Anda di halaman 1dari 13

ELT MATERIAL DEVELOPMENT AND EVALUATION

“The Development of Material”

By Group 4

 Nursharikha Aghniya Fortuna (200502500019)


 Hilda Fachriza (200502502027)
 Venansius Riky (200502502016)

CLASS B

ENGLISH EDUCATION STUDY

PROGRAM ENGLISH DEPARTMENT

FACULTY OF LANGUAGES AND LITERATURE

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam karena dengan segala rahmat, kasih
sayang, dan kebaikan-Nya. Kami masih diberi kesempatan untuk membuat makalah ini dengan
judul “Perkembangan Materi”.

Terciptanya makalah ini tidak serta merta membuktikan bahwa penulis memiliki banyak
pengetahuan tentang materi yang diangkat. Banyak dukungan dan bantuan dari teman-teman
satu kelompok yang tiada hentinya sehingga terciptanya makalah ini.

Tentu saja makalah ini jauh dari sempurna, namun dengan segala hormat, makalah ini kami
persembahkan kepada pembaca sebagai bahan referensi atau bantuan sesuai dengan
keutuhannya.

Makassar, 4 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB 1 PENGENALAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................2
C. Tujuan Pembelajaran.........................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................3
A. Definisi Material Development.........................................................................................3
B. Alasan Guru Mengembangkan Materi...............................................................................4
C. Prinsip Dalam Mengembangkan Materi............................................................................5
D. Prosedur Pengembangan Materi........................................................................................6
BAB 3 KESIMPULAN..............................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................…9

ii
BAB 1

PENGENALAN

A. Latar Belakang

Bahasa Inggris telah diakui oleh sebagian besar negara di dunia sebagai bahasa
internasional. Oleh karena itu, bahasa Inggris harus digunakan dalam komunikasi internasional
baik secara lisan maupun dalam komunikasi tertulis, baik untuk kebutuhan umum maupun
khusus. Oleh karena itu, masyarakat di negara-negara yang menggunakan bahasa Inggris sebagai
bahasa kedua atau bahasa asing harus mempelajarinya, jika ingin dapat berkomunikasi secara
internasional.

Guru bahasa Inggris biasanya mengajar siswanya dengan menggunakan buku teks yang
tersedia. Namun, bahan ajar yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan siswa tidak selalu
tersedia. Kondisi ini tidak menyurutkan semangat guru selama mereka memiliki tujuan
pengajaran atau mengetahui kebutuhan siswa. Dengan memiliki tujuan pengajaran/pembelajaran
atau mengenal kebutuhan peserta didik, maka guru dapat mengembangkan bahan ajarnya sendiri
bagi peserta didik untuk mencapai tujuan atau untuk memenuhi kebutuhan peserta didik.

Satu dekade yang lalu Tomlinson (1998) koleksi yang diedit berjudul 'Pengembangan
Materi dalam Pengajaran Bahasa' tidak banyak mengacu pada kontribusi komputer, selain dari
diskusi tentang data korpus dan konkordansi dan pengamatan Alan Maley bahwa manusia berdiri
di ambang generasi baru bahan komputerisasi untuk pengajaran bahasa. Tidak adanya fokus
pada materi pembelajaran bahasa berbantuan komputer dalam koleksi itu disebutkan (Johnson,
1999; Levy, 2006), sebagai indikator kesenjangan antara CALL dan bidang pengajaran bahasa
yang lebih luas. Dalam dekade sejak buku Tomlinson, peluang untuk pembelajaran dan
pengajaran bahasa telah diubah lebih lanjut oleh perkembangan pesat dari berbagai sumber daya,
materi, tugas, dan lingkungan belajar yang dimediasi teknologi. Tempat perkembangan ini di
bidang pengajaran bahasa telah menjadi bahan perdebatan. Coleman (2005), misalnya,
berpendapat bahwa penelitian dan praktik saat ini di CALL memiliki potensi untuk
meningkatkan pemahaman kita tentang pembelajaran dan pengajaran bahasa, tetapi tetap dalam
posisi yang relatif marjinal.

Materi bahasa adalah sumber daya yang dapat digunakan untuk memfasilitasi pembelajaran
bahasa seperti buku pelajaran, video, pembaca bergradasi, kartu flash, permainan, dan situs web
(Tomlinson, 2012). Materi dapat menginformasikan pelajar tentang bahasa target; membimbing
pembelajar dalam mempraktikkan bahasa (fungsi instruksional); memberikan pembelajar
pengalaman bahasa yang digunakan (fungsi pengalaman), mendorong pembelajar untuk
menggunakan bahasa (fungsi memunculkan); dan membantu pembelajar untuk membuat
penemuan tentang bahasa (fungsi eksplorasi). Oleh karena itu pengembangan bahan
menggambarkan proses melalui mana bahan diproduksi dan/atau digunakan pembelajaran
bahasa termasuk evaluasi bahan, adaptasi, desain, eksploitasi, dan penelitian. Menurut
Tomlinson (2012), proses-proses tersebut harus berinteraksi dalam pembuatan materi
pembelajaran bahasa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa itu pengembangan material?

2. Mengapa guru harus mengembangkan materi?

3. Apa prinsip-prinsip dalam Mengembangkan Materi?

4. Apa prosedur dalam pengembangan materi?

C. Tujuan Pembelajaran
1. Untuk mengetahui definisi pengembangan material
2. Untuk mengetahui alasan pengembangan materi
3. Untuk mengetahui prinsip perinsip pengembangan materi
4. Untuk mengetahui prosedur dalam pengembangan materi

2
BAB II

TINJAUAN LITERATUR

A. Definisi Material Development

Material development mengacu pada semua proses yang digunakan oleh praktisi
yang memproduksi dan/atau menggunakan bahan untuk pembelajaran bahasa, termasuk
evaluasi bahan, adaptasi mereka, desain, produksi, eksploitasi dan penelitian bahan ajar
bahasa. Tomlinson (2012); Dick dan Carey (1990) menyarankan sepuluh komponen
model pendekatan sistem, yaitu, mengidentifikasi tujuan instruksional, melakukan
analisis instruksional, mengidentifikasi perilaku dan karakteristik entri, menulis tujuan
kinerja, mengembangkan item tes yang direferensikan kriteria, mengembangkan strategi
instruksional, mengembangkan dan/atau memilih bahan ajar, merancang dan
melaksanakan evaluasi formatif, merevisi pembelajaran, dan melakukan evaluasi sumatif.
Masing-masing komponen ini terkait erat satu sama lain dalam model pendekatan sistem.

Untuk merancang/mengembangkan bahan ajar yang akurat, setiap komponen


dalam sistem harus dipertimbangkan. Dengan kata lain, bahan ajar/pembelajaran yang
sesuai harus dapat memenuhi masing-masing komponen lain dalam pendekatan sistem.

Desain materi adalah kasus khusus penerapan jenis pemikiran canggih yang
dimiliki oleh guru ahli. Termasuk:

 Menganalisis potensi konten pelajaran dan mengidentifikasi bagaimana


mengubahnya menjadi sumber pengajaran
 Mengidentifikasi tujuan linguistik
 Mengembangkan tugas instruksional sebagai dasar untuk pelajaran

Bahan ajar/pembelajaran yang telah dikembangkan untuk peserta didik sasaran


tertentu harus diimplementasikan dalam situasi belajar/mengajar yang sebenarnya.
Implementasi bahan ajar/bahan ajar dalam situasi nyata pada langkah ini dimaksudkan
untuk menguji coba bahan ajar/bahan ajar apakah sesuai dengan sasaran peserta didik.
Jika tidak, maka bahan ajar/bahan ajar tersebut harus direvisi berdasarkan data yang
diperoleh dari uji coba kepada peserta didik sasaran. Ini disebut langkah evaluasi.

