Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH MANAJEMEN PRODUKSI RUMINANSIA PERAH

HUBUNGAN ANTARA METODE PEMERAHAN SESUAI GDFP


DENGAN KUALIATAS DAN KUANTITAS SUSU

Oleh :

MOHAMAD AFNAN FAJAR

202110350311021

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2023
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen produksi ruminansia perah merupakan aspek kritis dalam industri
peternakan susu yang bertujuan untuk memastikan efisiensi dan produktivitas optimal
dalam pengelolaan ternak ruminansia yang dipelihara untuk produksi susu.
Ruminansia perah, seperti sapi perah, membutuhkan perhatian khusus dalam hal
nutrisi, kesehatan, dan lingkungan agar dapat menghasilkan susu dengan kualitas
yang baik secara konsisten. Dalam konteks ini, manajemen produksi mencakup
sejumlah elemen kunci seperti pemilihan bibit unggul, manajemen pakan, perawatan
kesehatan, manajemen reproduksi, dan pengelolaan lingkungan. Upaya terkoordinasi
dalam aspek-aspek ini diperlukan untuk mencapai tujuan produksi yang diinginkan
serta menjaga kesejahteraan hewan dan keberlanjutan usaha peternakan.
Salah satu aspek yang terdapat pada manajemen produksi ruminansia perah
adalah metode pemerahan. Pemerahan susu merupakan tahap kritis dalam industri
peternakan susu yang menandai proses awal dalam menghasilkan produk susu yang
berkualitas. Kegiatan ini tidak hanya mencakup aspek teknis pengambilan susu dari
kelenjar susu ternak, seperti sapi perah, tetapi juga melibatkan pertimbangan yang
mendalam terhadap kesejahteraan hewan, kebersihan, dan efisiensi operasional.
Seiring perkembangan teknologi, proses pemerahan telah mengalami transformasi
signifikan, memanfaatkan inovasi seperti mesin pemerahan otomatis, pemantauan
kesehatan berbasis sensor, dan sistem manajemen data yang terintegrasi. Meskipun
demikian, aspek-aspek fundamental seperti kualitas pemerahan, keamanan susu, dan
kesejahteraan ternak tetap menjadi fokus utama dalam mencapai hasil yang optimal.
Dalam konteks ini, pemahaman mendalam tentang prinsip-prinsip kebersihan,
teknologi pemerahan terkini, dan peran kesejahteraan ternak menjadi kunci untuk
mengarahkan industri pemerahan susu menuju masa depan yang berkelanjutan dan
produktif.
Pemerahan susu yang terdapat pada masyarakat Indonesia merupakan
pemerahan yang masih menggunakan metode pemerahan tradisional. Hal tersebut
didasarkan dari beberapa aspek mulai dari skala pemeliharaan yang tidak terlalu
banyak, maupun kurangnya pengetahuan atau sosialisasi teknologi terhadap peternak.
Dikarenakan beberapa hal tersebut menjadikan produksi susu masyarakat memiliki
kualitas yang belum memenuhi standarisasi. Manajemen pemerahan tradisional dapat
menimbulkan permasalahan lain seperti lebih penularan penyakit mastitis pada
ruminansia perah. Penyakit tersebut disebabkan manajemen pemerahan yang kurang
memperhatikan kebersihan pada kendang maupun pada saat pemerahan berlangsung.
Selain itu penyakit tersebut juga memberikan dampak pada volume produksi susu
yang semakin menurun, dikarenakan tidak berfungsinya beberapa ambing.
Pengetahuan masyarakat manajemen pemerahan susu juga berdampak pada perlakuan
terhadap susu setelah proses pemerahan. Peternak yang memiliki manajemen yang
baik biasanya akan menggunakan wadah alumunium ataupun wadah lain yang
berbahan stainlessteel. Hal tersebut digunakan untuk menjaga kualitas pada susu tetap
baik sebelum dijual maupun di distribusikan kepada konsumen. Untuk meningkatkan
kualitas susu pada Masyarakat maka perlu adanya pengetahuan pada peternak
mengenai metode pemerahan GDFP. Metode tersebut apabila dilaksanakan dengan
baik maka akan memberikan dampak pada kesejahteraan pada peternak dan juga
memperbaiki kualitas susu dalam negri.
Selain metode pemerahan secara GDFP, Upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas susu yakni pemberian dan penetapan SOP
pemerahan secara higienis. SOP atau Standar Operasional Prosedur merupakan hal
penting dalam suatu kegiatan produksi di suatu perusahaan. Penerapan SOP
pemerahan secara higienis dilakukan untuk menghindari munculnya penyakit serta
menjaga kesehatan dari hewan ternak. Kesehatan ternak yang terjaga akan
memberikan dampak baik pada produksi dari ruminansia perah. Selain itu
pelaksanaan SOP juga termasuk kedalam perwujudan dari kesejahteraan ternak
(Animal Welfare). Selain menjaga Kesehatan ternak, Pemerahan secara higienis
merupakan upaya yang dilakukan untuk menjaga kualitas susu. Kesehatan ternak
serta kualitas susu yang baik dapat terpenuhi apabila setiap pekerja menerapkan SOP
pemerahan higienis secara disiplin.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang terdapat pada metode pemerahan yang terdapat
pada ruminansia perah yaitu bagaimana hubungan metode pemerahan secara GDFP
dan Penerapan SOP pemerahan secara higienis terhadap kualitas dan kuantitas susu.
C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui hubungan antara metode
pemerahan secara GDFP dan pelaksanaan SOP pemerahan susu secara higienis
terhadap kualitas dan kuantitas susu. Sehingga peternak dapat mengetahui
perbandingan antara metode tradisional yang dilakukan sebelum dan setelah
penerapan SOP pemerahan secara higienis dan pemerahan dengan metode GDFP.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Good Dairy Farming


