Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN RESMI FARMASETIKA DASAR

RESEP NO. XII

PEMBUATAN EMULSI

Disusun Oleh :

Nama : Ratna Hasan Stori

Nim : 34170204

Kelas : A/DF/VII

Instruktur : Apt. Dwi Kurniawat S, S. Farm., M. Si

LABORATORIUM FARMASETIKA

PROGRAM STUDI DIII FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL

YOGYAKARTA

2020

1
A. RESEP

Dr. Arcturus
SIP : 10/06/2013
Pakel Baru UH 6, Sorosutan
Telp. 0274-123456
Yogyakarta, 1 Januari 2014

R/ Oleum lecorris Aselli 25


PGA 7,5
Glycerol 2,5
Aquae 18,75
Ol. cinnamomi 2

M.f. emuls
S.t.d.d.cth.l

Nama : Ked dedes


Umur : 58 tahun
Alamat : Jl. Minasa Upo Blok C/3

B. RESEP STANDAR
Olei lecoris emulsum
Emulsi minyak ikan
Komposisi :
Oleum lecorris Aselli 100 g
Glycerobon 10 g
Gom arab 30 g
Ol. cinnamomi gtt VI
Aquadest ad 215 g

C. PEMERIAN BAHAN

1. Oleum lecorris Aselli (FI ed III Hal 457)


Pemerian : Cairan, kuning pucat, bau khas, agak manis, tidak tengik, rasa khas
Kelarutan : Sukar larut dalam etanol (95%) p, mudah larut dalam kloroform p, dalam
eter p, dan dalam eter minyak tanah p.
Khasiat : Sumber vitamin A dan B

2
2. PGA (pulvis gummi acaciae) (FI ed IV Hal 718)
Pemerian : Hampir tidak berbau, rasa tawar seperti lendir
Kelarutan : Mudah larut dalam air, menghasilkan larutan yang kental dan tembus
cahaya, praktis tidak larut dalam etanol (95%).
Khasiat : Khasiat : zat tambahan (emulgator)
2. Glyserol (FI Edisi III hal. 271)
Pemerian : Cairan seperti sirop, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, manis diikuti
rasa hangat, higroskopik. Jika disimpan beberapa lama pada suhu rendah
dapat memadat membentuk massa hablur tidak berwarna yang tidak
melebur hingga suhu mencapai lebih kurang 200.
Kelarutan : Dapat campur dengan air, dan dengan etanol (95%) p, praktis tidak larut
dalam kloroform p, dalam eter p dan dalam minyak lemak
Khasiat : Khasiat : Zat tambahan ( Corrigen saporis)
3. Aquadest (FI Edisi III Hal 96)
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempuyai rasa.
Khasiat : Pelarut
4. Ol. cinnamomi (FI Edisi III Hal 454)
Pemerian : Cairan sulingsegar berwarna kuning, bau dan rasa khas, jika disimpan
menjadi coklat kemerahan.
Kelarutan : Dalam etanol larut 1 mL etanol (70%) p, opalesensi yang terjadi tidak
lebih kuat dari opalesensi larutan yang dibuat dengan menambahkan 0,5
mL perak nitrat 0,1 N, kedalam campuran 0,5 mL Natrium klorida 0,02 N
dan 50 mL air.
Khasiat : Zat tambahan (karminativum)

D. Perhitungan Bahan

E. Penimbangan Bahan

1. Oleum lecorris Aselli 2 = 15 g


2. PGA 1 = 7,6 g
3. Glyserol = 2,5 g

3
4. Ol. cinnamomi = 2 tetes
5. Aq atau PGA = 1,5 x 7,5 = 11,25 mL
6. Aquadest = 18,75 mL

F. Cara Kerja

Timbang bahan

Buat macilogo yaitu campuran


gom arab + air

Tambahkan Ol. lecoris aselli +


ol. cinnamomi

Tambahkan Gyserol + aqua

Beri etiket putih

G. Wadah dan Etiket


a. Wadah
Emulsi harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat, tidak tembus cahaya.

4
b. Etiket Putih

APOTEK SEHAT
JL. Ring Road Selatan, Blado, Potorono
APA : Ratna Hasan Stori, S. Farm.,Apt
SIK : 571999/V/2020
No. 12 tgl : 28-11-20

Ken dedes (58 thn)

3x sehari 1 sendok teh

H. Permasalahan dan Pembahasan


Permasalahan adalah biasanya saat pembuatan sedian emulsi dimana saat
menyatukan fase air dan fase minyak sangat sulit. menyatukan fase air dan minyak ketika
oleum lecotis aselli dan PGA dicampurkan dengan aquadest.
Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan suatu emulgator merupakan factor-faktor
yang penting karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak konstruktif oleh emulgator
yang digunakan. Salah satu emulgator yang banyak digunakan adalah zat aktif
permukaan atau lebih dikenal dengan surfaktan. Mekanisme kerja emulgator ini adalah
menurunkan tegangan antar permukaan air dan minyak serta membentuk lapisan film
pada permukaan globul-globul fase terdisperisnya. Tipe emulsi dapat ditentukan dari
jenis surfaktan digunakan. Secara kimia, molekul surfaktan terdiri atas gugus kutub dan
non kutub. Apabila surfaktan dimasukkan ke dalam sistem yang dari udara dan minyak,
maka gugus kutub akan terarah ke fase air sedangkan gugus non kutub terarah ke fasa
minyak. Surfaktan yang mempunyai gugus kutub lebih kuat akan cenderung membentuk
emulsi minyak dalam air, sedangkan bila sebuah gugusnon kutub yang lebih kuat maka
akan cenderung membentuk emulsi air dalam minyak.
Pada percobaan kali ini menggunakan emulgator alam yaitu PGA. PGA merupakan
emulgator yang mudah larut dalam air. Maka dari itu digunakanlah pembuatan emulsi
dengan metode basah. Metode basah yaitu suatu metode dalam pembuatan emulsi
dengancara zat pengemulsi ditambahkan kedalam udara (zat pengemulsi pada umumnya

5
larut dalam air) agar membentuk suatu mucilago, kemudian minyak perlahan-lahan
ditambahkan untuk membentuk emulsi, kemudiaan diencerkan dengan sisa air.
Dalam pembuatan sedian emulsi ini, zat aktif yang digunakan yaitu minyak ikan.
Minyak ikan merupakan sumber vitamin A dan D yang sangat penting bagi pertumbuhan
anak.
Selain zat aktif dan emulgator, dalam sedian emulsi ditambahkan juga zat tambahan
lainnya seperti oleum cinnamomi dan glycerol. glycerol berfungsi sebagai pemanis untuk
menutupi rasa yang tidak enak dari minyak ikan.
Jenis emulsi minyak ikan ini yaitu tipe minyak dalam air. Karena jumlah fase minyak
yang ditambahkan lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah fase air. Minyak ikan akan
terdispersi didalam air membentuk globul-globul yang telah dilapisi oleh emulgator.
Emulsi merupakan salah satu sediaan yang kurang stabil. Adapun faktor-faktor yang

mempengaruhi ketidak stabilan dari emulsi di antaranya :

1. Suhu pemanasan tidak konstan

2. Perbedaan intensitas pengadukan

3. Pencampuran kurang merata

4. Kekompakan dan elastisitas film yang melindungi zat terdispersi

5. Ketidak telitian dalam pengamatan kestabilan emulsi.

I. Kesimpulan

1. Untuk menstabilkan emulsi dibutuhkan suatu zat yang bernama emulgator.

2. Selain emulgator, digunalan juga zat tambahan lain seperti propilenglikol, oleum

sesami dan aquadest untuk menambah kestabilan dari sedian emulsi.

3. Digunakan 3 x sehari 1 sendok teh dengan menggunakan etiket putih

4. Contoh emulsi dalam perdagangan yaitu scoutts emulsions, curcuma plus emulsi,

curvit emulsions.

6
J. Daftar Pustaka
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI. Jakarta
Tim, Farmasi. 2020. Buku Panduan Praktikum Farmasetika Dasar. Stikes Surya Global.
Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai