektas dan antibakteri. Tetap
adanya persiapan sebelum membuat sediaan tersebut agar tidak salah Langkah dan agar
tidak adanya sediaan yang belum bisa di bilang jadi sehingga diperlukan persiapan.

XII. DAFTAR PUSTAKA


Pratasik, M. C., Yamlean, P. V., & Wiyono, W. I. (2019). FORMULASI DAN UJI
STABILITAS FISIK SEDIAAN KRIM EKSTRAK ETANOL DAUN
SESEWANUA (Clerodendron squamatum Vahl.). PHARMACON, 8(2), 261-267.
Ahad , A., Al-Saleh, A. A., Al-Mohizea, A. M., Al-Jenoobi, F. I., Raish, M., Yassin, A. E.,
& Alam, M. A. (2017). Pharmacodynamic study of eprosartan mesylate-loaded
transfersomes Carbopol1 gel under Dermaroller1 on rats with methyl prednisolone
acetate-induced hypertension. Biomedicine & Pharmacotherapy 89, 177-184.
Anief, M. (2007). Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah Mada UNiversity Press.
Baskara, I. B., Suhendra, L., & Wrasiati, L. P. (2020). Pengaruh Suhu Pencampuran dan
Lama Pengadukan terhadap Karakteristik Sediaan Krim. Jurnal Rekayasa dan
Manajemen Agroindustri , 8(2), 200-209.
Kemenkes RI. (2020). FARMAKOPE INDONESIA EDISI VI. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI.

Rowe, R. C. S. P. J. d. Q. M. E., 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th


Edition. 6th ed. Washington DC.: Pharmaceutical Press, London and American
Pharmaceutical Association.
XIII. LAMPIRAN
Foto sediaan
1. Krim

2. Gel
Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri ISSN : 2503-488X
Vol. 8, No. 2, 200-209 Juni 2020

Pengaruh Suhu Pencampuran dan Lama Pengadukan


terhadap Karakteristik Sediaan Krim
Effect of Mixing Temperature and Stirring Time on the Characteristics of Basis Cream

Ida Bagus Bas Baskara, Lutfi Suhendra*, Luh Putu Wrasiati


PS Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana, Kampus Bukit
Jimbaran, Badung, Kode pos : 80361; Telp/Fax : (0361) 701801.

Diterima 11 Agustus 2019 / Disetujui 22 Januari 2020

ABSTRACT

This research aims to determine the effect of temperature and time of stirring on a basis cream and
determine the temperature and time of stir which is the best treatment for producing basis cream. This
research uses a randomized block design with two factorials. The first factor is temperature which is
consists of 3 levels, temperature 60±20C, 70±20C and 80±20C. The second factor is the time of stirring
which is consists of 3 levels 10, 15 and 20 minutes. From the combination of the two factors, were
obtained of 9 experimental units. These treatments were grouped based on the time of implementation
into two groups so that 18 experimental units. The observed variables are homogeneity, viscosity,
adhesion, spread ability, separation ratio and pH. The data that obtained will be analyzed by analysis of
variance and continued using the Tukey test. The treatment of mixing temperature and time of stirring
affect the viscosity, adhesion, dispersion and separation ratio, while the treatment of mixing temperature
and time of stirring did not significant effect on pH. The interaction between the two treatments can
affects the adhesion, dispersion, separation ratio and pH, but not significantly affect viscosity. The
treatment of mixing temperature 80±20C with time of stirring 20 minutes is the best treatment to produce
basis cream with characteristic viscosity cream value of 46,000 cp, a adhesion time of 17.97 seconds,
spread ability of 6.50 cm, a separation ratio of 0.83 and pH 6,45.
Keywords: Mixing temperature, stirring time, cream characteristics, virgin coconut oil, cocoa butter.

