Anda di halaman 1dari 20

EMULSI

Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau cairan obat terdispersi
dalam cairan pembawa distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok. Atau
emulsi adalah suatu sistem heterogen yang tidak stabil secara termodinamika, yang terdiri dari
paling sedikit dua fase cairan yang tidak bercampur, dimana salah satunya terdispersi dalam
cairan lainnya dalam bentuk tetesan–tetesan kecil, yang berukuran 0,1-100 mm, yang distabilkan
dengan emulgator/surfaktan yang cocok.
Komponen emulsi digolongkan menjadi 2 macam yaitu :
1.   Komponen Dasar
Yaitu bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat didalam emulsi, biasanya terdiri dari :
a.    Fase dispers / fase internal / fase diskontinyu
Yaitu zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil kedalam zat cair lain.
b.   Fase kontinyu / fase eksternal / fase luar
Yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung) dari emulsi tersebut.
c.    Emulgator
Adalah suatu zat yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi.
2.            Komponen Tambahan
Bahan tambahan adalah bahan yang sering ditambahkan pada emulsi untuk memperoleh
hasil yang lebih baik.Misalnya : corrigen saporis,odoris, colouris, preservatif (pengawet),
antoksidant. Preservatif yang biasa digunakan adalah : metil dan propil paraben, asam benzoat,
asam sorbat, fenol, kresol, dan klorbutanol, benzalkonium klorida, fenil merkuri asetat, dll 

1.      Tipe Emulsi


Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal ataupun eksternal, maka
emulsi digolongkan menjadi dua macam yaitu :
a.    Emulsi tipe O/W (oil in water)atau M/A (minyak dalam air).
Emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar kedalam air.Minyak sebagai fase internal
dan air fase eksternal.
b.   Emulsi tipe W/O (water in oil) atau A/M (air dalam minak).
Emulsi yang terdiri dari butiran air yang tersebar kedalam minyak.Air sebagai fase internal
sedangkan fase minyak sebagai fase eksternal.
2.      Tujuan Pemakaian Emulsi
Emulsi dibuat untuk diperoleh suatu preparat yang stabil dan rata dari campuran dua cairan
yang saling tidak bisa bercampur.
Tujuan pemakaian emulsi adalah :
a.    Dipergunakan sebagai obat dalam / peroal. Umumnya emulsi tipe O/W.
b.   Dipergunakan sebagai obat luar. Bisa tipe O/W maupun W/O tergantung banyak faktor misalnya
sifat zat atau jenis efek terapi yang dikehendaki.
1.      Emulgator (Bahan Pengemulsi)
a.   Emulgator alam
Yaitu Emulgator yang diperoleh dari alam tanpa proses yang rumit, dapat digolongkan
menjadi tiga golongan :
b.   Emulgator alam dari tumbuh-tumbuhan
Bahan-bahan karbohidrat , bahan-bahan alami seperti akasia (gom), tragakan, agar,
kondrus dan pectin. Bahan-bahan ini membentuk koloid hidrofilik bila ditambahkan kedalam air
dan umumnya menghasilkan emulsi m/a.

c.    Gom arab


Sangat baik untuk emulgator tipe O/W dan untuk obat minum. Kestabilan emulsi yang
dibuat dengan gom arabterdiri atas 2 faktor yaitu:
1)      Kerja gom sebagai koloid pelindung
2)      Terbentuknya cairan yang cukup kental sehingga laju pengendapan
cukup kecil sedangkan masa mudah dituang (tiksotropi).
3)      Lemak-lemak padat : PGA sama banyak dengan lemak padat.
4)      Minyak atsiri : PGA sama banyak dengan minyak atsiri.
5)      Minyak lemak : PGA ½ kali berat minyak.
6)      Minyak lemak + minyak atsiri + Zat padat larut dalam minyak lemak.
7)      Bahan obat cair BJ tinggi seperti cloroform dan bromoform.
8)      Balsam-balsam.
9)      Oleum lecoris aseli
d.   Tragacanth
e.    Agar-agar
f.    Chondrus
g.   g.Emulgator lain: Pektin, metil selulosa, CMC 1-2 %.
2. Emulgator alam dari hewan
Zat-zat protein seperti : gelatin, kuning telur, kasein, dan adeps lanae. Bahan-bahan ini
menghasilkan emulsi tipe m/a. kerugian gelatin sebagai suatu zat pengemulsi adalah sediaan
menjadi terlalu cair dan menjadi lebih cair pada pendiaman.
3. Emulgator alam dari tanah mineral
Zat padat yang terbagi halus, seperti : tanah liat koloid termasuk bentonit, magnesium
hidroksida dan aluminium hidroksida. Umumnya membentuk emulsi tipe m/a bila bahan padat
ditambahkan ke fase air jika jumlah volume air lebih besar dari minyak. Jika serbuk bahan padat
ditambahkan dalam inyak dan volume fase minyak lebih banyak dari air, suatu zat seperti
bentonit sanggup membentuk suatu emulsi a/m. Selain itu juga terdapat Veegum / Magnesium
Aluminium Silikat
4. Emulgator buatan                                                                               
a. Sabun
b. Tween 20; 40; 60; 80
c. Span 20; 40; 80
Cara Pembuatan Emulsi
Dikenal 3 metode dalam pembuatan emulsi yaitu :
1.      Metode gom kering
Disebut pula metode continental dan metode 4;2;1. Emulsi dibuat dengan jumlah
komposisi minyak dengan ½ jumlah volume air dan ¼ jumlah emulgator. Sehingga diperoleh
perbandingan 4 bagian minyak, 2 bagian air dan 1 bagian emulgator.
Pertama-tama gom didispersikan kedalam minyak, lalu ditambahkan air sekaligus dan
diaduk /digerus dengan cepat dan searah hingga terbentuk korpus emulsi.
2.      Metode gom basah
Disebut pula sebagai metode Inggris, cocok untuk penyiapan emulsi dengan musilago
atau melarutkan gum sebagai emulgator, dan menggunakan perbandingan 4;2;1 sama seperti
metode gom kering. Metode ini dipilih jika emulgator yang digunakan harus
dilarutkan/didispersikan terlebuh dahulu kedalam air misalnya metilselulosa. 1 bagian gom
ditambahkan 2 bagian air lalu diaduk, dan minyak ditambahkan sedikit demi sedikit
3.      Metode botol
Disebut pula metode Forbes.Metode inii digunakan untuk emulsi dari bahan-bahan
menguap dan minyak-minyak dengan kekentalan yang rendah.Metode ini merrupakan variasi
dari metode gom kering atau metode gom basah.Emulsi terutama dibuat dengan pengocokan
kuat dan kemudian diencerkan dengan fase luar.
Dalam botol kering, emulgator yang digunakan ¼ dari jumlah minyak. Ditambahkan dua
bagian air lalu dikocok kuat-kuat, suatu volume air yang sama banyak dengan minyak
ditambahkan sedikit demi sedikit sambil terus dikocok, setelah emulsi utama terbentuk, dapat
diencerkan dengan air sampai volume yang tepat.
Resep 5
dr. Andra Wijayanti
SIP : NO: 160/ DS-04/ 12.IV/2012
Rumah: Praktek ;
Jl.Nakuka 2 Sragen Jl.A Yani 7 Sragen
Telp(0271)6776677 Telp (0271)6888677
                                                             Sragen,3 Desember 2020
R/ Oleum Ricini 6
PGA                     q.s
     Syr. Simlex          10
     Aqua ad 60 ml      
Ol. Mentae pip gtt II
     m.f. la emulsi
     S s dd C 1 o.n
Pro: Tn Helmi (42 Tahun)
Alamat; jl. Mangga No. 10

Singkatan Dalam Resep


R/        = Recipe            =Ambilah
m.f la      = misce fac            = campur dan buatlah
C        = Choclear = sendok makan ( 15 mL )
o.n = Omni Nicte = tiap malam
s. dd = samel de die = 1 x sehari
Skrining Administrasi Resep
Bagian Kelengkapan Ada Tidak Keterangan
Resep Ada
Inscripto Nama Dokter     dr. Andra Wijayanti
Sip     SIP : NO: 160/ DS-04/
Alamat Doktek     12.IV/2012
No Teleon Dokter     Rumah:
Tgl penulisan resep    Jl.Nakuka 2 Sragen
Praktek :
Jl.A Yani 7 Sragen
Telp(0271)6776677
Telp (0271)6888677
                                               
      
3 Desember 2020

presciptio    
Nama dan Jumlah R/ Oleum Ricini 6
Obat PGA                     q.s
     Syr. Simlex          10
     Aqua ad 60
Bentuk Sediaan     ml      
Ol. Mentae pip gtt II
Emulsi
Signature Nama pasien     Tn Helmi (42 Tahun)
Umur pasien     Alamat; jl. Mangga No. 10
Alamat pasien     S s dd C 1 o.n
Aturan pakai    
   

Subscriptio Paraf Dokter     Ada

Uraian Bahan
1. Aquadest (Farmakope Indonesia Edisi III, Hal : 96)
Nama Resmi         : AQUA DESTILLATA
Nama Lain           : Air suling
Rumus Molekul   : H2O
Pemerian              : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai  rasa
Penyimpanan        : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat                             :  Zat tambahan( pelarut )
2. PGA (Farmakope Indonesia Edisi III, hal : 279)
Nama Resmi           : GUMMI ACACIAE
Nama Lain              : Gom akasia / Gom arab
Pemerian                 : Hampir tidak berbau, rasa tawar seperti lender
Kelarutan                            : Mudah larut dalam air, menghasilkan larutan yang
kental dan tembus cahaya, praktis tidak larut dalam
etanol (95%).
Penyimpanan          : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat       : Zat tambahan.
3. Oleum Ricini (Dirjen POM 1979 hal; 459)
Nama resmi           :OLEUM RICINI
Nama lain              : Minyak jarak
Pemerian               : Cairan kental, jernih, kuning pucat atau hamper 
tidak bewarna, ba lemah, rasa manis, kemudian agak pedas, umumnya memualkan
Kelarutan              : Larut dalam 2,5 bagian etanol (95%) P, mudah
larut dalam etanol mutlak,dan dalam asetat glacial P
Penyimpanan         : Dalam wadah tertutup baik, terisi penuh
Khasiat                  : Laksativum
4.Sirup simplex (Diejen POM 1979 hal; 567)
Nama resmi           : SIRUP SIMPLEX
Nama lain              : sirup gula
Pemerian               : Larutan 65 bagian dukrosa,  dalam larutan metil 
parabean 0,25 % dibuat secukupnya hingga diperoleh 100 bagian sirup
Penyimpanan         : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat                   : Pemanis / zat tambahan
5. OLEUM MENTHAE PIPERITAE
Nama Lain                                : Minyak permen, pepermin oil
Nama Tanaman Asal              : Mentha piperita (L.)
Pemerian                             : Cairan tidak berwarna, kuning pucat atau kuning kehijauan, bau
aromatik, rasa pedas kemudian dingin
Cara memperoleh                    : Minyak atsiri yang diperoleh dengan penyulingan air pucuk
berbunga segar, jika perlu dimurnikan 
Penyimpanan                            : Dalam wadah tertutup rapat, terisi penuh, terlindung dari cahaya.

