Emulsi adalah koloid dari dua atau lebih cairan yang tak dapat bercampur dimana satu cairan
mengandung dispersi cairan lain. Dengan kata lain, emulsi adalah jenis campuran khusus yang
dibuat dengan menggabungkan dua cairan yang biasanya tidak bercampur.
2. Prinsip emulsifikasi
Air dan minyak selamanya tidak akan bisa menyatu. Jika kita hendak mencampurkan keduanya,
maka dalam sekejap keduanya akan memisah kembali. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan
tingkat polaritas di antara dua zat tersebut. Air merupakan molekul yang memiliki gugus polar.
Sedangkan minyak merupakan zat yang memiliki gugus non polar. Perbedaan ini menyebabkan
keduanya tidak bisa menyatu, karena gugus polar hanya bisa bersatu dengan gugus polar,
sedangkan gugus non polar hanya bisa bersatu dengan gugus non polar.
Protein memiliki gugus polar di satu sisi dan memiliki gugus non polar di sisi lain. Oleh karena
itu ujung polar akan berikatan dengan air dan non polarnya berikatan dengan lemak. Maka
terjadilah emulsi yang menyebabkan keduanya kelihatannya seperti bercampur.
Makanan atau minuman olahan yang terdiri dari lemak/minyak dan air secara bersamaan maka di
dalamnya pasti ada bahan pengemulsi. Sebab jika tidak ditambahkan bahan tersebut maka akan
terjadi pemisahan antara keduanya.
2. Contoh-contoh emulsifier (emulsifier alami dan emulsifier buatan) yang umum digunakan
dalam bahan pangan
4. Struktur emulsi ganda dipengaruhi oleh kerusakan fisikokimia emulsi, yaitu sedimentasi dan
pengkriman, flokulasi dan koagulasi, disproporsionasi, koalesens dan inversi emulsi yang terjadi
pada droplet. Jelaskan istilah-istilah tersebut.
Jawab :
1. Faktor yang mempengaruhi sifat emulsi protein yakni konsentrasi protein (stabilitas emulsi
dipengaruhi oleh jumlah protein dalam preparasi), nilai pH (beberapa protein memiliki daya
emulsi yang optimal pada titik isoelektriknya seperti putih telur dan gelatin, sementara
beberapa memiliki daya emulsi yang optimal pada pH yang jauh dari titik isoelektrik seperti
protein kacang dan kedelai), kekuatan ion (adanya garam menurunkan potensial repulsi
elektrostatistik dan dapat menurunkan stabilitas emulsi), serta perlakuan panas (suhu
merupakan faktor kritis dalam pembentukan emulsi)
2. a. Mono dan digliserida, merupakan zat pengemulsi yang umum digunakan. Komponen-
komponen ini dapat diperoleh dengan memanaskan trigliserida dan gliserol dengan suatu katalis
yang bersifat basa. Reaksi ini akan menghasilkan campuran yang terdiri dari ±45% monogliserida
dan ±45% digliserida, serta ±10% trigliserida bersamasama dengan sejumlah kecil gliserol dan
asam-asam lemak bebas. Mono dan digliserida yang terbentuk kemudian dipisahkan dengan
cara destilasi molekuler. Produk yang mengandung mono dan digliserida di pasaran contohnya
adalah TBM.
b. Stearoyl Lactylates, merupakan hasil reaksi dari asam stearate dan asam laktat, selanjutnya
diubah ke dalam bentuk garam kalsium dan sodium. Bahan pengemulsi ini sering digunakan
dalam produk-produk bakery. Contoh produk yang beredar di Indonesia adalah SP.
c. Propylene Glycol Ester, merupakan hasil reaksi dari propilen glikol dan asam-asam lemak.
Umumnya digunakan dalam pembuatan kue, roti dan whipped topping.
d. Sorbitan Esters. Asam sorbitan yang terbentuk dari reaksi antara sorbitan dan asam lemak.
