Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau cairan obat terdispersi
dalam cairan pembawa distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok. Atau
emulsi adalah suatu sistem heterogen yang tidak stabil secara termodinamika, yang terdiri dari
paling sedikit dua fase cairan yang tidak bercampur, dimana salah satunya terdispersi dalam
cairan lainnya dalam bentuk tetesan–tetesan kecil, yang berukuran 0,1-100 mm, yang distabilkan
dengan emulgator/surfaktan yang cocok.
Komponen emulsi digolongkan menjadi 2 macam yaitu :
1. Komponen Dasar
Yaitu bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat didalam emulsi, biasanya terdiri dari :
a. Fase dispers / fase internal / fase diskontinyu
Yaitu zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil kedalam zat cair lain.
b. Fase kontinyu / fase eksternal / fase luar
Yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung) dari emulsi tersebut.
c. Emulgator
Adalah suatu zat yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi.
2. Komponen Tambahan
Bahan tambahan adalah bahan yang sering ditambahkan pada emulsi untuk memperoleh
hasil yang lebih baik.Misalnya : corrigen saporis,odoris, colouris, preservatif (pengawet),
antoksidant. Preservatif yang biasa digunakan adalah : metil dan propil paraben, asam benzoat,
asam sorbat, fenol, kresol, dan klorbutanol, benzalkonium klorida, fenil merkuri asetat, dll
presciptio
Nama dan Jumlah R/ Oleum Ricini 6
Obat PGA q.s
Syr. Simlex 10
Aqua ad 60
Bentuk Sediaan ml
Ol. Mentae pip gtt II
Emulsi
Signature Nama pasien Tn Helmi (42 Tahun)
Umur pasien Alamat; jl. Mangga No. 10
Alamat pasien S s dd C 1 o.n
Aturan pakai
Uraian Bahan
1. Aquadest (Farmakope Indonesia Edisi III, Hal : 96)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Air suling
Rumus Molekul : H2O
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Zat tambahan( pelarut )
2. PGA (Farmakope Indonesia Edisi III, hal : 279)
Nama Resmi : GUMMI ACACIAE
Nama Lain : Gom akasia / Gom arab
Pemerian : Hampir tidak berbau, rasa tawar seperti lender
Kelarutan : Mudah larut dalam air, menghasilkan larutan yang
kental dan tembus cahaya, praktis tidak larut dalam
etanol (95%).
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Zat tambahan.
3. Oleum Ricini (Dirjen POM 1979 hal; 459)
Nama resmi :OLEUM RICINI
Nama lain : Minyak jarak
Pemerian : Cairan kental, jernih, kuning pucat atau hamper
tidak bewarna, ba lemah, rasa manis, kemudian agak pedas, umumnya memualkan
Kelarutan : Larut dalam 2,5 bagian etanol (95%) P, mudah
larut dalam etanol mutlak,dan dalam asetat glacial P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terisi penuh
Khasiat : Laksativum
4.Sirup simplex (Diejen POM 1979 hal; 567)
Nama resmi : SIRUP SIMPLEX
Nama lain : sirup gula
Pemerian : Larutan 65 bagian dukrosa, dalam larutan metil
parabean 0,25 % dibuat secukupnya hingga diperoleh 100 bagian sirup
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Pemanis / zat tambahan
5. OLEUM MENTHAE PIPERITAE
Nama Lain : Minyak permen, pepermin oil
Nama Tanaman Asal : Mentha piperita (L.)
Pemerian : Cairan tidak berwarna, kuning pucat atau kuning kehijauan, bau
aromatik, rasa pedas kemudian dingin
Cara memperoleh : Minyak atsiri yang diperoleh dengan penyulingan air pucuk
berbunga segar, jika perlu dimurnikan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terisi penuh, terlindung dari cahaya.
