Anda di halaman 1dari 14

Lex Privatum, Vol.I/No.

1/Jan-Mrt/2013

HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTERI berlangsung, dan mengenai


AKIBAT PERKAWINAN CAMPURAN kedudukannya dalam masyarakat dari
DITINJAU DARI HUKUM POSITIF anak-anak keturunannya.
INDONESIA1 Berbicara mengenai perkawinan
Oleh: Laurensius Mamahit2 campuran, hal ini di atur dalam UU
nomor 1 tahun 1974 pasal 57-62 dlm
ABSTRAK UU ini. Namun sebelumnya mengenai
Perkawinan ialah perjanjian suci perjkawinan campuran ini telah di atur
membentuk keluarga antara seorang dalam Regeling op de Gemenvie
laki-laki dengan seorang perempuan. Huwelijeken Stb. 1898 No. 158 yang
Dimana juga perkawinan merupakan terkenal dengan singkatan GHR. Hak
suatu peristiwa yang penting dalam dan kewajiban antara suami-istri adalah
kehidupan bersama antara sesama hak dan kewajiban yang timbul karena
manusia yang berlainan jenis untuk adanya perkawinan antara mereka. Hak
mewujudkan kesatuan rumah tangga dan kewajiban suami istri diatur dalam
dalam kehidupan suami istri. Dalam pasal 30 sampai dengan pasal 36
pasal 1 UU Nomor 1 tahun 1974 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974.
mengatakan bahwa perkawinan adalah Setelah dilakukan kajian yuridis
ikatan lahir batin antara seorang pria mengenai Hak dan kewajiban suami
dan seorang wanita sebagai suami isteri istri dalam perkawinan Campuran maka
dengan tujuan membentuk keluarga hal tersebut tidak diatur , baik menurut
yang bahagia dan sejahtera Hukum Perkawinan Islam , Hukum
berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Adat Indonesia, Undang-undang Nomor
Esa. Bangsa Indonesia sebagai negara 1 Tahun 1974 maupun dalam
yang telah merdeka dan berdaulat Kompilasi Hukum Islam (Inpres Nomor
penuh, menciptakan suatu sistem 1 Tahun 1991), yang dalam hal ini
hukum nasional yang berorientasi dan semua hak dan kewajiban suami isteri
berkiblat pada Pancasila dan Undang dalam perkawinan biasa dan campuran
Undang Dasar 1945. Dengan kehadiran adalah sama. Untuk Undang-undang
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Nomor 1 Tahun 1974 diatur dalam Bab
tentang Perkawinan, maka kedudukan VI, pasal 30 sampai dengan pasal 34,
suami-isteri lebih diperhatikan sedangkan menurut ketentuan
terutama dalam hak dan kewajiban Kompilasi Hukum Islam. Sehingga ada
yang seimbang. Apabila seorang hal-hal penting yang perlu diperhatikan
perempuan dan seorang laki-laki apabila ada seorang asing atau bukan
berkata sepakat untuk melakukan warga warga negara Indonesia yang
perkawinan satu sama lain ini berarti akan melakukan perkawinan campuran
mereka saling berjanji akan taat pada dengan seorang warga negara
peraturan-peraturan hukum yang Indonesia, hendaknya sudah harus
berlaku mengenai kewajiban dan hak- mengetahui mengenai hak dan
hak masing-masing pihak selama dan kewajibannya nanti apabila dia menjadi
sesudah hidup bersama itu suami atau isteri dari seorang warga
negara Indonesia. Atau dalam kata lain
1
Artikel skripsi. Dosen Pembimbing Skripsi: harus mengetahui UU nasional
Dr. Wulanmas Frederik,SH,MH, Frans Maramis, Indonesia dimana Dia akan tunduk
SH, MH, Dr. Donna Setiabudhi, SH, MH. pada hukum tersebut setelah dia
2
NIM: 080711596. Mahasiswa Fakultas
melangsungkan pernikahan dengan
Hukum Universitas Sam Ratulangi, Manado.