*Korespondensi Penulis:
Email : lutfi_s@unud.ac.id

200
Baskara, dkk. Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri

PENDAHULUAN fase air, juga meminimalkan energi


permukaan dari droplet yang terbentuk.
Sediaan krim merupakan salah satu Tween dan span merupakan surfaktan non
produk yang dapat digunakan sebagai ionik yang merupakan pengemulsi yang
kosmetik yang dapat digunakan untuk aman untuk digunakan.
melindungi kulit dan menjaga kesegarannya Faktor-faktor yang dapat
karena memiliki bentuk semi padat mempengaruhi proses pencampuran antara
(Thamrin, 2012). Sediaan krim yang baik lain suhu, tegangan dan waktu pengadukan,
memiliki viskositas yang optimum sehingga sehingga diperoleh sediaan krim yang
krim tidak memisah selama masa berkualitas. Suhu pencampuran dapat
penyimpanan, tetapi juga dapat menyebar mempengaruhi tegangan antarmuka sehingga
ketika digunakan di permukaan kulit. mempengaruhi sifat fisik krim (Nielloud dan
Menurut Anief (2004) krim dibagi menjadi Mesters, 2000). Menurut penelitian
dua tipe berdasarkan basisnya, yaitu krim Dwiastuti (2009) diketahui bahwa suhu
minyak dalam air (M/A) dan krim air dalam pencampuran merupakan faktor yang paling
minyak (A/M). Pada penelitian ini bahan-bahan dominan dalam mempengaruhi stabilitas
yang digunakan untuk pembuatan sediaan sediaan krim. Suhu pada saat pencampuran
krim adalah virgin coconut oil (VCO), lemak bahan-bahan sediaan krim harus dijaga
kakao, tween 80 dan span 80 sebagai kerena dapat mengurangi kemungkinan
emulgator. terjadinya pengkristalan atau pemadatan
Virgin coconut oil merupakan minyak bahan yang terlalu cepat pada saat proses
yang terbuat dari daging kelapa segar yang pembuatan sediaan krim.
memiliki warna bening, berbau khas minyak Lama pengadukan juga merupakan
kelapa dan memiliki rasa tawar seperti salah satu faktor yang penting dalam proses
minyak biasa. Kandungan asam laurat dan pembuatan sediaan krim karena pengadukan
oleat yang terdapat pada VCO memiliki sifat dalam proses pembuatan sediaan krim dapat
untuk menghaluskan kulit sehingga mempengaruhi partikel-partikel yang ada
membuatnya berpotensi untuk bahan sediaan menjadi semakin kecil sehingga diperoleh
obat, diantaranya sebagai basis krim (Syah, sediaan krim yang baik. Pencampuran yang
2005). Lemak kakao dapat dikonsumsi secara optimum akan menghasilkan sifat fisik dan
langsung, selain itu lemak kakao juga dapat stabilitas fisik yang baik pada sediaan krim.
diolah menjadi sediaan kosmetik. Menurut Menurut Voight (1994) bahan-bahan
Pakki et al. (2009) mengatakan bahwa kakao dicampur untuk mencapai homogenitas
memiliki zat bioaktif yang bermanfaat bagi partikel, dengan tahapan sesuai prosedur
kesehatan yaitu mengandung senyawa pembuatan krim. Pada saat pengadukan
antioksidan yang telah diuji secara in vitro. terjadinya gaya geser yang diaplikasikan
Lemak kakao berbentuk padat pada suhu selama proses pencampuran dapat
ruang dan meleleh pada suhu tubuh yaitu menurunkan viskositas krim dan selanjutnya
36°C (Sartini, 2013). berpengaruh pada kualitas sediaan krim yang
Emulgator atau emulsifying agent terbentuk (Amiji dan Sandman, 2003).
adalah zat yang diperlukan dalam pembuatan Meskipun demikian pengadukan yang
krim agar dapat diperoleh suatu sistem berlangsung terlalu lama tidak dapat
emulsi yang baik dan sediaan emulsi yang menjamin tercapainya homogenitas ideal
stabil. Menurut Allen (2002), emulgator yang inginkan pada sediaan krim. Pada
merupakan surfaktan yang mengurangi penelitian Wirantara (2011) dalam
tegangan antarmuka antara fase minyak dan pembuatan sediaan krim menggunakan

201
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 8 Nomor 2 Mei 2019

FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK SEDIAAN KRIM EKSTRAK


ETANOL DAUN SESEWANUA (Clerodendron squamatum Vahl.)

Meyla C.M. Pratasik1), Paulina V.Y. Yamlean1), Weny I. Wiyono1)


1)
Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115

ABSTRACT

Sesewanua Leaves (Clerodendron squamatum Vahl.) have the potential to be made as skin
care cosmetic preparations but must be in the right formulation to achieve the desired effect. The
aim of this study was to determine the physical stability of a cream from Sesewanua leaf extract.
This study used a experimental method by making ethanol extract of Sesewanua leaves with a
concentration of 0.5% and physical stability test. Physical evaluation was carried out before and
after cycling test through organoleptic observation, homogenety test, pH test, dispersion test,
adhesion test, viscosity test, centrifugation test and cream type determination. The results of the
physical evaluation showed that F1 without Sesewanua leaf extract and F2 with Sesewanua leaf
extract creams met the requirements of physical stability, so can be concluded that Sesewanua leaf
extract can be formulated into cream preparations with concentration of 0.5% which is physically
stable before and after cycling test.

Keywords: Sesewanua Leaves, Cream, Physical Stability

ABSTRAK

Daun Sesewanua (Clerodendron squamatum Vahl.) berpotensi untuk dibuat sebagai sediaan
kosmetik perawatan kulit namun harus dengan formulasi yang tepat agar mencapai efek yang
diinginkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui stabilitas fisik sediaan krim ekstrak daun
sesewanua. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan membuat krim ekstrak etanol
daun Sesewanua dengan konsentrasi 0,5% dan uji stabilitas fisik. Evaluasi fisik dilakukan sebelum
dan sesudah cycling test melalui pengamatan organoleptis, uji homogenitas, uji pH, uji daya sebar,
uji daya lekat, uji viskositas, uji sentrifugasi dan penentuan tipe krim. Hasil evaluasi fisik
menunjukkan krim F1 tanpa ekstrak daun Sesewanua dan F2 dengan ekstrak daun Sesewanua
memenuhi persyaratan stabilitas fisik. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan ekstrak daun
sesewanua dapat diformulasi menjadi sediaan krim dengan konsentrasi 0,5% yang stabil secara fisik
sebelum dan sesudah cycling test.

Kata Kunci : Daun Sesewanua, Krim, Stabilitas Fisik

261
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 8 Nomor 2 Mei 2019

Alat dan bahan disiapkan. Fase minyak Viskositas krim diukur dengan
dibuat dengan melebur setil alkohol, paraffin menggunakan LV viscometer BrookField
cair, asam stearat dan propil paraben pada dan masing-masing formula direplikasi
suhu 70oC. Fase air dibuat dengan melarutkan tiga kali. Sediaan sebanyak 30 gram
metil paraben dalam propilen glikol dan dimasukkan ke dalam pot salep,
ditambahkan trietanolamin pada suhu 70 oC. kemudian dipasang spindle dan rotor
Krim dibuat dengan mencampurkan fase dijalankan. Hasil viskositas dicatat
minyak ke dalam fase air sambil diaduk (Rahmawati et al., 2010).
sampai terbentuk krim yang homogen. 6. Daya Lekat
Selanjutnya untuk pembuatan krim F2 dibuat Sebanyak 0,25 gram krim dioleskan
dengan mencampurkan ekstrak etanol daun pada plat kaca, kedua plat ditempelkan
Sesewanua 0,5% ke dalam basis. sampai plat menyatu. Krim diantara plat
Uji Stabilitas Fisik kaca ditekan dengan beban 50 g selama 5
1. Pengamatan Organoleptis Krim menit. Plat kaca yang saling menempel
Uji organoleptik dilakukan dengan dipasang pada alat uji daya lekat dan
melihat perubahan warna, bau tengik, dilepas dengan beban 80 g, kemudian
dan adanya pemisahan fase (Elya dicatat waktu saat kedua plat tersebut
et.al.,2013). lepas. Replikasi dilakukan sebanyak tiga
2. Pengujian Homogenitas Krim kali (Rahmawati et al., 2010).
Tes homogenitas dilakukan dengan 7. Pengujian Stabilitas Krim dengan
cara krim ditimbang 1g dioleskan pada Sentrifugasi
plat kaca. Sediaan krim dikatakan 5 g sampel krim ditempatkan
homogen bilamana tidak menunjukkan dalam tabung sentrifugasi dan
adanya partikel-partikel yang disentrifugasi 3750 rpm selam 5 jam
menggumpal atau tidak bercampur atau 5000-10000 rpm selama 30
(Depkes,1979). menit.Pengujian ini dilakukan untuk
3. Pengukuran pH mengetahui adanya pemisahan fase pada
Tes pH dilakukan dengan sediaan krim (Handali, et al., 2011).
menggunakan pH meter. Elektroda 8. Metode Cycling Test
pengukur dicelupkan sehingga ujung Salah satu cara mempercepat evaluasi
elektroda tercelup semua, pH yang kestabilan adalah dengan cycling test.
diperoleh dicatat. pH krim harus sesuai Uji cycling test ini dilakukan sebanyak 6
dengan pH kulit yaitu 4,2-6,5 siklus. Sediaan krim disimpan pada
(Wasitaatmadja,1997). suhu dingin ± 4°C selama 12 jam lalu
4. Daya Sebar dikeluarkan dan ditempatkan pada
Krim ditimbang 1 g, lalu diletakan di suhu ± 40°C, proses ini dihitung 1
atas plat kaca, biarkan 1 menit, ukur siklus.Kondisi fisik krim dibandingkan
diameter sebar krim, kemudian selama percobaan dengan sediaan
ditambah dengan beban 50g, beban sebelumnya (Rieger, 2000)
didiamkan selama 1 menit,lalu diukur 9. Penentuan Tipe Emulsi
diameter sebarnya. (Rahmawati, et a. Metode Pengenceran
al.,2010) Krim yang telah dibuat dimasukkan ke
5. Uji Viskositas dalam gelas piala kemudian diencerkan
dengan air. Jika krim dapat diencerkan
263
Biomedicine & Pharmacotherapy 89 (2017) 177–184

Available online at

ScienceDirect
www.sciencedirect.com

Pharmacodynamic study of eprosartan mesylate-loaded


transfersomes Carbopol1 gel under Dermaroller1 on rats with methyl
prednisolone acetate-induced hypertension
Abdul Ahad a,*, Abdulmohsen A. Al-Saleh a, Abdullah M. Al-Mohizea a, Fahad I. Al-Jenoobi a,
Mohammad Raish a, Alaa Eldeen B. Yassin b, Mohd Aftab Alam a
a
Department of Pharmaceutics, College of Pharmacy, King Saud University, P.O. Box 2457, Riyadh 11451, Saudi Arabia
b
Pharmaceutical Sciences Department, College of Pharmacy-3163, King Saud bin Abdulaziz University for Health Sciences, and King Abdullah International
Medical Research Center, Ministry of National Guard, Health Affairs, Riyadh 11426, Saudi Arabia

A R T I C L E I N F O A B S T R A C T

Article history: The objective of present study was to prepare eprosartan mesylate (EM)-loaded transfersomes
Received 19 December 2016 Carbopol1 gel and characterized for various parameters, including in vitro skin permeation, in vivo
Received in revised form 29 January 2017 antihypertensive study, skin irritation, and histological study. Furthermore, effect of transfersomes gel
Accepted 29 January 2017
on angiotensin II type-1 receptor (AT1R) mRNA and protein expressions on smooth vascular muscles of
aorta was determined by real-time polymerase chain reaction (RT-PCR) and western blot analysis. The
Keywords: physical evaluation parameters were detected to be in correspondence with reference marketed gel
Transfersomes
formulation. The transdermal flux, permeability coefficient, and Tlag of EM from transfersomes gel were
Carbopol1 gel
Eprosartan mesylate
found to be 26.76  1.66 mg/cm2/h, 8.93  0.55 10 3 cm/h, and 2.17  0.29 h, respectively, across rat skin
Skin irritation pretreated with microneedle (Dermaroller1). Pharmacodynamic study showed prolonged and better
Western blot management of hypertension after the application of transfersomes gel in experimentally induced
Antihypertensive activity hypertensive Wistar rats as compared with oral control formulation. The in vivo angiotensin II type-1
blocking efficacy of prepared transfersomes gel and control formulation was also supported with RT-PCR and
western blot analysis of AT1R mRNA and protein expressions on smooth vascular muscles of aorta. Skin
irritation and skin histological assessment showed that the prepared transfersomes Carbopol1 gel was safe
to be used for transdermal route. It is concluded that the incorporation of transfersomes into gel formulation
offered enhanced skin contact, ease of application, and found to be a suitable drug reservoir for the
transdermal delivery of EM for the management of hypertension in Wistar rats.
C 2017 Elsevier Masson SAS. All rights reserved.