PEMBAHASAN
Emulsi adalah system dua fase, yang salah satu caranya terdispersi dalam cairan lain
dalam bentuk tetesan kecil. Tipe emulsi ada dua yaitu oil in water (o/w) atau minyak dalam air
(m/a) dan water in oil (w/o) atau air dalam minyak (a/m). (FI edisi IV)
1. Pada praktikum ini dibuat sediaan emulsi langkah pertama yang dilakukan yaitu
menyiapakan alat dan bahankemudian ditimbang masing-masing bahan yang akan
digunakan yaitu Oleum Ricini = 6 g, PGA = 1/3 x 6 = 2 g, Syr. Simplex = 10 ml,
Air utk PGA = 1,5 x 2 = 3 ml, Aquadest = ad 60 ml, Oleum mentae pip = 2
tetes
Literatur perhitungan PGA dan Aquadest (IMO hal; 137) “Jika minyak lemak yang digunakan
adalah oleum ricini maka jumlah PGA adalah 1/3 berat Oleum ricini danAquadest 1,5 × jumlah
PGA. Dalam artian jumlah Oleum ricini pada resep sebanyak 6 gram 1/3 dari jumlah Oleum ricini
adalah adalah jumlah PGA. Jadi PGA yang ditimbang sebanyak 2 gram. Kemudian dibuat corpus
emulsi dengan memasukan Oleum ricini kurang lebih 4 gram kedalam lumping lalu ditambahkan
PGA sebanyak 2 gram, digerus cepat kemudian ditambahkan sisa oleum ricini sedikit demi
sedikit sambil diaduk, kemudian ditambah sirupus simplex diaduk ad homogen.kemuadian
dimasukkan dalam botol.di ad kan dengan aquadest sampai tanda kalibrasi 60 ml lalu ditetesi
oleum menthae pip 2 tetes, kemudian digocok hingga sediaan homogen dan diberi etiket putih
dan label kocok dahulu.
Adapun khasiat bahan obat pada resep yaitu Oleum ricini berkhasiat sebagai laksativum
dan PGA sebagai pengemulsi (emulgator) lalu sirup simplex sebagai pemanis / zat tambahan,
Oleum Mnthae PIP sebagai Corigen Odoris,Pada resep ini ditujukkan kepada pada pasien yang
bernama Tn. Helmi (42 tahun).
PENIMBANGAN BAHAN :
2. Oleum Ricini = 6 g
3. PGA = 1/3 x 6 = 2 g
4. Syr. Simplex = 10 ml
5. Air utk PGA = 1,5 x 2 = 3 ml
6. Aquadest = ad 60 ml
7. Oleum mentae pip = 2 tetes
PROSEDUR
1. Menyetarakan timbangan
2. Menyiapkan alat dan Bahan
3. Menimbang dan mengukur masing-masing bahan dan mengkalibrasi botol 60 ml
4. Mebuat Corpus emulsi dengan cara memasukkan oleum ricini kurang lebih 4
gram kedalam mortir yang kering lalu ditambahkan PGA 2 gram dan diaduk
hingga terbentuk corpus emulsi kemudian ditambah sisa oleum ricini aduk hingga
homogeny.
5. Ditambahkan air untuk PGA sebanyak 3 ml kemudian diaduk cepat sampai
membentuk corpus emulsi
6. Ditambahkan Sirup Simplex aduk sampai homogeny, masukkan ke dalam botol
7. Ditambahkan Aquadest ad 60 ml lalu ditambah 2 tetes oleum menthae pip
8. Beri etiket dan Label
Penyerahan
Wadah : Botol Coklat 60 ml
Etiket : Putih
Pro : Tn.Helmi ( 42 th )
Signa ; 1 x sehari 1 sendok makan tiap malam
Ed :
Label : Kocok Dahulu
Penyimpanan : Wadah Tertutup Rapat
SALEP
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III: Salep adalah sediaan setengah padat berupa
massa lunak yang mudah dioleskan dan digunaka untuk pemakaian luar.
Menurut Formularium Nasional salep adalah sedian berupa masa lembek, mudah
dioleskan, umumnya lembek dan mengandung obat, digunakan sebagai obat luar untuk
melindungi atau melemaskan kulit, tidak berbau tengik. Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali
dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep yang mengandung obat keras atau narkotik adalah
10 % ( Anief, 2005).
Kerugian salep misalnya pada salep basis hidrokarbon
sifatnya yang berminyak dapat meninggalkan noda pada pakaian serta sulit tercuci oleh air
sehingga sulit dibersihkan dari permukaan kulit.
Hal ini menyebabkan penerimaan pasien yang rendah terhadap basis hidrokarbon jika
dibandingkan dengan basis yang menggunakan emulsi seperti krim dan lotion.
Sedangkan pada basis lanonin, kekurangan dasar salep ini ialah kurang tepat bila dipakai
sebagai pendukung bahan-bahan antibiotik dan bahan-bahan lain yang kurang stabil dengan
adanya air.
Keuntungan salep misalnya salep dengan dasar salep lanonin yaitu, walaupun masih
mempunyai sifat-sifat lengket yang kurang menyenangkan, tetapi mempunyai sifat yang lebih
mudah tercuci dengan air dibandingkan dasar salep berminyak.
Fungsi salep adalah :
a. Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit
b. Sebagai bahan pelumas pada kulit
c. Sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak permukaan kulit dengan larutan berair
dan rangsang kulit ( Anief, 2005).
Persyaratan salep menurut FI ed III
a. Pemerian tidak boleh berbau tengik.
b. Kadar, kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang mengandung obat keras atau narkotik,
kadar bahan obat adalah 10 %.
c. Dasar salep
d. Homogenitas, Jika salep dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok,
harus menunjukkan susunan yang homogen.
e. Penandaan,pada etiket harus tertera “obat luar” (Syamsuni, 2005).
Salep yang baik memiliki sifat – sifat sebagai berikut :
a. Stabil : baik selama distribusi, penyimpanan, maupun pemakaian. Stabilitas terkait dengan
kadaluarsa, baik secara fisik (bentuk, warna, bau, dll) maupun secara kimia ( kadar/kandungan
zat aktif yang tersisa ). Stabilitas dipengaruhi oleh banyak factor, seperti suhu, kelembaban,
cahaya, udara, dan lain sebagainya.
b. Lunak : walaupun salep pada umumnya digunakan pada daerah/wilayah kulit yang terbatas,
namun salep harus cukup lunak sehingga mudah untuk dioleskan.
c. Mudah digunakan: supaya mudah dipakai, salep harus memiliki konsistensi yang tidak terlalu
kental atau terlalu encer. Bila terlalu kental, salep akan sulit dioleskan, bila terlalu encer maka
salep akan mudah mengalir/meleleh ke bagian lain dari kulit.
d. Protektif : salap – salep tertentu yang diperuntukkan untuk protektif, maka harus memiliki
kemampuan melindungi kulit dari pengaruh luar misal dari pengaruh debu, basa, asam, dan sinar
matahari.
e. Memiliki basis yang sesuai : basis yang digunakan harus tidak menghambat pelepasan obat
dari basis, basis harus tidak mengiritasi, atau menyebabkan efek samping lain yang tidak
dikehendaki.
f. Homogen : kadar zat aktif dalam sediaan salep cukup kecil, sehingga diperlukan upaya/usaha
agar zat aktif tersebut dapat terdispersi/tercampur merata dalam basis. Hal ini akan terkait
dengan efek terapi yang akan terjadi setelah salep diaplikasikan ( Saifullah, 2008 : 63, 64 ).
Suatu dasar salep yang ideal mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
1. Tidak menghambat proses penyembuhan luka/penyakit pada kulit tersebut.
2. Di dalam sediaan secara fisik cukup halus dan kental.
3. Tidak merangsang kulit.
4. Reaksi netral, pH mendekati pH kulit yaitu sekitar 6-7.
5. Stabil dalam penyimpanan.
6. Tercampur baik dengan bahan berkhasiat.
7. Mudah melepaskan bahan berkhasiat pada bagian yang diobati.
8. Mudah dicuci dengan air.
9. Komponen-komponen dasar salep sesedikit mungkin macamnya.
10. Mudah diformulasikan/diracik
Kualitas dasar salep meliputi:
a. Stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka salep harus bebas dari inkompatibilitas, stabil
pada suhu kamar dan kelembaban yang ada dalam kamar.
b. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak dan homogen.
