Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS TINGKAT PENDAPATAN UMKM DI KOTA MEDAN

YANG TERDAMPAK COVID-19

Nama Penulis
Universitas
Email

Abstract: This study examines the impact of covid-19 on the income of MSME businesses in Medan.
This study aims to determine the impact caused by the covid-19 pandemic on the economic
situation in the community, especially in the small and medium – sized ( UMKM ) in Medan. The
data collection process was carried out by conducting interviews with several traders selling
around Medan, such as vegetable traders, fruit traders, staple food traders and others, totaling 20
respondents. This research approach uses a qualitative descriptive method. The results showed that
the impact of the Covid-19 pandemic was that the level of people's purchasing power decreased
and the market situation became quiet.

Keywords: Covid-19, UMKM, traders

Abstrak: Penelitian ini mengkaji tentang dampak adanya covid-19 terhadap pendapatan bisnis
UMKM di Kota Medan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat
adanya pandemi covid-19 terhadap keadaan ekonomi di masyarakat terutama pada usaha kecil dan
menengah ( UMKM ) di Kota Medan. Proses pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan
wawancara kepada beberapa pedagang yang berjualan di sekitar Kota Medan, seperti pedagang
sayur, pedagang buah, pedagang bahan pokok dan lainnya yang berjumlah 20 responden.
Pendekatan peneletian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa dampak yang ditimbulkan dari adanya pandemi covid-19 ini adalah tingkat daya beli
masyarakat menurun dan keadaan pasar menjadi sepi.

Kata Kunci: Covid-19, UMKM, pedagang


PENDAHULUAN
Dalam kondisi seperti ini, virus corona merupakan suatu wabah yang tidak bisa dianggap
biasa saja. Jika dilihat dari gejala orang yang terinfeksi, orang yang belum pahan virus ini akan
mengiranya hanya sebatas influenza biasa, tetapi bagi analisis kedokteran virus ini cukup berbahaya
dan mematikan. Saat ini di tahun 2020, perkembangan penularan virus ini cukup signifikan karena
penyebarannya sudah mendunia dan seluruh negara merasakan dampaknya termasuk Indonesia
(Yunus, 2020). Hingga saat ini belum ada terapi tepat untuk mengobati virus ini. Penyebaran yang
sangat cepat di dunia dan khususnya di Negara Indonesia. Dilihat dari peta pesebaran Covid-19 di
Indonesia, kasus posistif telah tersebar di 34 provinsi.
Penyebaran covid yang begitu cepat sehingga mengakibatkan Pemerintah memberlakukan
sistem jaga jarak social yang disebut PSBB (Pembatasan Social Berskala Besar). Menurut
Nismawati pada tahun 2020, Pemerintah juga menganjurkan jaga jarak secara fisik dan mengurangi
kegiatan berkerumun, untuk mengurangi penyebaran Covid-19 di Indonesia. Niat baik pemerintah
untuk melakukan PSBB sangat merugikan warga Indonesia khususnya dampak ekonomi yang
menurun dan banyak tenaga kerja yang kehilangan pekerjaaan.
Virus Corona yang semakin menyebar di Indonesia, beberapa kebijakan yang ditetapkan
oleh Pemerintah di Indonesia memberikan dampak pada beberapa sektor di Indonesia, salah satunya
yaitu pada sektor ekonomi. Hal ini tidak terlepas dari adanya Covid-19 yang berdampak pada sektor
perdagangan, usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Di sisi lain, ekonomi merupakan salah
satu faktor penting dalam kehidupan, sebagaimana diketahui bahwa seseorang akan bersinggungan
secara langsung dengan kebutuhan ekonomi dalam menjalankan kehidupan (Hanoatubun, 2020).
Secara umum, Covid-19 juga berdampak pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia, di mana yang
semula sebesar 5,3%, oleh sebagian kalangan memprediksi pertumbuhan ekonomi di Indonesia kini
mencapai 2% (Hadiwardoyo, 2020).
Di Pasar, para pedagang menjerit akibat pandemi Covid-19 yang melanda masyarakat.
Covid-19 merupakan penyakit yang mudah menyebar kapan dan dimanapun melalui kontak fisik
maupun non fisik. Penyebaran covid-19 tidak memandang baik itu dari kalangan elit maupun
kalangan menengah ke bawah. Salah satu tempat penyebaran covid-19 adalah pasar, karena pasar
merupakan tempat berkumpulnya banyak orang dan terjadi transaksi jual-beli yang melibatkan
kontak fisik didalamnya. Pemerintah sudah melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau
PSBB dimana ada pembatasan kegiatan di tempat-tempat yang menyebabkan kerumunan seperti
pasar, tempat ibadah, dan kegiatan-kegiatan yang mengundang banyak orang.
Dampak yang paling dirasakan oleh para pedagang di Pasar adalah penurunan pendapatan
akibat PSBB. Para pedangang kebingungan untuk menjual barang dagangannya karena sulitnya
mendapatkan pembeli dimasa pandemi, sehingga pendapatan mereka turun drastis.
Adanya masalah tersebut mendorong kami melakukan sebuah penelitian yang bertujuan
untuk mengetahui dampak covid-19 terhadap ekonomi UMKM di Kota Medan. Dari Penelitian
tersebut diharapkan dapat memberikan informasi kepada pembaca tentang dampak yang dialami
oleh pedagang UMKM di pasar dan dapat memberikan solusi berupa tindakan untuk mengatasi
masalah tersebut.
LANDASAN TEORI
UMKM
Di Indonesia, definisi UMKM diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.20
Tahun 2008 tentang UMKM.1 Pasal 1 dari UU terebut, dinyatakan bahwa Usaha mikro adalah
usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memiliki kriteria
usaha mikro sebagaimana diatur dalam UU tersebut.2 Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif
yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang buka merupakan
anak perusahan atau bukan anak cabang yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian, baik langsung
maupun tidak langsung, dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil
sebagaimana dimaksud dalam UU tersebut.3
Sedangkan usaha mikro adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang
dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung, dari usaha mikro, usah kecil atau usaha besar yangmemenuhi kriteria usaha mikro
sebagaimana dimaksud dalam UU tersebut.4
Di dalam Undang-undang tersebut, kriteria yang digunakan untuk mendefinisikan UMKM
seperti yang tercantum dalam Pasal 6 adalah nilai kekayaan bersih atau nilai aset tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha, atau hasil penjualan tahunan. Dengan kriteria sebagai berikut:
a. Usaha mikro adalah unit usaha yang memiliki aset paling banyak Rp.50 juta tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha dengan hasil penjualan tahunan paling besar Rp.300 juta.
b. Usaha kecil dengan nilai aset lebih dari Rp. 50 juta sampai dengan paling banyak Rp.500
juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha memiliki hasil penjualan tahunan
lebih dari Rp.300 juta hingga maksimum Rp.2.500.000, dan.
c. Usaha menengah adalah perusahaan dengan milai kekayaan bersih lebih dari Rp.500 juta
hingga paling banyak Rp.100 milyar hasil penjualan tahunan di atasRp.2,5 milyar sampai
paling tinggi Rp.50 milyar.5
Selain menggunakan nilai moneter sebagai kriteria, sejumlah lembaga pemerintahan seperti
Departemen Perindustrian dan Badan Pusat Statistik (BPS), selama ini juga menggunakan jumlah
pekerja sebagai ukuran untuk membedakan skala usaha antara usaha mikro,usaha kecil, usaha
menengah dan usaha besar. Misalnya menurut Badan Puat Statistik (BPS), usaha mikro adalah unit
usaha dengan jumlah pekerja tetap hingga 4 orang, usaha kecil antara 5 sampai 19 pekerja, dan
usaha menengah dari 20 sampai dengan 99 orang. Perusahaan-perusahaan dengan jumlah pekerja di
atas 99 orang masuk dalam kategori usaha besar.
Usaha mikro kecil dan menengah merupakan pemain utama dalam kegiatan ekonomi di
Indonesia.masa depan pembangunan terletak pada kemampuan usaha mikro kecil dan menengah
untuk berkembang mandiri. Kontribusi usaha mikro kecil dan menengah paada GDP di Indonesia
tahun 1999 sekitar 60%, dengan rincian 42% merupakan kontribusi usaha kecil dan mikro, serta
18% merupakan usaha menengah.
Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) sangat penting dan strategis
dalam mengantisipasi perekonomian kedepan terutama dalam memperkuat struktur perekonomian
nasional. Adanya krisis perekonomian nasional seperti sekarang ini sangat mempengaruhi stabilitas
nasional, ekonomi dan politik yang imbasnya berdampak pada kegiatan-kegiatan usaha besar yang
1
Tulus T.H. Tambunan, UMKM di Indonesia, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2009), hal.16
2
Ibid, hal. 17
3
Ibid, hal. 18
4
Ibid, hal. 19
5
Undang-Undang Nomor tahun 2008 tentang UMKM, Bab IV pasal 6.
semakin terpuruk, sementara UMKM serta koperasi relatif masih dapat mempertahankan kegiatan
usahanya.
Secara umum, tujuan atau sasaran yang ingin dicapai adalah terwujudnya Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah (UMKM) yang tangguh dan mandiri yang memiliki daya saing tinggi dan
berperan utama dalam produksi dan distribusi kebutuhan pokok, bahan baku, serta dalam
permodalan untuk menghadapi persaingan bebas.
UMKM adalah unit usaha produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan
atau badan usaha di semua sektor ekonomi. Pada prinsipnya, pembedaan antara Usaha Mikro
(UMI), Usaha Kecil (UK), Usaha Menengah (UM), dan Usaha Besar (UB) umumnya didasarkan
pada nilai aset awal (tidak termasuk tanah dan bangunan), omset rata-rata per tahun, atau jumlah
pekerja tetap. Namun definisi UMKM berdasarkan tiga alat ukur ini berbeda menurut negara.
Karena itu, memang sulit membandingkan pentingnya atau peran UMKM antar negara.6
Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM adalah sebuah istilah yang mengacu ke jenis
usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp200 juta tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha dan usaha yang berdiri sendiri. Menurut Keputusan Presiden RI no. 99
tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan
bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk
mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat. Beberapa keunggulan UKM terhadap usaha besar
antara lain adalah sebagai berikut.
a. Inovasi dalam teknologi yang telah dengan mudah terjadi dalam pengembangan produk.
b. Hubungan kemanusiaan yang akrab di dalam perusahaan kecil.
c. Kemampuan menciptakan kesempatan kerja cukup banyak atau penyerapannya terhadap
tenaga kerja.
d. Fleksibelitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi pasar yang berubah
dengan cepat dibanding dengan perusahaan besar yang pada umumnya birokrasi.
e. Terdapatnya dinamisme manajerial dan peran kewirausahaan.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 UMKM memiliki kriteria sebagai berikut:
a. Usaha Mikro, yaitu usaha produktif milik`orang perorangan atau badan usaha milik
perorangan yang memenuhi kriteria yakni:
1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000 (lima puluh juta rupiah)
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha,
2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000 (tiga ratus juta
rupiah)
b. Usaha Kecil, yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh
orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria yakni:
1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

6
Tulus Tambunan, Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia: Isu-Isu Penting, (Jakarta: LP3ES, 2012), hal. 11
2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus
juta rupiah).
c. Usaha Menengah, yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar yang memenuhi kriteria:
1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh
milyar rupiah)7
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UMKM berdasarkan kuantitas
tenaga kerja. Usaha kecil merupakan usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 orang samapai
dengan 19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja
20 orang sampai dengan 99 orang. Menurut Kementrian Keuangan, berdasarkan Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 316/KMK 016/1994 tanggal 27 Juni 1994 bahwa Usaha Kecil sebagai
perorangan/badan usaha yang telah melakukan kegiatan /usaha yang mempunyai penjualan/omset
per tahun setinggi-tingginya Rp. 600.000.000 atau asset (aktiva ) setinggi-tingginya Rp.600.000.000
(diluar tanah dan bangunan yang ditempati ). Contohnya Firma, CV, PT, dan Koperasi yakni dalam
bentuk badan usaha. Sedangkan contoh dalam bentuk perorangan antara lain pengrajin industri
rumah tangga, peternak, nelayan, pedagang barang dan jasa dan yang lainnya.8
Dalam perspektif perkembangannya, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
merupakan kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar.Selain itu kelompok ini terbukti
tahan terhadap berbagai macam goncangan krisi ekonomi. Maka sudah menjadi keharusan
penguatan kelompok Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang melibatkan banyak kelompok.
Berikut ini adalah klasifikasiUsaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).9
1) Livelhood Activities, merupakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang
digunakan sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafkah, yang labih umum biasa
disebut sektor informal. Contohnya pedagang kaki lima.
2) Micro Enterprise, merupakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang
memiliki sifat pengrajin tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan.
3) Small Dynamic Enterprise, merupakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang
telah memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan subkontrak dan
ekspor.
4) Fast Moving Enterprise, merupakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang
telah memiliki jiwa kewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi usaha
besar (UB).
Diakui, bahwa Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memainkan peran penting di
dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di negara-negara sedang berkembang
(NSB), tetapi juga di negara-negara maju (NM). Di negara maju, UMKM sangat penting, tidak
hanya kelompok usaha tersebut menyerap paling banyak tenaga kerja dibandingkan usaha besar
7
Tulus Tambunan, Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia, hal 12
8
https://www.scribd.com/doc/314834468/ Pengertian-UMKM
9
Ade Resalawati, Pengaruh perkembangan usaha kecil menengah terhadap pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM
Indonesia, (Skripsi: Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), hal. 31.
(UB), seperti halnya di negara sedang berkembang, tetapi juga kontribusinya terhadap pembentukan
atau pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) paling besar dibandingkan kontribusi dari usaha
besar.10
Usaha kecil di Indonesia mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan karena pasar
yang luas, bahan baku yang mudah didapat serta sumber daya manusia yang besar merupakan
variabel pendukung perkembangan dari usaha kecil tersebut akan tetapi perlu dicermati beberapa
hal seiring perkembangan usaha kecil rumahan seperti: perkembangan usaha harus diikuti dengan
pengelolaan manajemen yang baik, perencanaan yang baik akan meminimalkan kegagalan,
penguasaan ilmu pengetahuaan akan menunjang keberlanjutan usaha tersebut, mengelola sistem
produksi yang efisien dan efektif, serta melakukan terobosan dan inovasi yang menjadikan pembeda
dari pesaing merupakan langkah menuju keberhasilan dalam mengelola usaha tersebut.
Dalam buku Pandji Anoraga diterangkan bahwa secara umum, sektor usaha memiliki
karakteristik sebagai berikut:11
a. Sistem pembukuan yang relatif administrasi pembukuan sederhana dan cenderung tidak
mengikuti kaidah admistrasi pembukuan standar. Kadangkala pembukuan tidak di up to
date sehingga sulit untuk menilai kerja usahanya.
b. Margin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan yang sangat tinggi.
c. Modal terbatas
d. Pengalaman menejerial dalam mengelola perusahaan masih sangat terbatas.
e. Skala ekonomi yang terlalu kecil sehingga sulit mengharapkan untuk mampu menekan
biaya mencapai titik efisieni jangka panjang.
f. Kemampuan pemasaran dan negosiasi serta diversifikasi pasar sangat terbatas.
g. Kemampuan untuk sumber dana dari pasar modal terendah, mengingat keterbatasan
salam sistem administrasinya. Untuk mendapatkan dana dipasar modal, sebuah
perusahaan harus mengikuti sistem administrasi standar dan harus transparan.
Karakteristik yang dimiliki oleh usaha mikro menyiratkan adanya kelemahan-kelemahan
yang sifatnya potensial terhadap timbulnya masalah. Hal ini menyebabkan berbagai masalah
internal terutama yang berkaitan dengan pendanaan yang tampaknya sulit untuk mendapatkan solusi
yang jelas.12
UMKM memiliki beberapa kekuatan potensial yang merupakan andalan yang menjadi basis
pengembangan pada masa yang akan datang adalah:
a. Penyediaan lapangan kerja peran industri kecil dalam penyerapan tenaga kerja patut
diperhitungkan, diperkirakan maupun menyerap sampai dengan 50% tenaga kerja yang
tersedia
b. Sumber wirausaha baru keberadaan usaha kecil dan menengah selama ini terbukti dapat
mendukung tumbuh kembangnya wirausaha baru
c. Memiliki segmen usaha pasar yang unik, melaksanakan manajemen sederhana dan
fleksibel terhadap perubahan pasar
d. Memanfaatkan sumber daya alam sekitar, industri kecil sebagian besar memanfaatkan
limbah atau hasil sampai dari industri besar atau industri yang lainnya

10
Tulus Tambunan, Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia, hal. 1.
11
Pandji Anoraga, Ekonomi Islam Kajian Makro dan Mikro, (Yogyakarta: PT. Dwi Chandra Wacana 2010), hal. 32
12
Ibid, hal. 33.
e. Memiliki potensi untuk berkembang. Berbagai upaya pembinaan yang dilaksanakan
menunjukkan hasil yang menggambarkan bahwa industri kecil mampu untuk
dikembangkan lebih lanjut dan mampu untuk mengembangkan sektor lain yang terkait.
Kelemahan, yang sering juga menjadi faktor penghambat dan permasalahan dari Usaha Mikro
terdiri dari 2 faktor:
1) Faktor Internal
Faktor internal, merupakan masalah klasik dari UMKM yaitu diantaranya:
a. Masih terbatasnya kemampuan sumber daya manusia.
b. Kendala pemasaran produk sebagian besar pengusaha Industri Kecil lebih
memperioritaskan pada aspek produksi sedangkan fungsi-fungsi pemasaran kurang
mampu dalam mengakseskannya, khususnya dalam informasi pasar dan jaringan pasar,
sehingga sebagian besar hanya berfungsi sebagai tukang saja.
c. Kecenderungan konsumen yang belum mempercayai mutu produk Industri Kecil.
d. Kendala permodalan usaha sebagian besar Industri Kecil memanfaatkan modal sendiri
dalam jumlah yang relatif kecil.

