Anda di halaman 1dari 6

PRA LAPORAN

ANALISA INSTRUMEN

Nama : Sahda Sabilah Luhtansa

NPM : 2143057015

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945


FAKULTAS ILMU FARMASI
JAKARTA
2022
PRAKTIKUM 5
Judul : Kromatografi Lapis Tipis
Tujuan : Menghitung nilai Rf dari sampel Paracetamol, Kafein, Panadol Extra, dan
Bodrex

Dasar Teori
Parasetamol merupakan obat analgesik antipiretik bukan termasuk golongan obat anti
inflamasi non steroid (non-NSAID) yang memiliki efek samping yang sangat kecil
pada saluran pencernaan, tetapi konsumsi jangka panjang dapat menyebabkan resiko
kerusakan hati (Beers et al., 2003). Dosis normal atau dosis yang dianjurkan adalah
650 mg/dosis tunggal dan di atas 3250 mg untuk dewasa (Druglib,2011). Parasetamol
atau asetaminofen memiliki berat molekul 151,6. Syarat kadar yang ditetapkan untuk
tablet parasetamol tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% (Direktorat
Jenderal Pengawas Obat dan Makanan, 1995).

Gambar 1 : Rumus struktur Parasetamol (Direktorat Jenderal Pengawas Obat


dan Makanan, 1995)
Parasetamol berbentuk serbuk putih, tak berbau, rasa sedikit pahit, dapat larut dalam
air mendidih, dalam NaOH 1N, dan dalam etanol. Parasetamol mengandung tidak
kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0% C8H9NO2, dihitung terhadap zat
anhidrat, selain itu parasetamol memiliki pKa 9,5 dan panjang gelombang maksimum
244 nm (Direktorat Jenderal Pengawas Obat dan Makanan, 1995).
Caffeine atau kafein adalah zat kimia yang ditemukan pada kopi, teh, cola, guarana,
mate, dan produk-produk lain. Kafein umumnya digunakan untuk meningkatkan
kewaspadaan mental, namun kafein memiliki banyak kegunaan lain.
Kafein bisa dikonsumsi lewat mulut atau melalui anus untuk kombinasi dengan obat
penghilang rasa sakit (seperti aspirin dan acetaminophen) dan zat kimia yang disebut
dengan ergotamine untuk mengobati sakit kepala sebelah (migrain). Kafein juga
digunakan dengan obat penghilang rasa sakit untuk sakit kepala serta untuk mencegah
dan mengobati sakit kepala setelah anestesi epidural.
Beberapa orang menggunakan kafein untuk asma, penyakit empedu, attention deficit-
hyperactivity disorder (ADHD), kesulitan bernapas pada bayi yang baru lahir, dan
tekanan darah rendah. Kafein juga digunakan untuk penurunan berat badan
dan diabetes tipe 2. Dosis yang sangat tinggi, sering dikombinasikan dengan
ephedrine, digunakan sebagai pengganti stimulan ilegal. Krim kafein digunakan pada
kulit untuk mengurangi kemerahan dan gatal-gatal pada dermatitis.
Gambar 2 : Rumus struktur Caffeine (Direktorat Jenderal Pengawas Obat dan
Makanan, 1995)
Panadol Extra produk obat pereda nyeri (analgetik) dan penurun demam (antipiretik)
yang mengandung paracetamol sebagai bahan aktif utama. Merek obat ini tersedia
dalam beberapa kemasan yang dijual secara bebas di pasaran untuk berbagai
keperluan.
Panadol Extra (warna merah). Berfungsi untuk meredakan sakit kepala dan sakit gigi.
Tiap tablet Panadol Extra mengandung 500 mg paracetamol dan 65 mg kafein.
Bodrex obat sakit kepala yang dijual secara bebas. Dalam mengatasi sakit kepala,
Bodrex mengandung bahan utama paracetamol dan kafein. Terdapat varian lain
Bodrex yang bermanfaat untuk mengatasi migrain dan sakit kepala tegang. Bodrex
bermanfaat untuk mengatasi sakit kepala, sakit gigi, dan demam. Produk ini tersedia
dalam bentuk tablet. Kandungan tiap tablet Bodrex adalah 500 mg paracetamol dan
50 mg kafein.
Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi merupakan prosedur pemisahan zat terlarut oleh suatu proses migrasi
diferensial oleh sistem yang terdiri dari dua fase atau lebih, salah satu diantaranya
bergerak secara kontinyu dalam arah tertentu dan didalamnya zat-zat itu
menunjukkan perbedaan mobilitas karena adanya perbedan adsorpsi, partisi,
kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul atau kerapatan muatan ion. Dengan
pemisahan tersebut maka masing-masing zat dapat diidentifikasi atau ditetapkan
kadarnya dengan metode analitik (Direktorat Jenderal Pengawas Obat dan Makanan,
1995).
Kromatografi Lapis Tipis ialah metode pemisahan fisikokimia. Lapisan yang
memisahkan, terdiri atas bahan berbutir-butir (fase diam), ditempatkan pada
penyangga berupa pelat gelas, logam, atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan
dipisah, berupa larutan, ditotolkan berupa bercak atau pita. Setelah pelat atau lapisan
ditaruh di dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok
(fase gerak), pemisahan terjadi selama perambatan kapiler (pengembangan).
Selanjutnya, senyawa yang tidak berwarna harus ditampakkan (dideteksi).
Kromatografi Lapis Tipis memisahkan komponen-komponen campuran atas dasar
perbedaan adsorpsi atau partisi oleh fase diam di bawah gerakan pelarut pengembang
(Mulja dan Suharman, 1995). Dengan demikian masing-masing zat dapat
diidentifikasi atau ditetapkan dengan metode analitik (Direktorat Jenderal Pengawas
Obat dan Makanan, 1995).
Pemilihan pelarut yang digunakan untuk senyawa yang akan dianalisis dengan
metode KLT, harus dapat melarutkan analit dengan sempurna, mudah menguap,
viskositas rendah, serta dapat membasahi lapisan penyerap (Sherma and Fried, 1996).
Selain itu kepolaran fase gerak yang digunakan untuk mengelusi harus disesuaikan
berdasarkan kemampuannya untuk bersaing dengan permukaan fase diam untuk
berinteraksi dengan molekul yang terlarut (Gritter, 1985). Semakin polar solut maka
semakin tertahan kuat ke dalam adsorben polar. Solut- solut non polar tidak
mempunyai afinitas atau mempunyai sedikit afinitas yang kecil terhadap adsorben
polar, sementara solut-solut yang terpolarisasi memiliki afinitas yang kecil terhadap
adsorben polar disebabkan adanya interaksi dipol atau interaksi-interaksi yang
diinduksi oleh dipol. Solut-solut polar, terutama yang mampu membentuk ikatan
hidrogen, akan terikat kuat pada adsorben karenanya butuh fase gerak yang relatif
polar untuk mengelusinya.

Rf =
Retardation factor (Rf) merupakan parameter karakteristik KLT. Harga
Rf didefinisikan sebagai perbandingan antara jarak senyawa dari titik awal dan jarak
tepi muka pelarut dari titik awal (Roth, 1994). Angka R f berjarak antara 0,00 sampai
1,00 dan hanya dapat ditemukan dua decimal. Harga Rf untuk senyawa murni dapat
dibandingkan dengan harga Rf standar. Pengukuran yang sering dipakai lainnya
menggunakan pengertian Rx atau Rstd yang didefinisikan sebagai perbandingan antara
jarak yang digerakkan oleh senyawa yang tidak diketahui dengan jarak yang
digerakan oleh senyawa standar yang diketahui.
Fase diam yang sering digunakan dalam KLT adalah penjerap (adsorben). Silika gel
merupakan penjerap yang paling banyak digunakan dalam KLT. Bahan pengikat yang
sering ditambahkan untuk memperkuat melekatnya pada lempeng adalah gipsum, dan
silika gel atau dikenal dengan istilah “silika gel G”. Sedangkan istilah “silika gel
GF“ adalah identifikasi dipermudah dengan penambahan zat yang berfluorosensi.
Jenis-jenis bahan penjerap lainya adalah alumina, selulosa, sefadex, poliamida,
kieselguhr, dan amilum (Harborne, 1973). Fase diam normal yang tidak diaktifkan
seluruh permukaanya dilapisi air. Dengan kata lain, fase diam tersebut diduduki
molekul yang sangat polar dan membentuk ikatan hidrogen. Sebagian molekul air
harus dihilangkan dengan pemanasan atau pengaktifkan, biasanya pada suhu 100-
110oC, agar diperoleh fase diam aktif sebelum penotolan.
Fase gerak adalah medium angkut yang terdiri atas satu atau beberapa pelarut. Fase
gerak bergerak di dalam fase diam yaitu lapisan berpori karena ada gaya kapiler. Fase
gerak yang digunakan bertingkat mutu analitik dan bila diperlukan sistem pelarut
multikomponen, maka harus berupa suatu campuran sederhana mungkin terdiri atas
maksimum tiga komponen.
Berikut adalah beberapa petunjuk dalam memilih dan mengoptimasi fase gerak:
. Fase gerak harus mempunyai kemurnian yang sangat tinggi karena KLT
merupakan teknik yang sensitif.
. Daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga harga Rf solut
terletak antara 0,2-0,8 untuk memaksimalkan pemisahan (Rohman, 2009).

Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan adalah:
. Mortir
. Stamfer
. Gelas ukur 50 ml
. Lampu UV
. Pipet tetes
. Batang pengaduk
. Pipa kapiler
. Chamber
. Plat KLT
. Kertas saring
Bahan-bahan yang digunakan adalah:
. Paracetamol
. Kafein
. Bodrex
. Panadol extra
. Methanol
. Etil asetat
. Asam asetat

Prosedur Kerja
Pembuatan Eluen Metanol – Asam asetat –Etil asetat
. Membuat 50 ml eluen Metanol – Asam asetat – Etil asetat
dengan perbandingan 1 : 8 : 1 ( 5 ml methanol : 40 ml Asam asetat : 5 ml Etil asetat
) dengan mencampurkannya kedalam gelas kimia lalu mengaduk campuran,
kemudian memindahkan larutan kedalam chamber.
. Memasukkan kertas saring kedalam chamber dengan bagian
bawah kertas saring tercelup pelarut pengembang. Kemudian menutup chamber
dan mendiamkan sampai chamber jenuh oleh pelarut.
Uji KLT sampel Panadol Extra
. Membuat garis putus – putus pada plat KLT pada bagian
bawah dengan jarak 2 cm dari tepi menggunakan pensil. Menandai dengan pensil
pada bagian atas plat KLT sebagai batas pengembangan sebesar 0.5 cm dari tepi
plat KLT
. Menggerus tablet Panadol extra sampai halus, kemudian
ditimbang 50 mg, dilarutkan dalam 15 ml metanol
. Menotolkan larutan Panadol Extra ke plat KLT dan
mendiamkan hingga kering, mengulangi totolan sebanyak satu kali dan untuk
totolan ketiga kali pda titik totolan yang sama.
. Mencelupkan plat KLT yang telah ditotolkan kedalam eluen
sampai eluen mencapai garis pembatas
. Mengeluarkan plat KLT setelah mencapai batas
pengembangan dan mengeringkan plat KLT
. Memeriksa bercak noda pada plat KLT yang telah
dikeringkan dengan menggunakan Lampu UV
. Menghitung nilai Rf.
Uji KLT sampel Bodrex
. Melakukan prosedur yang sama dengan Uji KLT sampel
Panadol Extra, hanya saja tablet diganti dengan Bodrex, yang digerus dan
dilarutkan dengan 15 ml metanol.
Uji KLT sampel Paracetamol
. Melakukan prosedur yang sama dengan Uji KLT sampel
Panadol Extra, hanya saja tablet diganti dengan Paracetamol, yang digerus dan
dilarutkan dengan 15 ml metanol.
Uji KLT sampel Kafein
. Melakukan prosedur yang sama dengan Uji KLT sampel
Panadol Extra, hanya saja tablet diganti dengan Kafein, yang digerus dan
dilarutkan dengan 15 ml methanol.
. Data

Pengamatan
Perhitungan untuk membuat Eluen
Metanol : Asam asetat : Etil asetat
1 : 8 : 1
Volume 50 ml
Perhitungan nilai Rf pada masing – masing sampel
. Panadol Extra

Rf = =
. Bodrex

Rf = =
. Paracetamol

Rf = =
. Kafein

Rf = =

Anda mungkin juga menyukai