Pengajaran bahasa memiliki lima komponen penting: siswa, guru, bahan, metode
pengajaran, & evaluasi. Nunan (1992) menyatakan bahwa bahan ajar seringkali
merupakan komponen pedagogi yang paling substansial dan dapat diamati. Selain itu,
Cunnings worth (Richards, 2003) merangkum peran materi khususnya buku teks, dalam
pengajaran bahasa sebagai sumber materi presentasi; sumber kegiatan praktik dan
interaksi komunikatif peserta didik; sumber referensi bagi peserta didik tentang tata
bahasa, kosa kata, pengucapan, sumber stimulasi dan ide untuk kegiatan kelas; sebuah
silabus; dukungan untuk guru yang kurang berpengalaman yang belum mendapatkan
kepercayaan diri.

Umumnya, guru cenderung menggunakan semua bimbingan yang diberikan oleh


3
buku teks. Namun, adalah fakta bahwa buku teks tidak selalu memenuhi berbagai kondisi
di kelas bahasa (Ur, 1996; Richards, 2003). Terkadang, guru perlu mengeksplorasi bahan
ajar di luar buku teks dan memodifikasinya agar relevan dengan kebutuhan dan tuntutan
kelompok siswa tertentu. Pengalaman dan pemahaman guru terhadap siswanya sangat
penting dalam pengembangan materi, sehingga siswa akan termotivasi dalam
mempelajari bahasa target. Lalu, apa itu pengembangan material? Menurut Tomlinson
(1998) pengembangan materi mengacu pada segala sesuatu yang dilakukan oleh penulis,
guru atau pelajar untuk menyediakan sumber input bahasa dengan cara yang
memaksimalkan kemungkinan asupan. Dalam melakukannya, pengembang materi,
termasuk guru, dapat membawa gambar atau iklan di kelas, menulis buku teks,
merancang lembar kerja siswa, membaca puisi atau artikel dengan keras. Oleh karena itu,
apapun yang mereka lakukan untuk memberikan masukan, mereka juga memperhatikan
prinsip-prinsip terkait agar pembelajar dapat mempelajari bahasa secara efektif.

Setidaknya ada dua hal yang perlu dijabarkan tentang pengembangan material. Ini
adalah bidang studi dan usaha praktis. Sebagai bidang studi, mempelajari prinsip dan
prosedur desain, implementasi, dan evaluasi bahan ajar bahasa. Sebagai upaya praktis, ini
melibatkan produksi, evaluasi, dan adaptasi bahan ajar bahasa, oleh guru untuk kelas
mereka sendiri dan oleh penulis bahan untuk dijual atau didistribusikan (Tomlinson,
2001).

B. Alasan guru harus mengembangkan materi

Terdapat sejumlah alasan, mengapa guru perlu untuk mengembangkan bahan ajar,
yakni antara lain; ketersediaan bahan sesuai tuntutan kurikulum, karakteristik sasaran,
dan tuntutan pemecahan masalah belajar. Pengembangan bahan ajar harus
memperhatikan tuntutan kurikulum, artinya bahan belajar yang akan kita kembangkan
harus sesuai dengan kurikulum. Pada kurikukulum tingkat satuan pendidikan, standard
kompetensi lulusan telah ditetapkan oleh pemerintah, namun bagaimana untuk
mencapainya dan apa bahan ajar yang digunakan diserahkan sepenuhnya kepada para
pendidik sebagai tenaga profesional. Dalam hal ini, guru dituntut untuk mempunyai
kemampuan mengembangkan bahan ajar sendiri. Untuk mendukung kurikulum, sebuah
bahan ajar bisa saja menempati posisi sebagai bahan ajar pokok ataupun suplementer.
Bahan ajar pokok adalah bahan ajar yang memenuhi tuntutan kurikulum. Sedangkan
bahan ajar suplementer adalah bahan ajar yang dimaksudkan untuk memperkaya,
menambah ataupun memperdalam isi kurikulum.

