Anda di halaman 1dari 4

PROSPEK INDUSTRI FARMASI DI INDONESIA

Ratna Sri Mawarti KARYA TULIS ILMIAH

PROSPEK INDUSTRI FARMASI DI INDONESIA

Ratna Sri Mawarti


Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional/BAPPENAS
E-mail : ratnamawarti@gmail.com

ABSTRACT
Export of drugs/medicines are increasing every year, on the other side import of drugs and raw material for drugs
are still high and encreasing greater than the value of the exports. Indonesia is still dealing with trade devisit of
drugs. Many drug industries would be built in Indonesia. It becames a chance for Indonesia to optimise the local
source for using the local materials and absorb labors especially pharmacists. In order to face current global
economic situation that is still stagnant in early 2017, strengthening domestic economy through developing of
the drug industries for domestic needs and preparing the export of quality product of medicines containing the
local raw materials would become one of the economic solutions to reduce dependence on imports, gain foreign
exchange, and improve competitiveness.

ABSTRAK
Nilai ekspor farmasi Indonesia meningkat setiap tahun, namun impor kebutuhan farmasi dan bahan bakunya
masih tinggi, sehingga Indonesia masih menghadapi defisit perdagangan dari produk farmasi. Banyak industri
farmasi baru yang akan dibangun di Indonesia, maka menjadi kesempatan bagi indonesia untuk mengoptimalkan
penggunaan bahan baku lokal dan memberi peluang lapangan kerja terutama di bidang farmasi. Dalam
menghadapi stagnasi ekonomi dunia di tahun 2017, maka penguatan ekonomi domestik melalui penguatan
industri farmasi untuk kebutuhan obat-obatan domestik dan menyiapkan produk berkualitas ekspor dengan
bahan baku lokal akan menjadi salah satu kekuatan ekonomi untuk mengurangi ketergantungan obat-obatan
dan bahan baku impor, memperoleh devisa, dan meningkatkan daya saing.