PEMBAHASAN
Emulsi adalah system dua fase, yang salah satu caranya terdispersi dalam cairan lain
dalam bentuk tetesan kecil. Tipe emulsi ada dua yaitu oil in water (o/w) atau minyak dalam air
(m/a) dan water in oil (w/o) atau air dalam minyak (a/m). (FI edisi IV)
1. Pada praktikum ini dibuat sediaan emulsi langkah pertama yang dilakukan yaitu
menyiapakan alat dan bahankemudian ditimbang masing-masing bahan yang akan
digunakan yaitu Oleum Ricini = 6 g, PGA = 1/3 x 6 = 2 g, Syr. Simplex = 10 ml,
Air utk PGA = 1,5 x 2 = 3 ml, Aquadest = ad 60 ml, Oleum mentae pip = 2
tetes
Literatur perhitungan PGA dan Aquadest (IMO hal; 137) “Jika minyak lemak yang digunakan
adalah oleum ricini maka jumlah PGA adalah 1/3 berat Oleum ricini danAquadest 1,5 × jumlah
PGA. Dalam artian jumlah Oleum ricini pada resep sebanyak 6 gram 1/3 dari jumlah Oleum ricini
adalah adalah jumlah PGA. Jadi PGA yang ditimbang sebanyak 2 gram. Kemudian dibuat corpus
emulsi dengan memasukan Oleum ricini kurang lebih 4 gram kedalam lumping lalu ditambahkan
PGA sebanyak 2 gram, digerus cepat kemudian ditambahkan sisa oleum ricini sedikit demi
sedikit sambil diaduk, kemudian ditambah sirupus simplex diaduk ad homogen.kemuadian
dimasukkan dalam botol.di ad kan dengan aquadest sampai tanda kalibrasi 60 ml lalu ditetesi
oleum menthae pip 2 tetes, kemudian digocok hingga sediaan homogen dan diberi etiket putih
dan label kocok dahulu.
Adapun khasiat bahan obat pada resep yaitu Oleum ricini berkhasiat sebagai laksativum
dan PGA sebagai pengemulsi (emulgator) lalu sirup simplex sebagai pemanis / zat tambahan,
Oleum Mnthae PIP sebagai Corigen Odoris,Pada resep ini ditujukkan kepada pada pasien yang
bernama Tn. Helmi (42 tahun).

PENIMBANGAN BAHAN :
2. Oleum Ricini = 6 g
3. PGA = 1/3 x 6 = 2 g
4. Syr. Simplex = 10 ml
5. Air utk PGA = 1,5 x 2 = 3 ml
6. Aquadest = ad 60 ml
7. Oleum mentae pip = 2 tetes

PROSEDUR
1. Menyetarakan timbangan
2. Menyiapkan alat dan Bahan
3. Menimbang dan mengukur masing-masing bahan dan mengkalibrasi botol 60 ml
4. Mebuat Corpus emulsi dengan cara memasukkan oleum ricini kurang lebih 4
gram kedalam mortir yang kering lalu ditambahkan PGA 2 gram dan diaduk
hingga terbentuk corpus emulsi kemudian ditambah sisa oleum ricini aduk hingga
homogeny.
5. Ditambahkan air untuk PGA sebanyak 3 ml kemudian diaduk cepat sampai
membentuk corpus emulsi
6. Ditambahkan Sirup Simplex aduk sampai homogeny, masukkan ke dalam botol
7. Ditambahkan Aquadest ad 60 ml lalu ditambah 2 tetes oleum menthae pip
8. Beri etiket dan Label
Penyerahan
Wadah : Botol Coklat 60 ml
Etiket : Putih
Pro : Tn.Helmi ( 42 th )
Signa ; 1 x sehari 1 sendok makan tiap malam
Ed :
Label : Kocok Dahulu
Penyimpanan : Wadah Tertutup Rapat
SALEP
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III: Salep adalah sediaan setengah padat berupa
massa lunak yang mudah dioleskan dan digunaka untuk pemakaian luar.
Menurut Formularium Nasional salep adalah sedian berupa masa lembek, mudah
dioleskan, umumnya lembek dan mengandung obat, digunakan sebagai obat luar untuk
melindungi atau melemaskan kulit, tidak berbau tengik. Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali
dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep yang mengandung obat keras atau narkotik adalah
10 % ( Anief, 2005).
Kerugian salep misalnya pada salep basis hidrokarbon
 sifatnya yang berminyak dapat meninggalkan noda pada pakaian serta sulit tercuci oleh air
sehingga sulit dibersihkan dari permukaan kulit.
 Hal ini menyebabkan penerimaan pasien yang rendah terhadap basis hidrokarbon jika
dibandingkan dengan basis yang menggunakan emulsi seperti krim dan lotion.
 Sedangkan pada basis lanonin, kekurangan dasar salep ini ialah kurang tepat bila dipakai
sebagai pendukung bahan-bahan antibiotik dan bahan-bahan lain yang kurang stabil dengan
adanya air.
Keuntungan salep misalnya salep dengan dasar salep lanonin yaitu, walaupun masih
mempunyai sifat-sifat lengket yang kurang menyenangkan, tetapi mempunyai sifat yang lebih
mudah tercuci dengan air dibandingkan dasar salep berminyak.
   Fungsi salep adalah :
a.       Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit
b.      Sebagai bahan pelumas pada kulit
c.       Sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak permukaan kulit dengan larutan berair
dan rangsang kulit ( Anief, 2005).
     Persyaratan salep menurut FI ed III
a.       Pemerian tidak boleh berbau tengik.
b.      Kadar, kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang mengandung obat keras atau narkotik,
kadar bahan obat adalah 10 %.
c.       Dasar salep
d.      Homogenitas, Jika salep dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok,
harus menunjukkan susunan yang homogen.
e.       Penandaan,pada etiket harus tertera “obat luar” (Syamsuni, 2005).
     
