Anda di halaman 1dari 7

DAMPAK COVID-19 TERHADAP

PELAKU USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM)


DI PASAR INDUK BREBES KABUPATEN BREBES

Makhalul Ilmi
Mahasiswa Pascasarjana Ekonomi Syariah IAIN Syekh Nurjati Cirebon

ABSTRAK
Penelitian ini mengkaji tentang dampak adanya covid-19 terhadap pendapatan pelaku usaha
mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Pasar Induk Brebes Kabupaten Brebes. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat adanya pandemi covid-19 terhadap
keadaan ekonomi pelaku UMKM di Pasar Induk Brebes. Proses pengumpulan data dilakukan dengan
cara melakukan wawancara kepada beberapa pedagang yang berjualan di komplek Pasar Induk
Brebes, seperti pemilik toko sembako, toko gerabah, pedagang sayuran, pedagang buah-buahan, conter
HP dan lainnya yang berjumlah 20 responden. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan dengan tujuan menggambarkan
kondisi yang berlangsung saat penelitian dilakukan, Dengan demikian penelitian ini diharapkan
mampu memotret secara jelas bagaimana dampak covid-19 terhadap pendapatan UMKM di Pasar
Induk Brebes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pandemi covid-19 telah menimbulkan dampak
yang kurang menguntungkan bagi pelaku UMKM di Pasar Induk Brebes, di mana hampir semua
pelaku usaha mengalami penurunan omset penjualan, sehingga berdampak pada pendapatan yang
diterima sebagai akibat menurunnya daya beli masyarakat. Jumlah orang miskin pun bertambah, dan
orang yang sebelumnya miskin untuk sementara tetap miskin.
Kata Kunci : covid-19, UMKM, pedagang.

ABSTRACT
This study examines the impact of the Covid-19 on the income of micro, small and medium
enterprises (MSMEs) in the Brebes Main Market, Brebes Regency. This study aims to determine the
impact caused by the COVID-19 pandemic on the economic condition of MSME actors in the Brebes
Main Market. The data collection process was carried out by conducting interviews with several
traders who sell in the Brebes Main Market complex, such as owners of basic food shops, pottery
shops, vegetable traders, fruit traders, cellphone counters and others, totaling 20 respondents. This
research uses descriptive qualitative method. Descriptive research is research carried out with the
aim of describing the conditions that took place when the research was conducted. Thus, this research
is expected to be able to clearly capture the impact of COVID-19 on MSME income in the Brebes
Main Market. The results of the study show that the COVID-19 pandemic has had an unfavorable
impact on MSME actors in the Brebes Main Market, where almost all business actors experienced a
decrease in sales turnover, thus affecting the income received as a result of the decline in people's
purchasing power. The number of poor people also increases, and people who were previously poor
temporarily remain poor.
Key words : covid-19, MSMEs, traders.

PENDAHULUAN
Pandemi virus corona yang kemudian lebih dikenal dengan Covid-19 ini telah menyebabkan
bencana mengerikan di hampir seluruh dunia. Covid-19 merupakan suatu wabah yang tidak bisa
dianggap biasa saja. Jika dilihat dari gejala orang yang terinfeksi, orang yang belum pahan virus ini
akan mengiranya hanya sebatas flu biasa, namun berdasarkan analisis amperan virus ini cukup
berbahaya. Covid-19 ini telah menimbulkan malapetaka yang dampaknya masih terus dirasakan
hingga saat ini.
Untuk menekan laju penyebaran Covid-19, Pemerintah negara-negara di dunia menerapkan
kebijakan yang ketat, seperti larangan berkerumun, jaga jarak sosial (social distancing), bahkan jaga
jarak secara fisik (physical distancing). Pemerintah Indonesia sendiri memberlakukan sistem jaga
jarak sosial yang disebut PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) dan larangan berkerumun.
Kebijakan ini tentu memberikan dampak yang sangat buruk bagi perekonomian, karena banyak
perusahaan berhenti berproduksi, menghentikan distribusi dan para pedagang sendiri tidak menjual
dagangannya secara face to face karena masyarakat diminta untuk tinggal di rumah (stay at home).
Dampaknya, banyak pekerja kehilangan pekerjaannya, sehingga daya beli masyarakat menurun dan
perkonomian benar-benar terpuruk.
Hampir semua level ekonomi kita terkena dampak dari kebijakan Pemerintah dalam
mengendalikan penyebaran Covid-19, salah satunya adalah usaha mikro, kecil dan menengah
(UMKM). Terpukulnya UMKM ini disebabkan karena beberapa factor seperti terjadinya PHK besar-
besaran dalam waktu yang hampir bersamaan, sehingga menurunkan daya beli masyarakat, larangan
berkerumun dan kebijakan stay at home yang diterapkan Pemerintah, sehingga para pedagang tidak
bisa menjalankan aktivitas perdagangannya secara off-line, serta kekhawatiran yang berlebihan di
sementara pelaku usaha akan penyebaran Covid-19, sehingga mereka tidak berani sama sekali menjual
atau membeli barang dagangan secara off-line pasca pemberlakuan new normal sekalipun. Kondisi ini
tentu berdampak pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang diyakini akan terus mengalami
penurunan hingga kondisi benar-benar membaik.
Di Pasar Induk Brebes, para pedagang menjerit akibat pandemi Covid-19 yang melanda
masyarakat. Covid-19 merupakan penyakit yang mudah menyebar kapan dan dimanapun
melalui kontak fisik maupun non fisik. Penyebaran covid-19 tidak memandang level masyarakat,
itu dari kalangan elit maupun kalangan menengah ke bawah. Salah satu tempat penyebaran
covid-19 adalah pasar, karena pasar merupakan tempat berkumpulnya banyak orang dan terjadi
transaksi jual-beli yang melibatkan kontak fisik di dalamnya. Pemerintah sudah menerapkan
kebijakan social distancing dan physical distancing, di mana ada pembatasan kegiatan di tempat-
tempat yang menyebabkan kerumunan seperti pasar, tempat ibadah, dan kegiatan-kegiatan yang
mengundang berkumpulnya banyak orang.
Dampak yang paling dirasakan oleh para pedagang di Pasar Induk Brebes adalah
penurunan pendapatan akibat kebijakan social distancing. Para pedangang kebingungan untuk
menjual barang dagangannya karena sulitnya mendapatkan pembeli di masa pandemi, sehingga
pendapatan mereka pun turun drastis.
Adanya masalah tersebut mendorong kami melakukan sebuah penelitian yang bertujuan
untuk mengetahui dampak covid-19 terhadap ekonomi UMKM di Pasar Induk Brebes. Dari
Penelitian tersebut diharapkan dapat memberikan informasi kepada pembaca tentang dampak
yang dialami oleh pedagang UMKM di Pasar Induk Brebes dan dapat memberikan solusi berupa
tindakan untuk mengatasi masalah tersebut.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Menurut Sugiyono (2018)


penelitian kuantitatif deskriptif merupakan salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya adalah
sistematis, terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal pembuatan desain penelitian.
Sedangkan penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan tujuan untuk bisa
menggambarkan kondisi yang berlangsung saat penelitian dilakukan. Dengan demikian penelitian
ini diharapkan dapat mendeskripsikan dampak dari Covid-19 terhadap pendapatan pelaku UMKM
di Pasar Induk Brebes. Sumber data dalam penelitian ini berasal dari beberapa pedagang di Pasar
Induk Brebes yang meliputi pedagang sambako, pedagang gerabah, toko ATK & poto kopi, konter
HP, pedagang bumbu masak, sayuran, buah-buahan, kios daging, kios ikan, dan warung makan.
Analisis data dilakukan dengan model interaktif yang dilakukan dengan tiga tahap yaitu :
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan (Purbawati, 2020). Tahap reduksi data
dilakukan dengan cara menyeleksi data dengan berfokus pada dampak Covid-19 terhadap
pendapatan pedagang atau pelaku UMKM di Pasar Induk Brebes. Selanjutnya tahap penyajian
data berupa hasil deskripsi dampak Covid-19 terhadap UMKM di Pasar Induk Brebes, serta cara
mengatasi permasalahan yang ditimbulkan. Selanjutnya tahap penarikan kesimpulan.

KERANGKA TEORITIK
Dalam menganalisa hasil penelitian ini, teori yang digunakan adalah teori fungsional
structural yang dikembangkan Durkheim. Menurutnya, orang-orang menjadi miskin karena gagal
mengikuti atau gagal beradaptasi dengan kondisi yang selalu berubah, sehingga mengganggu
keberfungsiannya, seperti akses akan informasi terbatas, tidak mampu mengikuti pendidikan, dan
hubungan sosialnya terbatas. Hal inilah yang membuat orang tetap menjadi miskin karena kalah
bersaing (disfungsi).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dan pembahasan penelitian ini fokus pada dampak yang ditimbulkan akibat adanya
Covid-19 terhadap pendapatan UMKM di Pasar Induk Brebes. Berikut tabel yang menunjukkan
pengaruh Covid-19 terhadap pendapatan pedagang atau pelaku UMKM di Pasar Induk Brebes :

Tabel Perbandingan Pendapatan Pelaku UMKM Pasar Induk Brebes


No. Jenis Perdagangan Pendapatan Sblm Pendapatan Pendapatan
Covid-19 Saat Covid-19 Saat N-Normal
1 Toko sembako 100% 60% 100%
2 Toko gerabah 100% 40% 70%
3 Toko ATK & foto copy 100% 40% 70%
4 Konter HP & Pulsa 100% 60% 90%
5 Pedagang bumbu masak 100% 50% 90%
6 Pedagang sayuran 100% 50% 90%
7 Pedagang buah-buahan 100% 40% 70%
8 Pedagang daging 100% 30% 50%
9 Pedagang ikan 100% 40% 70%
10 Warung Makan 100% 50% 80%

Berdasarkan tabel tersebut di atas diketahui bahwa semua jenis usaha segmen UMKM di
Pasar Induk Brebes terkena dampak dari kebijakan penanganan Covid-19 oleh Pemerintah. Rata-
rata pendapatan pelaku UMKM tersebut mengalami penurunan drastis saat musim covid-19 dan
belum sepenuhnya pulih saat new normal. Adapun pembahasannya secara lebih rinci dapat
dijelaskan sebagai berikut :
Terjadi penurunan pendapatan di semua jenis usaha antara 40% - 70%. Jenis usaha yang
paling parah terkena dampak adalah pedagang daging yang omsetnya menurun hingga 70%,
disusul toko gerabah, toko ATK, pedagang buah dan ikan, masing-masing menuruh hingga 60%
dibanding posisi semula sebelum covid-19 datang. Disusul kemudian pedagang sayuran, bumbu
masak dan warung makan, masing-masing menurun separohnya (50%) dibanding pendapatan
sebelum Covid. Adapun jenis usaha yang hanya mengalami penurunan sebesar 40% adalah toko
sembako dan konter HP & pulsa.
Berdasarkan table di atas pula, pendapatan UMKM Pasar Induk Brebes saat new normal
mulai membaik. Toko sembako menempati posisi pertama yang pendapatannya pulih seperti sedia
kala, saat sebelum dating corona. Disusul kemudian pedagang konter HP & pulsa, pedagang
bumbu masak, sayuran dan warung makan, saat new normal pendapatannya pulih hingga 90%
dibanding posisi semula sebelum covid. Untuk took gerabah, took ATK dan pedagang buah-
buahan, saat new normal pendapatannya pulih hingga 80% dibanding posisi sebelum covid.
Sedangkan pedagang daging kondisinya masih benar-benar terpuruk karena saat recovery
pendapatannya masih bertengger di posisi 50% dibanding posisi sebelum covid.
Berdasarkan keterangan yang disampaikan pedagang daging, drastisnya penurunan omset
pendapatan daging saat diterapkan kebijakan pembatasan sosial dan dorongan untuk tinggal di
rumah, serta lambat pulihnya pendapatan saat new normal, diduga karena daging harganya mahal,
sementara saat corona datang dan memasuki masa new normal keadaan ekonomi masyarakat
belum sepenuhnya pulih, sehingga konsumen lebih mengedepankan mengkonsumsi makanan yang
lebih terjangkau harganya daripada daging yang lebih mahal harganya. Berbalik dengan pedagang
daging, toko sembako adalah yang paling beruntung karena proses recovery berjalan lebih cepat
dan saat new normal pendapatannya sudah benar-benar pulih. Menurut pedagang toko sembako,
cepat pulihnya keadaan diduga karena sembako adalah kebutuhan pokok harian, yang siapapun
harus membelinya untuk memenuhi kebutuhan pokok tersebut.
Kelompok pedagang yang lebih beruntung setelah toko sembako adalah pedagang konter
HP & pulsa, bumbu masak, sayuran dan warung makan, masing-masing mengalami proses
recovery relative lebih cepat dibanding pedagang jenis yang lain. Berdasarkan penuturan pedagang