12
Lex Privatum, Vol.I/No.1/Jan-Mrt/2013

warga negara Indonesia yakni UU melakukan perkawinan satu sama lain


nomor 1 tahun 1974. ini berarti mereka saling berjanji akan
Kata kunci: perkawinan campuran taat pada peraturan-peraturan hukum
yang berlaku mengenai kewajiban dan
PENDAHULUAN hak-hak masing-masing pihak selama
A. LATAR BELAKANG PENULISAN dan sesudah hidup bersama itu
Khususnya dalam pembaharuan berlangsung, dan mengenai
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata kedudukannya dalam masyarakat dari
yang sekarang berlaku di Indonesia, kita anak-anak keturunannya. Juga dalam
tahu bersama bahwa sistem hukum menghentikan perkawinan, suami dan
tidak merupakan kesatuan hukum, isteri tidak leluasa penuh untuk
melainkan mempunyai sifat yang menentukan sendiri syarat-syarat untuk
beraneka ragam atau pluralistis artinya penghentian itu, melainkan terikat juga
terhadap semua golongan etnis tunduk pada peraturan hukum perihal itu.3
pada hukum sendiri. Bagi golongan Dengan demikian, dalam perkawinan
rakyat Eropa berlaku hukum pada BW harus ada persamaan cita-cita yang
(Burgerlijk Wetboek), untuk golongan tinggi yang diilhami oleh keyakinan
rakyat Bumi Putera berlaku hukum adat batin sebagai dasar susila. Unsur-unsur
sendiri sedangkan bagi golongan rakyat agama yang penuh dengan nilai-nilai
timur dibagi dalam Asing Tionghoa dan rohani dan kejiwaan banyak berguna
Timur Asia bukan Tionghoa. Khususnya bagi landasan pendirian serta tujuan
golongan Timur Asia Tionghoa hidup mereka.4
diberlakukan beberapa sebagian BW
sedang lebihnya berlaku hukum adat. B. PERUMUSAN MASALAH
Keadaan sistem hukum demikian 1. Bagaimanakah Hak dan Kewajiban
masih berlangsung sampai saat ini. suami isteri dalam perkawinan
Padahal dalam bentuk kenegaraan menurut Hukum positif Indonesia?
sekarang ini, tidak sesuai perundang- 2. Bagaimanakah Hak dan
undangan kolonial tersebut. Bangsa Kewajiban suami isteri akibat
Indonesia sebagai negara yang telah Perkawinan Campuran ditinjau dari
merdeka dan berdaulat penuh, maka Hukum Positif Indonesia?
semestinya menjadi perhatian yang
sungguh ialah membentuk dan C. METODE PENELITIAN
mewujudkan hukum yang bercorak Penelitian ini merupakan penelitian
lndonesia atau kepribadian nasional. hukum normatif yang merupakan salah
Untuk mewujudkan hal ini perlu satu jenis penelitian yang dikenal
diciptakan sistem hukum nasional yang umum dalam kajian ilmu hukum.
berorientasi dan berkiblat pada Penelitian hukum normatif, yang
Pancasila dan Undang Undang Dasar merupakan penelitian utama dalam
1945. Dengan kehadiran Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan, maka kedudukan suami-
isteri lebih diperhatikan terutama 3
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perkawinan
dalam hak dan kewajiban yang di Indonesia, Sumur Bandung, Bandung, 1974,
seimbang. hal. 8.
4
Kalau seorang perempuan dan Napoleon Hill, Pedoman Dalam
Perkawinan, Indah Jaya, Bandung, 1982, hal.
seorang laki-laki berkata sepakat untuk
19.

