Anda di halaman 1dari 11

Modul teori ilmu pelayanan kefarmasian

emulsi dalah sediaan yang engandung bahan cair atau larutan obat terdispersi dalam cairan
pembawa, distabilkan dengan at pengemulsi atau surfaktan yang cocok dan cairan yang terdispersi
menjadi butiran-butiran tetesan kecil dalam cairan lainnya.
Zat pengemulsi itu (emulgator) bekerja membentuk film (lapisan) mengelilingibutiran tetesan yang
terdispersi dan film ini berfungsi agar mencegah terjadinya koalesan dab terpisahnya cairan dispers,
1. Emulsi tipe O/W ( oil in water ) atau M/A ( minyak dalam air ).

Adalah emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar ke dalam air. Minyak sebagai fase
internal dan air sebagai fase external.

2. Emulsi tipe W/O ( water in oil ) atau A/M ( air dalam Minyak ).

Adalah emulsi yang terdiri dari butiran yang tersebar kedalam minyak. Air sebagai fase internal dan
minyak sebagai fase external.

1. Teori Tegangan Permukaan ( Surface Tension )


Molekul memiliki daya tarik menarik antar molekul sejenis yang disebut dengan kohesi. Selain itu,
molekul juga memiliki daya tarik menarik antar molekul yang tidak sejenis yang disebut dengan
adhesi. Daya kohesi suatu zat selalu sama sehingga pada permukaan suatu zat cair akan terjadi
perbedaan tegangan karena tidak adanya keseimbangan daya kohesi. Tegangan terjadi pada
permukaan tersebut dinamakan dengan tegangan permukaan “surface tension”. Dengan cara yang
sama dapat dijelaskan terjadinya perbedaan tegangan bidang batas dua cairan yang tidak dapat
bercampur “immicble liquid”. Tegangan yang terjadi antara 2 cairan dinamakan tegangan bidang
batas. “interface tension”.

2. Teori Orientasi Bentuk Baji

Teori ini menjelaskan fenomena terbentuknya emulsi berdasarkan adanya kelarutan selektif dari
bagian molekul emulgator; ada bagian yang bersifat suka air atau mudah larut dalam air dan ada
moelkul yang suka minyak atau muudah larut dalam minyak. Setiap molekul emulgator dibagi
menjadi dua:

 Kelompok hidrofilik, yaitu bagian emulgator yang suka air.


 Kelompok lipofilik, yaitu bagian emulgator yang suka minyak.
Masing-masing kelompok akan bergabung dengan zat cair yang disenanginya, kelompok hidrofil ke
dalam air dan kelompok lipofil ke dalam minyak. Dengan demikian, emulgator seolah-olah menjadi
tali pengikat antara minyak dengan air dengan minyak, antara kedua kelompok tersebut akan
membuat suatu kesetimbangan.

Setiap jenis emulgator memiliki harga keseimbangan yang besarnya tidak sama. Harga
keseimbangan itu dikenal dengan istilah HLB (Hydrophyl Lypophyl Balance) yaitu angka yang
menunjukan perbandingan Antara kelompok lipofil dengan kelompok hidrofil. Semakin besar harga
HLB berarti semakin banyak kelompok yang suka pada air, itu artinya emulgator tersebut lebih
mudah larut dalam air dan demikian sebaliknya.

3. Teori Interparsial Film (Teori Plastic Film )

Teori ini mengatakan bahwa emulgator akan diserap pada batas antara air dengan minyak, sehingga
terbentuk lapisan film yang akan membungkus partikel fase dispers atau fase internal. Dengan
terbungkusnya partikel tersebut, usaha antar partikel sejenis untuk bergabung menjadi terhalang.
Dengan kata lain, fase dispers menjadi stabil. Untuk memberikan stabilitas maksimum.