pulsa, bahwa cepat pulihnya pendapatan pedagang pulsa diduga karena saat ini hampir semua
orang memiliki HP dan membutuhkan pulsa untuk kelancaran berkomunikasi. Berkomunikasi
lewat HP telah benar-benar menunjang kelancaran dalam berusaha.
Demikian halnya dengan pedagang bumbu masak, sayuran dan warung makan, tingkat
kecepatan recoverinya sejajar, sama-sama bagus, di mana pendapatan era new normal mencapai
90% disbanding posisi sebelum covid datang. Menurut penuturan penuturan pedagang bumbu
masak, cepat pulihnya pendapatan diduga karena bumbu masak berhubungan langsung dengan
tingkat konsumsi kebutuhan pokok masyarakat. Demikian juga berdasarkan penuturan pedagang
sayuran, saat new normal penjualan nyaris pulih seperti keadaan sebelum covid diduga karena
sayuran berhubungan langsung dengan pemenuhan kebutuhan pokok dan harga sayuran cukup
terjangkau oleh masyarakat lapisan bawah sekalipun. Sayuran adalah konsumsi harian yang
disukai semua orang setiap hari. Dua factor inilah yang diduga melatarbelakangi cepatnya proses
recovery pedagang sayuran saat new normal.
Hal yang sama dituturkan oleh pedagang warung makan. Cepat pulihnya pendapatan
warung makan saat new normal diduga karena warung makan merupakan alternatif konsumsi yang
lebih ekonomis untuk mereka yang memiliki tingkat kesibukan lebih tinggi sehingga karena
kesibukannya tersebut mereka tidak memiliki cukup waktu untuk melakukan kegiatan memasak di
rumah. Ketika kebijakan social distancing dilonggarkan, maka sebagian besar dari mereka kembali
ke warung makan untuk memenuhi konsumsi makanan harian. Namun menurut pedagang warung
makan, ada sebagian kecil langganannya yang mengubah kebiasaan dengan memilih memasak di
rumah daripada kembali ke warung makan, sehingga saat new normal pendapatan warung makan
kehilangan sekitar 10% dibanding posisi awal sebelum corona datang. Kelompok kecil konsumen
yang belum kembali ke warung makan tersebut diduga karena masih khawatir dengan dampak
covid-19 yang belum sepenuhnya aman.
Adapun kelompok pedagang gerabah, ATK, buah-buahan dan ikan, saat new normal
penjualan masih lesu, dibuktiktikan dengan nilai penjualan yang hanya pulih hingga 70%
dibanding kondisi sebelum covid-19. Mereka kehilangan 30% pendapatannya. Kondisi ini cukup
memukul UMKM di Pasar Induk Brebes.
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa covid-19 telah menyebabkan
bertambahnya jumlah orang miskin di kota Brebes, karena perubahan yang begitu cepat akibat
datangnya covid-19 telah menyebabkan banyak perusahaan gulung tikar, sehingga banyak pekerja
kehilangan pekerjaannya karena PHK, banyak pedagang kehilangan sebagian atau seluruh
pendapatannya, dan orang miskin yang tidak memiliki akses informasi yang memadai kondisinya
semakin memprihatinkan karena mereka tidak bisa bangkit dari kemiskinannya. Apa yang
disampaikan Durkheim di atas sesuai dengan yang terjadi di kota Brebes, khususnya para pelaku
UMKM yang terdampak covid-19.

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bahwa dari hasil penelitian sederhana yang kami lakukan dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :

1. Bahwa wabah covid-19 telah mengakibatkan pendapatan pelaku UMKM di Pasar Induk
Brebes mengalami penurunan drastis.

2. Bahwa pada saat new normal pendapatan pelaku UMKM di Pasar Induk Brebes mulai
membaik, namun belum sepenuhnya pulih seperti keadaan saat sebelum covid-19, kecuali
toko sembako yang memang menjual komoditas harian yang menjadi kebutuhan dasar
masyarakat.

3. Bahwa covid-19 di kota Brebes telah menambah jumlah orang miskin perkotaan, dan
menjadikan orang miskin untuk sementara tetap dalm hidup dalam kondisi miskin.

B. Saran-saran
1. Pemerintah perlu memperpanjang pemberian bantuan langsung tunai kepada masyarakat
miskin terutama yang terdampak oleh covid-19.
2. Pemerintah perlu memberikan bantuan modal kerja dan restrukturisasi kredit/ pembiayaan
untuk pelaku UMKM yang terbukti terkena dampak covid-19.

Makhalul Ilmi

Anda mungkin juga menyukai