1. Introduction permeation through the obstacle of stratum corneum [3–10]. Since


1991, various investigators were concentrated on transfersomes, a
Delivery of drug via transdermal route presents an appealing lipid-based formulation for the delivery of actives via skin route to
explanation to the disadvantages associated with oral route of drug mitigate this intrinsic obstacle [11].
administration [1]. Regardless of the numerous benefits of the skin Transfersomes can permeate efficiently across many transport
as a site of drug delivery, only limited drugs are presently barriers, even via the apertures that would be limiting for other
presented in the marketplace in the transdermal dosage form colloidal dispersions of similar size. This potentiality is owing to
because of the inherent constraint of transdermal drug absorption, the self-adaptable and extremely high flexibility of the transfer-
inflicted by the stratum corneum (outermost layer of the skin) [2]. somes [11]. These lipid-based vesicles are able to form the drug
For the application in transdermal drug delivery, numerous depot inside the skin that slowly and steadily releases the active(s)
methodologies have been examined to improve the drug for local as well as for systemic effect [1].
There are many attempts have been made to deliver the
antihypertensive drugs via skin route using transfersomes as a
* Corresponding author at: Department of Pharmaceutics, College of Pharmacy, drug carrier. Recently, Morsi et al. developed transfersomes gel
King Saud University, P.O. Box 2457, Riyadh 11451, Saudi Arabia.
formulation of timolol maleate for hypertension. Authors con-
Tel.: +96 6557124812.
E-mail addresses: abdulahad20@yahoo.com, aahad@ksu.edu.sa (A. Ahad). cluded that they have observed sustained delivery and 4 times

http://dx.doi.org/10.1016/j.biopha.2017.01.164
0753-3322/ C 2017 Elsevier Masson SAS. All rights reserved.
178 A. Ahad et al. / Biomedicine & Pharmacotherapy 89 (2017) 177–184