Syarat emulgator yang dipakai adalah:

1. Dapat membentuk lapisan film yang kuat tetapi lunak.


2. Jumlahnya cukup untuk menutup semua permukaan partikel fase dispers.
3. Dapat membentuk lapisan film dengan cepat dan dapat menutup semua partikel dengan segera.
4. Teori Electric Double Layer (lapisan listrik rangkap)
Jika minyak terdispersi ke dalam air, satu lapis air yang langsung berhubungan dengan permukaan
minyak akan bermuatan sejenis, sedangkan lapisan berikutnya akan mempunyai muatan yang
berlawanan dengan lapisan di depannya. Dengan demikian seolah-olah tiap partikel minyak
dilindungi oleh 2 benteng lapisan listrik yang saling berlawanan. Benteng tersebut akan menolak
setiap usaha partikel minyak yang akan melakukan penggabungan menjadi satu molekul yang
besar, karena susunan listrik yang menyelubungi setiap partikel minyak yang mempunyai susunan
yang sama. Dengan demikian, antara sesama partikel akan tolak menolak, dan stabilitas akan
bertambah.

emulsi adalah putih.Emulsi dapat dibedakan dalam 2 bentuk yaitu: Emulsi Vera (emulsi alam),
dibuat dari biji atau buah, dimana terdapat disamping minyak lemak juga emulgator yang biasanya
merupakan zat seperti putih telur. Dan emulsi spuria (emulsi buatan) yang terbentuk karena
penambahan emulgator dari luar.
Emulsi dibuat untuk diperoleh suatu preparat yang stabil dan rata dari campuran
dua cairan yang saling tidak bisa bercampur

. Emulgator alam dari tumbuh-tumbuhan


Bahan-bahan karbohidrat: bahan-bahan alami seperti akasia (gom), tragakan, agar, kondrus dan
pectin. Bahan-bahan ini membentuk koloid hidrofilik bila ditambahkan kedalam air dan umumnya
menghasilkan emulsi m/a.
a. Gom arab
b.Tragacanth
c.Agar-agar
d. Chondrus
e. Emulgator lain, seperti: pektin, metil selulosa, CMC 1-2 %.
2. Emulgator alam dari hewan
Zat-zat protein seperti: gelatin, kuning telur, kasein, dan adeps lanae. Bahan-bahan ini
menghasilkan emulsi tipe m/a. kerugian gelatin sebagai suatu zat pengemulsi adalah sediaan
menjadi terlalu cair dan menjadi lebih cair pada pendiaman.
3. Emulgator alam dari tanah mineral
Zat padat yang terbagi halus, seperti: tanah liat koloid termasuk bentonit, magnesium
hidroksida dan aluminium hidroksida. Umumnya membentuk emulsi tipe m/a bila bahan padat
ditambahkan ke fase air jika jumlah volume air lebih besar dari minyak. Jika serbuk bahan padat
ditambahkan dalam inyak dan volume fase minyak lebih banyak dari air, suatu zat seperti bentonit
sanggup membentuk suatu emulsi a/m. Selain itu juga terdapat Veegum / Magnesium Aluminium
Silikat
Terjadi krim pada bagian atas, maka emulsi tersebut adalah tipe m/a, jika emulsi krim terjadi pada
bagian bawah, maka emulsi tersebut merupakan tipe a/m.

3 metode dalam pembuatan emulsi, secara singkat dapat dijelaskan:

1. Metode gom kering atau metode continental


Zat pengemulsi ( gom arab ) dicampur dengan minyak, kemudian tambahkan air untuk
pembentukan corpus emulsi, baru di encerkan dengan sisa air yang tersedia.
2. Metode gom basah atau metode Inggris
Zat pengemulsi ditambahkan ke dalam air ( zat pengemulsi umumnya larut ) agar membentuk suatu
mucillago, kemudian perlahan-lahan minyak dicampurkan untuk membentuk emulsi, setelah itu
baru diencerkan dengan sisa air.

3. Metode botol atau metode botol forbes

Digunakan untuk minyak menguap dan zat-zat yang bersifat minyak dan mempunyai viskositas
rendah ( kurang kental ). Minyak dan serbuk gom dimasukkan ke dalam botol kering, kemudian
ditambahkan 2 bagian air, tutup botol kemudian campuran tersebut dikocok kuat. Tambahkan sisa
air sedikit demi sedikit sabil dikocok.

cara membedakan tipe emulsi yaitu:

1. Dengan pengenceran fase.


Setiap emulsi dapat diencerkan dengan fase externalnya. Dengan prinsip tersebut, emulsi tipe o/w
dapat diencerkan dengan air sedangkan emulsi tipe w/o dapat diencerkan dengan minyak.

2. Dengan pengecatan/pemberian warna.

Zat warna akan tersebar dalam emulsi apabila zat tersebut larut dalam fase external dari emulsi
tersebut. Emulsi + larutan Sudan III dapat memberi warana merah emulsi tipe w/o, karena Sudan III
larut dalam minyak. Emulsi + larutan metilen blue dapat memberi warna biru pada emulsi tipe o/w
karena metilen blue larut dalam air.

