Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS EFEKTIVITAS DISTRIBUSI BERAS MISKIN

(RASKIN)

Robert F Damanik, Tavi Supriana, dan Thomson Sebayang

A. Latar Belakang
Program Raskin adalah program nasional yang bersentuhan langsung dengan
masyarakat. Melalui program ini pemerintah memberikan bantuan kepada masyarakat
untuk mendapatkan hak atas pangan. Melalui program Raskin, setiap RTS-PM dapat
membeli sejumlah beras di titik distribusi dengan harga yang lebih murah dari harga di
pasaran (bersubsidi). Selama pelaksanaan program, jumlah beras yang dialokasikan untuk
setiap RTSPM mengalami beberapa perubahan, namun tetap pada kisaran 10-20 kg per
distribusi, dan pada 2011 berjumlah 15 kg. Harga beras bersubsidi yang harus dibayar
RTS-PM pada awal pelaksanaan program adalah Rp 1.000 per kg di titik distribusi. Sejak
2008 harganya dinaikkan menjadi Rp 1.600 per kg. Frekuensi distribusi juga mengalami
perubahan antara 10-13 distribusi per tahun atau ratarata satu kali setiap bulan (BULOG,
2012). Tujuan Program Raskin adalah mengurangi beban pengeluaran Rumah Tangga
Sasaran melalui pemenuhan sebagian kebutuhan pangan pokok dalam bentuk beras.

B. Tujuan
Untuk mengetahui tingkat efektivitas program distribusi Raskin di daerah penelitian.

C. Metode
Data dianalisis dengan menggunakan perhitungan selisih harga di tingkat rumah tangga
dengan harga patokan pemerintah serta menggunakan analisis deskriptif. Metode yang
digunakan dalam penentuan sampel adalah metode “Simple Random Sampling”.

D. Hasil
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan yang pertama menunjukkan bahwa terjadi
perbedaan harga antara harga patokan pemerintah dengan harga di tingkat rumah tangga
sebesar Rp 66,67. Pendistribusian beras belum efektif ditinjau dari indikator efektivitas
yang digunakan. Dari sisi tepat sasaran terdapat 12 sampel ( 40% ) yang tidak tepat
sasaran, dari sisi jumlah sudah tepat, dari sisi harga belum tepat, serta dari sisi waktu dan
administrasi dinyatakan sudah tepat.

E. Kesimpulan
Pendistribusian beras belum efektif ditinjau dari indikator efektivitas yang digunakan.
Dari sisi tepat sasaran terdapat 18 sampel ( 60% ) yang tidak tepat sasaran, dari sisi
jumlah sudah tepat, dari sisi harga belum tepat, serta dari sisi waktu dan administrasi
dinyatakan sudah tepat.
FLEKSIBILITAS DISTRIBUSI FISIK DALAM MANAJEMEN RANTAI PASOKAN
STUDI PADA KOMODITI TELUR DI KOTA MANADO

Creaton A. M Wahani, Magdalena Wullur

A. Latar Belakang
Setiap usaha atau perusahaan di Indonesia telah menerapkan manajemen rantai
pasokan tanpa disadari, mulai dari aliran barang atau logisktik, aliran uang (financial),
dan sampai pada aliran infomasi. Sehingga usaha yang dijalankan sering kali tidak efektif
dan efisien. Penerapan dari manajemen rantai pasokan perlu untuk dipelajari semua orang
khususnya pengusaha, kerena dengan memahami manajemen rantai pasokan kita dapat
mengetahui dimana letak kekurangan serta kelebihan dalam usaha yang dijalankan.
Distribusi yang berjalan secara optimal adalah kunci perusahaan dan pengusaha
untuk menjalankan bisnisnya, oleh karena itu perusahaan perlu melakukan distribusi yang
baik, yaitu bagaimana perusahaan dapat menyesuaikan waktu, proses distribusi dan
lingkungan yang ada, hal ini dapat dilakukan dengan baik jika perusahaan memahami
tentang fleksibilitas distribusi fisik. Fleksibilitas distribusi fisik adalah kemampuan
perusahaan untuk secara cepat dan efektif menyesuaikan persediaan, pengemasan,
pergudangan dan transportasi fisik produk untuk merespon kebutuhan pelanggan.

B. Tujuan
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui proses fleksibilitas distribusi fisik dalam
manajemen rantai
pasokan komoditi telur di Kota Manado.