Sebab salep digunakan untuk kulit yang teriritasi,inflamasi dan ekskloriasi.
c. Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakai dan
dihilangkan dari kulit.
d. Dasar salep yang cocok yaitu dasar salep harus kompatibel secara fisika dan kimia dengan obat
yang dikandungnya. Dasar salep tidak boleh merusak atau menghambat aksi terapi dari obat
yang mampu melepas obatnya pada daerah yang diobati.
e. Terdistribusi merata, obat harus terdistribusi merata melalui dasar salep padat atau cair pada
pengobatan (Anief, 2005).
Salep dapat digolongkan berdasarkan konsistensi, sifat farmakologi, bahan dasarnya dan
formularium nasional antara lain:
Menurut konsistensi, salep di bagi :
a) Unguenta : Salep yang memiliki konsistensi seperti mentega, tidak mencair pada suhu biasa,
tetapi mudah dioleskan
b) Krim ( cream ): Salep yang banyak mengandung air, mudah diserap kulit, suatu tipe yang
dapat dicuci dengan air.
c) Pasta : Salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat ( serbuk) berupa suatu salep tebal
karena merupakan penutup/pelindung bagian kulit yang diolesi.
d) Cerata Salep berlemak yang mengandung persentase lilin ( wax) yang tinggi sehingga
konsistensinya lebih keras ( ceratum labiale ).
e) Gelones / spumae/ jelly : Salep yang lebih halus, umumnya cair , dan sedikit mengandung atau
tidak mengandung mukosa ; sebagai pelicin atau basis, biasanya berupa campuran sederhana
yang terdiri dari minyak dan lemak dengan titik lebur rendah. Contoh : starch jelly ( amilum 10%
dengan air mendidih).
Menurut sifat farmakologi / terapetik dan penetrasinya:
a) Salep epidermik ( epidermic ointment, salep penutup)
Salep ini berguna untuk melindungi kulit, menghasilkan efek lokal dan untuk meredakan
rangsangan / anestesi lokal ; tidak diabsorbsi ; kadang-kadang ditambahkan antiseptik atau
astringent. Dasar salep yang baik untuk jenis salep ini adalah senyawa hidrokarbon.
b) Salep endodermik
Salep yang bahan obatnya menembus ke dalam tubuh melalui kulit, tetapi tidak melalui kulit ;
terabsorbsi sebagian dan digunakan untuk melunakkan kulit atau selaput lendir. Dasar salep yang
terbaik adalah minyak lemak.
c) Salep diadermik
Salep yang bahan obatnya menembus ke dalam tubuh melalui kulit untuk mencapai efek yang
diinginkan. Misalnya, salep yang mengandung senyawa merkuri iodida atau belladona.
Menurut dasar salepnya:
a) Dasar salep hidrofobik.
Salep yang tidak suka air atau salep yang dasar salepnya berlemak (greassy bases): tidak dapat
dicuci dengan air. Misalnya, campuran lemak-lemak , minyak lemak, malam.
Metode Pelelehan: zat pembawa dan zat berkhasiat dilelehkan bersama dan diaduk
sampai membentuk fasa yang homogeny.
Metode Triturasi : zat yang tidak larut dicampur dengan sedikit basis yang akan dipakai
atau dengan salah satu zat pembantu, kemudian dilanjutkan dengan penambahan sisa basis
Ketentuan lain;
Zat yang dapat larut dalam basis salep :(Camphora, Menthol, Fenol, Thymol,
Guaiacol)àmudah larut dalam minyak lemak (vaselin) Zat berkhasiat +sebagian basis (sama
banyak)àdihomognekanàditambah sisa basis
Zat yang mudah larut dalam air dan stabil : Bila masa salep mengandung air dan obatnya
dapat larut dalam air yang tersedia, maka obatnya dilarutkan dulu dalam air dan dicampur
dengan basis salep yang dapat menyerap air.
KAPSUL
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat
larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin tetapi dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain
yang sesuai.
Persyaratan Kapsul
Syarat atau karakteristik sediaan kapsul :
· Homogen : setiap bagian campuran kapsul harus mengandung bahan yang sama dalam
perbandingan yang sama pula.
· Kering : tidak boleh menggumpal atau mengandung air karena mengandung bahan yang
higroskopis, efloresen, deliquesen ataupun campuran eutektik.