13
Lex Privatum, Vol.I/No.1/Jan-Mrt/2013

penelitian ini, adalah penelitian hukum mempelai untuk melangsungkan


kepustakaan.5 perkawinan. Selanjutnya dalam hidup
bersama ikatan bathin ini tercermin
TINJAUAN PUSTAKA dari adanya kerukunan suami isteri
A. PENGERTIAN PERKAWINAN. yang bersangkutan. Terjalinnya ikatan
Dalam pasal 1 Undang-Undang lahir dan bathin, merupakan fondasi
Nomor 1 tahun 1974 mengatakan dalam membentuk dan membina
bahwa perkawinan adalah ikatan lahir keluarga yang bahagia dan kekal.
batin antara seorang pria dan seorang Selanjutnya dalam rumusan
wanita sebagai suami isteri dengan perkawinan itu dinyatakan dengan
tujuan membentuk keluarga yang tegas bahwa pembentukkan keluarga
bahagia dan sejahtera berdasarkan yang bahagia dan kekal itu, haruslah
KeTuhanan Yang Maha Esa. Karena berdasarkan keTuhanan Yang Maha
sudah kodratnya bahwa dua orang Esa, sebagai asas pertama dalam
manusia dengan jenis kelamin yang Pancasila. Ini berarti bahwa
berlainan, seorang pria dengan seorang perkawinan harus didasarkan pada
wanita ada daya tarik menarik satu agama dan kepercayaan masing-
sama lain untuk hidup bersama. masing. Karena itulah maka dalam
Dengan ikatan lahir bathin pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 1
dimaksudkan bahwa perkawinan itu Tahun 1974 menegaskan bahwa,
Z vÇ µlµ‰ vP v vÇ ^]l š v Perkawinan yang sah, apabila dilakukan
lahir_ dan ^]l š v šZ]v_ saja, tapi menurut hukum masing-masing
harus kedua-duanya. Suatu ikatan lahir agamanya dan kepercayaan itu. Bentuk
adalah ikatan yang dapat dilihat, keluarga yang bahagia dan kekal
mengungkapkan adanya suatu mengartikan berdasarkan ajaran agama
hubungan antara seorang pria dan yang dianut masyarakat Indonesia
seorang wanita untuk hidup bersama seperti ajaran Kristen ,Islam, Katolik,
sebagai suami isteri, dengan kata lain Hindu dan Budha, sebagaimana yang
‰ š ]• µš ^Zµ µvP v (}Œu]o^X dijelaskan dari pasal 1 Undang-Undang
Hubungan formil ini nyata, baik yang Nomor 1 Tahun 1974 bahwa
mengikatkan dirinya maupun bagi perkawinan mempunyai hubungan
orang lain atau masyarakat. yang erat sekali dengan
^ o]lvÇ U •µ šµ ^]l š v šZ]v^ agama/kerohanian, sehingga
adalah merupakan hubungan yang perkawinan bukan saja mempunyai
tidak formil, suatu ikatan yang tidak unsur lahir/jasmani, akan tetapi juga
dapat dilihat, karena merupakan unsur bathin/rohani yang mempunyai
pertalian jiwa terjalin lewat adanya peranan penting dalam hidup
kemauan yang sama dan ikhlas antara berkeluarga.
seorang pria dan seorang wanita untuk
hidup bersama sebagai suami isteri. B. PRINSIP PERKAWINAN DAN TUJUAN
Dalam tahap permulaan, ikatan PERKAWINAN
bathin ini diawali dan ditandai dengan Perkawinan adalah ikatan lahir
adanya persetujuan dari calon bathin yang kekal antara suami dan
isteri yang dilandasi atas saling
5
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, mencintai, hormat menghormati dan
Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan kesetiaan, oleh sebab itu Undang-
Singkat, PT RajaGrafindo Persada, 1995, hal.
Undang Perkawinan menentukan
13.

14
Lex Privatum, Vol.I/No.1/Jan-Mrt/2013

bahwa Perkawinan harus berdasarkan dan harus dilakukan di depan sidang


persetujuan kedua calon mempelai. Ini pengadilan. Prinsip ini sesuai
sebenarnya untuk menghindari dengan tujuan perkawinan seperti
6
terjadinya kawin paksa. tersebut pada angka 2 di atas.
Di dalam penjelasan atas UU 6. Hak dan kedudukan suami isteri
Perkawinan disebutkan asas-asas atau adalah seimbang. Segala sesuatu,
prinsip-prinsip yang terkandung di baik dalam kehidupan rumah tangga
dalam UU No. 1 Tahun 1974 ialah : maupun dalam pergaulan
1. Agama menentukan sahnya suatu masyarakat dapat dirundingkan dan
perkawinan diputuskan oleh suami isteri.
Suatu perkawinan adalah sah
bilamana dilakukan menurut hukum C. PENGERTIAN PERKAWINAN
masing-masing agamanya dan CAMPURAN
kepercayannya. Undang-undang Perkawinan
Di samping itu tiap-tiap perkawinan mengatur juga tentang Perkawinan
harus dicatat menurut peraturan Campuran sebagaimana disebutkan
perundang-undangan yang berlaku. dalam Pasal 57 sampai dengan Pasal
2. Perkawinan bertujuan membentuk 62.
keluarga yang bahagia dan kekal. Pengertian Perkawinan Campuran
"Untuk itu suami isteri perlu menurut Undang-undang No. I Tahun
membina saling pengertian, bantu 1974 berbeda dengan pengertian
membantu serta mengembangkan seperti yang dimaksud dalam
kepribadiannya untuk mencapai Relegeling op de Gemenvie
kesejahteraan dan kebahagiaan Huwelijeken Stb. 1898 No. 158 yang
bersama secara spiritual dan terkenal dengan singkatan GHR.
material dalam waktu yang tak Pasal 57 Undang-undang No. I Tahun
terbatas".7 1974 menjelaskan bahwa:
3. Monogami, UU ini menganut asas "Yang dimaksud dengan perkawinan
monogami, tetapi di buka campuran dalam Undang-undang ini
kemungkinan untuk beristeri lebih ialah perkawinan antara dua orang
dari seorang dengan syarat-syarat yang di Indonesia tunduk pada hukum
tertentu yang diterima dan yang berlainan, karena perbedaan
diputuskan oleh pengadilan. kewarganegaraan dan salah satu pihak
4. Calon suami isteri harus telah berkewarganegaraan Asing dan salah
matang jiwa dan raganya. Untuk itu satu pihak berkewarganegaraan
ditentukan batas umur untuk kawin. Indonesia."
Bagi pria 19 tahun dan bagi wanita Pasal 1 GHR menyatakan bahwa
16 tahun. yang dinamakan perkawinan campuran,
5. Mempersukar terjadinya perceraian. ialah perkawinan antara orang-orang di
Untuk memungkinkan perceraian Indonesia tunduk pada hukum yang
harus ada alasan-alasan tertentu berlainan.
Dari dua pasal diatas nyatalah,
6
Djuhaendah Hasan , Hukum Keluarga, CV bahwa pengertian menurut Undang-
Armico, Bandung, 1988, hal. 31. undang No. 1 Tahun 1974 lebih sempit
7
Bakry A. Rahman Dan Ahmad Sukardjo, dari pada GHR, karena undang-undang
Perkawinan Menurut Islam, UU Perkawinan No. I Tahun 1974 membatasi pada
Dan KUHPerdata/BW, Flidakarya,Jakarta, 1981,
karena perbedaan kewarganegaraan
hal .9.

15
Lex Privatum, Vol.I/No.1/Jan-Mrt/2013

dan salah satu pihak Menurut Hukum Adat pada


berkewarganegaraan Asing dan salah umumnya di Indonesia perkawinan itu
satu pihak berkewarganegaraan bukan saja berarti sebagai Zperikatan
Indonesia', sedangkan menurut GHR perdata[, tetapi juga 'perikatan adat'
`antara orang-orang di Indonesia dan sekaligus merupakan 'perikatan
tunduk pada hukum yang berlainan kekerabatan dan ketetanggaan.3
dengan tidak ada pembatasan. Jadi terjadinya suatu ikatan
Yang dimaksud dengan hukum yang perkawinan bukan semata-mata
berlainan, adalah disebabkan karena membawa akibat terhadap hubungan-
perbedaan kewarganegaraan, tempat hubungan keperdataan, seperti hak dan
golongan dan agama. kewajiban suami-istri, harta bersama,
Dengan adanya pembatasan pada kedudukan anak, hak dan kewajiban
perbedaan kewarganegaraan itu, maka orang tua, tetapi juga menyangkut
perkawinan antara dua orang yang hubungan-hubungan adat istiadat
berlainan golongan (misalnya: Bumi kewarisan, kekeluargaan dan
Putera dan Timur Asing) atau berlainan ketetanggaan serta menyangkut
agama (misalnya Islam dan Kristen) tapi upacara-upacara adat dan keagamaan.
sama-sama warga negara Indonesia, Oleh karenanya Ter Haar
tidak merupakan perkawinan campuran menyatakan sebagaimana dikutip oleh
menurut Undang-undang No. 1 Tahun Hadikusuma bahwa `perkawinan itu
1974, tapi menurut GHR adalah adalah urusan kerabat, urusan
perkawinan campuran, Jadi perkawinan keluarga, urusan masyarakat, urusan
campuran menurut Undang-undang martabat dan urusan pribadi dan begitu
No. 1 Tahun 1974, konkritnya adalah pula menyangkut urusan keagamaan'.
sebagai berikut: Juga menurut Van Vollenhoven yang
- Seorang pria warga negara Indonesia juga dikutip oleh Hadikusuma, bahwa
kawin dengan seorang wanita warga dalam hukum adat banyak lembaga-
negara Asing, atau lembaga hukum dan kaidah-kaidah
- Seorang wanita warga negara hukum yang berhubungan dengan
Indonesia kawin dengan seorang pria tatanan dunia di luar dan di atas
warga negara Asing. kemampuan manusia.4
Sehubungan dengan masalah
kewarganegaraan tersebut, maka PEMBAHASAN
ditentukan dalam Pasal 58 Undang- A. HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI
undang No. 1 Tahun 1974, bahwa orang DALAM PERKAWINAN MENURUT
yang melakukan perkawinan campuran HUKUM POSITIF INDONESIA
itu, dapat memperoleh Terlebih dahulu dijelaskan disini
kewarganegaraan dari suami/istrinya mengenai pengertian hak dan
dan dapat pula kehilangan kewajiban. Kata "recht" (Belanda),
kewarganegaraannya menurut cara- "Recht" (Jerman) dan "droit"
cara yang telah ditentukan dalam (Perancis) dapat berarti hukum
undang-undang Kewarganegaraan maupun hak. Karenanya dalam ilmu
Republik Indonesia yang telah berlaku. hukum di ketiga negara tersebut
3
D. PENGERTIAN PERKAWINAN H. Hilman Hadikusuma, Hukum
MENURUT HUKUM ADAT. Perkawinan Indonesia, Mandar Maju,
Bandung, 2003, hal. 3.
4
Ibid, hal. 9.