Good Dairy Farming (GDF) atau Praktik Peternakan Susu yang Baik adalah suatu
pendekatan holistik dalam manajemen peternakan susu yang bertujuan untuk
meningkatkan produktivitas, kesejahteraan hewan, dan keberlanjutan lingkungan.
Pertumbuhan pesat dalam permintaan produk susu di seluruh dunia menempatkan
tanggung jawab besar pada para peternak susu untuk memastikan produksi susu yang
aman, berkualitas tinggi, dan berkelanjutan. Praktik Peternakan Susu yang Baik tidak
hanya menitikberatkan pada hasil produksi yang maksimal tetapi juga memperhatikan
aspek-aspek etis, sanitasi, dan kesejahteraan hewan.
Good Dairy Farming Practice terdiri dari tujuh aspek, yaitu reproduksi, kesehatan
ternak, higien pemerahan nutrisi, kesejahteraan ternak, lingkungan, dan manajemen
sosial ekonomi. Penerapan GDFP pada setiap skala usaha disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 menunjukan bahwa tingkat penerapan GDFP pada skala usaha III
menunjukan nilai rataan tertinggi bila dibandingkan dengan skala usaha II dan skala
usah I. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Sopiyana (2006) dimana tingkat
tatalaksana peternakan pada skala usaha yang lebih besar, nyata lebih tinggi
diabandingkan dengan skala usaha yang lebih kecil. Berdasarkan perhitungan
perbandingan berpasangan terhadap aspek-aspek GDFP menggunakan metode AHP
didapatkan urutan prioritas penerapan aspek-aspek GDFP oleh peternak.

Hubungan antara penerapan GDFP dan pendapatan mempunyai korelasi yang


sangat kuat dan signifikan. Hal ini dibuktikan dengan nilai korelasi pearson sebesar
0.905 dan tingkat signifikansinya kurang dari alpha 0.05 (0.035). Dengan demikian
semakin tinggi nilai GDFP maka akan semakin tinggi pula pendapatan peternak
tersebut (Amini dan Marthadila, 2022).
Optimalisasi pendapatan peternak dapat dipelajari melalui sudut pandang
perbaikan manajemen usaha peternakan. Good Dairy Farming Practices adalah suatu
standarisasi usaha peternakan sapi perah. Aspek utama dalam GDFP yaitu reproduksi
ternak, kesehatan ternak, higien pemerahan, nutrisi (pakan dan air), kesejahteraan
ternak, lingkungan, dan manajemen sosial ekonomi. Dua komponen ini (tingginya
produksi dan baiknya kualitas) adalah komponen utama yang akan mempengaruhi
tingginya pendapatan yang diperoleh peternak. Good Dairy Farming Practice adalah
suatu tatalaksana peternakan sapi perah yang meliputi segala aktifitas teknis dan
ekonomis dalam hal pemeliharaan sehari – hari seperti reproduksi, cara dan sistem
pemberian pakan, sanitasi, serta pencegahan dan pengobatan penyakit (Amini dan
Marthadila, 2022).
.
2.2 Kualitas Susu
Kualitas susu tidak hanya mencakup aspek organoleptik, seperti rasa dan aroma,
tetapi juga melibatkan sejumlah parameter nutrisi dan mikrobiologi yang menentukan
nilai gizi dan keamanannya. Seiring dengan permintaan masyarakat akan produk susu
yang lebih berkualitas dan aman, penting bagi industri peternakan susu untuk
memfokuskan perhatian pada praktik pengelolaan peternakan dan teknologi
pengolahan yang mendukung peningkatan kualitas susu.
Kepercayaan konsumen terhadap susu sebagai sumber gizi yang aman dan
berkualitas tinggi adalah kunci keberhasilan industri susu. Konsumen menuntut
standar kualitas susu yang tinggi, di sisi lain susu adalah produk ternak yang sangat
peka terhadap berbagai cemaran/ kontaminasi baik itu dari mibroba ataupun zat-zat
lainnya. Penanganan susu yang pertama dan paling penting adalah pada saat proses
pemerahan yang dilakukan oleh peternak.
Konsumen menuntut standar kualitas susu yang tinggi, di sisi lain susu adalah
produk ternak yang sangat peka terhadap berbagai cemaran/ kontaminasi baik itu dari
mibroba ataupun zat-zat lainnya. Penanganan susu yang pertama dan paling penting
adalah pada saat proses pemerahan yang dilakukan oleh peternak. Proses higieni
pemerahan melingkupi pemerah, area pemerahan, peralatan dan perlengkapan
pemerahan, serta ternak sapi perah. . Penilaian aspek higien pemerahan disajikan
pada Tabel 6

Berdasarkan Tabel 15 bahwa rata-rata penerapan GDFP aspek higien pemerahan


adalah sebesar 85,02%. Lebih lanjut data memperlihatkan sebesar 89,80% peternak
menjamin bahwa proses pemerahan yang dilakukan tidak melukai ternak dan
mencegah susu terkontaminasi. Dari 40 orang peternak 14 orang diantaranya
mencelupkan puting atau dipping ke dalam desinfektan sebelum atau sesudah
pemerahan. Pemakaian larutan antiseptik dengan dosis 2 ml dilarutkan dalam 1 liter
air sebelum pemerahan bertujuan untuk membersihkan puting dan mencegah
terjadinya penyakit radang ambing atau mastitis (Suwito dan Andriani, 2012).
Penerapan kebersihan lingkungan pemerahan oleh peternak sebesar 78,60%. Seluruh
Peternak membersihkan kandang dan memandikan sapi secara rutin sebelum
pemerahan. Sebesar 85,02% peternak sudah melakukan penanganan susu pasca
pemerahan dengan baik dan benar. Peternak menyetor susu ke tempat pengumpulan
susu atau TPK segera setelah pemerahan selesai. Waktu yang ditempuh peternak
untuk menyetor susu ke TPK kurang lebih berkisar 5-10 menit karena TPK berada
dilokasi tidak jauh dari pemukiman penduduk.
Berdasarkan Tabel 8, rata-rata persentase penerapan GDFP aspek
kesejahteraan ternak sebesar 56,27%. Lebih lanjut data memperlihatkan bahwa
penerapan indikator five freedoms bebas dari rasa lapar dan haus rata-rata sebesar
49,87%, nilai ini jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan persentase penerapan
indikator five freedoms lainnya. Hal ini dikarenakan hanya sebagian kecil peternak
yang memberikan air minum secara adlibitum. Kebutuhan minum ternak hanya
dicukupi dari lolohan yang merupakan campuran dari pakan konsentrat yang
dilarutkan dengan air hangat ataupun air dingin. Penerapan indikator five freedoms
ternak bebas dari ketidaknyamanan rata-rata sebesar 67,67%. Sebagian besar peternak
menggunakan kandang yang semi terbuka atau tanpa dinding, dengan demikian
ventilasi berjalan baik, temparatur tidak panas, dan sinar matahari dapat masuk ke
kandang (Lestari dkk., 2020).

2.3 Kuantitas Susu


Kuantitas susu yang dihasilkan oleh ternak adalah faktor kunci dalam
memenuhi kebutuhan gizi masyarakat dan mendukung keberlanjutan industri
peternakan susu. Kuantitas susu merujuk pada jumlah susu yang dihasilkan oleh
seekor ternak dalam suatu periode waktu tertentu. Pengukuran kuantitas susu
biasanya dilakukan dalam liter atau kilogram, dan jumlahnya dapat bervariasi
tergantung pada jenis ternak, faktor genetika, manajemen peternakan, dan kondisi
lingkungan. Kuantitas susu merupakan indikator penting dalam menilai produktivitas
ternak dan efisiensi produksi peternakan susu. Peningkatan kuantitas susu tidak hanya
berkontribusi pada keberlanjutan industri peternakan, tetapi juga memenuhi
permintaan akan produk susu yang terus meningkat dari masyarakat. Penelitian ini
menguji hubungan antara penerapan GDFP dengan pendapatan peternak dengan
menggunakan korelasi Spearman. Berikut hasil analisis statistika disajikan pada
Tabel 13.

Tabel 13. Hasil Uji Korelasi Spearman Variabel Penerapan GDFP terhadap
Pendapatan Peternak

Berdasarkan Tabel 13, hasil uji korelasi Spearman menunjukan bahwa


terdapat hubungan yang nyata dan positif antara penerapan GDFP dengan pendapatan
peternak, nilai koefisien korelasi sebesar 0,51 (hubungan cukup berarti). Hal ini
berarti semakin tinggi penerapan GDFP, maka semakin tinggi pula tingkat
pendapatan peternak. Dairy Farming Practice memiliki peran sangat penting karena
tidak hanya bertujuan untuk menjalankan usaha sapi perah dengan baik dan benar
sesuai prosedur tetapi juga menjaga agar sapi tetap sehat, menjamin terciptanya
produk susu yang aman dan sehat untuk dikonsumsi, serta meminimalisir dampak
lingkungan. Pendapatan utama peternak adalah penjualan susu yang dipengaruhi oleh
produksi susu dan harga jual susu yang juga dipengaruhi oleh kualitas susu.
Peningkatan kuantitas dan kualitas susu merupakan salah satu kondisi yang dapat
dicapai dengan penerapan GDFP (Lestari dkk., 2015)
Konsumen menuntut standar kualitas susu yang tinggi, di sisi lain susu adalah
produk ternak yang sangat peka terhadap berbagai cemaran/ kontaminasi baik itu dari
mibroba ataupun zat-zat lainnya. Penanganan susu yang pertama dan paling penting
adalah pada saat proses pemerahan yang dilakukan oleh peternak. Proses higieni
pemerahan melingkupi pemerah, area pemerahan, peralatan dan perlengkapan
pemerahan, serta ternak sapi perah. . Penilaian aspek higien pemerahan disajikan
pada Tabel 6

