Radiofarmaka adalah senyawa kimia yang mengandung atom radioaktif dalam
strukturnya dan digunakan untuk diagnosis atau terapi. Dengan kata lain, radiofarmaka merupakan obat radioaktif. Beberapa contoh rute pemberian: per oral (kapsul dan larutan), intravena, intraperitoneal, intrapleural, intratekal, inhalasi, instilasi melalui tetes mata, kateter urin, kateter intraperitoneal dan shunts. Kedokteran Nuklir Radiofarmaka dimanfaatkan dalam berbagai jenis pemeriksaan dalam kedokteran nuklir. Pemeriksaan tersebut terbagi menjadi 3 kategori: 1. Pemeriksaan untuk pencitraan Pemeriksaan ini memberikan informasi untuk tujuan diagnostik dan dilakukan dengan memeriksa pola distribusi radioaktif dalam tubuh. 2. Pemeriksaan fungsi tubuh secara in vivo Pemeriksaan fungsi tubuh secara in vivo bertujuan untuk mengukur fungsi organ tubuh atau sistem fisiologis tubuh berdasarkan absorpsi, pengenceran, konsentrasi, bahan radioaktif dalam tubuh atau ekskresi bahan radioaktif dari tubuh setelah pemberian radiofarmaka. 3. Pemeriksaan untuk tujuan terapetik 4. Pemeriksaan ini bertujuan untuk keperluan penyembuhan, atau terapi paliatif. Mekanisme kerja umumnya berupa absorpsi radiasi beta untuk menghancurkan jaringan yang terkena penyakit.
Penggunaan kedokteran nuklir untuk tujuan diagnostik harus berprinsip bahwa
penggunaan bahan radioaktif yang diberikan harus dalam dosis yang serendah mungkin namun sudah dapat diperoleh informasi yang diinginkan. Perlu dijaga bahwa dosis radiasi yang diabsorbsi harus serendah mungkin. Selain itu, kondisi aseptik harus dijaga selama penyiapan karena bahan diberikan melalui injeksi intravena.
Sebagai sediaan farmasi yang berbahaya, radiofarmaka perlu penanganan khusus
dalam proses pengadaan, penyiapan, penyimpanan dan pendistribusian, terutama untuk pemberian ke pasien dalam lingkungan fasilitas kedokteran nuklir. Teknik penanganan Teknik farmasi nuklir dibagi menjadi dua kategori yaitu: 1. Teknik protektif Teknik protektif mencegah atau meminimalisasi kontaminasi radioaktif dan paparan radiasi yang tidak perlu. 2. Teknik aseptik Teknik aseptik mencegah atau meminimalisasi kemungkinan kontaminasi mikroba pada larutan steril dan peralatan. Pemanfaatan radionuklida dilakukan untuk tujuan diagnosis atau terapi beberapa gangguan penyakit pada otak, kelenjar tiroid, jantung, paru-paru, hati, limpa dan sistem pencernaan, ginjal dan tulang.