Anda di halaman 1dari 6

ESAI MANAJEMEN RANTAI PASOK PADA PRODUK

SAGU

OLEH:

NAMA : MUHAMMAD HAIKAL


NIM : D071201084
KELAS :A

DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2022
Pada era globalisasi saat ini, kebutuhan konsumen yang besar akan kebutuhan pangan terus
meningkat dengan pesat. Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang menghasilkan
rempah-rempah dan hasil bumi. Pada wilayah Indonesia timur khususnya daerah-daerah seperti
Sulawesi, Maluku, Papua, dan daerah-daerah lainnya bagian timur yang masih mengonsumsi sagu
sebagai bahan makanan pokok. Sagu sendiri merupakan sebuah olahan dari proses teras batang
rumbia yang berasal dari pohon sagu dan memiliki karakteristik yang mirip dengan tepung tapioka.
Pada kota Makassar, tepatnya pada pasar-pasar tradisional, masih banyak masyarakat yang masih
menjual sagu. Dalam proses perdagangan tersebut, manajemen rantai pasok memiliki peran
penting sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan konsumen. Karena pada dasarnya manajemen
rantai pasok sendiri mengontrol kualitas barang atau produk yang diproduksi yang terdiri dari daya
tahan produk, keutuhan produk, permintaan pasar yang kadang melunjak.
Secara definisinya, Supply Chain merupakan jaringan-jaringan perusahaan yang secara
bersama-sama bekerja dalam menciptakan dan mengantarkan suatu produk ketangan pemakai
akhir. Dalam manajemen rantai pasok, memiliki tiga macam aliran yang harus dikelola. Pertama
dalah aliran barang yang mengalir dari hulu dan menuju ke hilir, aliran kedua adalah uang atau
dana yang mengalir dari hulu ke hilir, dan yang ketiga adalah aliran informasi yang bisa terjadi
dari hulu ke hilir ataupun sebaliknya. Dalam proses produksi awal sagu basah, bahan baku diambil
di kecamatan Masamba, kabupaten Luwu Timur. Kemudian dari pegambilan bahan baku tersebut,
kemudian bahan baku tersebut langsung diproduksi juga di Masamba. Setelah proses produksi
selesai hingga ke tahap pengemasan produk, maka selanjutnya produk dari sagu basah tersebut
akan dikirimkan ke Kota Makassar oleh para distributor-distributor dan selanjutnya akan dibeli
oleh para pedagang lokal Makassar setempat. Dalam proses wawancara mengenai sagu basah yang
dilakukan, para pedagang biasanya mengambil sebanyak 10-20 karung, yang dimana setiap karung
tersebut memiliki berat rata-rata 70 Kg / karung. Sagu basah tersebut dijual dipasaran dengan harga
Rp13.000 hingga Rp15.000. Dalam proses produksinya, kelompok supplier tidak memiliki
perencanaan produksi dalam memproduksi sagu, dikarenakan proses produksinya hanya dapat
dimulai pada saat musim kemarau. Hal tersebut dikarenakan proses produksinya masih dilakukan
secara manual dengan memanfaatkan tenaga surya (tenaga matahari) dalam prose penjemuran.
Dalam proses produksi sagu, sebagai pihak supplier dalam menyuplai sagu ke para pedagang
lokal harus memiliki starategi dalam memanajemen rantai pasok produksi sagu tersebut. Para
supplier bisa mengutamakan arus barang yang terjadi antara supplier dan perusahaan yang
memproduksi dari yang paling hulu hingga sampai ke hilir. Kemudian supplier juga harus
memperhatikan dasar kerangka kerja, seperti mengkordinasikan hubungan dari perusahaan
produksi sagu, pihak distributor, dan pedagang hingga sampai kepada pelanggan. Dalam
memproduksi sagu, dari pihak perusahaan harus memperhatikan beberapa poin yang menjadi
peran penting yang memiliki keterkaitan dengan kegiatan supply chain antara lain Pengembangan
produk, pengadaan, perencanaan & pengendalian, Operasi atau produksi, dan pengiriman atau
distribusi. Untuk bagian pertama yaitu pengembangan produk, dimana kita selaku pihak yang
produksi harus melakukan riset pasar, mengetahui keadaan yang terjadi dipasar, merancang sebuah
yang baru, dan tentunya juga melibatkan supplier dalam perancangan produk baru. Kemudian
untuk poin kedua yaitu pengadaan, sebagai dari pihak produksi kita harus pintar dalam memilih
supplier, dari pihak produksi sagu juga akan terus melakukan evalusia kinerja dari supplier