Jenis Kapsul
· Kapsul cangkang keras
Kapsul cangkang keras terdiri atas wadah dan tutup. Metilselulosa, pati, gelatin merupakan salah
satu contoh bahan untuk pembuatan kapsul. Pengisian untuk kapsul cangkang keras dapat
dilakukan secara manual atau menggunakan alat.
· Kapsul cangkang lunak
Kapsul cangkang lunak merupakan satu kesatuan berbentuk bulat atau silindris (pearl) atau bulat
telur (globula) yang dibuat dari bahan gelatin atau bahan lain yang sesuai. Biasanya kapsul
cangkang lunak lebih tebal dari pada kapsul cangkang keras, mengandung 6-13% air.
Ukuran Kapsul
Perkiraan Volume Perkiraan Jumlah
Ukuran (ml) Serbuk
000 1,4 0,43-1,8 g
00 0,95 0,39-1,3 g
0 0,68 325-900 mg
1 0,5 227-650 mg
2 0,37 200-520 mg
3 0,3 120-390 mg
4 0,21 100-260 mg
5 0,13 65-130 mg
Keuntungan Penggunaan Kapsul
· Kombinasi bahan obat bervariasi sesuai kebutuhan pasien.
· Dosis lebih tepat sesuai keadaan pasien.
· Lebih stabil dibanding bentuk sediaan cair.
· Ukuran partikel kecil sehingga disolusi dalam cairan tubuh lebih cepat dibanding kapsul, pil
dan tablet.
Kerugian Penggunaan Kapsul
· Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang mudah menguap, karena pori-pori kapsul tidak
mampu untuk menahan penguapan.
· Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang higroskopis.
· Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang bereaksi dengan cangkang kapsul.
· Tidak dapat digunakan untuk balita.
· Tidak dapat dibagi-bagi.
Cara Pembuatan Kapsul
1. Kapsul cangkang keras
Cangkang kapsul keras harus dibuat dalam dua bagian yaitu badan kapsul dan bagian
tutupnya yang lebih pendek. Kedua bagian saling menutupi bila dipertemukan, bagian tutup akan
menyelubungi bagian tubuh secara tepat dan ketat.
Cangkang dibuat secara mekanis dengan mencelupkan batang atau pasak sebesar ukuran
yang diinginkan kedalam suatu wadah yang penuh campuran gelatin yang sedang mencair. Pasak
ini terbuat dari bahan mangan yang disepuh perunggu (manganese bronzen) dan dilekatkan pada
sebuah lempeng dan dapat mencapai 500 pasak perlempeng. Tiap lempeng dapat diturunkan
secara mekanis sehingga pasak-pasaknya dapat dicelup dalam wadah gelatin yang meleleh dalam
periode waktu tertentu. Untuk mendapatkan bagian kapsul dengan panjang dan tebal yang
diinginkan.
Kemudian pasak-pasak dan lempeng tadi diangkat perlahan-lahan dari wadah gelatin dan
gelatin yang melekat dikeringkan perlahan-lahan akibat pengaturan temperatur dan kelembapan
udara. Bila sudah kering, tiap bagian dirapikan sesuai dengan panjangnya, lalu kedua bagian
dipertemukan dengan menggunakan mesin, yang penting harus diperhatikan dinding bagian
badan kaspul tebalnya harus sedemikian rupa agar bagian tutup dapat cukup dan tepat
menyelubunginya. Biasanya pasak untuk bagian tutup pasti harus lebih besar sedikit dari pada
pasak untuk bagian badan dari kapsul.
Dalam produksi pencelupan, pengeringan, merapikan dan mempertemukan kedua bagian
kapsul sebanyak pasak yang terdapat dalam lempeng berputar berulang-ulang memasuki dan
keluar dari wadah gelatin leleh.
2. Kapsul cangkang lunak
Kapsul gelatin lunak dapat dibuat dengan cara proses lempeng dengan menggunakan
seperangkat cetakan untuk membentuk kapsul dengan cara die process (berputar atau bolak-
balik) yang lebih efisien dan produktif. Yang dimaksud dengan proses lempeng adalah sebagai
berikut : selembar gelatin hangat yang tidak berwarna ditempatkan pada permukaan cetakan
sebagian bawah dan larutan obat dituangkan kedalamnya baru kemudian selembar gelatin
lainnya diletakkan diatas dan ditekan.