Apabila bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum tidak ada ataupun sulit
diperoleh, maka membuat bahan belajar sendiri adalah suatu keputusan yang bijak.
Untuk mengembangkan bahan ajar, referensi dapat diperoleh dari berbagai sumber baik
itu berupa pengalaman ataupun pengetahauan sendiri, ataupun penggalian informasi
dari narasumber baik orang ahli ataupun teman sejawat. Demikian pula referensi dapat
kita peroleh dari buku-buku, media masa, internet, dll. Namun demikian, kalaupun
bahan yang sesuai dengan kurikulum cukup melimpah bukan berarti kita tidak perlu
mengembangkan bahan sendiri. Bagi siswa, seringkali bahan yang terlalu banyak
membuat mereka bingung, untuk itu maka guru perlu membuat bahan ajar untuk
menjadi pedoman bagi siswa.

Pertimbangan lain adalah karakteristik sasaran. Bahan ajar yang dikembangkan


4
orang lain seringkali tidak cocok untuk siswa kita. Ada sejumlah alasan
ketidakcocokan, misalnya, lingkungan sosial, geografis, budaya, dll. Untuk itu, maka
bahan ajar yang dikembangkan sendiri dapat disesuaikan dengan karakteristik sasaran.
Selain lingkungan sosial, budaya, dan geografis, karakteristik sasaran juga mencakup
tahapan perkembangan siswa, kemampuan awal yang telah dikuasai, minat, latar
belakang keluarga dll. Untuk itu, maka bahan ajar yang dikembangkan sendiri dapat
disesuaikan dengan karakteristik siswa sebagai sasaran.

Selanjutnya, pengembangan bahan ajar harus dapat menjawab atau memecahkan


masalah ataupun kesulitan dalam belajar. Terdapat sejumlah materi pembelajaran yang
seringkali siswa sulit untuk memahaminya ataupun guru sulit untuk menjelaskannya.
Kesulitan tersebut dapat saja terjadi karena materi tersebut abstrak, rumit, asing, dsb.
Untuk mengatasi kesulitan ini maka perlu dikembangkan bahan ajar yang tepat.
Apabila materi pembelajaran yang akan disampaikan bersifat abstrak, maka bahan ajar
harus mampu membantu siswa menggambarkan sesuatu yang abstrak gersebut,
misalnya dengan penggunaan gambar, foto, bagan, skema, dll. Demikian pula materi
yang rumit, harus dapat dijelaskan dengan cara yang sederhana, sesuai dengan tingkat
berfikir siswa, sehingga menjadi lebih mudah dipahami.

C. Prinsip dalam Mengembangkan Bahan

Ada enam belas prinsip yang Tomlinson (Richards, 2001) rangkum dari apa
yang menurutnya banyak peneliti Akuisisi Bahasa Kedua (SLA) akan setuju untuk
menjadi prinsip dasar SLA yang relevan dengan materi yang dikembangkan untuk
pengajaran bahasa.

Prinsip-prinsip tersebut secara singkat diuraikan sebagai berikut:

 Materi harus mencapai dampak, membantu peserta didik untuk merasa nyaman, dan
untuk mengembangkan kepercayaan diri
 Apa yang diajarkan harus dirasakan oleh peserta didik sebagai relevan dan berguna?
 Materi harus membutuhkan dan memfasilitasi pembelajar investasi diri, memberikan
pembelajar kesempatan untuk menggunakan bahasa target untuk mencapai tujuan
komunikatif.
 Materi harus mempertimbangkan bahwa- efek positif dari pengajaran biasanya
tertunda, pelajar memiliki gaya belajar yang berbeda & berbeda dalam sikap afektif
 Materi harus memungkinkan periode hening pada awal pengajaran, tidak boleh terlalu
bergantung pada praktik terkontrol & harus memberikan peluang untuk umpan balik
hasil

Selain itu, Crawford (Richards-Renandya2002) menyatakan bahwa materi jelas


mencerminkan pandangan penulis tentang bahasa & pembelajaran, dan guru (& siswa)
akan merespons sesuai dengan seberapa baik ini sesuai dengan keyakinan dan harapan
mereka sendiri. Oleh karena itu, disarankan beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam memberikan materi yang efektif:

 Bahasa - fungsional dan harus dikontekstualisasikan; harus realistis dan otentik;


membutuhkan keterlibatan pelajar dalam penggunaan bahasa yang disengaja
5
 Materi kelas biasanya akan berusaha memasukkan komponen audio visual
 Pembelajar bahasa kedua perlu mengembangkan kemampuan untuk menangani genre
tulisan/lisan
 Materi harus cukup fleksibel untuk memenuhi perbedaan individu dan kontekstual

D. Prosedur Pengembangan Bahan

Apa peran bahan ajar?

Materi harus memfasilitasi kemampuan peserta didik untuk belajar dan


menyelidiki diri sendiri. Hal ini dapat dicapai jika materi atau perangkat kursus
membantu peserta didik untuk mencapai hal ini dengan memfasilitasi pemahaman
topik dan dengan terlibat dalam kegiatan dan tugas penemuan yang berpusat pada
peserta didik. Bahan ajar terdiri dari banyak jenis: buku teks, kaset audio dan video,
handout, grafik, alat bantu mengajar dari berbagai jenis yang semuanya dapat
digunakan untuk tujuan yang berbeda oleh guru. Umumnya, sebagian besar situasi
pengajaran bergantung pada buku teks. Konten adalah media yang menerjemahkan
tujuan menjadi hasil belajar. Dengan kata lain, isi mencerminkan tujuan kursus.
Misalnya, jika tujuan kursus adalah untuk mengembangkan keterampilan pemahaman
membaca peserta didik, materi akan mencakup bahan bacaan yang berlimpah untuk
membantu menanamkan kemampuan pemahaman. Bahan bacaan akan disesuaikan
dengan tingkat kompetensi peserta didik saat ini dan harus berkisar pada tema-tema
yang menarik minat dan memotivasi kelompok sasaran peserta didik. Dengan cara
yang sama, jika tujuannya adalah untuk membantu pelajar menggunakan bahasa
sebagai bahasa kedua dalam situasi sehari-hari, konten harus mencakup situasi dan
bahasa yang diperlukan untuk inisiasi, negosiasi, dll. Guru tidak dapat efektif di kelas
tanpa bahan ajar . Bahan ajar juga harus tersedia bagi siswa. Banyak masalah disiplin
akan muncul jika peserta didik tidak terikat oleh "buku" untuk diikuti di kelas. Terkait
erat dengan peran guru dan peserta didik adalah peran bahan ajar. Setiap buku teks
didasarkan pada asumsi tentang pembelajaran, dan desain kegiatannya menyiratkan
peran tertentu bagi guru dan peserta didik dan mengasumsikan disposisi tertentu
terhadap gaya belajar. Pada awal 1980-an Allwright (1981) dan O'Neill (1982)
memperdebatkan peran bahan pembelajaran dalam artikel yang masing-masing
berjudul 'untuk apa bahan ajar?' dan 'mengapa menggunakan buku teks?' Bahkan guru
yang paling antusias dan teliti pun jarang memiliki waktu untuk menghasilkan seluruh
kursus atau sejumlah besar materi yang dibuat secara pribadi. Oleh karena itu penting
bahwa kriteria ditetapkan untuk memilih dan merancang materi sesuai dengan isi
kursus dan silabus. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk menetapkan kriteria
untuk merancang materi yang sesuai dengan ruang lingkup silabus. Hanya melalui
proses ini guru dapat memperoleh manfaat dari silabus dan kurikulum dan melengkapi
mereka dengan materi tambahan dalam bentuk bantuan tambahan.

Guru, Peserta didik, dan Materi: Hubungan:

Bahan adalah alat yang akan berguna bagi guru dan peserta didik. Dengan
demikian, peran bahan adalah sebagai instrumen yang melayani tujuan ganda. Seperti
halnya alat atau instrumen apa pun, pemanfaatan yang efektif tergantung pada
pengguna dan alat itu sendiri. Untuk alasan ini, saat mengembangkan materi, perhatian
6
besar harus dilakukan untuk menghindari segala macam ambiguitas. Ketepatan harus
diambil karena itulah sampel yang secara sadar atau tidak sadar diserap oleh
pengguna/peserta didik. Untuk mendapatkan manfaat optimal dari bahan yang
digunakan, penting untuk mengetahui cara mengadaptasi, memperkaya, dan
menafsirkan. Penting untuk dicatat bahan ajar harus mencakup tugas-tugas khusus
untuk dilakukan di kelas. Dalam memilih bahan untuk tugas, perlu diingat: -
Relevansi; Keaslian; Fokus pada proses; Potensi untuk ditinjau dan dinilai; Kelayakan;
Kecakapan peserta didik.

Karakteristik Bahan Ajar:

Littlejohn dan Windeatt (1989) berpendapat bahwa materi memiliki kurikulum


tersembunyi yang mencakup sikap terhadap pengetahuan; mengajar/belajar; peran dan
hubungan guru/siswa, dan nilai dan sikap yang terkait dengan gender, masyarakat, dll.
Materi memiliki filosofi, pendekatan, metode, dan konten pembelajaran yang
mendasari, termasuk informasi linguistik dan budaya. Clarke (1989) berpendapat bahwa
metodologi komunikatif adalah penting & didasarkan pada keaslian, realisme, konteks,
& fokus pada pelajar. Sebagian besar orang mengasosiasikan istilah bahan ajar hanya
dengan buku pelajaran karena itulah pengalaman utama mereka dalam menggunakan
bahan ajar. Namun, pada kenyataannya istilah tersebut dapat digunakan untuk merujuk
pada apa saja yang digunakan oleh guru atau peserta didik untuk memfasilitasi
pembelajaran bahasa. Terkait dengan itu, bahan dapat dibagi menjadi beberapa jenis
sebagai berikut:

 Bahan cetak: Buku teks, LKS, gambar, foto, koran & majalah
 Bahan audio: kaset & compact disc
 Audio visual: video compact disc, film
 Bahan ajar interaktif: bahan pembelajaran berbasis web, instruksi berbantuan komputer.
 Bahan otentik mengacu pada penggunaan dalam pengajaran teks, foto, pilihan video,
dan
sumber pengajaran lainnya yang tidak secara khusus disiapkan untuk tujuan pedagogis.
 Materi yang dibuat mengacu pada buku teks dan sumber daya instruksional lain yang
dikembangkan secara khusus.

Edge (1993) menggunakan istilah "bahan yang diproduksi guru" dan "bahan siswa"
untuk merujuk pada bagaimana bahan diproduksi atau digunakan selama proses belajar
mengajar di kelas. Materi yang diproduksi guru memainkan peran penting untuk
menjembatani kesenjangan antara kelas dan dunia luar. Dengan demikian, guru dapat
menghasilkan lembar kerja mereka sendiri untuk siswa mereka.

Bahan yang diproduksi siswa

Guru dapat meminta siswa untuk menghasilkan peta sederhana yang mereka ketahui
sebagai dasar suatu kegiatan. Dengan cara ini, siswa kemudian menggunakan
pengetahuan & latar belakang pribadi mereka sendiri untuk menghasilkan bahan
pembelajaran untuk teman sekelas mereka.