3. Dengan kertas saring.

Bila emulsi diteteskan pada kertas saring, kertas saring menjadi basah maka tipe emulsi o/w,dan
bila timbul noda minyak oada kertas berarti wmulsi tipe w/o.

4. Dengan konduktivitas listrik

Alat yang dipakai adalah kawat dan stop kontak, kawat dengan tahanan 10 K ½ watt , lampu neon
¼ watt, dihubungkan secara seri. Elektroda dicelupkan dalam cairan emulsi. Lampu neon akan
menyala bila elektroda dicelupkan dalam cairan emulsi tipe o/w, dan akan mati bila dicelupkan
pada emulsi tipe w/o.

a. Emulsi dengan PGA (Pulvis gumi arabici)


1. Mengunakan lemak cair
Cara pembuatan masukkan minyak bersama dengan PGA dalam mortar dengan perbandingan
minyak 1 : ½ PGA , homogenkan dengan cara mengaduk kuat kuat tambahkan air perbandingan
2 bagian PGA : 3 Bagian air, aduk homogenkan sehingga terbentuk korpus yaitu berwana putih
kental dan berat serta bila diaduk berbunyi spesifik, setelah tidak ada tetesan minyak terlihat
maka di encerkan dengan air sisa .
Contoh resep yang menggunkan minyak cair
dr.ganesha
SIP : No. 047/Dkk/0497/11.04/X/1997
Rumah : Praktek :
Jl. Sadewa 401 wonogiri Rs. Hermina
Telp (0274)3556853 Jl. pandaranan
Wonogiri 1 Nov 2020
R/ oliveae 20
PGA 10
Sirup simplek 20
Aqua 200
S.4.d.d.C I
Pro : Tantri (10 th)
Alamat : Jl. Telogo merah IX wonogiri
dr.ganesha
SIP : No. 047/Dkk/0497/11.04/X/1997
Rumah : Praktek :
Jl. Sadewa 401 wonogiri Rs. Hermina
Telp (0274)3556853 Jl. pandaranan
Wonogiri 1 Nov 2020
R/ Ol Ricini 30
PGA 10
Sirup simplek 20
Aqua 250
S.4.d.d.C I
Pro : Tantri (10 th)
Alamat : Jl. Telogo merah IX wonogiri

dr.ganesha
SIP : No. 047/Dkk/0497/11.04/X/1997
Rumah : Praktek :
Jl. Sadewa 401 wonogiri Rs. Hermina
Telp (0274)3556853 Jl. pandaranan
Wonogiri 1 Nov 2020
R/ Ol Lecoris 30
PGA 10
Sirup simplek 20
Aqua 200
S.4.d.d.C I
Pro : Tantri (10 th)
Alamat : Jl. Telogo merah IX wonogiri

2. Paraffin cair
Cara pembuatan masukkan minyak bersama dengan PGA dalam mortar dengan perbandingan
paraffin 1 bagian : PGA 1 bagian , homogenkan dengan cara mengaduk kuat kuat tambahkan
air perbandingan 2 bagian PGA : 3 Bagian air, aduk homogenkan sehingga terbentuk korpus
yaitu berwana putih kental dan berat serta bila diaduk berbunyi spesifik, setelah tidak ada
tetesan minyak terlihat maka di encerkan dengan air sisa .
Contoh resep
dr.Abdulah
SIP : No. 047/Dkk/0497/11.04/X/1997
Rumah : Praktek :
Jl. Sadewa 401 wonogiri Rs. Hermina
Telp (0274)3556853 Jl. pandaranan
Wonogiri 1 Nov 2020
R/ Paraffin liq 25
PGA 25
Phenolphetalin 1
Aqua ad 100
S.4.d.d.C I
Pro : Tantri (10 th)
Alamat : Jl. Telogo merah IX wonogiri