tersebut, melakukan pembelian bahan baku dan komponen secara rutin, mengawasi dan memonitor
risiko, dan membina serta menjalin hubungan yang baik dengan pihak supplier. Selanjutnya poin
ketiga yang tidak kalah begitu pentingnya yaitu perencanaan pengendalian. Pada tahap ini pihak
produksi melakukan demand planning, peramalan permintaan dari pasar atau konsumne,
melakukan perencanaan kapasitas gudang, dan perencanaan produksi dan produksi. Bagian
keempat yaitu operasi atau produksi, pada tahap keempat ini kita melakukan proses eksekusi
produksi dan juga melakukan pengendalian kulaitas yang berguna untuk menjaga kualitas dari
produk sagu. Selanjutnya poin terakhir yaitu pengiriman atau distribsui yang menjadi kegiatan
terakhir untuk pengiriman jasa atau produk sampai ke konsumen. Pada tahap ini, pihak produksi
melakukan perencanaan jaringan distribusi, melakuakn penjadwalan pengiriman, mencari &
memlihara hubungan dengan perusahaan jasa pengiriman atau ekspedisi, dan memonitor service
level dari tiap pusat distribusi.
Dalam proses produksi sagu dari pihak supplier hingga sampai ke tangan konsumen pastinya
memiliki aliran dalam rantai pasok. Aliran dalam rantai pasok tersebut terdiri dari material,
informasi dan keuangan. Pada poin pertama, aliran material berupa material dan patokan fisik yang
akan selalu mengaliur dalam setiap aliran rantai. Aliran material juga dapat berupa pengembalian
atau arus balik seperti daur ulang, pembuangan produk yang cacat. Poin kedua yaitu aliran
informasi mencakup banyak hal dalam proses produksi, contohnya seperti permintaan akan
kebutuhan pasar, penyedian, pengiriman barang, pengembalian dan proses informasi lainnya.
Selanjutnya poin terakahir yaitu keuangan yang mencakup transaksi uang, informasi pembayaran,
dan jadwal pembayaran. Dalam proses pengiriman sagu dari pihak supplier hingga sampai ke
tangan konsumen, dilakukan kegiatan pengiriman, pergudangan, dan juga persediaan dalam
membentuk logistik. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah manajemen logistik. Pada pihak
perusahaan produksi sagu hanyak melakukan system pengiriman berupa jalur truk atau darat dan
pergudangan. Pada penggunaan pengiriman melalui jalur darat, mayoritas pengiriman barang
dilakukan menggunakan truk dikarenakan fleksibilitas dengan truk hanya satu dari banyak
keunggulan lainnya. Bahkan beberap perusahaan sudah mulai meningkatkan penekanan pada truk
dalam melakukan pengantaran barang, mengambil barang dengan cepat, tanpa adanya produk yang
cacat dengan kertas kerja yang rapi serta biaya yang rendah. Selanjutnya untuk sistem pengiriman
pergudangan yang secara fundamental berfungsi untuk menyimpan produk, dan menungu
pengiriman selanjutnya. Terlepas dari produk yang siap dikirim hingga sampai ke tangan
konsumen, dari pihak produksi juga harus bisa untuk memanejemen transportasi dan distribusi
produk sagu. Manajemen transportasi dan distribusi dapat dilakukan dengan melakukan
segmentasu dan menetukan target service level, menetuntukan seperti apa transportasi yang akan
digunakan dalam pengiriman, melakukan konsilidasi informasi dan pengiriman, membuat
timeline penjadwalan pengiriman dan rute yang akan dilewati dala pengiriman, meberikan pelayan
yang baik, melakukan penyimpanan persediaan, dan menangani pengembalian (return) pada
produk yang cacat atau rusak.
Dalam menjalankan produksi sagu hingga sampai ke tangan konsumen, dari pihak produksi
harus memiliki starategi dalam menghadapi tantangan dan permasalahan supply chain. Strategi
pertama yang dapat dilakukan adalah bernegosiasi dengan banyak pemasok. Kita dapat mencari
banyak pemasok dan memilih diantara mereka yang memiliki penawaran paling menarik bagi
perusahaan. Umumnya perusahaan menjatuhkan pilihan bagi pemasok yang memberikan
penawaran rendah, tetapi sebaiknya dari pihak produksi tidak hanya memilih satu pemasok, namun
memilih beberapa pemasok agar jika suatu hari terjadi masalah kepada salah satu pemasok, rantai
pasokan perusahaan tidak terputus dan tetap dapat melanjutkan kegiatan perusahaan. Strategi