Salep yang baik memiliki sifat – sifat sebagai berikut :
a.       Stabil : baik selama distribusi, penyimpanan, maupun pemakaian. Stabilitas terkait dengan
kadaluarsa, baik secara fisik (bentuk, warna, bau, dll) maupun secara kimia ( kadar/kandungan
zat aktif yang tersisa ). Stabilitas dipengaruhi oleh banyak factor, seperti suhu, kelembaban,
cahaya, udara, dan lain sebagainya.
b.      Lunak : walaupun salep pada umumnya digunakan pada daerah/wilayah kulit yang terbatas,
namun salep harus cukup lunak sehingga mudah untuk dioleskan.
c.        Mudah digunakan: supaya mudah dipakai, salep harus memiliki konsistensi yang tidak terlalu
kental atau terlalu encer. Bila terlalu kental, salep akan sulit dioleskan, bila terlalu encer maka
salep akan mudah mengalir/meleleh ke bagian lain dari kulit.
d.      Protektif : salap – salep tertentu yang diperuntukkan untuk protektif, maka harus memiliki
kemampuan melindungi kulit dari pengaruh luar misal dari pengaruh debu, basa, asam, dan sinar
matahari.
e.       Memiliki basis yang sesuai : basis yang digunakan harus tidak menghambat pelepasan obat
dari basis, basis harus tidak mengiritasi, atau menyebabkan efek samping lain yang tidak
dikehendaki.
f.       Homogen : kadar zat aktif dalam sediaan salep cukup kecil, sehingga diperlukan upaya/usaha
agar zat aktif tersebut dapat terdispersi/tercampur merata dalam basis. Hal ini akan terkait
dengan efek terapi yang akan terjadi setelah salep diaplikasikan ( Saifullah, 2008 : 63, 64 ).
   Suatu dasar salep yang ideal mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
1.                  Tidak menghambat proses penyembuhan luka/penyakit pada kulit tersebut.
2.                  Di dalam sediaan secara fisik cukup halus dan kental.
3.                  Tidak merangsang kulit.
4.                  Reaksi netral, pH mendekati pH kulit yaitu sekitar 6-7.
5.                  Stabil dalam penyimpanan.
6.                  Tercampur baik dengan bahan berkhasiat.
7.                  Mudah melepaskan bahan berkhasiat pada bagian yang diobati.
8.                  Mudah dicuci dengan air.
9.                  Komponen-komponen dasar salep sesedikit mungkin macamnya.
10.              Mudah diformulasikan/diracik
Kualitas dasar salep meliputi:
a.       Stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka salep harus bebas dari inkompatibilitas, stabil
pada suhu kamar dan kelembaban yang ada dalam kamar.
b.       Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak dan homogen.
Sebab salep digunakan untuk kulit yang teriritasi,inflamasi dan ekskloriasi.
c.       Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakai dan
dihilangkan dari kulit.
d.      Dasar salep yang cocok yaitu dasar salep harus kompatibel secara fisika dan kimia dengan obat
yang dikandungnya. Dasar salep tidak boleh merusak atau menghambat aksi terapi dari obat
yang mampu melepas obatnya pada daerah yang diobati.
e.       Terdistribusi merata, obat harus terdistribusi merata melalui dasar salep padat atau cair pada
pengobatan (Anief, 2005).
Salep dapat digolongkan berdasarkan konsistensi, sifat farmakologi, bahan dasarnya dan
formularium nasional antara lain:  
     Menurut konsistensi, salep di bagi  :
a)      Unguenta : Salep yang memiliki konsistensi seperti mentega, tidak mencair pada suhu biasa,
tetapi mudah dioleskan
b)      Krim ( cream ): Salep yang banyak mengandung air, mudah diserap kulit, suatu tipe yang
dapat dicuci dengan air.
c)      Pasta : Salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat ( serbuk) berupa suatu salep tebal
karena merupakan penutup/pelindung bagian kulit yang diolesi.
d)     Cerata Salep berlemak yang mengandung persentase lilin ( wax) yang tinggi sehingga
konsistensinya lebih keras ( ceratum labiale ).
e)      Gelones / spumae/ jelly : Salep yang lebih halus, umumnya cair , dan sedikit mengandung atau
tidak mengandung mukosa ; sebagai pelicin atau basis, biasanya berupa campuran sederhana
yang terdiri dari minyak dan lemak dengan titik lebur rendah. Contoh : starch jelly ( amilum 10%
dengan air mendidih).
     Menurut sifat farmakologi / terapetik dan penetrasinya:
a)      Salep epidermik ( epidermic ointment, salep penutup)
Salep ini berguna untuk melindungi kulit, menghasilkan efek lokal dan untuk meredakan
rangsangan / anestesi lokal ; tidak diabsorbsi ; kadang-kadang ditambahkan antiseptik atau
astringent. Dasar salep yang baik untuk jenis salep ini adalah senyawa hidrokarbon.
b)      Salep endodermik
Salep yang bahan obatnya menembus ke dalam tubuh melalui kulit, tetapi tidak melalui kulit ;
terabsorbsi sebagian dan digunakan untuk melunakkan kulit atau selaput lendir. Dasar salep yang
terbaik adalah minyak lemak.
c)      Salep diadermik
Salep yang bahan obatnya menembus ke dalam tubuh melalui kulit untuk mencapai efek yang
diinginkan. Misalnya, salep yang mengandung senyawa merkuri iodida atau belladona.
     Menurut dasar salepnya:
a)      Dasar salep hidrofobik.
Salep yang tidak suka air atau salep yang dasar salepnya berlemak (greassy bases): tidak dapat
dicuci dengan air. Misalnya, campuran lemak-lemak , minyak lemak, malam.

b)      Dasar salep hidrofilik.