Siswa sebagai bahan


7
Ketika kita melihat pembelajar sebagai bahan, kita juga dapat menggunakan metode
kita untuk membuat pembelajaran menjadi menyenangkan. Dalam melakukannya, guru
dapat, misalnya: meminta seorang siswa untuk menutup matanya & menjelaskan apa
yang orang lain kenakan; jelaskan apa yang orang lain kenakan sampai kita semua dapat
mengenali orang itu; bagilah kelas menjadi pasangan-pasangan dan mintalah setiap
pasangan untuk melakukan salah satu hal di atas.

BAB III
KESIMPULAN

Kesimpulan

Makalah ini telah menekankan pentingnya pengembangan materi dalam program


bahasa Inggris. Padahal ada lima unsur dalam pengajaran bahasa dan pembelajar harus
menjadi pusat pengajaran. Namun, bahan sering mengontrol pengajaran, karena guru
dan peserta didik cenderung sangat bergantung pada mereka. Materi yang sesuai untuk
kelas tertentu perlu memiliki filosofi, pendekatan, metode dan teknik pembelajaran
yang mendasari yang sesuai dengan siswa dan kebutuhan mereka. Guru perlu mencari
materi yang baik, baik komersial maupun non-komersial, sepanjang waktu. Ketika
guru memutuskan untuk mengadaptasi materi otentik atau dibuat, itu berarti bahwa
mereka menjembatani kesenjangan antara kelas dan dunia.

8
DAFTAR PUSTAKA

Alan, Maley (2004). Review: Mat. Eval. & Design for Language Teaching. ELT Journal,
58(4),394-396
Tomlinson, B. (1998) Mat. Dev. in Language Teaching. Cambridge University Press-
Education , pp.1-2
Clarke, D. F. (1989) Communicative Theory & Its Influence on Materials Production.
Language Teaching,73-86
Coleman, James A. (2005) CALL from Margins: Towards Effective Dissemination of Call
Research and Good Practices. RECALL, 17(1), pp.18–31
Crawford, J. (2002) Role of Materials in Language Classroom: Finding the Balance” In J.C
Richards, W.A Renandya, Anthology of Current Practice. Port Melbourne, Australia:
Cambridge University Press, pp.84-87
David Nunan. (1992) Research Methods in Language Learning. Cambridge University Press,
pp.227
Edge, J. (1993). Essential of English Language Teaching. London: Longman, pp.43-48
Garnier, D. (2002) Textbook Selection for the ESL Classroom. Southern Alberta Inst. of
Technology. Eric Digest, pp.1-2
Richards, Jack C. (2013) Curriculum Approaches in Language Teaching: Forward, Central &
Backward Design. RELC Journal 44(1) 5–33
Richards, Jack C., Theodore, S. Rodgers. (2001) Approaches & Methods In Language
Teaching Cambridge University Press, pp.263
Johnson, M.(1999) CALL &Teacher Education Issues In Course Design, CALL EJ Online
1(2), pp. 1-3
Littlejohn, A., Windeatt, S. (1989) Beyond Language Learning: Perspective on Materials
Design. In R. K. Johnson(Ed.), the Second Language Curriculum. Cambridge:
Cambridge University Press, pp.155-175
Mike Levy & Glenn, Stockwell. (2007) Call Dimensions: Options & Issues in Computer-
Assisted Language Learning. TESL-EJ, Vol-11/22,pp. 1-5
Richards, Jack C. (2003,) Curriculum Development in Language Teaching. Cambridge:
Cambridge University Press, pp.251
Tomlinson, B. ,Masuhara, H. (2004) Developing Language Course Material RELC
Publisher,pp1-2
Ur, P. A (1996) Course in Language Teaching. Practice & Theory. Cambridge Univ. Press.
Great Britain, pp.185

9
2

Anda mungkin juga menyukai