kedua adalah mengembangkan hubungan kemitraan jangka panjang dengan sedikit pemasok untuk
memuaskan hubungan pelanggan. Para pemasok yang telah lama menjalin hubungan dengan
perusahaan mungkin dapat lebih memahami tujuan dari perusahaan dan biasanya lebih
berkomitmen untuk berpartisipasi dalam sistem just in time, dimana perusahaan tidak lagi
mempunyai gudang untuk persediaan mereka karena pemasok akan mengirim persediaan tepat
saat perusahaan membutuhkannya. Hal ini tidak mudah dilakukan, karena itu perusahaan biasanya
hanya mau menerapkan sistem ini pada para pemasok yang telah mereka percayai. Jika
dibandingkan, perusahaan yang menggunakan pemasok yang sedikit dapat menekan biaya menjadi
lebih rendah daripada perusahaan yang mempunyai banyak pemasok, karena pasti akumulasi biaya
kirim dari pemasok yang berbeda-beda akan lebih besar. Pada strategi kedua ini, kita boleh saja
memilih beberapa pemasok tetapi jangan terlalu banyak memilih pemasok karena hanya akan
menimbulkan biaya yang lebih besar. Strategi ketiga adalah integrasi vertikal, artinya perusahaan
berusaha mengembangkan kemampuan untuk memproduksi barang atau jasa yang sebelumnya
diperoleh dari pemasok. Ada dua macam integrasi, yaitu integrasi maju dan integrasi mundur.
Integrasi mundur menyarankan perusahaan untuk membeli pemasoknya, sehingga mereka dapat
membuat barang sesuai keinginan mereka. Integrasi maju menyarankan produsen komponen untuk
membuat produk jadi. Tetapi integrasi mundur bisa menjadi berbahaya bagi perusahaan yang
sedang mengalami perubahan teknologi, karena jika salah menginvestasikan uang yang mereka
miliki maka mereka akan kesusahan dalam menghadapi gelombang teknologi yang berikutnya.
Strategi keempat adalah jaringan keiretsu, yaitu kombinasi dari sedikit pemasok dengan integrasi
vertikal. Dengan strategi ini pemasok akan menjadi bagian dari perusahaan dan yang pasti akan
terjadi hubungan kerja sama jangka panjang antar keduanya. Diharapakan dari strategi ini, mutu
dari produk yang dihasilkan akan tetap terjaga. Selanjutnya untuk strategi dalam supply chain
adalah mengembangkan perusahaan maya (virtual company) yang menggunakan para pemasok
sesuai kebutuhan. Strategi ini mengandalkan berbagai jenis hubungan pemasok untuk
menyediakan jasa atas permintaan yang diinginkan. Perusahaan maya memiliki batasan organisasi
yang berubah dan bergerak yang membuat mereka mampu untuk memenuhi permintaan pasar
yang berubah-ubah. Para pemasok dapat menyediakan berbagai jasa, seperti pembayaran upah,
perekrutan karyawan, dan lainnya. Jika perusahaan menggabungkan keunggulan dari perusahaan
maya, manajemen perusahaan yang bagus, biaya yang rendah, maka perusahaan akan
mendapatkan efisiensi.
Penerapan Supply Chain Management pada perusahaan yang memiliki komitmen, visi, misi
dan pilihan strategi yang baik akan menghasilkan keuntungan yang lebih besar daripada
perusahaan lain. Dari beberapa strategi supply chain yang telah dijelaskan, SCM juga memiliki
tujuan dari starategi tersebut yaitu cost reduction, meminimalkan biaya disemua sektor yang ada,
service improvement, meningkatkan perubahan lingkungan bisnis yang sangat cepat, responsif
yang dimana pihak produksi responsif dalam menghadapi perubahan lingkungan bisnis yang cepat,
memperoleh kepercayaan dari semua unsur terutama pelanggan, dan yang terakhir adalah
mengembangkan prinsip kemitraan. Dari pemaparan staregi tersebut, terdapat beberapa faktor
yang mendukung berjalannya supply chain. Faktor pertama adalah kemampuan bersaing, artinya
pihak yang memproduksi sagu dapat unggul dalam persaingan, faktor kedua adalah Fleksibilitas
Permintaan (Demand Flexibility), yaitu kemampuan untuk memenuhi perubahan kebutuhan
konsumen terhadap jumlah, spesifikasi dan delivery. Faktor ketiga yaitu kemampuan untuk
menjalankan aktivitas produksi sesuai standar industri secara efektif. Faktor keempat adalah
kinerja dari perusahaan produksi sagu dalam memenuhi permintaan secara efektif. Selanjutnya
faktor kelima adalah strategi risiko, dimana pihak produksi sagu dapat mengantisipasi terhadap