increase in timolol bioavailability when administered as transfer- 1 h using OptimaTM Max-E, Ultra Centrifuge (Beckman Coulter,
somes gel over control formulation in Wistar albino rats [1]. While Pasadena, CA) [19,20], and the analysis of drug in collected
in 2012, Ahad et al. developed transfersomes for the delivery of the supernatant was done by HPLC method [21].
lipophilic antihypertensive agent i.e. valsartan. Authors observed
that the developed transfersomes are found superior as compared 2.4. Preparation of EM-loaded transfersomes gel
to liposomes in systolic blood pressure (SBP) lowering activity in
Wistar rats [11]. In another study, Ferderber et al. developed Since transfersomes had very low viscosity and cannot be
various colloidal systems including transfersomes for the trans- retained at the site of application for sufficiently long time, the
dermal delivery of propranolol and its hydrochloride salt viscosity represented a significant function in elevating the drug
[12]. Antecedently, Mishra et al. concluded that the prepared retention in the stratum corneum and viable epidermis. In the
transfersomes presented improved flux, entrapment efficiency, present study, Carbopol1 has been chosen to augment the
and efficacy for the transdermal delivery of propranolol hydro- viscosity of transfersomes, so that developed transfersomes-based
chloride as compared to liposomes [13]. gel provides better applicability of formulation [18,22–24]. Carbo-
In view of aforementioned studies, it seems that there is a pols are considered to be a safe and non-irritant gelling agent with
potential for investigating the EM-loaded transfersomes system. no reports of their sensitivity in human on topical application
EM is an angiotensin II receptor blocker having low oral [23,25,26].
bioavailability of 13% in humans. It is a BCS class II drug with For the gel preparation, the best available formulation was
molecular weight (MW = 520.625), an appropriate log P value (3.9), selected for in vitro and in vivo observations. For this aim,
and short half-life (5–9 h); these properties make EM a candidate Carbopol1 934 (1.25% w/w) was first dispersed in water and keep
for transdermal delivery [14]. aside for sufficiently long time so that polymer chains become fully
The purpose of the present study was to develop the hydrated and completely swell. Further, polyethylene glycol-400
transfersomes gel formulation of EM. Moreover, pH, spreadability, (15% w/w) was added; and. to this, triethanolamine was added
viscosity, in vitro skin permeation study, and drug release kinetic with continuous stirring until a transparent alkaline gel was found.
study were investigated. Likewise, the in vivo antihypertensive Transfersomes formulation was added to this preformed gel base
study of optimized formulation and molecular impact of the with continuous stirring which leads to transfersomes gel base
angiotensin II type-1 receptor (AT1R) mRNA and protein expres- formulation [27].
sions on smooth vascular muscles of aorta were determined by
real-time polymerase chain reaction (RT-PCR) and western blot 2.5. Evaluation of transfersomes gel
analysis of Wistar albino rats.
2.5.1. pH of transfersomes gel
2. Materials and methods Transfersomes gel of 1 g was weighted and dissolved into
100 ml of distilled water, and the pH of the gel was evaluated by
2.1. Materials placing a pH meter (Mettler Toledo, Germany) electrode in contact
with the gel and allowing it to equilibrate for 1 min [28].
EM was procured from BASF, Germany. Carbopol1 934 and
potassium dihydrogen orthophosphate were purchased from 2.5.2. Viscosity of transfersomes gel
Alpha Chemika, Mumbai, India, and Loba Chemie Pvt. Ltd., Viscosity of developed transfersomes gel was measured at
Mumbai, India, respectively. Acetonitrile (HPLC grade) and ethanol 25 8C using Brookfield R/S plus cone and plate Rheometer with
were purchased from BDH, Poole, England, and Avonchem, spindle C15-1 (Brookfield Engineering Laboratories, Inc., Mid-
Macclesfield Cheshire, UK, respectively. Polyethylene glycol-400 dleboro, MA, USA), at 50RPM of spindle of Rheometer for 60 s
and triethanolamine were purchased from Merck, Germany. [18,29].
Methyl prednisolone acetate (MPA) Depo-MedrolTM was pur-
chased from Pfizer, Puurs, Belgium. 2.5.3. Homogeneity test
The homogeneity of developed transfersomes gel formulation
2.2. Preparation and characterization of transfersomes was tested by visual inspection for any visible lumps or particles
after it was set in a container, and grades were allotted as +++
Transfersomes (20 ml) were prepared by thin-film hydration Good, ++ Fair, + Poor. In addition, few milligrams of transfer-
technique [11]. Briefly, EM (60 mg), Phospholipid 90G, and sodium somes gel were pressed between the thumb and the index
deoxycholatein ratio of 75:25% w/w, respectively, were dissolved finger, and the consistency of the gel was observed whether
in organic phase (chloroform–methanol, 2:1) and transferred into homogeneous or not [30].
a round bottom flask. Using a rotary evaporator (BuchiTM
Rotavapor1-210, Zurich, Switzerland), the organic phase was 2.5.4. Spreadability
gradually evaporated so that a thin dry film was formed on the wall The spreadability of gel was determined by placing 0.5 g gel
of the flask [15]. The prepared dried lipid film was then rehydrated inside the circle (diameter 2 cm) marked on a glass plate. Another
with phosphate buffer saline using rotary evaporator. Prepared glass plate was kept on the first glass plate and a weight (0.5 kg)
vesicles were sonicated (3 cycles of 5 min with a gap of 5 min was kept on upper glass plate for 5 min, and an increase in
between each cycle, at 4 8C) using a probe sonicator (Bandelin diameter after spreading was recorded [31].
Electronic GmbH & Co. KG, Berlin) and finally prepared formulation The percent spread by area is calculated as follows:
was stored at 4 8C [16]. The vesicle’s size, polydispersity index, and % spread by area= (A2/ø)  100
zeta potential of transfersomes were conducted using Zetasizer where ø = 2 cm and A2 is the final area after spreading.
Nano ZS (Malvern Instruments, UK) [17,18].
2.5.5. Drug content
2.3. Entrapment efficiency measurement A definite quantity (1 g) of transfersomes gel was dissolved into
100 ml methanol (lysed the vesicles) [32], and the solution was
The entrapment efficiency of prepared transfersomes was sonicated, filtered, and injected into HPLC machine after suitable
determined by centrifugation method at 40,000 rpm and 4 8C for dilution [21].
LEMBAR KOREKSI

Laporan dikumpulkan tanggal :


Laporan dikoreksi tanggal :
Mengetahui,
Asisten Pengkoreksi,

(…………………………..)

Anda mungkin juga menyukai