Sorbitan adalah produk dihidrasi dari gula alkohol yang dapat diperoleh secara alami yaitu
sorbitol. Sampai saat ini hanya sorbitan monostearat, satu-satunya ester sorbitan yang diizinkan
digunakan dalam pangan. Bahan tersebut umumnya digunakan dalam pembuatan kue, whipped
topping, cake icing, coffee whiteners, serta pelapis pelindung buah dan sayuran segar.
e. Polysorbates. Ester polioksietilen sorbitan disebut polisorbat. Ester ini dibuat dari reaksi
antara ester-ester sorbitan dan etilen oksida. Tiga jenis polisorbat yang diizinkan untuk
digunakan dalam pangan adalah polisorbat 60, polisorbat 65, polisorbat 80.
f. Polyglycerol ester, dibuat dari reaksi antara asam-asam lemak dan gliserol yang sudah
mengalami polimerisasi. Tingkat polimerisasinya antara 2-10 molekul. Ester-ester poligliserol
digunakan dalam pangan yang mengandung lemak, beverage, icing, dan margarine.
g. Ester-ester sukrosa, antara lain mono, di dan triester sukrosa dan asamasam lemak. Ester ini
dihasilkan dari reaksi sukrosa dan lemak sapi. Penggunaannya dalam pangan umumnya pada
pembuatan roti, produk tiruan olahan susu, dan whipped milk product.
h. Lesitin, adalah campuran fosfatida dan senyawa-senyawa lemak yang terdiri dari fosfatidil
kolin, fosfatidil etanolamin, fosfatidil inositol, dan komponen-komponen lainnya. Lesitin
merupakan bahan penyusun alami pada hewan maupun tanaman. Lesitin paling banyak
diperoleh dari kedelai dan kuning telur. Biasanya digunakan untuk emulsifier pada margarin,
roti, kue dan lain-lain
Sedimentasi dan pengkriman merupakan pemisahan visual antara lapisan minyak dan air pada
sistem emulsi yang disebabkan oleh perbedaan densitas fase terdispersi dengan fase pendispersi
(McClements, 2016). Formasi sistem yang tidak baik menyebabkan gaya eksternal berpengaruh
besar terhadap kestabilan emulsi. Gaya eksternal yaitu gaya gravitasi dan gaya sentrifugal
menyebabkan fase terdispersi terpisah dari fase pendispersi berdasarkan densitasnya (Tadros,
2013). Komponen dengan densitas tinggi akan bergerak ke dasar dan membentuk sedimen
(endapan) sedangkan komponen yang memiliki densitas rendah akan naik ke permukaan dan
membentuk lapisan krim. Minyak sebagai fase terdispersi dalam emulsi O/W, memiliki densitas
lebih rendah dibandingkan dengan air sehingga menyebabkan droplet minyak akan bergerak ke
atas dan bergabung satu sama lain di permukaan emulsi. Pembentukan lapisan di permukaan
emulsi dikenal dengan istilah pengkriman. Sedimentasi umumnya terjadi pada emulsi W/O,
dimana air sebagai fase terdispersi terlepas dari sistem dan bergerak ke bawah membentuk
sedimen. Ketidakstabilan ini dapat terjadi karena proses homogenisasi yang tidak tepat dan
emulsifier yang inkompatibel (Ghosh dan Rousseau, 2010). Sedimentasi dan pengkriman dapat
dicegah dengan meningkatkan viskositas fase cair, menurunkan ukuran partikel droplet atau
dengan menyamakan densitas dari fase terdispersi dan pendispersi.
merupakan proses agregasi dari berbagai droplet menjadi satu droplet berukuran lebih besar yang
sifatnya dapat kembali (reversible). Proses ini tidak melibatkan peleburan droplet, melainkan
hanya bergabung satu dengan yang lain. Flokulasi disebabkan oleh lemahnya gaya tolak menolak
antar droplet dimana gaya tarik menarik elektrostatis dan van der Waals semakin kuat di
permukaan droplet (Dorst et al., 2004). Selain flokulasi, dikenal pula fenomena serupa yaitu
koagulasi. Koagulasi didefinisikan sebagai agregasi yang disebabkan karena interaksi yang kuat
antar droplet dan bersifat tidak dapat kembali (irreversible
Koalesens
Fenomena inversi emulsi menyebabkan sistem emulsi bertukar fase, emulsi W/O berubah
menjadi emulsi O/W maupun sebaliknya. Inversi emulsi merupakan fase yang tidak lazim
ditemukan dalam produksi pangan, kecuali untuk produk olesan tinggi lemak seperti margarin
dan mentega.
4.