16
Lex Privatum, Vol.I/No.1/Jan-Mrt/2013

dibedakan antara: objectief recht (Bld.) Apeldoorn, hak adalah


/ objective Recht (Jer.) / droit objectif kepentingan dan juga kekuasaan.
(Per.), yang secara harafiah berarti Kewajiban hukum (Bld.: rechtsplicht)
hukum obyektif, yang menunjuk pada adalah imbangan terhadap hak di lain
peraturan-peraturan hukum; subjectief pihak. Jika satu pihak memiliki hak
recht (Bld.) / subjective Recht (Jer.) / maka pihak lain memiliki kewajiban.
droit subjectif (Per.), yang secara Dalam ilmu hukum dibedakan
harafiah berarti hukum subyektif, yang berbagai macam hak. L.J. van
menunjuk pada peraturan hukum Apeldoorn membuat perbedaan antara:
(obyektif) yang telah dihubungkan 1. Hak mutlak (absolut), yaitu hak yang
dengan orang tertentu sehingga memuat kekuasaan bertindak.
menjadi suatu hak. Dinamakan juga hak onpersoonlijk
Dalam perbendaharaan kata bahasa karena dapat dilakukan terhadap
Inggris dan bahasa Indonesia dikenal setiap orang, bukan hanya terhadap
istilah-istilah "law" atau "hukum" dan orang tertentu saja. Di pihak lain
"right" atau "hak". Dengan demikian, terdapat kewajiban dari tiap-tiap
di negara-negara yang berbahasa orang untuk tidak melanggar hak-hal
Inggris dan di Indonesia, tidak ada itu. Tercakup ke dalam hak mutlak
kesulitan dalam peristilahan untuk (absolut) atau hak onpersoonlijk ini
membedakan antara hukum (law) dan ialah:
hak hak (right). Oleh karenanya pula a) Semua hak publik, yaitu hak yang
tidak ada kebutuhan untuk didasarkan pada hukum publik
menggunakan istilah hukum obyek dan dalam arti obyektif. Hak ini
hukum subyektif. antara lain dapat ditemukan
Beberapa pengertian hak : dalam Undang-undang Dasar.
- Menurut Rudolf von Ihering, hak Termasuk di sini, hak-hak asasi
adalah (Apeldoorn, 2001: 46) manusia yang dirumuskan dalam
kepentingan yang dilindungi Undang-undang Dasar. Dalam
oleh hukum. Undang-undang Dasar 1945, hak
- Menurut Bernhard Windscheid, asasi manusia diatur dalam Pasal
hak adalah (Apeldoorn, 2001: 46) 27, 28, 28A t 28I. Contohnya,
kekuasaan yang diberikan oleh setiap orang berhak untuk hidup
tata hukum. serta berhak mempertahankan
- Menurut L.J. van Apeldoorn hidup dan kehidupannya (Pasal
2001: 46) apakah hak itu 28A).
kepentingan atau kekuasaan b) Sebagian dari hak keperdataan,
adalah tidak penting. Dalam yaitu hak yang didasarkan pada
kepentingan yang dilindungi oleh hukum perdata dalam arti
hukum terkandung kekuasaan obyektif. Hak-hak ini yakni :
karena perlindungan berarti - hak-hak kepribadian
kekuasaan; sedangkan dalam (persoonlijkheidsrechten),
kekuasaan yang diberikan oleh yaitu hak-hak manusia atas
hukum terkandung unsur dirinya sendiri. Yang
kepentingan karena kekuasaan terpenting di antaranya: Hak
diberikan untuk melindungi menuntut ganti rugi atas
kepentingan. Jadi menurut terbunuhnya salah seorang
anggota keluarga. Menurut