69
Jurnal Inspirasi Volume 8 No. 2 September 2017: 69-72

KARYA TULIS ILMIAH

A. Pendahuluan mencapai USD 15,3 miliar (8,3 persen dari total


Lesunya perekonomian dunia sepanjang tahun realisasi PMA) dan menduduki ranking ke 4 dari
2016, tampaknya masih berlanjut meski sudah bidang usaha investasi PMA yang ada (BKPM, 2010-
memasuki tahun 2017. Bank Dunia dalam Global 2016). Investasi industri kimia dan farmasi PMA
Economic Prospects 2017 menyatakan bahwa pada tahun 2014-2015 sempat menurun, namun
pemulihan ekonomi 2017 hanya “moderate”, prospek pada 2016 kembali meningkat, kemungkinan sebagai
investasi lemah (weak), aktivitas perdagangan implikasi dari kebijakan revisi daftar negatif investasi
stagnan karena ketidakpastian ekonomi dunia. Semua (DNI) yang membuka 100 persen sektor farmasi bagi
aktivitas ekonomi penuh ketidakpastian, masih saling PMA yang sebelumnya dibatasi maksimal 85 persen.
menunggu terutama atas sikap Amerika Serikat (AS) Kinerja PMDN industri kimia dan farmasi
yang belum menunjukkan adanya geliat ekonomi cenderung meningkat terus selama 2010-2016 dari Rp
pada arah yang lebih dinamis. Dalam situasi ekonomi 3,3 triliun menjadi Rp 30,1 triliun (820 persen). Total
dunia yang belum menunjukkan arah pemulihan, investasinya mencapai nilai Rp 84,0 triliun (9,2 persen
maka pilihan untuk melakukan penguatan ekonomi dari total realisasi PMDN) dan menduduki peringkat
domestik menjadi keharusan, karena mengharapkan ke 4 dari bidang usaha PMDN yang ada (grafik 1).
penerimaan dari aktivitas ekspor masih berat.
Menguatkan ekonomi domestik antara lain melalui Grafik 1. Investasi PMA dan PMDN industri kimia dan
pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat dalam upaya farmasi (Sumber: BKPM, diolah)
mengurangi ketergantungan pada produk impor.
Salah satu kebutuhan utama masyarakat
Indonesia adalah obat-obatan. Obat-obatan
merupakan kebutuhan primer yang tingkat urgensi
kebutuhannya tinggi dan wajib disediakan oleh
negara sehingga permintaannya tidak terpengaruh
oleh pasang surutnya kondisi ekonomi suatu negara.
Sebagai negara dengan penduduk terbesar ke 4
di dunia, kebutuhan obat-obatan di Indonesia sangat Meningkatnya investasi pada industri farmasi
besar. Ditambah lagi dengan semakin bertambahnya kemungkinan berdampak positif pada nilai ekspor
jumlah lansia Indonesia yang mencapai 8,05 persen produk farmasi. Dari tahun 2012 sampai dengan
atau sekitar 20,04 juta (BPS Susenas 2013). Kebutuhan 2015, nilai ekspor produk farmasi meningkat terus.
obat akan semakin meningkat seiring dengan menuanya Pertumbuhan ekspor produk farmasi cukup besar
penduduk terutama untuk obat-obatan terkait dengan (62,9 persen) selama periode tersebut dan lebih
penyakit degeneratif. Oleh karena itu, kebutuhan obat besar dari pertumbuhan impornya (44,8 persen).
meliputi semua umur karena Indonesia mengalami Namun nilai impornya 2 kali lebih lebih besar dari
bonus demografi. Selama ini, Indonesia masih nilai ekspornya, sehingga Indonesia masih mengalami
mengimpor bahan baku obat-obatan yang mencapai defisit perdagangan produk farmasi (grafik 2) meskipun
92 persen (Deputi Bidang Industri Agro dan Farmasi pertumbuhan ekspornya cukup tinggi. Sepanjang tahun
Kementerian BUMN, Wahyu Kuncoro, 24 Maret 2012-2015 defisit perdagangan dari produk farmasi
2016). Secara global, kebutuhan terhadap produk sedikit berfluktuasi namun cenderung meningkat,
farmasi juga meningkat, seiring dengan meningkatnya artinya kebutuhan farmasi termasuk bahan bakunya
penduduk dunia dan berkembangnya jenis penyakit sebagian besar masih didatangkan dari luar negeri.
baru. Produk farmasi menjadi komoditi yang Grafik 2. Kinerja ekspor dan impor produk farmasi
dibutuhkan baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Indonesia (Sumber: Kementerian Perindustrian, diolah)

B. Kinerja investasi dan perdagangan farmasi


Indonesia
Indonesia telah menjadi negara yang cukup
menarik bagi investor farmasi terbukti dari realisasi
investasi asing dan domestik (PMA dan PMDN) pada
industri kimia dan farmasi meningkat sepanjang
tahun 2010-2016 (grafik 1). Total nilai PMA industri
kimia dan farmasi selama periode 2010-2016

