Anda di halaman 1dari 6

PAPER WORK

POLITIK INTERNASIONAL

DI SUSUN OLEH
FARIDA AHYATI
ROCHIM
NIM. 0421001P
KELAS ILMU POLITIK : 023

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK


SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
CANDRADIMUKA
PALEMBANG

ANALISA KEKUATAN INDONESIA DALAM MENGHADAPI GELOMBANG


“BISNIS FARMASI” SELAMA PANDEMIK COVID-19
Farida Ahyati Rochim
Sekolah Tinggi Ilmu Pemerintahan Candradimuka Palembang
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pandemi Covid-19 yang terjadi memberikan beban berat, beban penuh risiko yang
memaksa Indonesia untuk menghadapi dan mengelolanya. Semua pilar kekuatan diasah dan
diuji. Selain beban, pandemi covid-19 ini juga memberikan kesempatan Indonesia untuk
dapat melakukan perbaikan diri. Dalam perjalanan sejarah bangsa, Indonesia telah melewati
etape ujian yang berat termasuk resesi dan krisis yang datang setelah merdeka. Namun, ujian
tersebut memperkokoh fondasi sosial, politik, dan ekonomi bangsa Indonesia.
Pandemi membuat orang menyerbu apotik, memborong vitamin dan obat-obatan. Selain
itu, mereka juga ramai-ramai membeli berbagai suplemen kesehatan, masker, hand sanitizer,
sampai tisyu basah. Permintaan terhadap obat resep (ethical drug), terutama untuk penyakit
non-covid, umumnya malah anjlok. Pandemi rupanya mengurangi kunjungan pasien non-
covid ke rumah sakit. Akibatnya, produsen obat-obat paten, yang lazimnya memiliki profit
margin lebih tinggi, kehilangan banyak pendapatan. Sebaliknya, produsen obat bebas (over
the counter ) dan suplemen, cenderung panen. Sayangnya, obat bebas cenderung lebih rendah
marginnya ketimbang obat paten.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari paper ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui Kekuatan Indonesia dalam bisnis farmasi selama pandemic covid-19
2. Mengetahui Pertumbuhan Bisnis Farmasi selama pandemic covid-19

1.3 Pembahasan
Pandemi membuat orang menyerbu apotik, memborong vitamin dan obat-obatan. Selain
itu, mereka juga ramai-ramai membeli berbagai suplemen kesehatan, masker, hand sanitizer,
sampai tisyu basah. Penjualan sebagian produk memang melonjak, tapi kelompok produk
lain, justru melorot. Permintaan terhadap obat resep (ethical drug), terutama untuk penyakit
non-covid, umumnya malah anjlok. Pandemi rupanya mengurangi kunjungan pasien non-
covid ke rumah sakit. Akibatnya, produsen obat-obat paten, yang lazimnya memiliki profit
margin lebih tinggi, kehilangan banyak pendapatan. Sebaliknya, produsen obat bebas (over
the counter ) dan suplemen, cenderung panen. Sayangnya, obat bebas cenderung lebih rendah
marginnya ketimbang obat paten.
Laporan keuangan beberapa perusahaan farmasi mencatat, secara umum bisnis obat-
obatan sepanjang 2020 cukup mengesankan. Laba operasional, yaitu laba kotor dikurangi
beban biaya operasi, rata-rata meningkat cukup pesat.
Berikut Graphic kinerja saham farmasi Indonesia :

Sumber : https://lokadata.id/artikel/bisnis-farmasi-obat-bebas-diburu-obat-resep-
tersendat
Dari 11 perusahaan farmasi yang tercatat di bursa saham, delapan di antaranya
membukukan pertumbuhan laba usaha positif, hanya tiga yang negatif.
Tiga perusahaan yang laba usahanya menyusut, masing-masing Darya Varia Laboratoria,
Merck, dan Phapros, selama ini dikenal sebagai produsen obat resep -- sedangkan delapan
yang tumbuh positif, seperti Sido Muncul, Pyridam dan Kalbe Farma adalah perusahaan yang
kuat dengan produk obat bebas dan suplemen. Sido Muncul, misalnya, mengandalkan
penjualan pada Tolak Angin dan minuman suplemen Kuku Bima, sedangkan Pyridam pada
produk vitamin D3 yang di masa pandemi memang sedang naik daun. Sementara itu, Kalbe
Farma berjaya dengan penjualan obat bebas seperti Komix, Woods, Entrostop dan Promag.
Kalbe juga mengandalkan produk minuman dan suplemen seperti Extra Joss, Nutrive
Benecol, dan Prenagen.

Jika ditelaah lebih dalam, melesatnya penjualan obat bebas dan turunnya obat resep juga
tampak jelas dari rincian kinerja masing-masing segmen, di setiap perusahaan.
Di era pandemi Covid-19 ini industri farmasi juga mengalami dampaknya. Bahan baku
farmasi nasional sebagian besar diimpor, baik dari China maupun India. Alhasil, saat
pandemi melanda dunia dan mengakibatkan kedua negara pemasok bahan baku tersebut
harus menutup aksesnya (lockdown), pasokan bahan baku farmasi nasional terhambat.
Kondisi ini tentu mengganggu proses bisnis perusahaan farmasi.
Lebih dari 90% bahan baku industri farmasi nasional masih bergantung pada produk
impor. Namun, saat ini pemerintah melalui Kementerian Kesehatan dan Kementerian
Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong terwujudnya kemandirian dan peningkatan
daya saing industri farmasi dalam negeri. Hal ini sejalan dengan Instruksi Presiden Republik
Indonesia Nomor 6 tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat
Kesehatan. Untuk mendukung kemandirian tersebut pula, Kemenperin menerbitkan Peraturan
Menteri Perindustrian Nomor 16 Tahun 2020 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penghitungan
Nilai Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) Produk Farmasi.
Berikut Graphic Target Pertumbuhan Industri Farmasi Nasional :
Sumber : https://ekonomi.bisnis.com/read/20201022/257/1308478/revolusi-industri-
farmasi-di-tengah-pandemi-covid-19.

Industri farmasi sedang menghadapi kondisi moderate raised di mana permintaan produk-
produk farmasi yang berkaitan dengan penanganan Covid-19 mengalami peningkatan
signifikan, tetapi di sisi lain permintaan produk yang tidak berkaitan langsung dengan Covid-
19, tidak mengalami pertumbuhan atau mengalami penurunan. Persoalannya jumlah pasien
penyakit kronis yang berkunjung ke rumah sakit turun signifikan dan pelayanan dokter gigi
juga sempat ditutup sementara waktu, sehingga beberapa produk yang tidak berkaitan
langsung dengan Covid-19 tumbuh melambat. Namun, dalam hal ini kami tetap optimistis
akan tetap tumbuh hingga akhir 2020 mengingat saat ini aturan PSBB sudah dilonggarkan,
dan beberapa layanan dokter gigi juga sudah aktif kembali sehingga dapat menstimulasi
pertumbuhan kinerja di sektor obat–obatan yang tidak terkait dengan Covid-19.
Secara langsung beberapa produk juga mengalami dampak akibat wabah Covid-19 seperti
Antimo yang identik dengan traveling, cukup tertekan di sepanjang 2020. Begitu juga dengan
produk etikal/resep, khususnya yang diindikasikan bagi penyakit yang tidak berhubungan
dengan Covid-19, karena jumlah dokter atau dokter gigi yang praktek dan jumlah kunjungan
pasien non Covid-19 ke rumah sakit menurun tajam. Di sisi lain produk multivitamin tumbuh
signifikan.
Namun, yang terpenting adalah bahwa dibutuhkan strategi baru untuk mencapai target di
akhir tahun dan tetap tumbuh bagi setiap industri farmasi. Dalam hal ini kami
mengoptimalisasi semua saluran yang bisa digunakan dalam rangka meningkatkan
pertumbuhan kinerja di tengah pandemi. Industri farmasi juga harus mengubah strategi
pemasaran, di antaranya dengan optimalisasi digital, khususnya untuk produk obat bebas.
Adanya pandemi Covid-19 merupakan salah satu pendorong revolusi industri farmasi
nasional, sehingga diharapkan dukungan semua pihak untuk bisa memajukan industri farmasi
dalam negeri demi mencapai ketahanan nasional tentunya. Sehingga bisnis farmasi dapat
terus berkembang demi memenuhi kebutuhan masyarakat dalam menanggulangi pandemi.

1.4 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari paper work ini adalah sebagai berikut :
1. Pandemi mengurangi kunjungan pasien non-covid ke rumah sakit. Akibatnya,
produsen obat-obat paten, yang lazimnya memiliki profit margin lebih tinggi,
kehilangan banyak pendapatan. Sebaliknya, produsen obat bebas (over the counter )
dan suplemen, cenderung panen. Sayangnya, obat bebas cenderung lebih rendah
marginnya ketimbang obat paten.
2. Di era pandemi Covid-19 ini industri farmasi juga mengalami dampaknya. Bahan
baku farmasi nasional sebagian besar diimpor, baik dari China maupun India. Alhasil,
saat pandemi melanda dunia dan mengakibatkan kedua negara pemasok bahan baku
tersebut harus menutup aksesnya (lockdown), pasokan bahan baku farmasi nasional
terhambat. Kondisi ini tentu mengganggu proses bisnis perusahaan farmasi.
3. Adanya pandemi Covid-19 merupakan salah satu pendorong revolusi industri farmasi
nasional, sehingga diharapkan dukungan semua pihak untuk bisa memajukan industri
farmasi dalam negeri demi mencapai ketahanan nasional tentunya. Sehingga bisnis
farmasi dapat terus berkembang demi memenuhi kebutuhan masyarakat dalam
menanggulangi kasus pandemi Covid-19 di tiap daerah yang ada di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai