Sebagai contoh pada aktivitas supply chain komoditas telur. Berikut ini
adalah skema supply chain komoditas telur di Provonsi Jawa Timur.
Food Supply Chain di Era New Normal
Pada Pola lama terlalu akan terjadi banyak pertemuan sosial khususnya di lokasi
pedagang eceran dipasar tradisional, toko sembako dan supermarket. Pada pola
lama perdagangan berpola Reseller, dimana tiap perpindahan barang dari
produsen melewati pengepul, supplier, sub suplier kemudian ke pedagang retail,
pedagang kecil dan terakhir ke Konsumen. Kelemahan sistem Reseller modal
harus besar kemudian adanya biaya tambahan dan biaya simpan apabila barang
tidak laku maka kerugian akan ditanggung oleh penjual disisilain Telur/makanan
harus bersifat fast moving. Pada penelitian ini kami menawarkan metode
Dropshipp pada perdagangan telur dimana perdagangan antara Produsen,
Pedagang dan Konsumen ditemukan dalam digital market place sehingga
kegiatan perekonomian tetap berjalan sesuai protokol kesehatan yang telah
ditetapkan.
Pola Distribusi Telur Sebelum New Normal dan Pandemi Provinsi Jawa
Timur
Banyaknya rantai pada pola utama distribusi perdagangan telur ayam ras yang
terbentuk di Provinsi Jawa Timur dari produsen sampai dengan konsumen akhir
adalah dua rantai. Pendistribusian utamanya melibatkan satu pelaku kegiatan
perdagangan, yaitu pedagang eceran. Alternatif pola distribusi yang merupakan
potensi pola terpanjang adalah
Pada Pola lama terlalu akan terjadi banyak pertemuan sosial khususnya di lokasi
pedagang eceran dipasar tradisional, toko sembako dan supermarket. Pada pola
lama perdagangan berpola Reseller, dimana tiap perpindahan barang dari
produsen melewati pengepul, supplier, sub suplier kemudian ke pedagang retail,
pedagang kecil dan terakhir ke Konsumen. Kelemahan sistem Reseller modal
harus besar kemudian adanya biaya tambahan dan biaya simpan apabila barang
tidak laku maka kerugian akan ditanggung oleh penjual disisilain Telur/makanan
harus bersifat fast moving. Pada penelitian ini kami menawarkan metode
Dropshipp pada perdagangan telur dimana perdagangan antara Produsen,
Pedagang dan Konsumen ditemukan dalam digital market place sehingga
kegiatan perekonomian tetap berjalan sesuai protokol kesehatan yang telah
ditetapkan.
Rumusan Masalah
1. Faktor apa saja yang harus mendukung metode dropshipp dalam distribusi
telur di Jawa Timur?
2. Element Manajemen Supply chain apa saja yang tergantikan atau
dihapus ?
3. Bagaimana metode Dropshipp dapat di implementasikan dalam pola rantai
pasok Telur existing ?
4. Berapa persent keuntungan Konsumen apabila metode Dropship ini di
implementasikan pada perdagangan telur di Jawa Timur?
5. Apa kelebihan dan kekurangan metode dropship? jika ada kelemahan apa
yang harus dimitigasi agar kelemahan tersebut di kurangi pada Rantai
Pasok Perdagangan Telur di Jawa Timur?
DROPPSHIPPER
Untuk pengertian dari dropship itu sendiri yaitu, cara atau teknik yang digunakan
untuk melakukan pemasaran melalui online, yang mana untuk pelaku bisnis
market online ataupun penjual tidak menyimpan stok barang yang ada. Hal ini
dikarenakan pada saat penjual mendapatkan orderan, penjual meneruskan
orderan tersebut harus melakukan pengecekan barang dan detail pengiriman
kepada pihak produsen. Dropship akan bekerja sama dengan pihak distributor
ataupun supplier.
pihak dropshipper yang mana untuk modal yang dikeluarkan hanya pulsa dan
kuota internet saja. Karena memang untuk pihak dropshipper ini tidak perlu
melakukan penyetokan barang. Sebab itu jika Anda ingin menjalankan sebuah
bisnis tanpa harus mengeluarkan banyak modal, maka menjadi dropshiper bisa
dijadikan sebagai pilihan yang tepat.
Disini Droshipper mendapatkan keuntungan dari tidak adanya biaya simpan, dan
handling barang, karena Droppshipper hanya membantu penjualan barang dari
supplier ke konsumen.
Salah satu strategi pemasaran yang dilakukan oleh pihak dropshiper yaitu dengan
melakukan penjualan produk-produknya melalui sosial media. Misalnya saja
seperti Facebook, Instagram, website, Twitter ataupun melalui sosial media yang
lainnya. Apabila dropshipper mendapatkan pembeli, maka dropshipper akan
menghubungi supplier untuk membeli barang yang dipesan oleh pembeli.
Dropshiper tidak memiliki resiko kerugian apabila produk yang dijualnya tidak laku.
Hal ini dikarenakan pihak dropshiper tidak melakukan penyetokan barang.
Untuk fokus pekerjaan dari dropshiper ini tidak perlu ribet pada saat ada pembeli,
karena tidak perlu melakukan packing barang ataupun pengirimannya. Sementara
dropshipper ini hanya memiliki tugas memasarkan produk atau barangnya saja,
kemudian apabila ada pembelian maka hanya menghubungi pihak supplier saja.