2) Faktor eksternal
Faktor eksternal merupakan masalah yang muncul dari pihak pengembang dam pembina
UMKM. Misalnya solusi yang diberikan tidak tepat sasaran tidak adanya monitoring dan
program yang tumpang tindih.

Dari kedua faktor terebut muncullah kesenjangan diantara faktor internal dan eksternal,
yaitu disisi perbankan, BUMN dan lembaga pendamping lainnya sudah siap dengan pemberian
kredit, tapi UMKM mana yang diberi, karena berbagai ketentuan yang harus dipenuhi olehUMKM.
Disisi lain UMKM juga mengalami kesulitan mencari dan menentukan lembaga mana yang dapat
membantu dengan keterbatasan yang mereka miliki dan kondisi ini ternyata masih berlangsung
meskipun berbagai usaha telah diupayakan untuk memudahkan bagi para pelaku UMKM meperoleh
kredit, dan ini telah berlangsung 20 tahun.
Pola yang ada sekarang adalah masing-masing lembaga/institusi yag memiliki fungsi yang
sama tidak berkoordinasi tapi berjalan sendiri-sendiri, apakah itu perbankan, BUMN, departemen,
LSM, perusahaan swasta. Disisi lain dengan keterbatasannya UMKM menjadi penopang
perekonomian menjadi roda perekonomian menjadi kenyataan.

COVID-19
COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh jenis coronavirus yang
baru ditemukan. Ini merupakan virus baru dan penyakit yang sebelumnya tidak dikenal sebelum
terjadi wabah di Wuhan, Tiongkok, bulan Desember 2019. Penyakit COVID-19 ini dapat
menimbulkan gejala seperti demam, rasa lelah dan batuk kering. Beberapa pasien yang terkena
penyakit ini mungkin saja mengalami rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat, pilek, sakit
tenggorokan atau diare.
Orang dapat tertular COVID-19 dari orang lain yang terjangkit virus ini. COVID-19
dapat menyebar dari orang ke orang melalui percikan-percikan dari hidung atau mulut yang keluar
saat orang yang terjangkit COVID-19 batuk atau mengeluarkan napas. Percikan-percikan ini
kemudian jatuh ke benda-benda dan permukaan-permukaan di sekitar. Orang yang menyentuh
benda atau permukaan tersebut lalu menyentuh mata, hidung atau mulutnya dapat terjangkit
COVID-19.
Penularan COVID-19 juga dapat terjadi jika orang menghitup percikan yang keluar dari batuk atau
napas orang yang terjangkit COVID-19. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjaga jarak
lebih dari satu meter dari orang yang sakit. WHO terus mengkaji perkembangan penelitian tentang
cara penyebaran COVID-19 dan akan menyampaikan temuan-temuan terbaru. (WHO:2020)

TINGKAT PENDAPATAN
Pendapatan merupakan salah satu unsur yang paling utama dari pembentukan laporan laba
rugi dalam suatu perusahaan. Banyak yang bingung mengenai istilah pendapatan. Hal ini
disebabkan pendapatan dapat diartikan sebagai revenue dan dapat juga diartikan sebagai income,
maka income dapat diartikan sebagai penghasilan dan kata revenue sebagai pendapatan
penghasilan maupun keuntungan.
Pendapatan sangat berpengaruh bagi keseluruhan hidup perusahaan, semakin besar
pendapatan yang diperoleh maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk membiayai segala
pengeluaran dan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh perusahaan. Selain itu pendapatan
juga berpengaruh terhadap laba rugi perusahaan yang tersaji dalam laporan laba rugi maka,
pendapatan adalah darah kehidupan dari suatu perusahaan.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia pendapatan adalah hasil kerja (usaha atau
sebagainya)13 Sedangkan pendapatan dalam kamus manajemen adalah uang yang diterima oleh
perorangan, perusahaan dan organisasi lain dalam bentuk upah, gaji, sewa, bunga, komisi, ongkos
dan laba.14
Pendapatan adalah jumlah yang dibebankan kepada langganan untuk barang dan jasa yang
15
dijual. Pendapatan adalah aliran masuk aktiva atau pengurangan utang yang diperoleh dari hasil
penyerahan barang atau jasa kepada para pelanggan.16
Pendapatan adalah kenaikan modal perusahaan akibat penjualan produk perusahaan.17 Arus masuk
aktiva atau peningkatan lainnya atas aktiva atau penyelesaian kewajiban entitas (atau kombinasi
dari keduanya) dari pengirim barang, pemberian jasa, atau aktivitas lainnya yang merupakan operasi
utama atau operasi sentral perusahaan.18
Pendapatan adalah pendapatan uang yang diterima dan diberikan kepada subjek ekonomi
berdasarkan prestasi-prestasi yang diserahkan yaitu berupa pendapatan dari profesi yang dilakukan
sendiri atau usaha perorangan dan pendapatan dari kekayaan. Besarnya pendapatan seseorang
bergantung pada jenis pekerjaannya.19
Soekartawi menjelaskan pendapatan akan mempengaruhi banyaknya barang yang
dikonsumsikan, bahwa sering kali dijumpai dengan bertambahnya pendapatan, maka barang yang
dikonsumsi bukan saja bertambah, tapi juga kualitas barang tersebut ikut menjadi perhatian.
13
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2008), hal. 185
14
BN. Marbun, Kamus Manajemen, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2003), hal. 230
15
Soemarso S.R Akuntansi Suatu Pengantar. Edisi Lima. Jakarta: Salemba Empat (2009, hal.54)
16
Ibid
17
Ibid
18
Ibid
19
Sadono Sukirno, Teori Pengantar Mikro Ekonomi, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2006, hal. 47
Misalnya sebelum adanya penambahan pendapatan beras yang dikonsumsikan adalah kualitas yang
kurang baik, akan tetapi setelah adanya penambahan pendapatan maka konsumsi beras menjadi
kualitas yang lebih baik.20
Tingkat pendapatan merupakan salah satu kriteria maju tidaknya suatu daerah. Bila
pendapatan suatu daerah relatif rendah, dapat dikatakan bahwa kemajuan dan kesejahteraan tersebut
akan rendah pula. Kelebihan dari konsumsi maka akan disimpan pada bank yang tujuannya adalah
untuk berjaga-jaga apabila baik kemajuan dibidang pendidikan, produksi dan sebagainya juga
mempengaruhi tingkat tabungan masyarakat. Demikian pula hanya bila pendapatan masyarakat
suatu daerah relatif tinggi, maka tingkat kesejahteraan dan kemajuan daerah tersebut tinggi pula.21
Berdasarkan pengertian menurut para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pendapatan
adalah arus kas masuk yang berasal dari kegiatan normal perusahaan dalam penciptaan barang atau
jasa yang mengakibatkan kenaikan aktiva dan penurunan kewajiban.
Sedangkan menurut Boediono pendapatan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain dipengaruhi22
1) Jumlah faktor-faktor produksi yang dimiliki yang bersumber pada, hasil-hasil tabungan
tahun ini dan warisan atau pemberian.
2) Harga per unit dari masing-masing faktor produksi, harga ini ditentukan oleh
penawaran dan permintaan di pasar faktor produksi.
3) Hasil kegiatan anggota keluarga sebagai pekerjaan sampingan.

Tingkat pendapatan mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakat. Hubungan antara


pendapatan dan konsumsi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam berbagai permasalahan
ekonomi. Kenyataan menunjukkan bahwa pengeluaran konsumsi meningkat dengan naiknya
pendapatan, dan sebaliknya jika pendapatan turun, pengeluaran konsumsi juga turun. Tinggi
rendahnya pengeluaran sangat tergantung kepada kemampuan keluarga dalam mengelola
penerimaan atau pendapatannya.23
Distribusi pendapatan adalah penyaluran atau pembelanjaan masyarakat untuk kebutuhan
konsumsi. Kurangnya distribusi pendapatan dapat menimbulkan daya beli rendah, terjadinya tingkat
kemiskinan, ketidakadilan, kelaparan dan lain-lain yang akhirnya akan menimbulkan anti pati
golongan masyarakat yang berpendapatan rendah terhadap yang berpendapatan tinggi, sehingga
akan menimbulkan kecemburuan sosial di dalam masyarakat.24
Walaupun jenis pendapatan yang dimiliki setiap perusahaan berbeda-beda, tetapi dari sudut
akuntansi seluruh pendapatan tersebut mulai dari kelompok pendapatan yang berasal dari penjualan
barang jadi hingga pendapatan dari penjualan jasa memiliki karakteristik yang sama dalam
pencatatannya. Karakteristik pendapatan dibagi menjadi dua karakteristik yaitu:
a) Jika bertambah saldonya, harus dicatat disisi kradit. Setiap pencatatan di sisi kredit
berarti akan menambah saldo pendapatan tersebut.
b) Jika berkurang saldonya harus dicatat di sisi debet. Setiap pencatatan di sisi debet
berarti akan mengurangi saldo pendapatan tersebut.
20
Soekartawi, Faktor-faktor Produksi, Jakarta: Salemba Empat, (2012), hal. 132
21
Mahyu Danil, “Pengaruh Pendapatan Terhadap Tingkat Konsumsi pada Pegawai Negeri Sipil di Kantor Bupati
Kabupaten Bireuen”, Journal Ekonomika Universitas Almuslim Bireuen Aceh, Vol. IV No. 7: 9.
22
Boediono, Pengantar Ekonomi, (Jakarta: Erlangga, 2002), hal. 150
23
Mahyu Danil, “Pengaruh Pendapatan Terhadap Tingkat Konsumsi pada Pegawai Negeri Sipil di Kantor Bupati
Kabupaten Bireuen”, Journal Ekonomika Universitas Almuslim Bireuen Aceh, Vol. IV No. 7: 9.
24
Ibid. hal. 9
Karakteristik pendapatan adalah:
a) Bahwa pendapatan itu muncul dari kegiatan-kegiatan pokok perusahaan dalam mencari
laba.
b) Bahwa pendapatan itu sifatnya berulang-ulang atau berkesinambungan kegiatankegiatan
pokok tersebut pada dasarnya berada dibawah kendali manajemen.
Dalam praktiknya komponen pendapatan yang dilaporkan dalam laporan laba rugi terdiri dari dua
jenis, yaitu:
a) Pendapatan atau penghasilan yang diperoleh dari usaha pokok (usaha utama)
perusahaan.
b) Pendapatan atau penghasilan yang diperoleh dari luar usaha pokok (usaha sampingan)
perusahaan.

PASAR
Sudirmansyah (2011) mendefinisikan pasar sebagai suatu tempat dimana orang-orang yang
memiliki keinginan untuk memenuhi kebutuhan, uang untuk berbelanja dan kesediaan untuk
membelanjakannnya. Federico (2006) menyebutkan pasar sebagai tempat untuk memperoleh
informasi mengenai produk dan mencari keuntungan secara efisien.
Peraturan Presiden RI No. 112 Tahun 2007 menyebutkan pasar adalah tempat bertemunya
penjual yang mempunyai kemampuan untuk menjual barang/jasa dan pembeli yang mempunyai
uang untuk membeli barang dengan harga tertentu. Pasar dapat terjadi dimana saja, yang penting
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Ada tempat untuk berdagang
b. Terdapat barang atau jasa untuk diperdagangkan
c. Terdapat pedagang
d. Terdapat pembeli
e. Adanya hubungan antara penjual dengan pembeli dalam suatu transaksi jual beli
Bangun (2007) membagi pasar menurut strukturnya menjadi dua, yaitu:
a. Pasar persaingan sempurna (perfect competition market)
Pasar persaingan sempurna adalah pasar dengan kondisi penjual dan pembeli yang
banyak dan produk yang dijual bersifat homogeny, sehingga penjual dan pembeli tidak
dapat mempengaruhi harga jual beli. Ciri-ciri pasar persaingan sempurna adalah produk
bersifat homogen, penjual dan pembeli mempunyai pengetahuan yang sempurna,
produsen mudah masuk dan keluar pasar dan haga murni hasil penawaran dan permintaan
(supply and demand). Contoh pasar persaingan sempurna adalah pasar tradisional yang
menjual bahan pangan.
b. Pasar persaingan tidak sempurna (imperfect competition market)
Pasar persiangan tidak sempurna adalah pasar yang tidak terorganisasi secara sempurna.
Pasar persaingan tidak sempurna terdiri dari pasar monopoli, oligopoly dan pasar
persaingan monopolistik.
Pasar monopoli adalah pasar dimana hanya ada satu pedagang yang menguasai seluruh
penawaran, sehingga tidak ada pihak lain yang menyaingi. Contohnya perusahaan negara
dan perusahaan minyak bumi serta gas alam.
Hentiani (2011) menyebutkan bahwa jenis pasar menurut transaksinya dibedakan menjadi dua,
yaitu:
1) Pasar tradisional
Pasar tradisional adalah pasar yang didirikan dan dikelola oleh Pemerintah termasuk
kerjasama dengan swasta. Kerjasama yang dimaksud dalam bentuk tempat usaha yang berbentuk
toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang melalui proses jual beli barang
dagangan dengan tawar menawar.
Pada umumnya, pasar tradisional menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan makanan,
kain, pakaian, barang elektronik, jasa dan lain-lain. Pasar tradisional umumnya mempunyai letak
yang berdekatan dengan pemukiman penduduk. Pasar tradisional mempunyai sisi negatif yaitu
keadaannya yang cenderung kotor dan kumuh sehingga banyak orang yang segan berbelanja di
pasar tradisional (Artaman, 2015). Untuk menghilangkan kesan kotor dan kumuh diperlukan
kerjasama antara pemerintah, pengelola dan masyarakat dalam mengelola kebersihan, sehingga
pasar tradisional menjadi nyaman untuk proses transaksi jual beli barang dan jasa (Artaman, 2015).
2) Pasar modern
Pasar modern adalah pasar atau toko yang mempunyai sistem pembayaran secara mandiri,
serta penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara langsung melainkan pembeli melakukan
pelayanan secara mandiri (swalayan) atau terkadang dilayani oleh pramuniaga (Atun, 2016).Pada
umumnya pasar modern menjual barang-barang kebutuhan pokok. Selain itu juga menjual barang-
barang tahan lama seperti barang pecah belah, barang elektronik(Artaman, 2015). Pasar modern
cenderung mempunyai kesan yang bersih, wangi, dan rapi, berbeda dengan kesan pasar tradisional.
Pasar modern meliputi pasar swalayan, hypermarket, supermarket dan minimarket (Artaman, 2015).

Soeratno (2003) menyebutkan bahwa terdapat lima fungsi utama pasar, yaitu :
a. Pasar menentukan harga barang
b. Pasar dapat mengorganisasi produksi
c. Pasar mendistribusikan barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan.
d. Pasar melakukan penjatahan
e. Pasar menyediakan barang dan jasa untuk masa yang akan datang.

PEDAGANG
Pedagang adalah orang atau badan yang melakukan aktivitas jual beli barang atau jasa
dipasar (Pemkot Yogyakarta, 2009).
Dalam konteks usaha mikro, pedagang Mikro adalah suatu bentuk kegiatan ekonomi yang
berskala kecil yang banyak dilakukan oleh sebagian masyarakat lapisan bawah dengan sektor
informal atau perekonomian subsisten, dengan cirri-ciri tidak memperoleh pendidikan formal yang
tinggi, keterampilan rendah, pelanggannya banyak berasal dari kelas bawah, sebagian pekerja
adalah keluarga dan dikerjakan secara padat karya serta penjualan eceran, dengan modal
pinjaman’7v dari bank formal kurang dari dua puluh lima juta rupiah guna modal pinjaman dari
bank formal kurang dari dua puluh lima juta rupiah guna modal usahanya (Deperindag, dan
Abdullah et, et. al: 1996).
Di dalam aktivitas perdagangan, Pedagang adalah orang atau instusi yang
memperjualbelikan produk atau barang, kepada konsumen baik secara langsung maupun tidak
langsung. Dalam ekonomi, pedagang dibedakan menurut jalur distribusi yang dilakukan dapat
dibedakan menjadi : pedagang distributor (tunggal), pedagang partai besar, dan pedagang eceran.
Sedangkan menurut pendangan sosiologi ekonomi menurut Drs. Damsar, MA membedakan
pedagang berdasarkan penggunaan dan pengelolaan pendapatan yang dihasilkan dari perdagangan
dan hubungannya dengan ekonomi keluarga. Berdasarkan ppenggunaan dan pengelolaan
pendapatan yang diperoleh dari hasil perdagangan, pedagang dapat dikelompokan menjadi :
a. Pedagang profesonal yaitu pedagang yang menggunakan aktivitas perdagangan
merupakan pendapatan/sumber utasa dana satu-satunya begi ekonomi keluarga.
b. Pedagang semi-profesonal yaitu pedagang yang mengakui aktivitas perdagangan untuk
memperoleh uang tetapi pendapatan dari hasil perdagangan merupakan sumber tambahan
bagi ekonomi keluarga.
c. Pedangang Subsitensi yaitu pedagang yang menjual produk atau barang dari hasil
aktivitas atas subsitensi untuk memenuhi ekonomi keluarga. Pada daerah pertanian,
pedagang ini adalah seorang petani yang menjual produk pertanian ke pasar desa atau
kecamatan.
d. Pedagang Semu adalah orang yang melakukan kegiatan perdagangan karena hobi atau
untuk mendapatkan suasana baru atau untuk mengisi waktu luang. Pedagang jenis ini
tidak di harapkan kegiatan perdagangan sebagi sarana untuk memperoleh pendapatan,
malahan mungkin saja sebaliknya ia akan memperoleh kerugian dalam berdagang.
Adapun ciri-ciri dari pedagang pasar tradisonal adalah sebagai berikut :
a. Modal yang mereka punya relative kecil Para pedagang tak mempunyai keberanian
mendatangi bank umum untuk memperolah modal, mengingat rumitnya prosedur dan
persyaratan yang sulit mereka penuhi.Apalagi kebanyakan dari mereka buta huruf dan tak
punya asset sebahagia jaminan. Akhirnya mereka-meraka berpaling padarentenir, yang
setiap saat mampu memberikan pinjaman dengan cepat, tanpa butuh waktu lama dan
proses yang rumit.
b. Biasanya mereka melakukan perdagangan hanya memenuhi kebutuhan saat itu.
Maksudnya para pedagang tradisonal biasanya kurang memperhitungkan adanya
tabungan masa depan.pendapatan yang mereka dapatkan lansung mereka belikan ke
barang dagangan, beli keperluan sehari-hari dan tentunya membayar cicilan hutang.
c. Pendidikan para pedagang relative rendah bahkan buta huruf sehingga mereka kurang
melihat prospek masa akan datang, bagi mereka perdagangan yang mereka lakukan
selama telah memenuhi kebutuhan sudah cukup. Lebih cenderung memilih melakuan
pinjaman kepada rentenir karena prosesnya mudah.

METODE
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, digunakan untuk menghasilkan
data deskripsi dampak Covid-19 terhadap Pendapatan UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah)
Kota Medan, Kabupaten Batang. Sumber data dari penelitian ini yaitu berasal dari beberapa
pedagang di Kota Medan, Kabupaten Batang seperti pedagang kelontong, pedagang sayuran,
pedagang buah-buahan, pedagang ikan, pedagang baju, pedagang daging, pedagang bumbu,
pedagang ATK dan mainan, pedagang sandal dan sepatu, toko seluler, pedagang makanan jadi,
pedagang online, pedagang jajanan dan pedagang asongan.
Analisis data dilakukan dengan model interaktif yang dilakukan dengan tiga tahap yaitu:
reduksi data, sajian 4 data, kemudian penarikan kesimpulan (Purbawati, 2020). Tahap reduksi data
dilakukan dengan cara menyeleksi data dengan berfokus pada dampak Covid19 terhadap
pendapatan pedagang di Kota Medan. Selanjutnya yaitu tahap sajian data yang berupa hasil
deskripsi dampak Covid-19 terhadap UMKM di Kota Medan, serta cara mengatasi permasalahan
yang ditimbulkan. Selanjutnya yaitu tahap penarikan kesimpulan. Apabila pada tahap penarikan
terdapat data yang kurang signifikan, maka akan dilakukan verifikasi ulang.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil dan pembahasan penelitian ini terfokus pada dampak yang ditimbulkan akibat adanya
Covid19 terhadap pendapatan UMKM di Kota Medan. Berikut tabel yang menunjukkan pengaruh
Covid-19 terhadap pendapatan pedagang di Kota Medan

No. Jenis Dagangan Pendapatan Saat Pandemi


Covid-19
1. Sembako 75%
2. Sayuran 50%
3. Buah-buahan 50%
4. Baju 50%
5. Daging 50%
6. Bumbu 50%
7. ATK 60%
8. Sandal 50%
9. Toko Seluler 90%
10. Makanan Berat 50%
11. Ikan 60%
12. Makanan (Online) 50%
13. Pedagang Asongan 50%

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata pedagang mengalami penurunan pendapatan
yang cukup signifikan akibat adanya wabah Covid19. Adapun pembahasan dari masingmasing
sajian data tersebut yaitu:

Pada tabel terlihat bahwa pada hasil wawancara pada pedagang sembako mengalami
penurunan pendapatan hingga 75% saat adanya wabah Covid-19, menurut pedagang hal ini terjadi
akibat berkurangnya orang yang datang ke pasar, sehingga penjualan semakin sepi. Selain itu,
pedagang mengungkapkan bahwa kebutuhan saat di rumah saja semakin meningkat sehingga
merasa bahwa wabah Covid-19 yang telah melumpuhkan sektor pasar ini sangat mengganggu
keuangan dari pedagang.
Pedagang sayuran mengalami penurunan yang cukup drastis hingga mencapai 50%,
pedagang mengungkapkan bahwa hal ini terjadi karena kondisi pasar yang sangat sepi, akibat
semakin sedikit orang yang datang ke pasar, justru pedagang berpendapat bahwa dengan adanya
wabah ini justru pedagang sayuran asongan semakin ramai, sehingga ibuibu di rumah tidak perlu
repot untuk datang ke pasar.
Pedagang buah-buahan mengalami kejadian yang sama dengan pedagang lainnya yaitu
mengalami penurunan sekitar 50%, namun pedagang beranggapan hal tersebut tidak begitu
memberatkan karena pada masa tersebut tidak ada undangan untuk datang ke acara pernikahan.
Pedagang baju mengalami penurunan hingga 50%, hal ini terjadi akibat semakin sepinya
kondisi pasar. Pedagang menyebutkan kondisi ini dapat dibantu dengan berjualan di rumah dan
melakukan promosi melalui whatsapp grup sehingga pembeli dapat langsung datang ke rumah
penjual. Meskipun pada kenyataannya hal tersebut belum bisa mengembalikan pendapatan seperti
semula.
Pedagang daging mengungkapkan bahwa penjualannya menurun drastis hingga mencapai
50%, hal tersebut menyebabkan pedagang mengalami kesulitan ekonomi pada masa pandemi
Covid-19 sedang ramai diperbincangkan, terlebih pedagang mengungkap pengeluaran yang mesti
dikeluarkan justru semakin naik.
Pedagang bumbu mengungkapkan bahwa akibat adanya wabah Covid-19, pendapatan
menurun hingga mencapai 50%. Menurut pedagang hal ini sangat menganggu siklus keuangan yang
menuntut pedagang harus mampu memutar keuangan sehingga tidak rugi.
Pedagang ATK dan mainan mengalami penurunan pendapatan hingga menjadi 60%,
menurut pedagang hal ini terjadi karena pendapatan orang tua yang semakin menurun.
Pedagang sandal dan sepatu juga mengalami penurunan pendapatan hingga menjadi 50%,
menurut pedagang hal ini terjadi karena jenis barang yang dijual bukan kebutuhan pokok, sehingga
cenderung dikesampingkan di masa pandemi Covid-19.
Pedagang di toko seluler juga mengalami hal yang sama dengan penjual lainnya, hanya saja
pendapatan saat pandemi Covid-19 mencapai 90%, hal ini terbilang cukup jauh dari pedagang
lainnya. Menurut pedagang, hal ini terjadi akibat sekolah dirumah juga masih membutuhkan kuota
internet. Hanya saja penurunan pendapatan terjadi ada beberapa pelanggan anak-anak yang tidak
biasanya membeli kuota internet, namun di masa pandemi tidak membeli kuota internet.
Pedagang makanan berat siap saji mengalami penurunan hingga mencapai 50%, hal ini
terjadi akibat semakin sedikit orang yang membeli makanan di luar karena ibu-ibu yang biasanya
bekerja harus bekerja di rumah. Pedagang mengaku sempat mengalami kerugian di awal-awal
adanya wabah ini, namun setelah satu bulan berlalu pedagang sudah mengurangi porsi jual.
Pedagang ikan juga mengalami penurunan hingga mencapai persentase 60%, hal ini terjadi
akibat semakin sedikit masyarakat yang datang ke pasar.
Pedagang online yang berjualan makanan ringan juga mengalami penurunan pendapatan
hingga mencapai 50%, menurut pedagang hal ini terjadi akibat semakin banyak ibu-ibu rumah
tangga yang tetap berada di rumah.
Pedagang asongan yang berjualan makanan ringan seperti: cilung dan siomay yang biasanya
berjualan di sekitar lingkungan sekolah dasar dan sekolah menengah pertama di Kota Medan juga
mengalami penurunan pendapatan hingga mencapai 50%, menurut pedagang hal ini terjadi akibat
saat pandemi covid19 sekolah diliburkan dan otomatis pendapatan menurun dan hanya berkeliling
ke desa-desa.
Dari hasil tersebut maka diketahui bahwa wabah Covid-19 mengakibatkan pendapatan
pedagang UMKM di Kota Medan menurun.

SIMPULAN
Dari hasil penelitian diketahui bahwa wabah Covid-19 menyebabkan pendapatan
pendapatan UMKM di Kota Medan mengalami penurunan.

DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, Pandji. 2010. Ekonomi Islam Kajian Makro dan Mikro. Yogyakarta: PT. Dwi Chandra
Wacana
Artaman, Dewa Made Aris. (2015). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan
Pedagang Pasar Seni Sukawati di Kabupaten Gianyar. Tesis. Program Magister Program
Studi Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana. Universitas Udayana Denpasar.
Bangun, Wilson. 2007. Teori Ekonomi Mikro. Bandung: PT. Refika Aditama
BN. Marbun. 2003. Kamus Manajemen. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Boediono. 2002. Pengantar Ekonomi. Jakarta: Erlangga
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka
Mahyu Danil. “Pengaruh Pendapatan Terhadap Tingkat Konsumsi pada Pegawai Negeri Sipil di
Kantor Bupati Kabupaten Bireuen”, Journal Ekonomika Universitas Almuslim Bireuen
Aceh, Vol. IV No. 7: 9
Resalawati, Ade. 2011. Pengaruh perkembangan usaha kecil menengah terhadap pertumbuhan
ekonomi pada sektor UKM Indonesia. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah
Sadono Sukirno. 2006. Teori Pengantar Mikro Ekonomi. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Soekartawi. 2012. Faktor-faktor Produksi. Jakarta: Salemba Empat
Soemarso, S.R. 2009. Akuntansi Suatu Pengantar Edisi Lima. Jkaarta: Salemba Empat
Soeratno & Lincoln Arsyad. 2003. Metodologi Penelitian: Untuk Ekonomi & Bisnis. Yogyakarta:
UPP AMD YKPN
Tambunan, Tulus. 2009. UMKM di Indonesia. Bogor: Ghalia Indonesia.
Tambunan, Tulus. 2012. Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia: Isu-isu Penting. Jakarta:
LP3ES
Undang-Undang Nomor tahun 2008 tentang UMKM, Bab IV pasal 6.

Anda mungkin juga menyukai