risiko yang timbul.
Dalam kegiatan supply chain management dari perusahaan produksi sagu hingga sampai ke
konsumen, pastinya memiliki masalah yang timbul dari praktik SCM ini. Masalah pertama dalam
praktik supply chain pada sagu adalah umur dari produk tersebut. Umur produk yang makin
menurun membuat perusahaan sulit mengatur strategi pasokan barang, karena perusahaan
membutuhkan waktu khusus, apalagi dalam proses produksinya hanya dilakukan pada musim
kemarau dan mengandalkan panas dari matahari. Masalah kedua yang muncul adalah kebutuhan
pelanggan. Pada permasalahan ini, Konsumen menuntut pemenuhan permintaan secara cepat,
meskipun permintaan sangat mendadak dan bukan merupakan produk standar. Permasalah ketiga
adalah fragmentasi pemilik, dalam permasalahn ini, SCM melibatkan banyak pihak dengan
kepentingan masing-masing, sehingga membuat kegiatan SCM semakin rumit. Dari berbagai jenis
permasalahan dari praktik SCM, terdapat juga masalah yang bisa saja terjadi pada supply chain
sagu, yaitu Bullwhip Effect. Permasalahan ini adalah suatu keadaan yang terjadi dalam praktik
SCM, dimana permintaan dari konsumen mengalami banyak perubahan yang menyebabkan
distorsi permintaan dari setia tahapan supply chain. Dampak dari bullwhip effect ini sangat banyak
yang dimulai dari stok pengaman yang naik, kualitas pelayanan menurun, alokasi sumber daya
yang tidak efisien, biaya transportasi dalam mengantar barang produksi yang naik, dan rencana
kerja yang berubah.
Dari setiap permasalahan yang muncul, trdapat juga beberapa faktor ketidakpastian dari
praktik supply chain ini sendiri. Faktor ketidakpastion SCM terdiri dari kesalahan peramalan
kebutuhan, keterlambatan jadwal produksi, kegagalan mesin produksi, kesalahan dan
keterlambatan informasi, kegagalan transportasi, pembatalan kontrak, data pengiriman yang tidak
akurat, keterlambatan dalam penerimaan bahan baku dari supplier, adanya diskriminasi yang
dilakukan pada konsumen, terjadinya kesalahpahaman atau komunikasi antara pihak produksi
sagu dengan supplier, kualitas bahan baku yang dibawah standar, dan pengukuran kinerja yang
tidak akurat.
Setelah mengidentifikasi masalah yang muncul dari praktik supply chain management pada
perusahaan produksi sagu, terdapat beberapa alternatif solusi yang dapat menyelesaikan masalah
tersebut. Alternatif penyelesaian masalah tersebut adalah melakukan kegiatan outsourcing
kegiatan supply chain management. Mengalihkan sebagian kegiatan yang bukan merupakan bisnis
utama kepada pihak ketiga yang kompeten, supaya perusahaan dapat lebih fokus ke bisnis utama
(core business) dan lebih efesien. Alternatif penyelesaian yang kedua adalah melaksanakan
kemitraan (partnership), perjanjian jangka panjang, mempunyai tujuan yang sama, saling percaya
dan saling berbagi resiko. Alternatif penyelesaian yang ketiga adalah meminimalkan jumlah
supplier, untuk memudahkan kontrol dan menghindari keberagaman. Keempat adalah
meningkatkan relationship, hubungan baik di tingkat internal maupun eksternal perusahaan.
Alternatif kelima adalah mengoptimalkan persediaan bahan baku dan produk jadi melalui
pengendalian persediaan. Alternatif keenam adalah memperpendek birokrasi SCM, meniadakan
rantai birokrasi yang tidak perlu menambah biaya serta waktu proses, kemudian menerima pesanan
langsung dari konsumen, melayani secara langsung tanpa melibatkan distributor maupun retailer
dan alternatif penyelesaian masalah yang terakhir adalah melakukan proses produksi berdasarkan
order, hanya melakukan proses produksi bila telah menerima ordae (Purchase Order).
DAFTAR PUSTAKA

Lukman. (2021). SUPPLY CHAI MANAGEMENT (O. R. Payangan (ed.); Issue Oktober). CV.
CAHAYA BINTANG CEMERLANG.
Risma, L. A., La Hatani, L. H., Taufik, H. M., & Tangalayuk, A. (2020). Implementasi Supply
Chain Management Pada Kelompok Usaha Sagu Meambo Food Di Kelurahan Mata Kota
Kendari. Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, 12(1), 26–42.
https://doi.org/10.55598/jmk.v12i1.10457

Anda mungkin juga menyukai