3. Lemak padat
Cara pembuatan lemak padat kedalam cawan kemudian lebirkan kemudian setelah melebur
tambahkan PGA sama berat dan tambahkan airpanas aduk hingga homogensehingga terbentuk
korpus. Kemudian tambahkan bahan lainnya dan di encerkan dengan air sisa . setelah hanggat
masukkan dalam botol.
Contoh resep

dr.Abdulah dr.Abdulah
SIP : No. 047/Dkk/0497/11.04/X/1997 SIP : No. 047/Dkk/0497/11.04/X/1997
Rumah : Praktek : Rumah : Praktek :
Jl. Sadewa 401 wonogiri Rs. Hermina Jl. Sadewa 401 wonogiri Rs. Hermina
Telp (0274)3556853 Jl. Telp (0274)3556853 Jl.
pandaranan pandaranan
Wonogiri 1 Nov 2020 Wonogiri 1 Nov 2020
R/ Cera flav 10 R/ Ol. Cacao 5
PGA qs Camph 2
M.f.emuls 150 Sir simpl 10
Sir simpl 10 Extr. Bellad 0,200
Ol Anisi gtt 1
S.t.d.d.C I
S.4.d.d.C I Pro : Tantri (10 th)
Pro : Tantri (10 th) Alamat : Jl. Telogo merah IX wonogiri
Alamat : Jl. Telogo merah IX wonogiri
4. Ekstraktum spisium
Cara pembuatan
Apabila jumlah ekstrak sedikit pengunaan pGA 2,5% darii berat emulsi, bila ekstrak yang
digunakan banyak maka PGA yang digunakan sama dengan berat ekstrak

dr.Abdulah dr.Abdulah
SIP : No. 047/Dkk/0497/11.04/X/1997 SIP : No. 047/Dkk/0497/11.04/X/1997
Rumah : Praktek : Rumah : Praktek :
Jl. Sadewa 401 wonogiri Rs. Hermina Jl. Sadewa 401 wonogiri Rs. Hermina
Telp (0274)3556853 Jl. pandaranan Telp (0274)3556853 Jl. pandaranan
Wonogiri 1 Nov 2020 Wonogiri 1 Nov 2020
R/ cannabis Extrak 0,5 R/ cannabis Extrak 0,5
Kalii bromide 5 Ol. Olivae 10
Aurant Cort sir 20 Valerian Tinct 15
Aquam ad 150 Aq ad 300
S.t.d.d.C I S.t.d.d.C I
Pro : Tantri (10 th) Pro : Tantri (10 th)
Alamat : Jl. Telogo merah IX wonogiri Alamat : Jl. Telogo merah IX wonogiri

dr.Abdulah
SIP : No. 047/Dkk/0497/11.04/X/1997
Rumah : Praktek :
Jl. Sadewa 401 wonogiri Rs. Hermina
Telp (0274)3556853 Jl. pandaranan
Wonogiri 1 Nov 2020
R/ Filic Extr 3
Ol. Ricini 9
Natr. Sulf 2
Aq Menth , PIP ad 200
S.t.d.d.C II
Pro : Tantri (10 th)
Alamat : Jl. Telogo merah IX wonogiri
5. Balsam peruvinum
Pembuatan emulsi mengandung balsam peru membutuhkan PGA 1 bagian berat balsam.
Pembuatan dengan cara balsam peru dicampur dengan pga dan di tambahkan air secukupnya
sehingga membentuk korpus dan di encerkan dengan sisa air yang terbentuk. Dan apabila dalam
pembuatan ini juga terdapat lemak cair maka dibuat korpus terlebih dahulu lemak cair dengan
emulgatornya baru kemudian ditambahkan balsam dan dihomogenkan baru di encerkan dengan air
sisanya.
dr.Abdulah dr.Abdulah
SIP : No. 047/Dkk/0497/11.04/X/1997 SIP : No. 047/Dkk/0497/11.04/X/1997
Rumah : Praktek : Rumah : Praktek :
Jl. Sadewa 401 wonogiri Rs. Hermina Jl. Sadewa 401 wonogiri Rs. Hermina
Telp (0274)3556853 Jl. Telp (0274)3556853 Jl. pandaranan
pandaranan
Wonogiri 1 Nov 2020
Wonogiri 1 Nov 2020 R/ Bals Peruvian 4
R/ Bals Peruvian 4 PGA qs
Ol. Ricini 24 Tannin 3
PGA qs Aquae 45
Sir. Simpl 10 m.f.emuls
m.f.emuls 150 S.bals. pap
S.o.h.c.II Pro : Tantri (10 th)
Pro : Tantri (10 th) Alamat : Jl. Telogo merah IX wonogiri
Alamat : Jl. Telogo merah IX wonogiri

dr.Abdulah
SIP : No. 047/Dkk/0497/11.04/X/1997
Rumah : Praktek :
Jl. Sadewa 401 wonogiri Rs. Hermina
Telp (0274)3556853 Jl. pandaranan
Wonogiri 1 Nov 2020
R/ Bals Peruvian 4
Ol.Olivae 15
Chlorali hydras 3
M,f.emuls 180
Sir . cinnamomi 20
S.o.t.h.cth
Pro : Tantri (10 th)
Alamat : Jl. Telogo merah IX wonogiri
6. Bromoformum
Pda pembuatan emulsi menggunakan bromoforum memerlukan penambahan 10 x berat
bromoformum untuk membuat emulsi lebih stabil karena bomometri memiliki berat jenis 2,8.
Pga yang dibutuhkan setengah dari berat minyak dan satubagian dari berat bromoformum
dr.Abdulah
SIP : No. 047/Dkk/0497/11.04/X/1997
Rumah : Praktek :
Jl. Sadewa 401 wonogiri Rs. Hermina
Telp (0274)3556853 Jl. pandaranan
Wonogiri 1 Nov 2020
R/ Bromoformum 1,5
Sirup simplek 10
Aqua mentae pip 30

m.f.emuls
b. Emulsi 200 gummosus
dengan Pulvis
S.t.d.d.c
Pro : Tantri (10 th)
Alamat : Jl. Telogo merah IX wonogiri

Emulgator dengan PGS


Pembuatannya dengan cara dilarutkan dahulu sehingga terbentuk lender.
c. CMC (natrii carboxymethylcellulosum)
Cara melarutkan CMC dengan cara menaburkan dalam air dingin dan ditunggu beberapa saat
kemudian di aduk perlahan lahan sampai larut dapa juga menggunakan pengaduk mixser.
Apabila dalam emulsi mengandung paraffin dan minyak lemak sebaiknya pembuatan emulsi
dengan menggunakan mikser agar didapat emulsi yang baik.

dr.Abdulah
SIP : No. 047/Dkk/0497/11.04/X/1997
Rumah : Praktek :
Jl. Sadewa 401 wonogiri Rs. Hermina
Telp (0274)3556853 Jl. pandaranan
Wonogiri 1 Nov 2020
R/ Paraffin liq ml 500
CMC (MV) 5,5
Acidi tartaric 0,5
Sacch 0,050
Vanillin 0,050
Nipagin qs
Aqua ad 1 lt
S. vesp. C II
Pro : Tantri (10 th)
Alamat : Jl. Telogo merah IX wonogiri
d. sapo

Menerapkan pembuatan sediaan obat bentuk pil


Membuat sediaan obat bentuk pil

Menerapkan pembuatan sediaan obat bentuk suppositoria


Membuat sediaan obat bentuk suppositoria
Supositoria sediaan padat yang digunakan melalui dubur , berbentuk torpedo , dapat melunak, melarut, dan
meleleh pada suhu tubuh.
Bahan dasar supositoria

1. lemak coklat
2. polietilenglikol
3. lemak tengkawang

keuntungan
1. dapat menghindari iritasi lambung
2. dapat menghindari kerusakan sediaan karena enzim pencernaan
3. dapat langsung masuk saluran darah berakibat akan memberi efek lebih cepat dari pada
penggunaan obat peroral
4. diperuntukan bagi pasien yang tidak sadarkan diri dan pasien yang sedang muntah

Pil
Sediaan yang berbentuk bulat sperti kelerengn mengandung satu atau lebih bahan obat . berat
pil 100mg – 500mg

Bahan pengisi :
- radix liquiritiae
- saccharum lactis
- bolus alba
bahan pengikat :
- succus liquiritiae
- PGA
- Tragakan
- Saccharum album
- Oleum cacao
- Adeps lanae
- Vaselinum
Bahan pembasah :
- Air
- Gliserol
- Sirop
- Madu

Cara pembuatan :
Membuat masa pil dengan cara mencampurkan bahan obat, bahan pengisi dan pengikat kemudian
digerus samapai homogeny. Setelah homogen ditambah bahan pembasah dengan cara ditetesi
sambal digerus sehingga didapat masa yang elastis dan dapat dibentuk dan di cetak dengan
menggunakan papan pil.

Anda mungkin juga menyukai