Tekanan tersebut bertindak sebagai pembuat kapsul. Pengisian bahan obat dan pemasangan
segelnya dilakukan dalam waktu yang bersamaan secara serentak, kemudian kapsul yang sudah
dicetak dipindahkan dan dicuci dengan pelarut yang tidak mengganggu atau merusak kapsul.
Mesin-mesin yang berkecepatan tinggi telah dikembangkan untuk pembuatan kapsul dengan cara
proses lempeng dan telah digunakan dalam industri sekarang ini.
Cara Pengisian Kapsul
Kapsul dapat diisi dengan cara sebagai berikut :
1. Dengan tangan
Merupakan cara yang paling sederhana yakni dengan tangan, tanpa bantuan alat lain. Cara ini
sering dikerjakan di apotek untuk melayani resep dokter. Pada pengisian dengan cara ini
sebaiknya digunakan sarung tangan untuk mencegah alergi yang mungkin timbul karena petugas
tidak tahan terhadap obat tersebut. Untuk memasukkan obat dapat dilakukan dengan cara serbuk
dibagi sesuaidengan jumlah kapsul yang diminta lalu tiap bagian serbuk dimasukkan kedalam
badan kapsul dan ditutup.
2. Dangan alat bukan mesin
Alat yang dimaksud disini adalah alat yang menggunakan tangan manusia. Dengan
menggunakan alat ini akan didapatkan kapsul yang lebih seragam dan pengerjaannya dapat lebih
cepat sebab sekali cetak dapat dihasilkan berpuluh-puluh kapsul. Alat ini terdiri dari dua bagian
yaitu bagian yang tetap dan bagian yang bergerak.
Caranya :
· Kapsul dibuka dan badan kapsul dimasukkan kedalam lubang dari bagian alat yang tidak
bergerak.
· Serbuk yang akan dimasukkan kedalam kapsul dimasukkan atau ditaburkan pada permukaan
kemudian diratakan dengan kertas film.
· Kapsul ditutup dengan cara merapatkan atau menggerakan bagian yang bergerak. Dengan cara
demikian semua kapsul akan tertutup.
3. Dengan alat mesin
Untuk menghemat tenaga dalam rangka memproduksi kapsul secara besar-besaran dan untuk
menjaga keseragaman dari kapsul tersebut, perlu dipergunakan alat yang serba otomatis mulai
dari membuka, mengisi sampai dengan menutup kapsul. Dengan cara ini dapat diproduksi kapsul
dengan jumlah besar dan memerlukan tenaga sedikit serta keseragamannya lebih terjaimin.
4. Pengisian cairan kedalam kapsul
· Untuk cairan-cairan seperti minyak-minyak lemak dan cairan lain yang tidak merusak
gelatinnya (bahan pembuat cangkang kapsul) dapat langsung dimasukkan dengan pipet yang
telah ditara. Sesudah itu tutup kapsul harus ditutup supaya cairan yang ada didalamnya tidak
bocor atau keluar.
· Untuk cairan-cairan seperti minyak menguap, alkohol yang akan bereaksi dengan gelatinnya
hingga rusak atau meleleh, harus diencerkan terlebih dahulu dengan minyak lemak sampai
kadarnya dibawah 40% sebelum dimasukkan kedalam kapsul. Kapsul diletakkan dalam posisi
berdiri pada sebuah kotak, kemudian cairan kita teteskan dengan pipet yang sudah ditara dengan
tegak lurus, setelah itu ditutup dan dibersihkan.
Setelah kapsul diisi dengan bahan obat, hendaknya kapsul dibersihkan. Pembersihan
ini bertujuan agar bagian luar dari kapsul terbebas dari sisa bahan obat yang mungkin menempel
pada dinding kapsul. Kapsul harus dalam keadaan bersih sebelum diserahkan kepada pasien,
terutama untuk kapsul yang terbuat dari tangan. Cara membersihkan kapsul adalah dengan
meletakkan kapsul di atas sepotong kain (linen, woll) kemudian digosokkan smpai bersih atau
dengan kapas yang dibasahi alkohol 96%.