Salep yang suka air atau kuat menarik air, biasanya mempunyai dasar salep tipe o/w.
B.     Bahan Dasar Pembuatan salep
Salep dasar adalah zat pembawa dengan massa lembek, mudah dioleskan, umumnya
berlemak, dapat digunakan bahan yang telah mempunyai massa lembek atau zat cair, zat padat
yang terlebih dahulu diubah menjadi massa yang lembek. Jika dalam komposisi tidak disebutkan
salep dasar, maka dapat digunakan vaselin putih. Jika dalam komposisi disebutkan salep dasar
yang cocok.
Pemilihan salep dasar yang dikehendaki harus disesuaikan dengan sifat obatnya dan
tujuan penggunaannya.
         Salep Dasar-I
Salep dasar –I umunya digunakan vaselin putih, vaselin kuning, campuran terdiri dari 50 bagian
Malam putih dan 950 bagian vaselin putih, campuran terdiri dari 50 bagiian Malam kuning dan
950 bagian vaselin kuning atau salep dasar lemak lainnya seperti minyak lemak nabati, lemak
hewan atau campuran Parafin cairr dan Parafin padat. Salep dasar-I sangat lengket pada kulit dan
sukar dicuci; agar mudah dicuci dapat ditambahkan surfaktan dalam jumlah yang sesuai.
         Salep Dasar-II
Salep Dasar-II umumnya digunakan lemak bulu domba, zat utama lemak bulu domba terutama
kolesterol, campuran terdiri dari 30  bagian kolesterol, 30 bagian stearilalkohol, 80 bagian
Malam putih dan 860 bagian vaselin putih, atau salep dasar sarap lainnya yang cocok. Salep
dasar-II mudah menyerap air.
       
 Salep Dasar-III
Salep dasar-III dapat digunakan ca,puran yang terdiri dari 0,25 bagian Metil paraden, 0,15
bagian Propil parapen, 10 bagian Natrium laurilsulfat, 120 bagian Propilenglikol, 20 bagian
Sterilalkohol, 20 bagian vaselin putih dan air secukupnya hingga 1000 bagian, atau salep dasar
emulsi lainnya yang cocok. Salep dasar-III mudah dicuci.
         Salep Dasar-IV
Salep dasar-IV dapat digunakan campuran yang terdiri dari 25 bagian poliglikol 1500, 40 bagian
poliglikol 4000 dan propilenglikol atau gliserol secukupnya hingga 100 bagian, atau salep dasar
larut lainnya yang cocok.
Berdasarkan komposisi dasar salep dapat digolongkan sebagai berikut:
     Dasar salep hidrokarbon,yaitu terdiri dari antara lain:
-          Vaselin putih,Vaselin kuning.
-          Campuran Vaselin dengan malam putih, malam kuning.
-          Parafin encer, Parafin padat.
-          Minyak tumbuh-tumbuhan
     Dasar salep serap, yaitu dapat menyerap air terdiri antara lain:
-          Adeps lanae
-          Unguentum Simplex
Campuran 30 bagian malam kuning dan 70 bagian minyak wijen Hydrophilic petrolatum
86 Vaselin Alba,8 Cera Alba,3 Stearyl alcohol, dan 3 kolesterol(IMO,52-53)
Zat-zat yang dapat dilarutkan dalam dasar salep,Umumnya kelarutan obat dalam minyak
lemak lebih besar daripada dalam vaselin. Champora, Mentholum, Phenolum,
Thymolum dan Guayacolum lebih mudah dilarutkan dengan cara digerus dalam mortir dengan
minyak lemak. Bila dasar salep mengandung vaselin, maka zat-zat tersebut digerus halus dan
tambahkan sebagian (+ sama banyak) Vaselin sampai homogen, baru ditambahkan sisa vaselin
dan bagian dasar salep yang lain. Champora dapat dihaluskan dengan tambahan Spiritus fortior
atau eter secukupnya sampai larut setelah itu ditambahkan dasar salep sedikit demi sedikit,
diaduk sampai spiritus fortiornya menguap. Bila zat-zat tersebut bersama-sama dalam salep,
lebih mudah dicampur dan digerus dulu biar meleleh baru ditambahkan dasar salep sedikit demi
sedikit (IMO,hal 55)
Salah satu macam salep adalah salep mata yang digunakan pada mata. Dasar salep yang
dipilih tidak boleh mengiritasi mata, memungkinkan difusi obat dalam cairan mata dan tetap
mempertahankan aktivitas obat dalam jangka waktu tertentu pada kondisi penyimpanan yang
tepat. Vaselin merupakan dasar salep mata yang sering banyak digunakan. Beberapa dasar salep
yang dapat menyerap, bahan dasar yang mudah dicuci dengan air dan bahan dasar larut dalam air
dapat digunakan untuk obat yang larut dalam air. Bahan dasar seperti ini memungkinkan dispersi
obat larut air yang lebih baik, tetapi tidak boleh menyebabkan iritasi pada mata( Anonim,1995 :
12, 13 )
Salep mata harus mengandung bahan atau campuran bahan yang sesuai untuk mencegah
pertumbuhan atau memusnahkan mikroba yang mungkin masuk secara tidak sengaja bila wadah
dibuka pada waktu penggunaan; kecuali dinyatakan lain dalam monografi atau formulanya
sendiri sudah bersifat baktriostatik. Bahan obat yang ditambahkan ke dalam dasar salep
berbentuk larutan atau serbuk halus. Wadah untuk salep mata harus dalam keadaan steril pada
waktu pengisian dan penutupan. Wadah salep harus tertutup rapat dan disegel untuk menjamin
sterilitas pada pemakaian pertama ( Anonim, 1995 : 12 ).
Sulfasetamid adalah senyawa antibakteri golongan sulfonamide yang mempunyai
spectrum luas dan banyak digunakan terhadap bermacam – macam penyakit infeksi oleh kuman
gram positif maupun negative, salahsatunya pada infeksi mata yang disababkan oleh kuman –
kuman yang peka terhadap sulfonamide. Sulfasetamid merupakan sulfonamide aksi pendek yang
mempunyai aktivitas bakterisid ( Tjay, 2002 : 22 ).
C.    Cara Pembuatan
Salep umumnya dibuat dengan melarutkan atau mensuspensikan obat ke dalam salep dasar.
Ada beberapa metode pembuatan salep, yaitu;

 Metode Pelelehan: zat pembawa dan zat berkhasiat dilelehkan bersama dan diaduk
sampai membentuk fasa yang  homogeny.