70
PROSPEK INDUSTRI FARMASI DI INDONESIA

Ratna Sri Mawarti KARYA TULIS ILMIAH

Selama 4 tahun terakhir baik investasi maupun pemasaran diperluas ke beberapa negara yang beriklim
ekspor dari produk farmasi menunjukkan peningkatan, sama dengan Indonesia. Kesamaan iklim kemungkinan
namun masih mengalami defisit perdagangan menghadapi wabah atau penyakit yang hampir sama,
terutama pada tahun 2015 yang diakibatkan oleh sehingga obat-obatan dapat dipasok dari Indonesia.
tingginya permintaan produk farmasi termasuk Dengan dibukanya Masyarakat Ekonomi
bahan baku obat-obatan di dalam negeri yang ASEAN (MEA), maka arus masuk produk farmasi
ditunjukkan dengan meningkatnya impor (grafik 2). akan semakin gencar. Persaingan masuknya
Besarnya impor farmasi, kemungkinan karena masih obat-obatan ke Indonesia juga akan meningkat
tingginya kebutuhan bahan baku dari luar negeri yang memperebutkan besarnya pangsa pasar di Indonesia,
mencapai 92 persen (2016) atau berkembangnya sehingga penguatan terhadap produk lokal dan
berbagai macam penyakit terutama degeneratif dan penggunaan bahan baku lokal sangat perlu dilakukan.
cancer yang obat-obatannya masih banyak diimpor.
MEA juga harus disikapi dengan upaya
Besarnya impor bahan baku obat-obatan sebenarnya
untuk meraih peluang lapangan kerja di dalam
sangat ironis bagi Indonesia yang memiliki kekayaan
negeri sendiri, sehingga tidak diisi oleh tenaga
dan keragaman hayati terbesar setelah Brasil yang
kerja asing khususnya di bidang farmasi yang
berpotensi menjadi bahan baku untuk obat-obatan.
memerlukan keahlian khusus, ketelitian tinggi, dan
kinerja yang mumpuni. Dengan rencana dibukanya
C. Peran, prospek ekonomi industri farmasi, dan
22 industri farmasi harus menjadi peluang dan
penyerapan tenaga kerja di Indonesia
kesempatan kerja terutama di wilayah pulau Jawa.
Pada konferensi persnya bulan Februari 2016,
Industri farmasi dapat dikategorikan industri
Kepala BKPM menyatakan bahwa terdapat 22 industri
padat modal dan padat karya. Dikategorikan padat
farmasi yang berkomitmen akan berinvestasi di
modal karena produk yang dihasilkan melalui proses
Indonesia dengan total nilai sekitar Rp 6,4 triliun dan
dan teknologi yang canggih, harus memenuhi standar
menyerap sekitar 3.000 tenaga kerja. Dari 22 industri
kesehatan dan kebersihan, serta harus melalui uji klinis
tersebut, 15 diantaranya memilih lokasi di Provinsi
yang memakan waktu 5 sampai dengan 10 tahun.
Jawa Barat dengan nilai investasi Rp 5,4 triliun dan
Dikategorikan padat karya karena menyerap banyak
berencana menyerap tenaga kerja 2.385 orang. Lokasi
tenaga kerja. Berkembangnya industri farmasi tidak
lainnya adalah di Provinsi Jawa Timur terdiri dari 2
hanya memberi dampak positif pada perekonomian
proyek senilai Rp 588 miliar dan rencana menyerap
nasional, tetapi juga regional terutama propinsi Jawa
tenaga kerja 287 orang, di Jawa Tengah 1 proyek
Barat yang menerima 15 investor farmasi. Jawa
senilai Rp 300 miliar dengan jumlah tenaga kerja 500
Barat, sebagai lokasi favorit industri farmasi tentu
orang, di Provinsi Banten 2 proyek sebesar Rp 102
sudah dipertimbangkan memiliki keunggulan dari
miliar dengan rencana penyerapan tenaga kerja 190
propinsi yang lain, sehingga peluang mengoptimalkan
orang, dan di DKI Jakarta 2 proyek senilai Rp 60 miliar
sumber bahan baku, dan penyerapan tenaga kerja
dengan tenaga kerja 461 orang (Kepala BKPM, 2016).
harus diraih. Jika sumber daya manusia Jawa Barat
Jika komitmen para investor farmasi benar- dapat memenuhi permintaan sesuai keahlian
benar direalisasikan, maka kebutuhan obat-obatan yang dibutuhkan, maka secara regional setidaknya
dalam negeri akan semakin dapat dipenuhi. Selain 2.000 tenaga kerja di Jawa Barat akan terserap.
itu, obat-obatan yang diproduksi diharapkan juga
menggunakan bahan baku dari Indonesia sehingga D. Kesimpulan
mengurangi beban impor, meningkatkan local content Mencermati data investasi industri
bahan baku, dan mengurangi defisit perdagangan kimia dan farmasi, perdagangan produk
produk farmasi. Banyaknya investor farmasi farmasi, dan penyerapan tenaga kerjanya,
diharapkan juga dapat memproduksi obat-obatan dan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
memperdagangkan bahan baku obat yang bersumber • Sudah banyak perusahaan farmasi yang
dari Indonesia sebagai alternatif dari produk kimia didirikan di Indonesia, dan Indonesia sudah
dan menjadi komoditi farmasi ekspor. Dengan mampu mengekspor produk farmasi, namun
demikian, produk dan bahan baku farmasi dapat kepercayaan terhadap produk luar dan
berperan dalam meningkatkan ekspor non migas. derasnya arus masuk barang impor juga besar
Pemasaran produk farmasi ke luar negeri dapat sehingga menyebabkan defisit perdagangan.
dimulai dari negara-negara sekawasan sebagai penetrasi • Produk farmasi merupakan produk yang
masuknya produk antar negara ASEAN. Selanjutnya dibutuhkan di Indonesia dan dunia, yang tingkat
71
Jurnal Inspirasi Volume 8 No. 2 September 2017: 69-72