17
Lex Privatum, Vol.I/No.1/Jan-Mrt/2013

Pasal 1370 KUHPerdata, tanah. Hak atas benda tidak


dalam hal suatu pembunuhan berwujud, yaitu hak yang
dengan sengaja atau karena mengenai hasil pikiran
kealpaan, maka suami atau manusia, contohnya hak cipta.
isteri yang ditinggalkan, anak 2. Hak relatif, yaitu hak yang memuat
atau orangtua korban, yang kekuasaan menuntut agar orang
lazimnya mendapat nafkah lain bertindak. Dinamakan juga hak
dari pekerjaan si korban, persoonlijk karena hanya dapat
mempunyai hak menuntut dilakukan terhadap orang tertentu
suatu ganti rugi, yang harus saja. Selain itu dinamakan juga hak
dinilai menurut kedudukan tagih atau piutang. Termasuk ke
dan kekayaan kedua belah dalamnya adalah semua hak atas
pihak, serta menurut keadaan. harta kekayaan kecuali hak
Hak menuntut ganti rugi atas kebendaan dan hak atas benda tidak
luka atau cacat. Menurut berwujud. Contohnya hak untuk
Pasal 1371 KUHPerdata, menagih pengembalian pinjaman
penyebab luka atau cacatnya uang.
suatu anggota badan dengan Hak dan kewajiban antara suami-istri
sengaja atau karena kealpaan adalah hak dan kewajiban yang timbul
memberi hak kepada si karena adanya perkawinan antara
korban untuk selain mereka. Hak dan kewajiban suami istri
mengganti biaya-biaya diatur dalam pasal 30 sampai dengan
penyembuhan, menuntut pasal 36 Undang-Undang Nomor 1
ganti rugi yang disebabkan Tahun 1974.
oleh luka atau cacat tersebut. Adapun mengenai hak dan
- Hak-hak keluarga kewajiban suami istri dapat kita lihat
(familierechten), yaitu hak dalam pasal 30 UU Perkawinan No. 1
yang timbul dari hubungan tahun 1974 yang berbunyi sebagai
keluarga. Contohnya hak berikut : ^^µ ui - isteri memikul
berdasarkan kekuasaan kewajiban yang luhur untuk
orangtua, misalnya ketentuan menegakkan rumah tangga yang
Pasal 47 ayat (2) UU No.1 menjadi sendi dasar dari susunan
Tahun 1974 tentang u •Ç Œ l š ^X
Perkawinan bahwa orangtua Dengan adanya perkawinan suami
mewakili anak yang belum isteri itu di letakkan suatu kewajiban
mencapai umur 18 tahun secara timbal balik, dimana laki-laki
mengenai perbuatan hukum sebagai suami memperoleh hak-hak
di dalam dan di luar tertentu beserta dengan kewajibannya,
pengadilan. begitu sebaliknya perempuan sebagai
- Sebagian dari hak-hak atas isteri memperoleh hak-hak tertentu
harta kekayaan, yaitu hak beserta dengan kewajibannya.
yang mempunyai nilai Suami dan isteri itu mempunyai
keuangan. Hak ini terdiri dari: kewajiban untuk saling setia tolong
hak-hak kebendaan, yaitu hak menolong dan bantu membantu untuk
yang memberikan kekuasaan kelancaran serta jalannya bahtera
langsung atas suatu benda. rumah tangga yang mereka bina. Dan
Contohnya hak milik atas untuk mewujudkan suasana yang