 Metode Triturasi : zat yang tidak larut dicampur dengan sedikit basis yang akan dipakai
atau dengan salah satu  zat pembantu, kemudian dilanjutkan dengan penambahan sisa basis
Ketentuan lain;

 Zat yang dapat larut dalam basis salep :(Camphora, Menthol, Fenol, Thymol,
Guaiacol)àmudah larut dalam minyak lemak (vaselin) Zat berkhasiat +sebagian basis (sama
banyak)àdihomognekanàditambah sisa basis

 Zat yang mudah larut dalam air dan stabil : Bila masa salep mengandung air dan obatnya
dapat larut dalam air yang tersedia, maka obatnya dilarutkan dulu dalam air dan dicampur
dengan basis  salep yang dapat menyerap air.

 Salep yang dibuat dengan peleburan


-          Dalam cawan porselen
-          Salep yang mengandung air tidak ikut dilelehkan tetapi diambil bagian lemaknya (air
ditambahkan terakhir)
-           Bila bahan-bahan dari salep mengandung kotoran, maka masa salep yang meleleh  perlu
dikolir (disaring dengan kasa)àdilebihkan 10-20%
Cara pembuatan salep ditinjau dari khasiat utamanya dapat dibagi menjadi beberapa
bagian:
         Zat padat
a.       Zat padat dan larut dalam dasar salep.
1.      Camphorae
-          Dilarutkan dalam dasar salep yang sudah dicairkan didalam pot salet tertutup (jika tidak
dilampaui  daya larutnya).
-          Jika dalam resepnya terdapat minyak lemak (Ol. Sesame), camphorae dilarutkan lebih dahulu
dalam minyak tersebut.
-          Jika dalam resep terdapat salol, mentol, atau zat lain yang dapat  mencair jika dicampur
(karena penurunan titik eutektik), Camphorae dicampurkan supa mencair, baru ditambahkan
dasar salepnya.
-          Jika camphorae itu berupa zat tunggal, camphorae ditetesi lebih dahlu dengan eter atau
alcohol 95%, kemudian digerus dengan dasar salepnya.
2.      Pellidol
-          Larut 3% dalam dasar salep, pellidol dilarutkan bersama-sama dengan dasar salepnya yang
dicairkan (jika dasar salep disaring, pellidol ikut disaring tetapi jangan lupa harus ditambahkan
pada penimbangannya sebanyak 20%).
-          Jika pollidol yang ditambahkan melebihi daya larutnya, maka digerus dengan dasar salep
yang sudah dicairkan.
3.       Lodium
-          Jika kelarutannya tidak dilampaui, kerjakan seperti pada camphorae
-          Larutkan daalam larutan pekat KI atau NaI (seperti pada Unguentum Iodii dari Ph. Belanda
V).
-          Ditetesi dengan etanol 95% sampai larut, baru ditambahkan dasar salepnya.
b.      Zat padat larut dalam air
1.      Protargol
2.      Colargol
3.      Argentums nitrat (AgNO3)
Zat ini tidak boleh dilarutkan dalam air karna akan meninggalkan bekas noda hitam pada kulit
yang disebabkan oleh terbentuknya Ag2O, kecuali pada resep obat wasir.
4.      Fenol/fenol
Fenol dalam salep tdak dilarutkan karna akan menimbulkan rangsangan atau mengiritasi kulit
dan juga tidak boleh diganti dengan penol liquidfactum.
c.       Bahan obat yang larut dalam air tetapi tidak boleh dilarutkan dalam air, yaitu:
1.      Argentums nitrat
2.      Fenol
3.      Hydrargyri bichloridum
4.      Chrysarobin
5.      Pirogalol
6.      Stibii et kalii tartrans
7.      Oleum iocoris aselli
8.      Zinc sulfat
9.      Antibiotik (misalnya penisilin)
10.  Chloretum auripo natrico
d.      Bahan yang ditambahkan terakhir pada suatu massa salep.
1.      Ichtyol
2.      Balsam-balsem dan minyak yang mudah menguap
3.      Air
4.      Gliserin
5.      Marmer album
e.       Zat padat tidak larut dalam air umumnya dibuat serbuk halus lebih dahulu.
         Zat Cair (Sebagai pelarut bahan obat)
1.      Air
-          Terjadi reaksi
-          Tak terjadi reaksi
2.      Spiritus/etanol/alcohol
-          Jumlah sedikit
-          Jumlah banyak
3.      Cairan kental
Umumnya dimasukkan sedikit demi sedikit. Contohnya: gliserin, pix lithantratis, pix liquida,
balsam peruvianum, ichtyol, kreosot.
         Bahan berupa ekstak/extraktum
a.       Extraktum siccum/kering
b.      Exractum spissum/kental
c.       Extractum liquidum
         Bahan-bahan lain
a.       Hydrargyrum
b.      Naphtolum
c.       Bentonit
Kerugian Basis Hidrokarbon
 sifatnya yang berminyak dapat meninggalkan noda pada pakaian serta sulit tercuci oleh
air sehingga sulit dibersihkan dari permukaan kulit.
 Hal ini menyebabkan penerimaan pasien yang rendah terhadap basis hidrokarbon jika
dibandingkan dengan basis yang menggunakan emulsi seperti krim dan lotion.
Ada beberapa metode pembuatan salep, yaitu;
 Metode Pelelehan
zat pembawa dan zat berkhasiat dilelehkan bersama dan diaduk sampai membentuk fasa yang
homogen
 Metode Triturasi
zat yang tidak larut dicampur dengan sedikit basis yang akan dipakai atau dengan salah satu zat
pembantu, kemudian dilanjutkan dengan penambahan sisa basis
Ketentuan lain;
 Zat yang dapat larut dalam basis salep
(Camphora, Menthol, Fenol, Thymol, Guaiacol), mudah larut dalam minyak lemak (vaselin)
Zat berkhasiat +sebagian basis (sama banyak)àdihomognekanàditambah sisa basis
 Zat yang mudah larut dalam air dan stabil
Bila masa salep mengandung air dan obatnya dapat larut dalam air yang tersedia, maka obatnya
dilarutkan dulu dalam air dan dicampur dengan basis  salep yang dapat menyerap air,
 Salep yang dibuat dengan peleburan
–        Dalam cawan porselen
–        salep yang mengandung air tidak ikut dilelehkan tetapi diambil bagian lemaknya (air
ditambahkan terakhir)
–         Bila bahan-bahan dari salep mengandung kotoran, maka masa salep yang meleleh perlu
dikolir (disaring dengan kasa)àdilebihkan 10-20%.
Masalah inkompatibilitas obat (tidak tercampurkannya suatu obat),yaitu pengaruh-
pengaruh yang terjadi jika obat yang satudicampurkan dengan yang lainnya.Inkompatibilitas
obat dapat dibagi atas 3 golongan :
I.    Inkompatibilitas terapeutik.
Inkompatibilitas golongan ini mempunyai arti bahwa bila obat yang satu
dicampur/dikombinasikan dengan obat yang lain akan mengalami perubahan-perubahan
demikian rupa hingga sifat kerjanya dalamtubuh (in vivo) berlainan daripada yang diharapkan.
Hasilkerjanya kadang-kadang menguntungkan, namun dalambanyak hal justru merugikan dan
malah dapat berakibat fatal.Sebagai contoh :Absorpsi dari tetrasiklin akan terhambat bila
diberikanbersama-sama dengan suatu antasida (yang mengandungkalsium, aluminium,
magnesium atau bismuth). Fenobarbital dengan MAO inhibitors menimbulkan efek potensiasi
daribarbituratnya. Kombinasi dari quinine dengan asetosal dapatmenimbulkan chinotoxine yang
tidak dapat bekerja lagiterhadap malaria.
Mencampur hipnotik dan sedatif dengankafein hanya dalam perbandingan yang tertentu
saja rasionil.Pun harus diperhatikan bahwa mengkombinasikan berbagaiantibiotik tanpa indikasi
bakteriologis yang layak sebaiknyatidak dianjurkan