Berdasarkan Tabel 6 bahwa rata-rata penerapan GDFP aspek higien


pemerahan adalah sebesar 85,02%. Lebih lanjut data memperlihatkan sebesar 89,80%
peternak menjamin bahwa proses pemerahan yang dilakukan tidak melukai ternak
dan mencegah susu terkontaminasi. Dari 40 orang peternak 14 orang diantaranya
mencelupkan puting atau dipping ke dalam desinfektan sebelum atau sesudah
pemerahan. Pemakaian larutan antiseptik dengan dosis 2 ml dilarutkan dalam 1 liter
air sebelum pemerahan bertujuan untuk membersihkan puting dan mencegah
terjadinya penyakit radang ambing atau mastitis (Suwito dan Andriani, 2012).
Penerapan kebersihan lingkungan pemerahan oleh peternak sebesar 78,60%. Seluruh
Peternak membersihkan kandang dan memandikan sapi secara rutin sebelum
pemerahan. Sebesar 85,02% peternak sudah melakukan penanganan susu pasca
pemerahan dengan baik dan benar. Peternak menyetor susu ke tempat pengumpulan
susu atau TPK segera setelah pemerahan selesai. Waktu yang ditempuh peternak
untuk menyetor susu ke TPK kurang lebih berkisar 5-10 menit karena TPK berada
dilokasi tidak jauh dari pemukiman penduduk (Lestari dkk., 2015).
Pengukuran kuantitas susu umumnya dilakukan dalam satuan liter atau
kilogram, tergantung pada standar pengukuran yang digunakan di suatu wilayah atau
negara. Angka kuantitas susu mencerminkan produktivitas peternakan dan merupakan
indikator utama dalam menilai keberhasilan produksi susu. Penentuan kuantitas susu
melibatkan pencatatan jumlah susu yang diproduksi oleh masing-masing sapi atau
ternak dalam suatu periode waktu harian atau bulanan. Pengukuran ini dapat
dilakukan dengan menggunakan perangkat pengukur volume susu atau melalui
metode yang lebih modern, seperti teknologi pengukuran otomatis pada peternakan
modern.Pentingnya pemahaman tentang kuantitas susu tidak hanya berkaitan dengan
aspek ekonomi peternakan, tetapi juga dengan penyediaan sumber nutrisi yang
penting bagi kesehatan manusia. Oleh karena itu, perhatian terhadap peningkatan
kuantitas susu harus diimbangi dengan keberlanjutan dan perhatian terhadap
kesejahteraan ternak dan kualitas produk susu yang dihasilkan.