18
Lex Privatum, Vol.I/No.1/Jan-Mrt/2013

demikian penting juga kiranya diketahui kedudukan isteri adalah seimbang


apa hak dan kewajiban suami dan apa dengan kedudukan suami dalam
hak dan kewajiban isteri. lingkungan kehidupan keluarga dan
Hak yang diperoleh suami seimbang pergaulan hidup bersama dalam
dengan kewajiban yang dipikul masyarakat dimana masing-masing
dipundaknya, demikian juga hak yang berhak untuk melakukan perbuatan
diperoleh isteri seimbang dengan hukum.
kewajiban yang dipikul dipundaknya, Suami adalah kepala rumah tangga
demikian juga hak yang diperoleh isteri dan isteri adalah ibu rumah tangga,
seimbang dengan kewajiban yang suami isteri mempunyai hak dan
dipikulnya. Adanya hak suami dan isteri kewajiban yang sama dalam beberapa
untuk mempergunakan haknya adalah hal, hanya kelebihan suami atas isteri
kewajibannya dan dilarang untuk adalah hak untuk memimpin dan
menyalahgunakan haknya. mengatur keluarga. Karena suami
Mengenai hak-hak suami isteri, pasal adalah kepala rumah tangga, maka ia
31 dalam Undang-Undang Perkawinan bertanggung jawab terhadap
mengatakan adalah sebagai berikut : keselamatan keluarganya dan
(1) Hak dan kedudukan isteri adalah kesejahteraan dari pada rumah tangga.
seimbang dengan hak dan Oleh Karena itu isteri harus patuh
kedudukan suami dalam kehidupan kepada suami, mencintai suami dengan
rumah tangga dan pergaulan hidup sepenuh jiwa, isteri wajib mengakui
bersama dalam masyarakat. bahwa suami adalah pemimpin dalam
(2) Masing-masing pihak berhak untuk rumah tangga tangganya oleh sebab itu
melakukan perbuatan hukum. isteri harus menghormatinya didalam
(3) Suami adalah kepala keluarga dan Isteri mematuhi suami haruslah
isteri adalah ibu rumah tangga. berdasarkan cara dan tujuan yang baik.
Ketentuan pasal 31 ayat 1 dan 2 dari Dan Isteri adalah sebagai ibu rumah
Undang-UndangPerkawinan tangga maka tugas utama adalah
mengsejahterakan antara hak dan melayani suami dan mengatur
kedudukan suami isteri dalam kebutuhan hidup sehari-hari, karena
kehidupan masyarakat sangat sesuai isteri adalah pengemudi dan
dengan tata hidup masyarakat modern pengendali belanja sehari-hari.
sekarang, karena kalau kita Adapun kewajiban-kewajiban suami
membandingkan dengan zamannya BW isteri terdapat dalam pasal 34 Undang-
yang dibuat ratusan tahun yang lalu Undang Perkawinan No.1 tahun1974
dimana wanita yang berada dalam yang menentukan :
ikatan perkawinan dianggap tidak (1) Suami wajib melindungi isterinya
cakap dalam perbuatan hukum. Ini dan memberikan segala sesuatu
tercermin dalam pasal 108 dan pasal keperluan berumah tangga sesuai
110 BW. dengan kemampuannya.
Begitu juga dalam mempergunakan (2) Isteri wajib mengatur rumah tangga
hak kebendaan. Adanya hak suami dan sebaik-baiknya.
isteri untuk mempergunakan atau (3) Jika suami atau isteri melalaikan
memakai harta bersama mereka kewajibannya masing-masing dapat
dengan persetujuan kedua belah pihak mengajukan gugatan kepada
secara timbal balik adalah sewajarnya, pengadilan.
menginginkan bahwa hak dan