II. Inkompatibilitas fisika.


Yang dimaksudkan di sini adalah perubahan-perubahan Yang tidak diinginkan yang timbul
pada waktu obat dicampur satu sama lain tanpa terjadiperubahan-perubahan kimia. Meleleh atau
menjadi basahnya campuran serbuk.²Tidak dapat larut dan obat-obat yang apabila disatukantidak
dapat bercampur secara homogen.²Penggaraman (salting out).²Adsorpsi obat yang satu terhadap
obat yang lain.
III.Inkompatibilitas kimia
Yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada waktu  pencampuran obat yang
disebabkanoleh berlangsungnya reaksi kimia/interaksi.Termasuk di sini adalah : Reaksi-reaksi di
mana terjadi senyawa baru yang mengendap. Reaksi antara obat yang bereaksi asam dan basa. Reaksi
yang terjadi karena proses oksidasi/reduksi maupunhidrolisa. Perubahan-perubahan
warna.²Terbentuknya gas dll

KAPSUL
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat
larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin tetapi dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain
yang sesuai.
Persyaratan Kapsul
Syarat atau karakteristik sediaan kapsul :
·      Homogen : setiap bagian campuran kapsul harus mengandung bahan yang sama dalam
perbandingan yang sama pula.
·      Kering : tidak boleh menggumpal atau mengandung air karena mengandung bahan yang
higroskopis, efloresen, deliquesen ataupun campuran eutektik.
Jenis Kapsul
·      Kapsul cangkang keras