KARYA TULIS ILMIAH

urgensinya terus berkembang seiring dengan co.id/berita/koran/halaman-1/16/02/10/o2bksu1-


bertambahnya penduduk, berubahnya struktur bkpm-akui-ada-masalah-penyerapan-tenaga-kerja
penduduk, dan berkembangnya jenis penyakit. BKPM, Data PMA dan PMDN 2011-2016
• Tantangan arus masuk produk farmasi akan
Kementerian Perindustrian, Statistik
semakin besar seiring dengan berlakunya
Ekspor dan Impor industri Indonesia 2012-2015.
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), demikian
juga kemungkinan terhadap tenaga ahli farmasi Majalah SWA, Wow, Indonesia Pasar Pertumbuhan
asing dari Asia yang akan masuk ke Indonesia. Utama Industri Kecantikan ASEAN, 16 Juni 2016, http://
• Industri farmasi dapat dikategorikan industri swa.co.id/swa/business-strategy/wow-indonesia-
padat modal dan padat karya, sehingga memberi pasar-pertumbuhan-utama-industri-kecantikan-asean
peluang sekaligus tantangan bagi tenaga kerja Wahyu Kuncoro, Deputi Bidang Industri Agro dan
Indonesia berperan dalam bidang farmasi. Farmasi Kementerian BUMN, 92 Persen Bahan Baku
Obat-obatan di RI Masih Impor, Kamis, 24 Maret 2016.
E. Langkah kebijakan http://bisnis.news.viva.co.id/
Dari kesimpulan tersebut di atas, maka news/read/752090-92-persen-bahan-
kebijakan yang diusulkan adalah sebagai berikut: baku-obat-obatan-di-ri-masih-impor
• Banyaknya investor pada industri farmasi di
Indonesia, selain untuk menghasilkan produk
obat-obatan untuk memenuhi pasar domestik
tetapi juga harus dapat mendorong ekspor
sehingga mengurangi defisit perdagangan dan
menghasilkan devisa dari produk sektor non migas.
• Farmasi tepat menjadi salah satu fokus untuk
menjadi andalan produk industri yang harus
dikembangkan di Indonesia karena tersedianya
bahan baku substitusi berbasis sumber daya
alam Indonesia, SDM, dan pasar yang besar.
• Kemandirian terhadap produk farmasi harus mulai
dilakukan untuk mengurangi ketergantungan
terhadap impor dan menjaga stabilitas harga di
dalam negeri dalam situasi ekonomi apapun.
• Prospek pasar di luar negeri masih tetap tinggi untuk
produk farmasi, sehingga pengembangan indusri
farmasi berdaya saing akan dapat meningkatkan
kualitas dan penerimaan ekspor non migas.
• Industri farmasi telah menyerap banyak
tenaga kerja, sehingga menjadi salah satu
solusi dalam mengurangi pengangguran.
• Perlunya penjajakan perluasan produk
farmasi Indonesia di pasar luar negeri
terutata untuk obat-obatan yang secara
umum menjangkit di negara beriklim tropis.

DAFTAR PUSTAKA
Bank Dunia, Global Economic
Prospects, http://www.worldbank.org/en/
publication/global-economic-prospects
BKPM, Siaran Pers BKPM, Komitmen
Investasi Sektor Farmasi Meningkat
118%, Jakarta, 15 Februari 2016.
BKPM, BKPM Akui Ada Masalah Penyerapan
Tenaga Kerja, 14 Februari 2017, http://www.republika.

72

Anda mungkin juga menyukai