Anda di halaman 1dari 4

INDUSTRI FARMASI DI INDONESIA

Indonesia merupakan negara terbesar di kawasan ASEAN, termasuk dari sisi kapitalisasi nilai obat-
obatan. Indonesia juga termasuk new emerging market di Asia. Jumlah penduduk terbesar di ASEAN
sehingga potensi kebutuhan obat-obatannya juga sangat tinggi. Berikut rangkuman kondisi farmasi di
Indonesia:

Untuk pemerintahan Jokowi sekarang membuat paket deregulasi XI yang dicanangkan presiden akhir
tahun 2015 membuat perubahan “peta persaingan” industri farmasi nasional. Pada jaman pemerintahan
Jokowi juga “pada akhirnya” memasukan Industri Farmasi Nasional ke alam industri unggulan,pada
pemerintahan sebelum-sebelumnya industri farmasi tidak dilirik, hanya memasukkan industri-industri
yang berorientasi sumber daya alam.

http://farmasiindustri.com/cpob/kondisi-industri-farmasi-indonesia.html
http://metode1.blogspot.co.id/2013/06/analisa-industri-farmasi-indonesia.html
Pemerintah melalui PP no 15 tahun 2015 tentang Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional
(RIPIN) tahun 2015-2035 mempunyai

Visi :

Indonesia Menjadi Negara Industri Tangguh yang bercirikan:


• Struktur industri nasional yang kuat, dalam, sehat dan berkeadilan
• Industri Yang Berdaya SaingTinggi Di Tingkat Global
• Industri Yang Berbasis Inovasi Dan Teknologi

Misi :

• Sebagai pilar dan penggerak perekonomian nasional


• Kedalaman dan kekuatan struktur industri
• Mandiri, berdaya saing, dan maju, serta industri hijau
• Kepastian berusaha, persaingan sehat, mencegah pemusatan/penguasaan industri
• Kesempatan usaha dan perluasan kesempatan kerja
• Pemerataan pembangunan industri
• Meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan

http://farmasiindustri.com/cpob/kondisi-industri-farmasi-indonesia.html
http://metode1.blogspot.co.id/2013/06/analisa-industri-farmasi-indonesia.html
Jumlah Industri Farmasi Indonesia

Pada tahun 2016  ini terdapat kenaikan jumlah industri asing /PMA yang cukup signifikan dari 24 Industri
Farmasi (IF)pada tahun 2014-2015 menjadi 35 IF. Ini menunjukkan minat industri asing terhadap potensi
pasar farmasi indonesia sangat tinggi, didorong oleh adanya BPJS/JKN melalui sistem ecatalog. Ini sangat
berbeda dengan kondisi awal tahun ini dimana banyak terjadi PHK pada perusahaan farmasi asing
dimana mereka kalah bersaing dengan industri farmasi lokal.

Di sisi lain terdapat penurunan jumlah PMDN dari 178 di tahun 2015 menjadi 169 IF. Ini berarti ada
kepindahan kepemilikan dari lokal menjadi milik asing. Nampaknya perusahaan asing membeli
kepemilikan industri farmasi nasional yang telah existing. Ini merupakan “jalan pintas” yang masuk akal
buat mereka daripada membangun pabrik dan pasar dari awal.

ANALISIS SWOT

 Strength (Kekuatan) 
Dari sudut pandang teknik farmasi, teknologi dan kualitas obat-obatan yang diproduksi di Indonesia
sangat baik. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa Good Manufacturing Practice dengan standar
yang tinggi telah diterapkan di Indonesia. Proses produksi ini, sebagian besar masih padat karya
dengan biaya tenaga kerja yang relatif rendah. Jumlah industri yang besar dan heterogen
menyebabkan semua segmen pasar dapat memenuhi kebutuhan mereka yang sesuai dengan
kemampuan masing-masing. 