2.4 SOP Pemerahan Susu Higienis


Susu merupakan bahan pangan yang mengandung kalori 66 kkal, protein 3,2 gr,
lemak 3,7 gr, laktosa 4,6 gr, zat besi 0,1 mg, kalsium 120 mg, dan vitamin A 100 IU.
Susu sangat penting untuk mendorong pertumbuhan tubuh sejak kecil sampai dewasa.
Di lain pihak susu merupakan bahan pangan yang mudah sekali rusak dan dapat
menjadi sumber penyakit bagi manusia bilamana tidak mendapatkan penanganan
khusus dan kurang higienis. Menurut SNI No. 3144.1: 2011 tentang syarat mutu susu
segar, susu segar yang baik untuk dikonsumsi harus memenuhi persyaratan dalam hal
kandungan gizi dan juga keamanan pangan. Terdapat syarat cemaran, kandungan
mikroba maksimum, residu antibiotika, dan cemaran logam berbahaya maksimum
yang telah ditetapkan. Untuk memperoleh susu segar yang baik, maka semua usaha
harus ditujukan untuk memperkecil jumlah bakteri yang ada pada susu dengan
memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas susu tersebut misalnya
sanitasi dan kebersihan kandang, kesehatan dan kebersihan penjamah, kesehatan dan
kebersihan hewan, kebersihan peralatan pemerah dan mempertahankan kemurnian
susu segar. Susu sapi segar merupakan bahan makanan yang baik untuk manusia dan
juga untuk bakteri. Bakteri yang mengontaminasi susu dalam waktu singkat akan
berkembang biak mencapai jumlah yang banyak sehingga jumlah kasus infeksi
dengan perantara susu sapi segar ini cukup tinggi, selain manusia juga memiliki daya
resistensi rendah. Dengan demikian, upaya sanitasi terhadap susu sapi segar
merupakan salah satu upaya kesehatan lingkungan yang sangat penting (Chandra,
2017). Penyakit yang ada hubungannya kualitas susu antara lain tubercolosis, typoid,
dysentri, infeksi tenggorokan yang ditularkan oleh kuman staphylococcus, salmonella
dan brucellosis.
Variabel untuk SOP pemerahan antara lain harus memenuhi persyaratan yakni
kesehatan dan kebersihan pemerah, kesehatan dan kebersihan sapi, kesehatan dan
kebersihan kandang, kualitas susu sapi segar dari segi bakteriologis. Kebersihan dan
kesehatan sapi dapat memengaruhi jumlah bakteri dalam susu secara langsung,
karena sapi yang bersih akan menghasilkan susu yang baik.5 Menjaga kebersihan dan
kesehatan sapi salah satunya dengan cara memandikan dan membersihkan bagian-
bagian yang penting seperti lipatan paha dan sekitar anus, ambing sapi dan puting
sapi.6 Sebelum dilakukan pemerahan dilakukan pembersihan dahulu pada paha,
ambing dan puting dengan mengunakan air hangat. Penggunaan air hangat
dimaksudkan untuk membunuh bakteri atau mikroorganisme yang terdapat pada
bagian-bagian tersebut. Badan sapi terutama pada bagian kulit seringkali kotor akibat
kulit ari yang mengelupas, debu, lumpur, dan kotoran sapi yang melekat bersama
keringat dan lemak sapi.7 Kulit yang kotor ini dapat menyebabkan hal-hal yang
merugikan yaitu radang kulit, menyulitkan sapi untuk membuang zat yang merugikan
melalui keringat karena tertutupi oleh debu dan kotoran, sapi sulit untuk mengatur
suhu badannya dan mengganggu kenyamanan sapi sehingga pertumbuhannya tidak
maksimal.
Pemerah dapat mempengaruhi kualitas susu yang dihasilkan. Sebelum melakukan
pemerahan sebaiknya pemerah memperhatikan kebersihan diri seperti kebersihan
kuku tangan, tangan, pakaian dan kesehatan pemerah. Higiene pemerah merupakan
faktor penting yang mempengaruhi kualitas susu sapi agar kontaminasi bakteri yang
berasal dari pekerja yang sakit atau pekerja yang tidak bersih dapat dihindari dan
dikurangi. Kebersihan telapak tangan berpengaruh terhadap kesehatan dan kualitas
susu karena tangan yang kotor atau telapak tangan yang tidak dibersihkan
mengandung banyak kuman dan dapat mengkontaminasi susu yang sedang diperah.
Higiene pemerah berhubungan dengan Total plate count pada susu karena dari hasil
pengamatan, Sebagian besar pemerah tidak menggunakan air bersih karena air yang
digunakan merupakan air bekas bilasan ember untuk penampung susu yang akan
digunakan, sehingga tangan bisa terkontaminasi mikroba yang dalam air kotor
tersebut. Semua Pemerah tidak memakai masker. Semua pemerah tidak memelihara
kuku sehingga dapat menjadi sumber penyakit karena mengandung banyak kotoran
dan kuman. Tidak semua pemerah memakai alas kaki dan pakaian yang bersih ketika