C. Metode
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dimana menggunakan informan
untuk mencari dan mengumpulkan data, dalam hal ini yaitu peternak, pengepul dan
pedagang di pasar tradisional di Kota Manado.
D. Hasil
Aliran distribusi fisik telur yang terjadi di Kota Manado cukup panjang, di mana
pada khasus atau sampel yang penulis teliti telur yang berada di Manado di ambil dari
peternak yang berada di Tompaso Baru dan di Sonder. Proses pendistribusian telur dari
Tompaso Baru ke Manado menggunakan mobil pick-up Grand Max, perjalanan dari
Tompaso Baru ke Manado memakan waktu kurang lebih 3 jam serta dalam setiap kali
perjalanan atau pendistribusian telur dari Tompaso Baru ke Manado selalu di lakukan
pada waktu malam hari, hal ini dilakukan untuk menghindari kepadatan lalu lintas.
Pada proses distribusi telur, pada hal ini khususnya distribusi fisik telur ayam
yang dimulai dari peternakan sampai pada konsemen masih sering terjadi masalah, dalam
hal ini masalah pokoknya adalah kerusakan pada telur, mulai dari kerusakan fisiknya
ataupun pada isi telur ayam tersebut. Dalam proses distribusi telur selalu kedapatan telur
yang rusak akibat pecah selama proses perjalanan. Telur ayam yang dimuat pada
kendaran mobil pick up sering rusak atau pecah diakibatkan adanya benturan-benturan
yang terjadi selama perjalan atau proses perpindahan telur ayam dari tangan peternak ke
pedagang melalui pengepul ataupun tidak melalui pengepul.
Penjelasan di atas menunjukan bahwa implementasi Fleksibilitas Distribusi Fisik
dalam Manajemen Rantai Pasokan pada Komoditas Telur di Manado masih belum sesuai
dengan teori fleksibilitas distribusi fisik karena dalam pendistribusian telur yang terjadi di
Manado masih terdapat telur yang rusak atau pecah selama proses pendistribusian, yang
mengakibatkan terjadinya kerugian pada pihak peternak telur ayam, pengepul maupun
pedagang di pasar tradisional Kota Manado. Jadi dapat dikatakan bahwa fleksibilitas
distribusi fisisk dalam manajemen rantai pasokan pada komoditas telur di Kota Manado
masih belum terlaksana secara maksimal atau belum terimplikasi sepenuhnya, tetapi
proses distribusi telur di Kota manado sudah cukup baik karena penjual maupun pengepul
melakukan berbagai cara untuk mengurangi jumlah telur yang rusak selama proses
distribusi berjalan sehingga dapat mengurangi terjadinya kerugian akibat barang yang
rusak.
E. Kesimpulan
Fleksibilitas distribusi fisik dalam Manajemen Rantai Pasokan di Kota Manado sudah
cukup berjalan dengan baik, hal ini dapat di lihat bahwa dalam setiap kali proses
distribusi dari telur jumlah telur yang rusak telah menurun, walaupun tetap terjadi
kerusakan tetapi tidak dalam jumlah yang banyak yang dapat merugikan. Maka dapat
disimpulkan bahwa fleksibilitas distribusi dalam manajemen rantai pasokan di Kota
Manado sudah cukup baik, karena berkurangnya jumlah telur yang pecah selama proses
distribusi telur tersebut.
Kinerja Outbound Logistik Susu Segar di Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara
(KPSBU) Lembang

Maulidina, E. Taufik, & A. Atabany

A. Latar Belakang
Perusahaan peternakan sapi perah merupakan perusahaan yang melakukan
kegiatan pembibitan, budidaya sapi perah dan pengumpul susu sapi (BPS 2015). Menurut
Bloomberg et al. (2002) outbound logistic merupakan pergerakan produk keluar pabrik
menuju ke pelanggan atau konsumen.
Rantai pasok (supply chain) merupakan konsep baru dalam menerapkan sistem
logistik yang terintegrasi, sehingga sangat penting menganggap sistem logistik atau
manajemen logistik yang merupakan bagian dari rantai pasok didalam aliran barang,
informasi dan keuangan. Pergerakan produk susu segar yang keluar dari koperasi
merupakan bagian dari distribusi yang penting untuk diperhatikan.
Tingginya produksi susu segar tidak akan memberikan keuntungan yang besar
jika tidak disertai keefektifan dan efisiensi penyaluran yang baik didalam distribusi.
Pendistribusian produk yang efektif selaras terhadap kepuasaan konsumen (Padmantyo
dan Saputra 2017). Hal ini dapat menyebabkan kualitas produk yang diinginkan tidak
tercapai sehingga berdampak pada menurunnya kepuasaan pelanggan sampai pada
penolakan produk oleh konsumen.

B. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kinerja outbound logistik susu segar di KPSBU
Lembang dan kualitas susu segar selama proses outbound logistik.

C. Metode
Metode analisis yang digunakan untuk mengukur kinerja outbound logistik susu segar
adalah supply chain operation reference-analytical hierarchy process (SCOR-AHP).
Pengujian kualitas susu segar meliputi kandungan total bahan kering, protein, lemak, pH,
berat jenis dan total jumlah bakteri. Data dianalisis secara deskriptif.

D. Hasil
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kinerja outbond logistik susu segar di KPSBU
Lembang yaitu 90,20% (good). Kualitas susu segar selama proses outbound logistik telah
memenuhi standar mutu yang diminta pelanggan dan SNI 3141.1.2011.

E. Kesimpulan
Kinerja outbound logistik susu segar di KPSBU Lembang menunjukkan hasil
yang baik (good) yaitu 90.20% sehingga mampu memproduksi susu segar berkualitas
sesuai standar penerimaan susu yang telah ditetapkan oleh industri pengolahan susu.
Kualitas susu segar selama proses outbound logistik mulai dari koperasi sampai dengan
industri pengolahan susu maupun konsumen langsung sesuai dengan standar kualitas
permintaan pelanggan dan juga SNI 3141.1.2011 tentang susu segar.
RANTAI PASOK DAN SISTEM LOGISTIK UDANG VANAME
DI KABUPATEN PINRANG, PROVINSI SULAWESI SELATAN

Risna Yusuf, Lathifatul Rosyidah, Achmad Zamroni, dan Tenny Apriliani

A. Latar Belakang
Komoditas udang unggulan mencakup udang windu, vaname, udang putih, dan
lainnya yang secara umum mengalami penurunan sebesar 4,7% selama kurun waktu
tahun 2014 sampai tahun 2016 (DKP Provinsi Sulawesi Selatan, 2017). Permasalahan ini
terjadi disebabkan karena kurangnya dukungan sistem rantai pasok dan logistik yang
optimal, baik dari penyediaan infrastruktur, penerapan sistem, kompetensi para pelaku,
dan penyedia jasa logistik, maupun koordinasi antar pemangku kepentingan baik dalam
skala institusi maupun nasional.
Pengelolaan rantai pasokan memerlukan suatu proses, yaitu perencanaan,
pelaksanaan, dan pengendalian operasi rantai pasokan (Stevenson, 2009). Sistem logistik
merupakan bagian integral dalam aktivitas rutin suatu organisasi yang kompleks,
sehingga memerlukan penanganan secara serius agar tercapai tingkat efektivitas dan
efisiensi yang diharapkan.
Hubungan rantai pasok diharapkan tercipta secara alamiah dan hasilnya
bermanfaat bagi pembeli dan penjual, dengan demikian, aspek-aspek social seperti
kepercayaan (trusted), transfer informasi, dan kemampuan belajar akan mempengaruhi
kinerja, pengembangan, dan keberhasilan rantai nilai (Champion & Fearne, 2001).

B. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran umum udang vaname,
menganalisis rantai pasok, dan sistem logistik komoditas udang vaname di Kabupaten
Pinrang, Sulawesi Selatan.
C. Metode
Penelitian ini menggunakan metode survei, dibatasi pada informasi yang
dikumpulkan dari sampel yang mewakili seluruh populasi dengan menggunakan
kuesioner sebagai instrumen dalam pengumpulan data, sedangkan pemilihan sampel
dilakukan secara purposive random sampling. Teknik pengumpulan data lainnya
menggunakan teknik wawancara dengan menggunakan kuesioner terkait dengan rantai
pasok dan system distribusi udang. Metode analisis data dilakukan dengan menggunakan
analisis deskriptif dan shift share. Metode analisis data dilakukan secara deskriptif

D. Hasil
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem rantai pasok komoditas udang
vaname di Kabupaten Pinrang memiliki tiga tipe rantai pasok, yaitu tipe 1: pembudi daya
udang skala tradisional – pedagang kecil – pengecer – pasar; tipe 2: pembudi daya udang
skala semi intensif – pedagang kecil – pedagang besar – Unit Pengolahan Ikan (UPI); tipe
3: pembudi daya intensif – pedagang besar– UPI. Ketiga rantai pasok tersebut memiliki
nilai farmer share 80%, 94%, dan 90%, dan dikategorikan sebagai rantai pasok yang
efisien. Namun demikian, rantai pasok tipe 1 memiliki margin pemasaran terbesar
disbanding rantai pasok lainnya. Pada sistem logistik komoditas, biaya distribusi udang
vaname masih tinggi karena ketersediaan pasokan yang terbatas dan belum optimalnya
sarana prasarana logistik seperti infrastruktur, alat transportasi yang menyebabkan
tingginya biaya distribusi udang di Kabupaten Pinrang. Oleh karena itu, penerapan
manajemen sistem rantai pasok pada kegiatan produksi, pemasaran, penanganan
pascapanen, transportasi dilakukan secara integrasi, sehingga dapat menjamin kelancaran
komoditas udang secara efektif dan efisien yang tercermin dari biaya logistik yang
rendah, tepat waktu, dan kualitas udang yang bagus.

E. Kesimpulan
Sistem rantai pasok komoditas udang vaname di Kabupaten Pinrang, Sulawesi
Selatan memiliki 3 (tiga) rantai pasok, dan ketiganya memiliki nilai farmer share 80%,
94%, dan 90% yang termasuk dalam kategori efisien. Namun, masih ada permasalahan
yang terkait dengan sistem logistik, yaitu biaya distribusi yang dikeluarkan masih tinggi.
Hal ini terjadi karena moda transportasi yang digunakan motor. Hal ini yang terjadi
kapasitas produksi udang yang sedikit dan dan belum optimalnya sarana prasarana
logistik dan intensitas distribusi udang yang dilakukan setiap hari, sehingga
menyebabkan biaya distribusi relatif tinggi.
PEMILIHAN RUTE TERPENDEK DALAM PROSES DISTRIBUSI
MENGGUNAKAN METODE VRP DENGAN ALGORITMA GENETIKA DI PT. TIRTA
INVESTAMA DANONE AQUA

Vida Windya, Singgih Saptadi

A. Latar Belakang
Pendistribusian air mineral di awali dari pabrik yang nanti nya akan diantarkan ke
depo-depo, lalu dari depo akan di distribusikan ke pelanggan. Distribusi ini guna
memenuhi permintaan air mineral sehingga air mineral yang di produksi akan sama
dengan permintaan air mineral depo dan pelanggan. PT. Tirta Investama Aqua adalah
salah satu perusahaan yang memproduksi air minum mineral dalam kemasan. Aqua
menjadi market leader dalam medan persaingan berbagai produk air mineral di
Indonesia.
PT. Tirta Investama Aqua adalah salah satu perusahaan yang memproduksi air
minum mineral dalam kemasan. Aqua menjadi market leader dalam medan persaingan
berbagai produk air mineral di Indonesia. Adapun langkah yang ingin dilakukan, yaitu
pemilihan rute terpendek untuk mengantisipasi keterlambatan yang ada. Pemilihan rute
terpendek dianggap efektif dikarenakan dapat mempercepat waktu tempuh sehingga
perjalanan atau proses distribusi dapat berjalan dengan lancar. Sehingga, pemilihan rute
sangat tepat digunakan untuk melakukan persoalan ini dapat menggunakan metode VRP
(Vehicle Routing Problem)
Pendistribusian air mineral di awali dari pabrik yang nanti nya akan diantarkan ke
depo-depo, lalu dari depo akan di distribusikan ke pelanggan. Distribusi ini guna
memenuhi permintaan air mineral sehingga air mineral yang di produksi akan sama
dengan permintaan air mineral depo dan pelanggan.

B. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh jalur pendistribusian pada masalah vehicle
routing air minum dalam kemasan yang mendekati optimal menggunakan algoritma
genetika.

C. Metode
Pengumpulan data dilakukan dengan du acara, yaitu wawancara dan dokumen.
Pengolahan data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan VRP dengan
algoritma genetika.

D. Hasil
Hasil penelitian menunjukkan adanya pengurangan waktu distribusi sekitar 1 jam sampai
dengan 2 jam dan pengurangan jarak tempuh sekitar 5 sampai dengan 8 km. Studi ini
menunjukkan penggunaan algoritma genetika dalam VRP dapat menghasilkan solusi
yang lebih optimal dalam pendistribusian.

E. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan metode algoritma genetika dalam penyelesaian VRP
dengan mengambil kasus distribusi air minum kemasan PT. Tirta Investama dari Pabrik
Cianjur. Simulasi dilakukan dengan mencari solusi optimal ke lokasi distribusi (depo)
sebagai titik tujuan. Solusi diperoleh rute yang efektif untuk Depo
Kawasan. Pencariaan solusi dilakukan dengan memilihi rute dari Depo Kawasan dengan
melibatkan nilai probabilitas yang terkecil

Anda mungkin juga menyukai