Kapsul cangkang keras terdiri atas wadah dan tutup. Metilselulosa, pati, gelatin merupakan salah
satu contoh bahan untuk pembuatan kapsul. Pengisian untuk kapsul cangkang keras dapat
dilakukan secara manual atau menggunakan alat.
·      Kapsul cangkang lunak
Kapsul cangkang lunak merupakan satu kesatuan berbentuk bulat atau silindris (pearl) atau bulat
telur (globula) yang dibuat dari bahan gelatin atau bahan lain yang sesuai. Biasanya kapsul
cangkang lunak lebih tebal dari pada kapsul cangkang keras, mengandung 6-13% air.
Ukuran Kapsul
Perkiraan Volume Perkiraan Jumlah
Ukuran (ml) Serbuk
000 1,4 0,43-1,8 g
00 0,95 0,39-1,3 g
0 0,68 325-900 mg
1 0,5 227-650 mg
2 0,37 200-520 mg
3 0,3 120-390 mg
4 0,21 100-260 mg
5 0,13 65-130 mg
Keuntungan Penggunaan Kapsul
·      Kombinasi bahan obat bervariasi sesuai kebutuhan pasien.
·      Dosis lebih tepat sesuai keadaan pasien.
·      Lebih stabil dibanding bentuk sediaan cair.
·      Ukuran partikel kecil sehingga disolusi dalam cairan tubuh lebih cepat dibanding kapsul, pil
dan tablet.
Kerugian Penggunaan Kapsul
·      Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang mudah menguap, karena pori-pori kapsul tidak
mampu untuk menahan penguapan.
·      Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang higroskopis.
·      Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang bereaksi dengan cangkang kapsul.
·      Tidak dapat digunakan untuk balita.
·      Tidak dapat dibagi-bagi.
Cara Pembuatan Kapsul
1.     Kapsul cangkang keras
Cangkang kapsul keras harus dibuat dalam dua bagian yaitu badan kapsul dan bagian
tutupnya yang lebih pendek. Kedua bagian saling menutupi bila dipertemukan, bagian tutup akan
menyelubungi bagian tubuh secara tepat dan ketat.
Cangkang dibuat secara mekanis dengan mencelupkan batang atau pasak sebesar ukuran
yang diinginkan kedalam suatu wadah yang penuh campuran gelatin yang sedang mencair. Pasak
ini terbuat dari bahan mangan yang disepuh perunggu (manganese bronzen) dan dilekatkan pada
sebuah lempeng dan dapat mencapai 500 pasak perlempeng. Tiap lempeng dapat diturunkan
secara mekanis sehingga pasak-pasaknya dapat dicelup dalam wadah gelatin yang meleleh dalam
periode waktu tertentu. Untuk mendapatkan bagian kapsul dengan panjang dan tebal yang
diinginkan.
Kemudian pasak-pasak dan lempeng tadi diangkat perlahan-lahan dari wadah gelatin dan
gelatin yang melekat dikeringkan perlahan-lahan akibat pengaturan temperatur dan kelembapan
udara. Bila sudah kering, tiap bagian dirapikan sesuai dengan panjangnya, lalu kedua bagian
dipertemukan dengan menggunakan mesin, yang penting harus diperhatikan dinding bagian
badan kaspul tebalnya harus sedemikian rupa agar bagian tutup dapat cukup dan tepat
menyelubunginya. Biasanya pasak untuk bagian tutup pasti harus lebih besar sedikit dari pada
pasak untuk bagian badan dari kapsul.
Dalam produksi pencelupan, pengeringan, merapikan dan mempertemukan kedua bagian
kapsul sebanyak pasak yang terdapat dalam lempeng berputar berulang-ulang memasuki dan
keluar dari wadah gelatin leleh.
2.    Kapsul cangkang lunak
Kapsul gelatin lunak dapat dibuat dengan cara proses lempeng dengan menggunakan
seperangkat cetakan untuk membentuk kapsul dengan cara die process (berputar atau bolak-
balik) yang lebih efisien dan produktif. Yang dimaksud dengan proses lempeng adalah sebagai
berikut : selembar gelatin hangat yang tidak berwarna ditempatkan pada permukaan cetakan
sebagian bawah dan larutan obat dituangkan kedalamnya baru kemudian selembar gelatin
lainnya diletakkan diatas dan ditekan.
Tekanan tersebut bertindak sebagai pembuat kapsul. Pengisian bahan obat dan pemasangan
segelnya dilakukan dalam waktu yang bersamaan secara serentak, kemudian kapsul yang sudah
dicetak dipindahkan dan dicuci dengan pelarut yang tidak mengganggu atau merusak kapsul.
Mesin-mesin yang berkecepatan tinggi telah dikembangkan untuk pembuatan kapsul dengan cara
proses lempeng dan telah digunakan dalam industri sekarang ini.
  Cara Pengisian Kapsul
Kapsul dapat diisi dengan cara sebagai berikut :
1.     Dengan tangan
Merupakan cara yang paling sederhana yakni dengan tangan, tanpa bantuan alat lain. Cara ini
sering dikerjakan di apotek untuk melayani resep dokter. Pada pengisian dengan cara ini
sebaiknya digunakan sarung tangan untuk mencegah alergi yang mungkin timbul karena petugas
tidak tahan terhadap obat tersebut. Untuk memasukkan obat dapat dilakukan dengan cara serbuk
dibagi sesuaidengan jumlah kapsul yang diminta lalu tiap bagian serbuk dimasukkan kedalam
badan kapsul dan ditutup.
2.    Dangan alat bukan mesin

Alat yang dimaksud disini adalah alat yang menggunakan tangan manusia. Dengan
menggunakan alat ini akan didapatkan kapsul yang lebih seragam dan pengerjaannya dapat lebih
cepat sebab sekali cetak dapat dihasilkan berpuluh-puluh kapsul. Alat ini terdiri dari dua bagian
yaitu bagian yang tetap dan bagian yang bergerak.
Caranya :
·      Kapsul dibuka dan badan kapsul dimasukkan kedalam lubang dari bagian alat yang tidak
bergerak.
·      Serbuk yang akan dimasukkan kedalam kapsul dimasukkan atau ditaburkan pada permukaan
kemudian diratakan dengan kertas film.
·      Kapsul ditutup dengan cara merapatkan atau menggerakan bagian yang bergerak. Dengan cara
demikian semua kapsul akan tertutup.
3.    Dengan alat mesin

Untuk menghemat tenaga dalam rangka memproduksi kapsul secara besar-besaran dan untuk
menjaga keseragaman dari kapsul tersebut, perlu dipergunakan alat yang serba otomatis mulai
dari membuka, mengisi sampai dengan menutup kapsul. Dengan cara ini dapat diproduksi kapsul
dengan jumlah besar dan memerlukan tenaga sedikit serta keseragamannya lebih terjaimin.
4.    Pengisian cairan kedalam kapsul
·      Untuk cairan-cairan seperti minyak-minyak lemak dan cairan lain yang tidak merusak
gelatinnya (bahan pembuat cangkang kapsul) dapat langsung dimasukkan dengan pipet yang
telah ditara. Sesudah itu tutup kapsul harus ditutup supaya cairan yang ada didalamnya tidak
bocor atau keluar.
·      Untuk cairan-cairan seperti minyak menguap, alkohol yang akan bereaksi dengan gelatinnya
hingga rusak atau meleleh, harus diencerkan terlebih dahulu dengan minyak lemak sampai
kadarnya dibawah 40% sebelum dimasukkan kedalam kapsul. Kapsul diletakkan dalam posisi
berdiri pada sebuah kotak, kemudian cairan kita teteskan dengan pipet yang sudah ditara dengan
tegak lurus, setelah itu ditutup dan dibersihkan.
Setelah kapsul diisi dengan bahan obat, hendaknya kapsul dibersihkan. Pembersihan
ini bertujuan agar bagian luar dari kapsul terbebas dari sisa bahan obat yang mungkin menempel
pada dinding kapsul. Kapsul harus dalam keadaan bersih sebelum diserahkan kepada pasien,
terutama untuk kapsul yang terbuat dari tangan. Cara membersihkan kapsul adalah dengan
meletakkan kapsul di atas sepotong kain (linen, woll) kemudian digosokkan smpai bersih atau
dengan kapas yang dibasahi alkohol 96%.

Anda mungkin juga menyukai