melakukan pemerahan.
Sanitasi alat dan kandang sangat berpengaruh terhadap keberadaan
mikroorganisme dalam susu karena alat berhubungan langsung dengan susu. Dari
hasil pengamatan dapat diketahui bahwa sebagian besar tidak membilas peralatan
(ember, saringan, milk can, dan lap) yang akan digunakan dalam proses pemerahan
dengan air hangat. Ember dan saringan yang digunakan untuk menampung air susu
juga dalam keadaan yang tidak bersih. Peternak juga tidak menyediakan tempat
khusus yang jauh dri sumber kotoran untuk meletakkan alat-alat tersebut. Sehingga
hal tersebut memicu bakteri untuk berkembang biak pada peralatan dan akhirnya
dapat mencemari susu. Jumlah kuman total yang melebihi standar salah satunya
disebabkan oleh sanitasi peralatan yang tidak memenuhi syarat. Beberapa tindakan
sanitasi wajib dilakukan untuk mengurangi jumlah kontaminasi bakteri ke dalam susu
yaitu selalu membersihkan peralatan yang telah digunakan dengan cara menggunakan
desinfektan. Hal lain misalnya dengan menjemur langsung di bawah sinar matahari
atau menggunakan air mendidih. Selain alat sanitasi kandang yang tidak baik akan
berpengaruh terhadap kualitas susu sapi yang dihasilkan terutama keberadaan
cemaran mikroba. Kandang yang baik akan membuat sapi yang ada di dalamnya
nyaman, karena kandang yang buruk dapat membuat sapi yang ada di dalamnya
mengalami stress.15 Hal yang biasa dilakukan untuk menjaga kebersihan kandang
agar udara dapat berjalan dengan lancer, merancang bangunan kandang agar sinar
matahari dapat masuk ke dalam kandang, tidak membiarkan kotoran sapi menumpuk
di kandang dan segera membersihkan sisa-sisa pakan yang berceceran di lantai
kandang.
Menurut Handayani dan Purwanti (2010), kesehatan ambing dapat diamati dari
jumlah sel somatik dan bakteri yang ada di dalam susu. Pada ambing yang menderita
mastitis, jumlah sel somatik dan bakteri akan meningkat jumlahnya. Rombaut (2005)
menyatakan bahwa tingkat kontaminasi berasal dari setiap sumber dan tergantung
dari metode sanitasi yang dilakukan. Pertambahan jumlah mikroba pada susu dapat
terjadi sejak proses pemerahan, dan dapat berasal dari berbagai sumber. Sumber
kontaminasi yang sangat signifi kan adalah dari permukaan yang kontak langsung
dengan susu. Milk can maupun ember dapat menjadi sumber kontaminasi apabila sisa
dari susu ataupun kotoran lainnya masih menempel. Mikroorganisme seperti bacillus
subtilis yang dapat membentuk spora akan dapat tumbuh dan berkembang biak di
dalam susu, ditambah dengan suhu yang mendukung pertumbuhan dari
mikroorganisme tersebut sehingga akan sangat berpengaruh terhadap kualitas susu.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Melalui integrasi GDF dan SOP pemerahan susu higienis, peternakan dapat
mencapai tujuan produksi susu yang optimal, aman, dan berkualitas. Kedua
pendekatan ini saling melengkapi, menciptakan fondasi yang kokoh untuk
keberlanjutan industri peternakan susu, memenuhi harapan konsumen, dan menjaga
kepercayaan dalam produk susu. Dengan memahami hubungan erat antara
kesejahteraan ternak, kebersihan, dan manajemen kesehatan, peternakan dapat
memberikan kontribusi positif dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat serta
berperan dalam pembentukan citra industri susu yang berkualitas dan bertanggung
jawab.
3.2 Saran
Pembahasan mengenai GDF dan SOP pemerahan susu higienis berikut saran agar
penerapan menjadi lebih efektif dan meningkatkan produksi susu harian.
- Menyelenggarakan pelatihan reguler untuk peternak dalam hal pemerahan metode
GDF dan implementasi SOP pemerahan susu higienis. Pendidikan ini dapat
meningkatkan pemahaman peternak tentang praktik terbaik dalam kesejahteraan
ternak, kebersihan, dan manajemen kesehatan.
- Melakukan pemantauan rutin terhadap kesejahteraan ternak selama proses
pemerahan. Hal ini dapat melibatkan penggunaan teknologi canggih atau
pengamatan langsung untuk memastikan bahwa kondisi kesejahteraan ternak
selalu dijaga.
- Memastikan penggunaan alat pemerahan yang berkualitas tinggi dan terjaga
kebersihannya. Pemilihan dan pemeliharaan peralatan yang baik dapat mendukung
proses pemerahan yang efisien dan aman.

Anda mungkin juga menyukai