Anda di halaman 1dari 27

Judul : DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP PERILAKU

KONSUMEN DAN PERKEMBANGAN USAHA WARUNG ROCKZARELLA


DI KABUPATEN BARRU.”

Latar Belakang

Semenjak WHO (World Healthy Organization) mengumumkan bahwa


COVID-19 merupakan pandemi dunia, perilaku konsumen di berbagai sektor
bisnis berubah. Konsumen menjadi sangat berhati-hati untuk melakukan
konsumsi dan berusaha untuk menjaga diri dan keluarganya untuk tetap
bertahan di situasi ini.

Pandemi Covid-19 yang melanda seluruh wilayah di dunia berdampak pada


berbagai sektor, tak terkecuali sektor kuliner.

Pemerintah telah mengambil langkah untuk membatasi kegiatan masyarakat


melalui Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) guna menghambat
penyebaran virus corona Covid-19. Hal ini berdampak pada melambatnya
roda perekonomian masyarakat. Secara tidak langsung, hal ini juga turut
membentuk kebiasaan baru bagi setiap orang. Tidak hanya kaum pekerja yang
terbiasa dengan work from home, tapi juga bagi masyarakat umum dengan
pola konsumsi mereka.

Menurunnya kegiatan ekonomi akibat pembatasan aktivitas di luar rumah ini


sangat dirasakan oleh masyarakat kelas bawah, termasuk para pedagang kecil.
Banyak warung yang terpaksa tutup karena tidak ada pembeli yang datang.
Mereka pikir, daripada rugi, lebih baik tidak jualan.

Namun rupanya, tidak semua pedagang kecil merasakan dampak negatif dari
pandemi Covid-19. Ada warung dan pedagang kecil yang ternyata masih bisa
bertahan. Contohnya warung makan Lauk Sambal Bude Ndut yang ada di
Jalan Haji Muala, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

Menyikapi kasus ini maka berbagai kebijakan mulai dimunculkan. Mulai


penerapan work from home, social distancing dan physical distancing, sampai
diberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Tentu ini akan
menimbulkan dampak bagi perekonomian di Indonesia.

Seruan untuk pemberlakuan social distancing mempunyai dampak yang tidak


sekadar menjauhkan hubungan fisik manusia namun juga mengganggu
perilaku ekonomi masyarakat. Namun, pilihan untuk social distancing dinilai
lebih baik daripada keputusan untuk lockdown dan kebijakan herd immunity.
Wacana lockdown dapat membuat laju perekonomian semakin berat. Tingkat
konsumsi melemah yang mempengaruhi beberapa indikator penopang
ekonomi. Pasokan bahan pangan dan kebutuhan yang menurun
mengakibatkan harga naik. Hal ini akan menimbulkan kelangkaan barang
yang akhirnya akan memicu keresahan sosial.

Pandemi COVID-19 yang terjadi saat ini mau tidak mau memberikan dampak
terhadap berbagai sektor. Pada tataran ekonomi global, pandemi COVID-19
memberikan dampak yang sangat signifikan pada perekonomian domestik
negara-bangsa dan keberadaan UMKM. Laporan Organisation for Economic
Co-operation and Development (OECD) menyebutkan bahwa pandemi ini
berimplikasi terhadap ancaman krisis ekonomi besar yang ditandai dengan
terhentinya aktivitas produksi di banyak negara, jatuhnya tingkat konsumsi
masyarakat, hilangnya kepercayaan konsumen, jatuhnya bursa saham yang
pada akhirnya mengarah kepada ketidakpastian.

Indonesia yang didominasi oleh keberadaan Usaha Mikro, Kecil, dan


Menengah (UMKM) sebagai tulang punggung perekonomian nasional juga
terdampak secara serius tidak saja pada aspek total produksi dan nilai
perdagangan akan tetapi juga pada jumlah tenaga kerja yang harus kehilangan
pekerjaannya karena pandemi ini.

Masalah-masalah diatas juga semakin meluas jika dikaitkan dengan adanya


kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diterapkan di
beberapa wilayah di Indonesia. Merujuk pada Peraturan Menteri Kesehatan
No. 9/2020 tentang Pedoman PSBB dalam rangka Percepatan Penanganan
COVID-19, PSBB meliputi pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam
suatu wilayah yang diduga terinfeksi COVID-19 termasuk pembatasan
terhadap pergerakan orang dan/atau barang untuk satu provinsi atau
kabupaten/kota tertentu untuk mencegah penyebaran COVID19.7
Pembatasan tersebut paling sedikit dilakukan melalui peliburan sekolah dan
tempat kerja, pembatasan kegiatan keagamaan, dan/atau pembatasan
kegiatan di tempat atau fasilitas umum. Ditakutkan dengan adanya PSBB,
aktivitas ekonomi terutama produksi, distribusi, dan penjualan akan
mengalami gangguan yang pada akhirnya berkontribusi semakin dalam pada
kinerja UMKM dan perekonomian nasional seperti hasil kajian Kementerian
Keuangan diatas.

Wabah COVID-19 yang merebak hampir di seluruh belahan dunia mulai


menampakkan dampaknya pada sektor krusial food and beverage (FnB) di
Indonesia. Beberapa perusahaan berbasis FnB berskala besar maupun kecil
mulai menjerit karena penurunan omset yang sangat drastis akibat dari
wabah asal Wuhan ini. 

Bisnis FnB yang tertindih adalah kedai-kedai kopi, hampir seluruh kedai kopi
mengeluh akan kerugian dan omset yang menurun drastis semenjak adanya
pandemik menular ini. Padahal, kedai kopi ini selalu menjadi tempat incaran
para kaum penikmat kopi, mahasiswa yang mengerjakan tugas,
kerja freelance, hingga bertemu jodoh. Namun, apa daya akhirnya kedai-kedai
kopi ini menjadi sepi tak berpengunjung, apalagi sejak diberlakukannya
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Dampak fatal ini mulai dirasakan oleh Koinonia, salah satu kedai kopi yang
berlokasi di Ruko Dalton, Gading Serpong. Hampir berjalan satu tahun, bisnis
yang dirintis oleh Tatang Wijaya ini tak pernah ada keluhan penurunan omset
yang sangat drastis, bahkan cafe ini selalu diserbu oleh para penikmat kopi
dan mahasiswa, atau pemesanan lewat ojek daring.

Koinonia baru-baru ini memperluas usahanya di Ruko Golden 8, Gading


Serpong bersama mitra, Edho Yoko dengan konsep full Coffee Shop, yang
menyediakan tempat indoor dan outdoor yang nyaman untuk para pecinta
kopi, dan menjual cemilan seperti pancake hingga makanan berat seperti
paket nasi.

Tatang Wijaya mengaku bahwa wabah COVID-19 ini mengakibatkan


penurunan omset yang cukup mengejutkan
baik offline maupun online. Cafe Koinonia sendiri mengalami penurunan
sebesar 90%, atau hampir tidak ada konsumen yang datang ke Koinonia.
Sedangkan, untuk konsep penjualan lewat Grab dan Gojek mengalami
penurunan hingga 40%. Namun, fakta tersebut tak mematahkan semangat
pria berusia 30 tahun ini, Koinonia tetap ingin bertahan dengan
mengutamakan kesehatan para konsumen dengan memperbanyak postingan
mengenai kesehatan lewat media sosial seperti Instagram. 

Selain hanya berharap agar pandemik COVID-19 ini cepat berlalu, Koinonia
juga menerapkan beberapa strategi supaya tetap bertahan di tengah
ketidakpastian;
Suatu perusahaan dalam mengeluarkan produk sebaiknya disesuaikan dengan
kebutuhan dan keinginan konsumen. Dengan begitu maka produk dapat bersaing di
pasaran, sehingga menjadikan konsumen memiliki banyak alternatif pilihan produk
sebelum mengambil keputusan untuk membeli suatu produk yang ditawarkan. Hal
inilah yang menjadikan peran promosi penting untuk perusahaan.
Dengan promosi perusahaan dapat mengkomunikasikan produk kepada konsumen.
Keunggulan-keunggulan dari produk dapat diketahui oleh konsumen dan dapat
menarik konsumen untuk mencoba dan kemudian mengambil keputusan untuk
membeli produk tersebut. Jadi promosi merupakan salah satu aspek yang penting
dalam manajemen pemasaran karena dengan promosi, konsumen yang semula
tidak tertarik terhadap produk dapat berubah fikiran untuk membeli produk.
Perusahaan menggunakan promosi untuk memicu transaksi, sehingga konsumen
mau membeli suatu merek tertentu serta mendorong tenaga penjualan untuk secara
agresif menjualnya. Selain itu promosi mampu merangsang permintaan akan suatu
produk. Dengan promosi tersebut diharapkan konsumen mau membeli produk
tersebut dan mendorong konsumen yang telah membeli agar membeli produk lebih
sering lagi, sehingga akan terjadi pembelian ulang dan volume penjualan produk
suatu perusahaan akan meningkat.

Promosi merupakan faktor penting dalam mewujudkan tujuan penjualan suatu


perusahaan agar konsumen bersedia menjadi langganan. Mereka terlebih dahulu
harus dapat mencoba atau meneliti barang-barang yang diproduksi oleh
perusahaan, akan tetapi mereka tidak akan melakukan hal tersebut, jika kurang
yakin terhadap barang tersebut. Disinilah perlu mengadakan promosi yang terarah,
karena diharapkan dapat memberikan pengaruh positif terhadao meningkatnya
penjualan (Sugiyono, Endar 2004:17)

Berdasarkan pemantauan yang dilakukan terhadap beberapa hal yang


mempengaruhi keputusan pembelian oleh konsumen dalam membeli roti dengan
merk SARI ROTI, diantaranya yaitu konsumen melihat apakah produk tersebut
berkualitas dan apakah baik untuk dikonsumsi karena banyaknya roti yang
menggunakan bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi tubuh. Dan kenyataannya
adalah roti tersebut sangat terjaga kualitasnya, sangat lezat, roti yang empuk dan
aman untuk dikonsumsi, karena roti tersebut langsung dibuat dipabriknya dan
langsung dijual oleh penjual dari pabrik tersebut. Roti ini tidak dijual di
supermarket atau di warung-warung, dikarenakan produk ini sangat dijaga
kualitasnya, yaitu jangka waktu roti yang dijual tidak lama karena perusahaan
ingin konsumen mendapatkan roti yang segar atau lezat untuk dikonsumsi.
Setelah beberapa waktu diteliti dilapangan secara langsung dengan menanyakan
pendapat dari konsumen juga penjual dari pabrik, diketahui bahwa roti ini sangat
diminati dan setiap konsumen yang mengetahui tentang kualitas juga rasa roti ini
konsumen tersebut kembali membeli lagi dan lagi.

Dengan promosi yang baik diharapkan akan terjadi komunikasi antara produsen
dengan konsumen. Dengan adanya komunikasi tersebut diharapkan dapat
memperoleh konsumen baru dan mempertahankan konsumen lama. Berdasarkan
uraian tersebut, maka penelitian ini berjudul

“PENGARUH KUALITAS PRODUK DAN PROMOSI TERHADAP


KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK “SARI ROTI”, DI KEC. TAMPAN,
PEKANBARU.”

Rumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka dapat disimpulkan rumusan masalah


sebagai berikut :

Adakah pengaruh kualitas produk terhadap keputusan pembelian produk “Sari


Roti”, di Kec. Tampan, Pekanbaru.

Adakah pengaruh promosi terhadap keputusan pembelia produk “Sari Roti”, di


Kec.Tampan, Pekanbaru.

Adakah pengaruh kualitas produk dan promosi terhadap keputusan pembelian


produk “Sari Roti “, di Kec. Tampan, Pekanbaru.

Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian

Adakah tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh kualitas produk terhadap keputusan


pembelian produk “Sari Roti”,di Kec. Tampan, Pekanbaru.

Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh promosi terhadap keputusan pembelian


produk “Sari Roti”,di Kec. Tampan, Pekanbaru.

Manfaat penelitian

Beberapa manfaat yang diharapkan dalam hasil penelitian ini adalah :


Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan. Secara besar penelitian ini berguna bagi :

Bagi Penulis

Kegunaan penelitian ini bagi penulis yaitu untuk dapat mengaplikasikan ilmu
pengetahuan yang penulis dapatkan selama menjadi mahasiswa di Fakultas
Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Suska Riau.

Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini dapat menghasilkan informasi yang bermanfaat sebagai bahan
evaluasi terhadap efektifitas dan efisiensi dalam menerapakan strategi pemasaran
yang efektif.

Bagi pihak lain

Hasil dari penelitian ini dapat memberikan ilmu pengetahuan yang penulis
terutama dibidang pemasaran tentang faktor poduk dan promosi terhadap
keputusan pembelian.

Sistematika Penelitian

Untuk memudahkan pemahaman dalam penulisan penelitian ini, penulis


membaginya kedalam enam bab. Dimana dalam setiap babnya hanya difokuskan
untuk membahas satu permasalahan saja. Adapun pokok-pokok yang dibahas pada
masing-masing bab tersebut, dikemukakan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Pada bab ini menguraikan teori-teori yang mendukung pemecahan masalah


penelitian sehingga dapat disimpulkan suatu hipotesis dan variabel-variabel
penelitian.

BAB III : METODE PENELITIAN


Pada bab ini akan dijelaskan dan di uraikan tentang lokasi penelitian, jenis dan
sumber data, populasi dan sampel, teknik dan metode pengumpulan data serta
analisis data. Dengan demikian dapat diketahui berapa jumlah sampel yang dapat
penulis ambil, teknik dan metode serta analisa apa saja yang tepat untuk
digunakan.

BAB IV : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Pada bab ini penulis memuat sejarah singkat berdirinya perusahaan, kegiatan,
aktivitas dan pertumbuhan perusahaan serta stuktur organisasi perusahaan.

BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan menguraikan mengenai analisis dari hasil penelitian yang di
lakukan.

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini menjelaskan tentang rangkuman pembahasan dari bab-bab


sebelumnya dalam suatu kesimpulan penelitian dan berisikan saran-saran yang
kiranya bisa bermanfaat bagi pihak terikat (perusahaan).

Landasan Teori.

Produk
Pengertian Produk.

Pengertian Produk Pengertian produk ( product ) adalah segala sesuatu yang dapat
ditawarkan kepasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan, atau
dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan (Kotler &
Armstrong. 2001 : 346).
Secara konseptual produk adalah pemahaman subyektif dari produsen atas sesuatu
yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui
pemenuhan kebutuhan dan kegiatan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan
kapasitas organisasi serta daya beli pasar. Selain itu produk dapat pula
didefinisikan sebagai persepsi konsumen yang dijabarkan oleh produsen melalui
produksinya. Produk dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar
pengambilan keputusan pembelian.

Atribut Produk.
Ada beberapa atribut yang menyertai dan melengkapi produk (karakteristik atribut
produk) adalah (Kotler & Amstrong 2001:354)
Merek (branding).
Merek (brand) adalah nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan, atau kombinasi
dari semua ini yang dimaksudkan untuk mengindetifikasi produk atau jasa dari satu
atau kelompok penjual dan membedakannya dari produk pesaing. Pemberian
merek merupakan masalah pokok dalam strategi produk. Pemberian merek itu
mahal dan memakan waktu, serta dapat membuat produk itu berhasil atau gagal.
Nama merek yang baik dapat menambah keberhasilan yang besar pada produk
(Kotler&Amstrong, 2001:360).

Kualitas Produk (Product Quality).


Pengertian Kualitas.
Kualitas ditinjau secara subyektif adalah sesuatu yang cocok dengan selera (Fitnes
For Use) jadi suatu produk bisa dikatakan berkualitas apabila produk tersebut
mempunyai kecocokan penggunaan bagi dirinya. Ditinjau dari sudut pandang
produsen, kualitas dapat diartikan sebagai kesesuaian dengan spesifikasinya, baik
sesuai dengan fisiknya, produsennya juga sesuai dengan persuaratannya.
Ada beberapa para ahli berpendapat yang mendefinisikan kualitas secara berbeda :
Menurut American Society For Quality Control, Kualitas adalah keseluruhan cirri
serta sifat dari suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuan
produk atau pelayanan tersebut untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan
(tersirat). Definisi tersebut berpusat pada pelanggan. Kita dapat menyatakan bahwa
perusahaan memberikan kualitas apabila produk atau pelayanan mereka memenuhi
atau melebihi harapan pembeli (Kotler, Philip. 2000 : 49).
Pendapat lain dari salah satu pakar kualitas mengatakan bahwa kualitas adalah
“Perfomance to the standart expected by the costumer”. Sedangkan, menurut
pendapat yang lain “Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan
dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau
melebihi harapan” (Tjiptono, Fandy. 2000 : 51).
Dari pengerian di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas yang baik itu harus
berorientasi pada pelanggan, dalam hal ini kualitas dimulai dengan kebutuhan
pelanggan dan diakhiri dengan kepuasan pelanggan. Kualitas ini bersifat kompleks,
yaitu mencakup produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan sebagai usaha untuk
memenuhi atau melebihi harapan pelanggan sehingga mereka merasa puas bahkan
sangat puas setelah membeli produk tersebut. Selain itu kualitas merupakan
kondisi yang selalu berubah, apa yang harus dianggap berkualitas saat ini mungkin
dianggap kurang berkualitas pada masa mendatang. Oleh sebab itu, perusahaan
selaku produsen harus dapat memberikan, mempertahankan dan meningkatkan
kualitas produknya kepada konsumen. Jika kualitas yang baik tetap dijaga atau
bahkan ditingkatkan, maka konsumen akan merasa puas sehingga permintaan
bertambah banyak yang mengakibatkan volume penjualan naik dan pada akhirnya
keuntungan perusahaan dapat diperoleh sesuai dengan apa yang diharapkan.

Pengertian Kualitas Produk.


Bagian dari kebijakan produk adalah perihal kualitas produk guna menciptakan
suatu pembeda atas produk perusahaan dibandingkan produk-produk lain yang
sejenis meskipun memiliki atribut produk yang sama.
Definisi kualitas produk itu sendiri sangat beragam sehingga tidak ada definisi
yang ada, terdapat pokok-pokok yang dapat digunakan untuk menjelaskan konsep
kualitas tersebut, yaitu:
Kualitas meliputi usaha mewujudkan harapan konsumen.
Kualitas suatu produk akan mencakup produk itu sendiri, pelayanan yang diberikan
manusia yang terlibat proses dan lingkungannya.
Kualitas merupakan skondisi yang selalu berubah dimana sesuatu yang dianggap
berkualitas dimasa yang akan datang (Tjiptono, Fandy. 2000:3).

Kualitas produk (Product Quality) adalah kemampuan suatu produk untuk


melaksanakan fungsinya meliputi, daya tahan keandalan, ketetapan kemudahan
operasi dan perbaikan, serta atribut bernilai lainnya. Untuk meningkatkan kualitas
produk perusahaan dapat menerapkan program “Total Quality Manajemen
(TQM)”. Selain mengurangi kerusakan produk, tujuan pokok kualitas total adalah
untuk meningkatkan nilai pelanggan. Dalam penelitian ini yang menjadi kualitas
produk adalah perusahaan yang sangat memperhatikan jangka waktu roti yang baik
untuk dikonsumsi, varian rasa, roti yang lezat dan empuk.

Tingkatan Produk.
Pada dasarnya tingkatan produk adalah sebagai berikut:
Produk Inti (Core Product).
Produk inti terdiri dari manfaat inti untuk pemecahan masalah yang dicari
konsumen ketika mereka membeli produk atau jasa. Manfaat inti dari dari roti (sati
roti) ini adalah aman dikonsumsi karena kualitas dari roti ini dijaga oleh
perusahaan, seperti tidak menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya, roti yang
dijual oleh penjual dari perusahaan hanya untuk satu hari saja. Kelebihan dari roti
(sari roti) ini adalah roti yang empuk, rasa roti yang lezat, banyak varian rasa,
dijaga kebaikannya untuk konsumen, cocok dimakan sendiri dan bersama keluarga.
Produk Aktual (Actual Product).
Seorang perencana produk harus menciptakan produk aktual (actual product)
disekitar produk inti. Karakteristik dari produk aktual diantaranya, tingkat kualitas,
nama merek, kemasan yang dikombinasikan dengan cermat untuk menyampaikan
manfaat inti. Produk aktual dari kerupuk rambak yaitu, kemasan yang awet,
kualitas yang terjamin, pemilihan merek yang pas untuk mendukung produk agar
lebih disukai konsumen.

Produk Tambahan.
Produk tambahan harus diwujudkan dengan menawarkan jasa pelayanan tambahan
untuk memuaskan konsumen, misalnya dengan menanggapi dengan baik claim
dari konsumen dan melayani konsumen lewat telepon jika konsumen mempunyai
masalah atau pertanyaan (Kotler&Amstrong, 2001:349).

Klasifikasi Produk.
Klasifikasi produk bisa dilakukan atas berbagai macam sudut pandang.
Berdasarkan berwujud tidaknya, produk dapat diklasifikasikan kedalam dua
kelompok utama yaitu barang dan jasa (Tjiptono, Fandy, 2000:98). Ditinjau dari
aspek daya tahannya, terdapat dua macam barang, yaitu:
Barang Tidak Tahan Lama (Nondurable Goods)
Barang tidak tahan lama adalah barang berwujud yang biasanya habis dikonsumsi
dalam satu atau beberapa kali pemakaian. Contohnya adalah sabun, minuman dan
makanan ringan, kapur tulis, gula dan garam. Dalam hal ini roti “SARI ROTI”
termasuk convinience goods.
Barang Tahan Lama (Durable Goods)
Barang tahan lama merupakan barang berwujud yang biasanya bisa bertahan lama
dengan banyak pemakaian (umur ekonomisnya untuk pemakaian normal adalah
satu tahun atau lebih). Contohnya antara lain TV, lemari es, mobil dan komputer.
Selain berdasarkan daya tahannya, produk pada umumnya juga diklasifikasikan
berdasarkan siapa konsumennya dan untuk apa produk tersebut dikonsumsi.
Berdasarkan kriteria ini, produk dapat dibedakan menjadi barang konsumen
(costumer’s goods) dan barang industri (industrial’s goods). Barang konsumen
adalah barang yang dikonsumsi untuk kepentingan konsumen akhir sendiri
(individu dan rumah tangga), bukan untuk tujuan bisnis. Umumnya barang
konsumen dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis yaitu :
Convinience Goods
Convinience goods merupakan barang yang pada umumnya memiliki frekuensi
pembelian tinggi (sering beli), dibutuhkan dalam waktu segera, dan hanya
memerlukan usaha yang minimum (sangat kecil) dalam pembandingan dan
pembeliannya. Contohnya sabun, pasta gigi, baterai, makanan, minuman, majalah,
surat kabar, payung dan jas hujan.
Shopping Goods
Shopping goods adalah barang-barang dalam proses pemilihan dan pembeliannya
dibandingkan oleh konsumen diantara berbagai alternatif yang tersedia. Kriteria
perbandingan tersebut meliputi harga, kualitas dan model masing-masing barang.
Contohnya alat-alat rumah tangga (TV, mesin cuci tape recorder), furniture
(mebel), pakaian.
Specially Goods
Specially Goods adalah barang-barang yang memiliki karakteristik dan identifikasi
merek yang uni di mana sekelompok konsumen bersedia melakukan usaha khusus
untuk membelinya. Contohnya adalah barang-barang mewah dengan merek dan
model spesifik.
Unsought Goods.
Unsought goods merupakan barang-barang yang diketahui konsumen atau kalau
sudah diketahui tetapi pada umumnya belum terfikirkan untuk membelinya.
Contohnya asuransi jiwa, batu, nisan, tanah kuburan (Tjiptono, Fandy, 2000:99-
100).

Kualitas Produk dalam Perspektif Islam.


Dalam Al Quran yang behubungan dengan hal konsumsi yaitu, gunakanlah barang-
barang yang baik dan bermanfaat untuk memenuhi keinginan dan kebuthan kita.
Karena dengan barang-barang yang bermanfaat dan baik akan membawa kita ke
perbuatab yang baik pula. Barang-barang yang bermanfaat dan baik disini yaitu
yang memiliki kualitas baik. Sebagaimana yang tercantum dalam Al Quran surat
Al-Baqarah ayat 168 :
 ••     
      
   
Artinya : “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena
sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu (Al-Baqarah:168)”
Kualitas merupakan hal yang terpenting dalam memproduksi suatu produk. Karena
dengan kualitas yang tinggi akan membuat konsumen atau masyarakat lebih
berminat untuk membeli. Kualitas produk merupakan prioritas utama dalam
sebuah produk. Dimana produk jika tidak mempunyai kualitas yang tinggi akan
mengakibatkan kehancuran atau keterbelakangan dibanding produk pesaingnya.
Islam memprioritaskan kebaikan dan kualitas untuk segala sesuatu terutama
barang-barang produksi yang akan dikonsumsi yang mana nantinya akan
memberikan kepuasan pada penggunaanya.
Dalam hadist mendorong untuk memperbagus produk dan meningkatkan
kualitasnya, seperti hadist di bawah ini : “Sesungguhnya Allah mewajibkan
kebaikan pada segala hal” (HR Muslim:3615)
Jadi di sini dijelaskan jangan sembarangan dalam memproduksi suatu barang,
tetapi harusnya kita memproduksi barang yang bagus dan berkualitas sehingga
dapat kokoh bersaing dipasaran. Dan juga kita jangan memproduksi barang yang
hanya mementingkan larisnya saja tanpa memperhatikan apakah barang itu
membawa mudharat baik itu didunia atau di akhirat. Dalam Islam memprioritaskan
kebaikan dan juga kualitas dalam memproduksi atau mengkonsumsi suatu barang
atau jasa. Karena dengan adanya kebaikan dan kualitas yang tinggi akan
menjadikan harapan dan impian konsumen akan suatu barang terhadap
kebutuhannya akan tercapai (Qardhawi, Hal:320)
Oleh karena itu, kita wajib memproduksi barang yang membawa manfaat bagi
manusia dan tidak berbahaya bagi mereka. Walaupun manfaatnya kecil kita wajib
memilahnya. Maka dari itu, di dalam masyarakat muslim tidak diperbolehkan
memproduksi minuman keras dan barang-barang memabukkan atas hal-hal yang
membuat polusi lingkungan atau berbahaya bagi kehidupan manusia dan
kesehatannya.

Promosi.
Pengertian Promosi
Promosi merupakan salah satu variabel di dalam marketing mix yang sangat
penting dilaksanakan oleh perusahaan dalam pemasaran produk atau jasanya.
Promosi adalah semua jenis kegiatan pemasaran yang ditujukan untuk mendorong
permintaan. Sedangkan pengertian lain promosi adalah arus informasi atau
persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi
kepada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran (Swasta, Basu
dan Handoko, Hani, T, 2000 : 315).
Kedua definisi tersebut pada pokoknya sama meskipun titik beratnya berbeda.
Definisi pertama lebih menitik beratkan pada pendorongan permintaan. Sedangkan
definisi kedua lebih menitik beratkan pada penciptaan pertukaran. Pertukaran akan
terjadi karena adanya permintaan dan penawaran, dengan adanya permintaan akan
mendorong terciptanya pertukaran. Jadi promosi merupakan salah satu aspek yang
penting dalam manajemen pemasaran dan sering dikatakan sebagai proses
berlanjut. Dengan promosi menyebabkan orang yang sebelumnya tidak tertarik
untuk membeli suatu produk akan menjadi tertarik dan mencoba produk sehingga
konsumen melakukan pembelian.
Jenis promosi atau promosional mix adalah kombinasi strategi yang paling baik
dari variabel-variabel periklanan, personal selling, dan alat promosi yang lain, yang
semuanya direncanakan untuk mencapai tujuan program penjulan (Swasta, Basu
dan Handoko, Hani, T, 2000 : 349). Definisi tersebut tidak menyebutkan secara
jelas beberapa variabel promotion mix selain periklanan dan personal selling
Variabel-variabel Promosi.
Menurut Kotler dan Armstrong variabel-variabel yang ada di dalam promotional
mix ada lima, yaitu:
Periklanan (advertising)
Segala biaya yang harus dikeluarkan sponsor untuk melakukan presentasi dan
promosi non pribadi dalam bentuk gagasan, barang atau jasa.
Penjualan Personal (personal selling)
Presentasi pribadi oleh para wiraniaga perusahaan dalam rangka mensukseskan
penjualan dan membangun hubungan dengan pelanggan.
Promosi penjualan (sales promotion)
Insentif jangka pendek untuk mendorong pembelian atau penjualan
suatu produk atau jasa.
Hubungan masyarakat (public relation)
Membangun hubungan baik dengan publik terkait untuk memperoleh dukungan,
membangun “citra perusahaan” yang baik dan menangani atau menyingkirkan
gosip, cerita dan peristiwa yang dapat merugikan.
Pemasaran langsung (direct marketing)
Komunikasi langsung dengan pelanggan yang diincar secara khusus
untuk memperoleh tanggapan langsung.
Dengan demikian maka promosi merupakan kegiatan perusahaan yang dilakukan
dalam rangka memperkenalkan produk kepada konsumen sehingga dengan
kegiatan tersebut konsumen tertarik untuk melakukan pembelian.

Tahap-tahap Pelaksanaan Promosi.


Pelaksanaan promosi akan melibatkan beberapa tahap, antara lain Swasta, Basu
dan Handoko, Hani, T, 2000 : 359-361). :
Menentukan Tujuan
Tujuan promosi merupakan awal untuk kegiatan promosi. Jika perusahaan
menetapkan beberapa tujuan sekaligus, maka hendaknya dibuat skala prioritas atau
posisi tujuan mana yang hendak dicapai lebih dulu.
Mengidentifikasi Pasar yang Dituju.
Segmen pasar yang ingin dicapai oleh perusahaan dalam promosinya harus dapat
dibatasi secara terpisah menurut faktor demografis dan psikografis. Pasar yang
dituju harus terdiri atas individu-individu yang sekiranya bersedia membeli produk
tersebut selama periode yang bersangkutan.
Menyusun Anggaran
Anggaran promosi sangat penting untuk kegiatan-kegiatan perencanaan keuangan
dari manajer pemasaran. Anggaran digunakan untuk mengarahkan pengeluaran
uang dalam mencapai tujuan tersebut.
Memilih Berita
Tahap selanjutnya dimulai dengan berita yang tepat untuk mencapai pasar yang
dituju tersebut. Sifat berita itu akan berbeda-beda tergantung pada tujuan
promosinya. Jika suatu produk itu masih berada pada tahap perkenalan dalam
siklus kehidupannya, maka informasi produk akan menjadi topik utama.
Sedangkan pada tahap selanjutnya perusahaan lebih cenderung mengutamakan
tema promosi yang bersifat persuasif.
Menentukan Promotional Mix
Perusahaan dapat menggunakan tema berita yang berbeda-beda pada masing-
masing kegiatan promosinya. Misalnya, hubungan masyarakat dapat dilakukan
untuk menciptakan kesan positif terhadap perusahaan diantara para pembeli.
Periklanannya dapat dititik beratkan untuk memberikan kesadaran kepada pembeli
tentang suatu produk atau perusahaan yang menawarkannya.
Memilih Media Mix
Media adalah saluran penyampaian pesan komersial kepada khalayak sasaran.
Untuk alternatif media secara umum dapat dikelompokkan menjadi media cetak
(surat kabar, majalah, tabloid, brosur, selebaran) media elektronik (Televisi , radio)
media luar ruang (baleho, poster, spanduk, balon raksasa) media lini bawah
(pameran, direct mail, point of purchase, kalender). Untuk itu manajer harus
memilih media yang cocok untuk ditujukan pada kelompok sasaran produk
perusahaan.
Mengukur Efektifitas
Pengukuran efektifitas ini sangat penting bagi manajer. Setiap alat promosi
mempunyai pengukuran yang berbeda-beda, tanpa dilakukannya pengukuran
efektifitas tersebut akan sulit diketahui apakah tujuan perusahaan dapat dicapai
atau tidak.
Mengendalikan dan Memodifikasi Kampanye Promosi
Setelah dilakukan pengukuran efektifitas, ada kemungkinan dilakukan perubahan
rencana promosi. Perubahan dapat terjadi pada promotional mix, media mix,
berita, anggaran promosi, atau cara pengalokasian anggaran tersebut. Yang
penting, perusahaan harus memperhatikan kesalahan-kesalahan yang pernah
diperbuat untuk menghindari kesalahan yang sama di masa mendatang.

Promosi Dalam Perspektif Islam.


Islam sebagai “Din” merupakan ajaran yang mengatur sesame aspek kehidupan
manusia, tidak terkecuali bidang ekonomi. Dalam kegiatan mu’amalah ini terdapat
ketentuan-ketentuan dasar yaitu hallal dan thayib, sehingga kegiatan yang
dilakukan tidak menimbulkan ketidakadilan, kebohongan, yang akhirnya
berdampak pada saling merugikan satu sama lain.
Kegiatan perdagangan telah dilakukan oleh Rasululloh SAW, yang sejak kecil
hingga dewasa harus berusaha sendiri mencari nafkah untuk keperluan hidupnya.
Beliau menjual barang-barang dagangan milik Siti Khadijah. Penjual yang
dilakukan membawa hasil yang luar biasa karena didasari dengan sifat belau yang
jujur dan dapat dipercaya. Dalam melakukan kegiatan perdagangan tersebut,
tentunya beliau juga telah menggunakan system komunikasi pemasaran yang
tentunyaberbeda dengan komunikasi pemasaran pada saat ini. Komunikasi yang
beliau lakukan mengandung moralitas yang tinggi dan sama sekali tidak merugikan
pihak lain.
Pada saat ini, kegiatan promosi (periklanan) lebih mengutamakan keuntungan bagi
perusahaan, karena banyak produk-produk yang diiklankan terlalu melebih-
lebihkan kualitas produk, bahkan ada yang mengandung unsure penipuan. Padahal
citra positif akan tercipta apabila iklan yang ditampilakan sesuai dengan keadaan
produk (mengandung unsure kejujuran), dengan demikian konsumen akan
mendapatkan kepuasa dan tidak merasa dirugikan.
Menurut Amir Dalam islam terdapat beberapa etika dalam melakukan komunikasi
pemasaran yang meliputi: fairness (kejujuran, keadilan, kewajaran) (Amir,
1999:55)

Kejujuran Komunikasi.
Aspek kejujuran atau objektifitas dalam komunikasi merupakan etika yang
didasarkan kepada data dan fakta, tidak memutar balikkan kenyataan yang ada dan
informasi yang disampaikan dapat diakui integritas dan kredibilitasnya. Unsur
kejujuran merupakan sifat terpenting bagi pedagang dan merupakan faktor
penyebab keberkahan pedagang dan pembeli.
Menurut Amir kejujuran dapat diistilahkan dengan:
Amanah (percaya) yaitu memelihara kepercayaan konsumen terhadap produk yang
telah dihasilkan (QS. An-Nisa’: 58)
Shidiq (jujur) yaitu informasi yang disampaikan dari berbagai media advertising
harus mengandung unsure kejujuran (QS. As-Syu’ara’).
Izh-Har Al-Haq atau berasaskan kepada kebenaran.(QS. Yunus : 82)
Lahw al-Hadist yaitu tudak terdapatsifat suka memilih cerita fiktif ataum omong
kosong demi keuntungan material (QS. Luqman : 6).
Ifk atau mengada-ada (QS. An-Nur : 11-12)
Ghoir Al-kidzb (kebohongan) yaitu tidak ada unsure kebohongan (penipuan),
karena hal tersebut dapat menyesatkan kkonsumen dan juga merugikan mereka
(QS. An-Nahl : 116)

Adil, tidak memihak


Keadilan menggambarkan keseimbangan, perbandingan, dan keharmonisan. Dalam
hal ini bagi pembuat informasi, seharusnya tidak memihak kepada salah satu pihak
(harus seimbang), mempertimbangkan dampaknya terhadap pihak lain yang
kemungkinan merasa dirugikan dengan informasi tersebut, dengan demikian
keharmonisan selalu terjaga.
Demikian juga dengan kegiatan periklanan, seharusnya tidak mementingkan pihak
perusahaan saja dalam mngejar keuntungan, kepentingan konsumen harus
diperhatikan. Karena sebenarnya, citra yang baik akan tercipta dengan sendirinya,
apabila perusahaan memperhatikan kebenaran dalam penyampaian infomasi.

Kewajaran dan kepatutan


Dalam menyampaikan sebuah informasi (dalam hal ini biro iklan) harus
mempertimbangkan patut atau tidaknya iklan yang ditampilakan pada sebuah
media. Dalam Al quran terdapat tuntunan yang bagus dalam etika komunikasi
yaitu (Amir, 1999 : 85) :
Qawlan ma’rufan yaitu perkataan atau ungkapan yang pantas sehingga tidak
menyakiti pihak lain (QS. Al-Baqoroh : 263).
Qawlan kariman yaitu harus memperlakukan orang lain dengan penuh rasa hormat
atau merendahkan (QS. Al-Isra’ : 23)
Qawlan masyuran yaitu penyajian tulisan atau bahasa yang mudah dimengerti oleh
penerima berita (iklan) (QS. Al-Isra : 28).
Qawlan balighan yaitu penyampaian informasi menggunakan perkataan yang
mengena (komunikasi efektif) (QS. An-Nisa :63).
Qawlan layyinan yaitu komunikasi yang dilakukan harus dengan perkataan yang
lemah lembut (QS. Thaha : 44)

Perilaku Konsumen.
Pengertian Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan,
mengkonsumsi, menghabiskan produk dan jasa, termasuk
proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan itu (Engel, James. F,
Roger. D. Blackwell dan Miniard, Paul. W, 1999 : 3)
Pengertian lain perilaku konsumen sebagai perilaku yan diperlihatkan konsumen
dalam mencari, membeli, menggunakan mengevaluasi dan menghabiskan produk
dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka (Swasta, Basu
dan Irwan, 1990 : 25).
Perilaku konsumen didefinisikan sebagai tindakan individu yang secara langsung
terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang-barang serta jasa
ekonomis termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan
menentukan tindakan-tindakan tersebut (AA. Mangkunegara, Anwar. P, 2002 : 3).
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku
konsumen adalah semua kegiatan, tindakan serta proses psikologis yang
mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli,
menggunakan produk dan jasa setelah melakukan hal-hal tersebut diatas atau
kegiatan mengevaluasi.

Model-model Perilaku Konsumen.


Memahami perilaku konsumen adalah sesuatu yang sangat komplek, kompleksitas
permasalahan disebabkan banyaknya variabel yang saling mempengaruhi dan
kecenderungan untuk saling berinteraksi.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen.


Ada empat faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu, budaya, sosial,
pribadi dan psikologis. Faktor-faktor ini memberi pengaruh yang cukup signifikan
terhadap konsumen dalam memilih produk yang akan dibelinya (Kotler, Philip dan
Susanto AB. 1999 : 177-178)
Faktor Budaya.
Faktor budaya mempunyai pengaruh yang luas dan mendalam terhadap perilaku,
mencakup budaya (kultur, sub budaya, dan kelas sosial). Budaya adalah susunan
nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan perilaku yang dipelajari anggota suatu
masyarakat dari keluarga dan institusi penting lainnya.
Setiap perilaku konsumen dikendalikan oleh berbagai sistem nilai dan norma
budaya yang berlaku pada suatu daerah, untuk itu perusahaan harus tahu
produknya itu dipasarkan pada daerah yang memiliki kebudayaan seperti apa.
Faktor Sosial.
Selain faktor budaya, perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial
seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status. Kelompok acuan adalah
kelompok yang memiliki pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap perilaku
seseorang. Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting
dalam masyarakat, dan anggota keluarga sangat mempengaruhi perilaku pembeli.
Sedangkan peran status seseorang yang berpartisipasi diberbagai kelompok akan
membawa pada posisi tertentu. Setiap orang akan menjalankan peran tertentu yang
akan mempengaruhi perilakunya sehingga dimungkinkan adanya perilaku yang
berbeda dalam setiap peran.Setiap peran membawa status yang mencerminkan
penghargaan yang diberikan oleh masyarakat. Seseorang sering kali memilih
produk yang menunjukkan status mereka dalam masyarakat.
Faktor pribadi.
Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti
umur pembeli dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup dan
kepribadian. Usia berhubungan erat dengan perilaku dan selera seseorang, dengan
bertambahnya usia seseorang diikuti pula dengan berubahnya selera terhadap
produk begitu juga dengan faktor pekerjaan dan keadaan ekonominya. Gaya hidup
menggambarkan keseluruhan dari seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungan
sedangkan kepribadian merupakan karakteristik psikologis yang berbeda dari
setiap orang.
Faktor Psikologis.
Faktor psikologis yang mempengaruhi pilihan pembelian yaitu motivasi, persepsi,
pengetahuan serta keyakinan dan sikap. Motivasi adalah kebutuhan yang cukup
mendorong seseorang untuk bertindak, sedangkan persepsi adalah proses
bagaimana seseorang memilih, mengatur dan menginterpretasikan masukan
informasi untuk menciptakan gambaran yang berarti. Pengetahuan atau
pembelajaran diartikan sebagai perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul
dari pengalaman. Keyakinan adalah pemikiran diskriptif yang dianut seseorang
tentang suatu hal, sedangkan sikap diartikan sebagai evaluasi, perasaan, emosional,
dan tindakan seseorang terhadap suatu objek atau gagasan.

Keputusan Pembelian
Pengertia Keputusan.
Pengertian keputusan pembelian adalah tahap dalam proses pengambilan
keputusan pembeli di mana konsumen benar-benar membeli. Pengambilan
keputusan merupakan suatu kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam
mendapatkan dan mempergunakan barang yang ditawarkan (Kotler&Amstrong,
2001 : 226).
Tahap-tahap Proses Keputusan Pembelian.
Para konsumen melakukan lima tahap dalam melakukan pembelian. Kelima tahap
tersebut tidak selalu terjadi, khususnya dalam pembelian yang tidak memerlukan
keterlibatan yang tinggi dalam pembelian. Para konsumen dapat melewati
beberapa tahap dan urutannya tidak sesuai.
Pengenalan masalah
Proses membeli dengan pengenalan masalah atau kebutuhan pembeli menyadari
suatu perbedaan antara keadaan yang sebenarnya dan keadaan yang diinginkanya.
Kebutuhan itu dapat digerakkan oleh rangsangan dari dalam diri pembeli atau dari
luar.Misalnya kebutuhan orang normal adalah haus dan lapar akan meningkat
hingga mencapai suatu ambang rangsang dan berubah menjadi suatu dorongan
berdasarkan pengalaman ynag sudah ada. Seseorang telah belajar bagaimana
mengatasi dorongan itu dan dia didorong kearah satu jenis objek yang diketahui
akan memuaskan dorongan itu.
Pencarian Informasi.
Konsumen mungkin tidak berusaha secara aktif dalam mencari informasi
sehubungan dengan kebutuhannya. Seberapa jauh orang tersebut mencari informasi
tergantung pada kuat lemahnya dorongan kebutuhan, banyaknya informasi yang
dimiliki, kemudahan memperoleh informasi, tambahan dan kepuasan yang
diperoleh dari kegiatan mencari informasi. Biasanya jumlah kegiatan mencari
informasi meningkat tatkala konsumen bergerak dari keputusan situasi pemecahan
masalah yang terbatas kepemecahan masalah yang maksimal.
Evaluasi alternatif
Informasi yang didapat dari calon pembeli digunakan untuk memperoleh gambaran
yang lebih jelas mengenai alternatif-alternatif yang dihadapinya serta daya tarik
masing-masing alternatif. Produsen harus berusaha memahami cara konsumen
mengenal informasi yang diperolehnya dan sampai pada sikap tertentu mengenai
produk merek dan keputusan untuk membeli.
Keputusan pembelian
Produsen harus memahami bahwa konsumen mempunyai cara sendiri dalam
menangani informasi yang diperolehnya dengan membatasi alternatif-alternatif
yang harus dipilih atau dievaluasi untuk menentukan produk mana yang akan
dibeli.
Perilaku setelah pembelian
Apabila barang yang dibeli tidak memberikan kepuasan yang diharapkan, maka
pembeli akan merubah sikapnya terhadap merek barang tersebut menjadi sikap
negatif, bahkan mungkin akan menolak dari daftar pilihan. Sebaliknya bila
konsumen mendapat kepuasan dari barang yang dibelinya maka keinginan untuk
membeli terhadap merek barang tersebut cenderung untuk menjadi lebih kuat.
Produsen harus mengurangi perasaan tidak senang atau perasaan negatif terhadap
suatu produk dengan cara membantu konsumen menemukan informasi yang
membenarkan pilihan konsumen melalui komunikasi yang diarahkan pada orang-
orang yang baru saja membeli produknya.

Penelitian Terdahulu.
Dalam penelitian ini dilakukan oleh Anna Nur’aidah pada tahun 2002 dangan judul
“ Pengaruh Harga Terhadap Keputusan Pembelian”. Dengan variabel yang diteliti
meliputi : Harga (X) dan Keputusan Pembelian (Y) serta menggunakan metode
kuantitatif dengan alat analisisnya menggunakan regresi linier berganda.
Berdasarkan hasil hepotesisnya yaitu variabel harga diskon merupakan variabel
yang dominan pengaruhnya terhadap keputusan pembelian konsumen dari variabel
lainnya.
Selanjutnya peneliti yang kedua oleh Indah Mitayani pada tahun 2005 yang
berjudul “ Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian Sepatu Pada
House Of Mr Pink “. Dengan variabel yang diteliti meliput: Kuailtas Produk (X)
dan Keputusan Pembelian (Y) serta menggunakan metode kuantitatif dengan alat
analisisnya menggunakan regresi linier berganda.
Berdasarkan hasil hipotesisnya yaitu Variabel Kualitas Produk yaitu Durability
( daya tahan ) mempunyai pengaruh paling besar dari variabel lainnya.
Selanjutnya peneliti yang keempat dilakukan oleh Haryani 2006 dengan
judul:”Pengaruh Harga,Produk dan Promosi Terhadap Keputusan Pembelian
Deterjen “Daia” Konsumen Ibu Tangga. Dengan variabel diteliti meliputi: Harga
(X1), Produk (X2),Promosi (X3), dan Keputusan Pembelian (Y) serta
menggunakan metode kuantitatif dengan alat analisisnya menggunakan regresi
berganda.
Berdasarkan hasil hipotesisnya yaitu Ada pengaruh yang signifikan anatara harga,
produk dan promosi terhadap keputusan pembelia deterjen Daia konsumen ibu
rumah tangga adalah 64,8% dengan sumbangan secara parsial variabel produk
(39,7%), promosi (16,2%) dan harga (12,4%).
Penelitian yang kelima oleh Noo Maesa Merdiana pada tahun 2008 dengan judul
“Pengaruh Promosi Penjualan Terhadap Keputusan Pembelian. Dengan variabel
yang diteliti meliputi: Promosi Penjualan (X) dan Keputusan Pembelian (Y) serta
menggunakan metode kuantitatif dengan alat analisisnya menggunakan regresi
linier berganda.
Berdasarkan hasil hipotesisnya yaitu Variabel Promosi Penjualan (19,45%)
Mempunyai pengaruh paling besar dari Keputusan Pembelian(19,45%), dan
sisanya dipengaruhi faktor lain sebesar (80,55%).
Hipotesis.
Hipotesis ini mengambarkan pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel
terikat yaitu pengaruh kualitas produk dan promosi terhadap keputusan pembelian
“Sari Roti”. Suatu keputusan pembelian dapat terjadi karena adanya produk unggul
dan adanya promosi yang baik.
Keunggulan produk yang dapat diwujudkan dalam merek yang sudah dikenal,
pengemasan yang baik, kualitas dan rasa dari produk. Selain keunggulan produk
juga didukung dengan promosi yang baik yaitu melalui penjualan perseorangan
(personal selling), promosi penjualan (sales promosion), hubungan masyarakat
(public relation).
Dengan adanya keunggulan produk dan promosi yang baik, maka diharapkan
konsumen akan melakukan keputusan pembelian dan juga melakukan pembelian
ulang. Dari uraian diatas jelas bahwa kualitas produk dan promosi akan
mempengaruhi keputusan pembelian. Hubungan ini dapat dilihat dalam bagan
berikut.

Gambar 1.1
Model Hipotesis
PRODUK (X1)
(Kotler & Philip, 2000)
Merk KEPUTUSAN
Pengemasan PEMBELIAN
Kualitas (Kotler&Philip,2000)
Rasa
Pilihan Produk
Penentuan saat pembelian
Loyalitas
pelanggan

PROMOSI (X2)
(Kotler & Amstrong, 2001)

Penjualan Personal
Promosi Penjualan
Hubungan masyarakat

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat semntara terhadap permasalahan


penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, Suharsimi,
2002:64). Berdasarkan landasan teori diatas maka dirumuskan hipotesis penelitian
sebagai berikut: Ha : β ≠ 0
Berdasarkan kerangka berpikir tersebut di atas dapat diambil rumusan hipotesis
sebagai berikut : “Diduga ada pengaruh kualitas produk dan promosi terhadap
keputusan pembelian produk “Sari Roti”, di Kec. Tampan, Pekanbaru”

Variabel Penelitian.
Variabel penelitian ini adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian (Arikunto, Suharsimi. 2002 : 96). Dalam penelitian ini
terdapat 2 ( dua ) variabel bebas ( X ) dan satu variabel terikat ( Y ).
Variabel Bebas / Independent Variabel ( X )
Yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain atau yang diselidiki pengaruhnya.
Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah :
Produk (X1)
Yaitu hasil akhir dari proses produksi yang berupa barang atau jasa yang dapat
ditawarkan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen. Dengan
indikatornya meliputi merek, pengemasan, kualitas dan rasa dari produk.
Promosi (X2)
Yaitu harus informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan
seseorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam
pemasaran dengan indikatornya yaitu, penjualan perseorangan, promosi penjualan,
dan hubungan masyarakat
Variabel Terikat/Dependent Variabel (Y)
Variabel terikat Variabel terikat adalah gejala atau unsur variabel yang dipengaruhi
variabel lain. Yang menjadi variabel terikat dari penelitian ini adalah keputusan
pembelian produk “Sari roti”.

Metode Penelitian.
Lokasi dan Waktu Penelitian.
Penelitian ini dilakukan di PT. Nippon Indosari Corpindo, Pekanbaru. Penelitian
ini dimulai sejak bulan Maret 2013 hingga bulan Juni 2013.

Jenis dan Sumber Data


Untuk membantu penulis dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan
jenis data sebagai berikut :
Data Primer
Yaitu data yang langsung penulis peroleh dari jawaban responden terhadap
kuisioner yang dibagikan kepada para konsumen tentang keadaan penjualan,
promosi yang dilakukan, harga yang ditetapkan dan pelayanan yang diberikan.
Data Sekunder
Yaitu data atau informasi yang telah diolah dan disiapkan dari bahan-bahan
laporan, jadi yang penulis peroleh dari PT. Nippon Indosari Corpindo, Pekanbaru
seperti data lokasi perusahaan, sejarah perusahaan, struktur organisasi serta
pembagian tugas.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data ini penulis melakukan pengumpulan data dengan cara
sebagai berikut :
Interview
Mengadakan wawancara langsung tentang variabel-variabel yang dibahas didalam
penelitian dengan pimpinan perusahaan maupun dengan karyawan perusahaan.
Observasi
Dengan mengadakan suatu pengamatan atau peninjauan langsung mengenai
operasional perusahaan untuk memperoleh gambaran yang sebenanrnya.
Kuisioner
Yaitu mengumpulkan data dengan mengajukan daftar pertanyaan yang menjadi
objek pembahasan dengan beberapa aspek yang terkait di dalamnya yang ditujukan
kepada konsumen PT. Nippon Indosari Corpindo, Pekanbaru.

Populasi dan Sampel


Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2009 : 115).
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah konsumen PT. Nippon Indosari
Corpindo, Pekanbaru yang berada di wilayah Kecamatan Tampan dalam satu tahun
terakhir yaitu 2012 berjumlah 560 orang.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Sampel dalam penelitian ini ditetapkan 85 orang konsumen PT. Nippon
Indosari Corpindo, Pekanbaru satu tahun terakhir. Jumlah sampel ini diketahui
dengan menggunakan rumus slovin (Umar, 2013:146).
n=□(N/(1+N(e)²))
Dimana :
n : ukuran sampel
N : Jumlah populasi, yang diambil pada tahun 2012 sebesar 560 orang
e : Persentase kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan. Pengambilan sampel
yang masih dapat ditoleril atau diinginkan dalam penelitian ini sebesar 10%
n=□(N/(1+N(e)²))
n=□(560/(1+560(0,1)²))
n=□(560/(1+5,6))
n=□(560/6,6)
n=84,84
Dibulatkan menjadi 85
Jadi yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah 85 responden. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode non probability
sampling, yaituteknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau
kesempatan sama bagi setiap unsuratau anggota populasi untuk dipilih menjadi
sampel,adapun cara penentuan sampel dengan menggunakan metode aksidental,
yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan,siapa saja yang secara
kebetulan bertemu dengan penelitian dapat digunakan sebagai sampel,bila di
pandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono,
2009:122)
Analisis Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode regresi linier berganda, yaitu
suatu metode statistik yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel
bebas dan terikat. Analisa regresi linear berganda memberikan kemudahan bagi
pengguna untuk mamasukkan lebih dari satu variabel, ditujukan dengan persamaan
sebagai berikut :

Y = a + b1X 1 + b2X2
Dimana :
Y : Penjualan (Keputusan Pembelian Produk)
a : Konstanta
b1, b2, : koefisien regresi
X1 : Produk
X2 : Promosi

Dalam menganalisis data yang yang diperoleh, penulis menggunakan metode


deskriptif kuantatif, yaitu suatu cara yang dapat menjelaskan hasil penelitian yang
ada dengan teori yang ada, kemudian ditarik kesimpulan.
Pengukuran variabel-varibel yang terdapat pada dalam model analisis penelitian ini
yang bersumber dari jawaban atas pertanyaan yang terdapat dalam angket. Karena
semua jawaban tersebut bersifat deskriptif, sehingga diberi nilai agar menjadi data
kuantitatif. Penentuan nilai jawaban untuk setiap pertanyaan menggunakan metode
skala Likert dengan pembobotan setiap pertanyaan sebagai berikut ::
Jika memilih jawaban Sangat Setuju (SS), maka diberi nilai 4
Jika memilih jawaban Setuju (S), maka diberi nilai 4
Jika memilih jawaban Netral (N), maka diberi nilai 3
Jika memilih jawaban Tidak Setuju (TS), maka diberi nilai 2
Jika memilih jawaban Sangat Tidak Setuju (STS), maka diberi nilai 1

Uji Kualitas Data


Kualitas data penelitian suatu hipotesis sangat tergantung pada kualitas data yang
dipakai dalam penelitian tersebut. Kualitas data penelitian ditentukan oleh
instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data untuk menghasilkan data
yang berkualitas (Haryanto, 2003:20)
Uji Validitas
Pengujian validitas dilakukan untuk menguji apakah jawaban dari kuisioner dari
responden benar-benar cocok untuk digunakan dalam penelitian ini atau tidak.
Adapun kriteria pengambilan keputusan uji validitas untuk setiap pertanyaan
adalah nilai Corected Item to Total Corelation atau nilai r hitung harus berada di
atas 0.3. Hal ini dikarenakan jika r hitung lebih kecil dari 0.3, berarti item tersebut
memiliki hubungan yang lebih rendah dengan item-item pertanyaan lainnya dari
pada variabel yang diteliti, sehingga item tersebut dinyatakan tidak valid
(Sugiyono, 2007:48)

Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah hasil jawaban dari
kuisioner oleh responden benar-benar stabil dalam mengukur suatu gejala atau
kejadian. Instrumen yang rialibel adalah instrumen yang digunakan beberapa kali
untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.
Adapun kriteria pengambilan keputusan untuk uji reliabilitas adalah dengan
melihat nilai Cronbach Alpha ( α ) untuk menghasilkan variabel. Dimana suatu
variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0.06.
Uji normalitas Data
Pengujian Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel dependen dengan variabel independen mempunyai distribusi normal atau
tidak . Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati
normal. Pegujian dilakukan dengan melihat penyebaran data (titik) pada Sumbu
diagonal dari grafik scatter plot,dasar pengambilan keputusannya adalah jika data
meyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal maka model regresi
memenuhi asumsi normalitas. Jika data menyebar jauh dari refresi atau tidak
mengikuti arus garis diagonal, maka modal regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas.

Uji Asumsi Klasik


Tujuan pengujian asumsi klasik adalah untuk mengetahui apakah hasil estimasi
regresi yang dilakukan terbebas dari bisa yang mengakibatkan hasil regresi yang
tidak valid dan akhirnya hasil regresi tersebut tidak dapat dipergunakan sebagai
dasar untuk menguji hipotensis dan penarikan kesimpulan. Tiga asumsi klasik yang
perlu diperhatikan:
Uji multikolonieritas.
Tujuan utama pengujian Multikolonieritas adalah untuk menguji apakah pada
modal regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen digunakan
untuk mendeteksi ada tindaknya multikolonieritas dalam penelitian adalah dengan
menggunakan Variance Inflation Factor (VIF) yang merupakan kebalikan dari
toleransi sehingga formulanya adalah sebagai berikut : VIF= 1/(( 1-R^2)) dimana
R² merupakan koefisien determinasi. Bila korelasi kecil artinya menunjukan nilai
VIF akan besar lainnya. Sebaliknya VIF < 10 maka dianggap tidak terdapat
multikolonieritas.
Uji Autokorelasi
Autukorelasi merupakan korelasi atau hubungan yang terjadi antara anggota-
anggota dari serangkai pengamatan yang tersusun dalam times series pada waktu
yang berbeda. Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi lincar ada kolerasi antara kesalahan pengganggu pada periode t. Jika
ada,,berarti terdapat autokorelasi. Dalam penelitian ini keberadaan Autokorelasi
diuji dengan Durbin Watson dengan rumus sebagai berikut:
d = (∑_(t=2)^(t=n)▒ 〖 (e_1-e_(t- 1)) 〗 )/(∑_(t=2)^(t=n)▒e_1^2 )
Keterangan :
Jika angka angka D – W dibawah -2 berarti terdapat Autokorelasi positif.
Jika angka D – W diantara -2 sampai 2 berarti tidak terdapat Autokorelasi.
Jika D – W diatas 2 berarti terdapat Autokorelasi negatif.
Untuk menentukan batas tidak terjadinya Autokorelasi dalam model regresi
tersebut adalah du < d < 2 dimana du adalah batas atas dari nilai d Durbin Watson
yang terdapat pada tabel uji Durbin Watson. Sedangkan d merupakan nilai d
Durbin Watson dari hasil perhitungan yang dilakukan. Model regresi tidak
mengandung masalah Autokorelasi jika kriteria du < d t tabel atau Sig < α maka :
H_a diterima karena memiliki pengaruh yang signifikan.
H_o ditolak karena tidak terdapat pengaruh yang signifikan.
Apabila t hitung α, maka :
H_a Ditolak karena tidak memiliki pengaruh yang signifikan
H_o Diterima karena terdapat pengaruh yang signifikan
Uji Secara Simultankoefisien
Uji secara simultan (uji F) digunakan untuk mengetahui seberapa besar variabel
independent (X1,X2,) secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel
dependen (Y). Analisis uji F dilakukan dengan membandingkan F hitung dan F
tabel. Sebelum membandingkan nilai F, harus ditentukan tingkat kepercayaan (1-
α) dan derajat kebebasan (degree of freedom) – n – (k+1) agar dapat ditentukan
nilai kritinya. Adapun nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebesar 0,05. Dimana kriteria pengambilan keputusan yang digunakan adalah
sebagai berikut :
Apabila F hitung > F tabel atau Sig < α maka :
H_a diterima karena terdapat pengaruh yang signifikan.
H_o ditolak karena tidak terdapat pengaruh yang signifikan
Apabila F hitung α maka :
H_a ditolak karena tidak memiliki pengaruh yang signifikan
H_o diterima karena terdapat pengaruh yang signifikan

Koefisien Determinasi (R²)


Koefisien Determinasi (R²) digunakan untuk mengetahui persentase variabel
independen secara bersama-sama dapat menjelaskan variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi adalah diantara nol dan satu. Jika koefisien determinasi (R²)
= 1, artinya variabel independen memberikan infomasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variabel-variabel dependen. Jika koefisien determinasi (R²) = 0,
artinya varibel independen tidak mampu menjelaskan pengaruhnya terhadap
variabel dependen.

DAFTAR PUSTAKA

AA. Mangkunegara, Anwar. P, 2002. Perilaku Consumen. Bandung: Repika


Aditama.
Amir, 1999. Etika Komunikasi Massa dalam Pandangan Islam. Khairul Bayan,
Jakarta.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Engel, James. F, Roger. D. Blackwell dan Miniard, Paul. W. 1994. Perilaku
Konsumen. Edisi Keenam. Jilid I. Jakarta: Binarupa Aksara.
Kotler & Armstrong. 2001. Prinsip-prinsip Pemasaran Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Kotler & Armstrong. 2001. Prinsip-prinsip Pemasaran Jilid II. Jakarta: Erlangga.
Kotler, Philip. 2000. Manajemen Pemasaran Edisi I. Jakarta: Prenhallindo. 2000.
Kotler, Philip dan Susanto. AB. 1999. Manajemen Pemasaran di Indonesia,
Analisis , Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian. Jakarta: Salemba Empat.
Sugiyono, Endar. 2004. Pengaruh Persepsi Produk, Harga dan Promosi Terhadap
Omset Penjualan Pada Industri Kecil Keramik Di Kec. Banjarharjo Kab. Brebes.
Skripsi, UNNES.
Swasta, Basu dan Irawan. 1990. Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta:
Liberty. Hal:25
Swasta, Basu dan Handoko, Hani, T. 2000. Manajemen Pemasaran Analisa dan
Perilaku Konsumen. Yogyakarta: Liberty

Anda mungkin juga menyukai