 Weakness (Kelemahan) 
Komponen impor obat masih sangat tinggi, mencakup 90% dari bahan baku yang digunakan
(senyawa aktif dan pendukung) dan sekitar 50% dari bahan kemasan. Produksi domestik senyawa
aktif relatif kecil dan tidak signifikan, harga tidak bersaing dengan harga bahan yang diimpor. Upaya
swasembada substansi dasar sering tersandung pada fakta-fakta, antara lain: berbagai jenis bahan
dasar digunakan oleh industri farmasi (hingga 6.000 jenis), banyak di antaranya apabila
dikembangkan dalam skala produksi tidak layak secara ekonomi, masalah utama adalah dalam
penyediaan bahan dasar untuk bahan baku dari produk lokal. Hal ini berkaitan dengan industri kimia
dasar yang belum berkembang untuk mendukung dalam memasok bahan antara substansi dasar
untuk pembuatan obat. Ketergantungan intermediate substansi dasar pada tingkat tertentu dapat
mengurangi manfaat dari sintesis lokal. Koordinasi antara industri terkait tidak cukup baik, sebagai
contoh, koordinasi antara industri petrokimia dan industri farmasi. Seringkali industri farmasi
menghadapi kesulitan karena bahan dasar tidak dapat diproduksi secara lokal. 

Perlu dicatat bahwa dari sudut pandang lain, swasembada bisa dicapai jika nilai ekspor bahan dasar
sama atau lebih besar dibandingkan dengan yang nilai impor. Dalam konteks ini, Indonesia tidak
perlu untuk menghasilkan semua dari 6.000 jenis yang disebutkan di atas, seandainya memang
memiliki nilai ekspor yang cukup. Jumlah industri besar (300 industri) dengan nilai pasar yang relatif

http://farmasiindustri.com/cpob/kondisi-industri-farmasi-indonesia.html
http://metode1.blogspot.co.id/2013/06/analisa-industri-farmasi-indonesia.html
kecil, sehingga pasar sangat terfragmentasi sebagai akibat dari skala ekonomi yang rendah, hal
tersebut disebabkan oleh efisiensi rendah dan banyak kapasitas menganggur (idle) (ISFI, 1997). 

Industri farmasi pada dasarnya merupakan industri yang knowledge intensive dan sangat diatur,
tetapi aspek regulasi industri farmasi di Indonesia cukup berat. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa
kebijakan yang ada disusun lebih berdasarkan pada semangat mengendalikan daripada
mengembangkan, implementasi lambat karena ketidakseimbangan antara jumlah aparat
pemerintah yang melakukan kontrol dan industri swasta yang dilayani. Rantai lainnya yang
merupakan bagian dari aspek pemasaran dan distribusi produk industri farmasi masih belum
seimbang secara kualitatif dan kuantitatif. 

 Opportunities (Kesempatan) 
Populasi Indonesia yang besar dan konsumsi obat per kapita yang rendah menunjukkan potensi
untuk mengembangkan pasar. Peluang ekspor terbuka karena globalisasi dan pasar terbuka serta
pelaksanaan praktek manufaktur yang baik di Indonesia. Sudah adanya kecenderungan untuk
mengembangkan sistem kesehatan yang tepat dalam hal distribusi dokter yang diperlukan termasuk
spesialis. Adanya integrasi MDGs sebagai bagian dari program pembangunan nasional dalam upaya
menangani penyelesaian terkait dengan isu-isu yang sangat mendasar tentang pemenuhan hak asasi
dan kebebasan manusia, perdamaian, keamanan, dan pembangunan. 

 Threat (Ancaman) 
Persaingan Global yang terjadi di dunia telah memengaruhi banyak hal, termasuk menurunnya daya
saing dan daya beli masyarakat dan industri Indonesia termasuk dalam membeli obat atau dalam
penyediaan obat. Kondisi ini merupakan ancaman untuk kelangsungan hidup industri farmasi
nasional, khususnya untuk pasar lokal. Salah satu dampak globalisasi adalah ratifikasi ACFTA, GATT,
termasuk TRIPs, Hukum Paten, mobilitas sumber daya yang sangat tinggi dan persaingan bebas. Bagi
industri farmasi PMDN dan beberapa industri farmasi tertentu, investasi asing yang digunakan
mengandalkan produk mereka dengan menyalin strategi produk baru, yang masih dalam paten,
kondisi semacam ini dapat dianggap sebagai ancaman. Hukum Paten dapat menjadi kesempatan
bagi industri farmasi investasi dalam negeri untuk meningkatkan kinerja, tetapi industri ini belum
siap, terutama dalam dukungan riset mereka. Juga dengan masih ditemukannya obat palsu yang
beredar di pasaran yang menyebabkan harga obat lebih sukar untuk dikendalikan. 

http://farmasiindustri.com/cpob/kondisi-industri-farmasi-indonesia.html
http://metode1.blogspot.co.id/2013/06/analisa-industri-farmasi-indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai