Emulsi dibuat untuk diperoleh suatu preparat yang stabil dan rata dari campuran 2 cairan yang saling
tidak bisa saling
bercampur Tujuan pemakaian emulsi adalah: 1. Dipergunakan sebagai obat dalam / peroral. Umumnya emulsi tipe o/w Contohnya: Laxativa (oleum cocos, oleum ricini) Scotts Emulsion(Vit A dan Vit D) 2. Dipergunakan sebagai obat luar Bisa tipe emulsi o/w maupun w/o tergantung dari banyaknya faktor yang mempengaruhinya meliputi sifat zatnya atau jenis efek terapi yang dikehendaki Contohnya: Bentuk sediaan kosmetika (hand body lotion, susu pembersih dll) Menurut FI IV (Dirjen POM, 1995 : 7) Keuntungannya: o Konsistensi emulsi sangat beragam mulai dari cairan yang mudah dituang hingga cream setengah padat . o Tidak diperlukan perbandingan volume fase internal terhadap fase eksternal yang tinggi untuk menghasilkan sifat setengah padat. o Emulsii dapat distabilkan dengan penambahan bahan pengemulsi yang mencegah koalesensi yaitu penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan besar dan akhirnya menjadi satu fase tunggal yang memisah. Kerugiannya : o Semua emulsi memerlukan bahan antimikroba karena fase air mempermudah pertumbuhan mikroorganisme. Munurut farfis II (Martin .dkk, 1993 : 1144) Emulsi terbagi menjadi 2 tipe: o Bila fase minyak terdispersikan sebagai bola bola keseluruhan fase kontinyu air, dikenal sebagaiSuatu emulsi minyak dalam air (O/W). o Bila fase minyak bertindak sebagai fase kontinu emulsi dikenal sebagai produk emulsi air dalam minyak (W/O). o Ukuran partikel tetesan emulsi Mikroemulsi mengandung tetesan minyak dalam air (o/w) atau tetesan air dalam minyak (w/o) dengan diameter kirakira 10-200 nmdan fraksi volum dari fase terdispersi bervariasi dari 0,2-0,8. Ada tiga metode pembuatan emulsi 1. Metode gom kering atau metode kontinental Dalam metode ini zat pengemulsi (biasanya gom arab dicampur dengan minyak terlebih dahulu kemudian ditambahkan air untuk pembentukkan corpus emulsi, baru diencerkan dengan sisa air yang tersedia 2. Metode gom basah atau metode Inggris Zat pengemulsi ditambahkan ke dalam air (zat pengemulsi umunya larut) agar membentuk suatu mucilago, kemudian perlahan-lahan minyak dicampurkan untuk membentuk emulsi, setelah itu baru diencerkan dengan sisa air 3. Metode botol atau metode botol forbes Digunakan untuk minyak menguap dan zat-zat yang bersifat minyak dan mempunyai viskositas rendah (kurang kental). Serbuk gom dimasukkan ke dalam botol kering, kemudian ditambahkan 2 bagian air. Minyak dimasukkan botol kemudian campuran tersebut dikocok dengan kuat. Tambahkan sisa air sedikit demi sedikit sambil dikocok
CARA MEMBEDAKAN TIPE EMULSI
1. Pengenceran fase Setiap emulsi dapat diencerkan dengan fase externalnya. Dengan prinsip tersebut, emulsi o/w dapat diencerkan dengan air sedangkan emulsi tipe w/o dapat diencerkan dengan minyak
2. Pengecatan/ pemberian warna
Zat warna yang digunakan akan tersebar merat dalam emulsi apabila zat tersebut larut dalam fase externalnya dari emulsi tersebut Emulsi + larutan sudan III akan memberi warna merah pada emulsi tipe o/w, karena sudan III larut dalam minyak Emulsi + larutan methilen blue dapat memberi warna biru pada emulsi tipe w/o karena larutan methilen blue larut dalam air Semua dilakukan dengan alat bantu mikroskop 3. Kertas saring Bila emulsi diencerkan dan diteteskan pada kertas saring, kertas saring menjadi basah maka tipe emulsio/w dan bila timbul noda minyak pada kertas saring maka tipe emulsi w/o 4. Konduktivitas listrik Alat yang dipakai adalah kawat dan stop kontak, kawat dengan K1/2 watt lampu neon watt semua dihubungkan secara seri. Lampu neon akan menyala bila elektroda dicelupkan dalam cairan emulsi tipe o/w dan akan mati bila dicelupkan pada emulsi tipe w/o KESTABILAN EMULSI 1. Creaming Terpisahnya emulsi menjadi 2 bagian lapisan, dimana yang satu mengandung fase dispers lebih banyak dibandingkan lapisan yang lain. Creaming bersifat reversibel artinya akan terdispersi kembali apabila dikocok perlahan-lahan 2. Koalesen atau cracking Peristiwa pecahnya emulsi karena film yang meliputi partikel rusak dan butir minyak akan koalesen ( menyatu). Sifatnya irreversibel artinya tidak bisa kembali) Hali ini disebabkan oleh: Perubahan kimia seperti penambahan alkohol, perubahan pH, penambahan garam elektrolit Perubahan fisika, seperti pemanasan, penyaringan, pendinginan, pengadukan 3. Inversi Peristiwa berubahnya sekonyong-konyong tipe emulsi w/o menjadi o.w atau sebaliknya. Sifatnya irreversible