19
Lex Privatum, Vol.I/No.1/Jan-Mrt/2013

Adapun maksud dari pasal 34 ayat 1 itu, dan suami menjaga martabat dan
ini tampaknya suamilah yang harkat isterinya dimata masyarakat.
membiayai kehidupan rumah tangga Jadi didalam hal suami wajib
dan wajib member nafkah kepada melindungi isterinya dan memberikan
isteri. segala sesuatu keperluan hidup
Tapi dalam hal ini ada berumah tangga sesuai dengan
kekecualiannya, yaitu didalam suami kemampuannya, karena ini sesuai
memberikan keperluan untuk rumah dengan tujuan perkawinan itu ialah
tangganya harus sesuai dengan untuk membina suatu rumah tangga
kemampuannya. Adapun maksud yang bahagia diliputi oleh suasana kasih
dengan kata kemampuannya berarti saying.
menurut keadaan suami jadi besarnya Adapun maksud dari pada pasal 34
nafkah yang akan diberikan tergantung ayat 2, yaitu adalah isteri wajib
dari kekayaan suami, apabila suami itu mengatur rumah tangga sebaik
kaya maka didalam memberikan segala baiknya, karena isteri merencanakan
sesuatu harus sesuai dengan dan melaksanakan segala sesuatu yang
kekayaannya. Begitu juga didalam dibutuhkan di dalam rumah tangga.
suami memberikan tempat tinggal Isteri harus mempunyai kecakapan dan
untuk isterinya, dalam hal ini suami keahlian dalam mendidik anak-anak,
harus memberikan tempat tinggal yang agar supaya anak-anak menjadi
pantas dan sesuai dengan harapan Nusa dan Bangsa. Adapun
kemampuannya. isteri yang bijaksana adalah yang ikut
Seandainya rumah tempat tinggal berpartisipasi dalam pembinaan rumah
merupakan tempat tidak layak, maka tangga yang sejahtera dan bahagia
isteri berhak menentukan tempat Undang-Undang memperkuat apa
tinggal mereka, karena sesuai dengan yang merupakan hal yang sepatutnya
pasal 32 UU Perkawinan No.1 tahun menjadi kewajiban suami isteri. Suami
1974 dalam ayat (1) dan ayat (2) yang lalai memberikan hal-hal yang
menyatakan bahwa : perlu kepada isterinya, itu dapat
(1) Suami isteri harus mempunyai dipaksakan dengan melalui pengadilan.
tempat kediaman yang tetap. Isteri yang meninggalkan rumah tanpa
(2) Rumah tempat tinggal yang alasan-alasan yang sah, maka ia
dimaksud dalam ayat (1) pasal ini kehilangan hak untuk pemberian
ditentukan oleh suami isteri secara nafkah. Jika suami/isteri melalaikan
bersama. kewajibannya masing-masing dapat
Jadi suami harus mempunyai tempat mengajukan gugatan.
tinggal tetap, dan didalam menentukan
tempat tinggal harus ditentukan oleh B. HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI
suami isteri. AKIBAT PERKAWINAN
Suami diwajibkan melindungi CAMPURAN DITINJAU DARI HUKUM
isterinya artinya suami bertanggung POSITIF INDONESIA
jawab atas keselamatan jiwa raga Sebelum dikeluarkannya Undang-
isterinya, suami wajib membimbing dan undang Perkawinan Nomor 1 Tahun
memimpin isterinya secara baik, 1974 tentang Perkawinan di Indonesia
menjaga jangan sampai isterinya telah ada 3 (tiga) produk Legislatif
menyeleweng dari tujuan perkawinan mengenai atau berhubungan dengan
perkawinan campuran. Ketiga

20
Lex Privatum, Vol.I/No.1/Jan-Mrt/2013

ketentuan-ketentuan perundang- kehilangan kewarganegaraannya,


undangan itu adalah sebagai berikut : menurut cara-cara yang telah
1. Kitab Undang-Undang Hukum ditentukan dalam Undang-undang
Perdata (Burgerlijk Wetboek). kewarganegaraan Republik Indonesia
2. Ordonansi Perkawinan Indonesia yang berlaku.
Kristen (HOCI) S.1933.Nomor 74. Pasal 59.
3. Peraturan Perkawinan Campuran 1. Kewarganegaraan yang diperoleh
(Regeling op gemengde Huwelijke sebagai akibat perkawinan atau
S.1898 Nomor 158). putusannya perkawinan
Ketentuan-ketentuan yang terdapat menentukan hukum yang berlaku,
dalam ketiga produk Legislatif itu baik mengenai hukum publik
setelah dikeluarkannya Undang-Undang maupun hukum perdata.
Perkawinan sebagaimana diketahui 2. Perkawinan Campuran yang
antara lain yang merupakan prinsip dilangsungkan di Indonesia dilakukan
umum dalam perundang-undangan menurut Undang-undang
yang setingkat derajatnya yang Perkawinan ini.
ditetapkan kemudian, menghapuskan Pasal ini mensyaratkan bahwa bila
ketentuan-ketentuan yang berlawanan perkawinan campuran dilangsungkan di
dalam perundang-undangan sederajat Indonesia maka aturan dan syarat-
yang mendahluinya. syarat yang diberlakukan adalah hukum
Menurut Undang-undang Nomor 1 positif Indonesia yaitu Undang-Undang
Tahun 1974 tentang Perkawinan, Nomor 1 Tahun 1974, dengan
pengertian istilah perkawinan ketentuan lain yang melekat seperti
Campuran dapat dilihat pada pasal 57, hak-hak dan kewajiban suami istri,
Ç ]šµ W ^ Ç vP ]u l•µ vP v harta benda dalam perkawinan, hak
Perkawinan Campuran dalam Undang- dan kewajiban orang tua dan anak serta
undang ini ialah Perkawinan antara dua hak mewaris.
orang yang di Indonesia tunduk pada Pasal 60.
hukum yang berlainan, karena 1. Perkawinan campuran tidak dapat
perbedaan kewarganegaraan dan salah dilangsungkan sebelum terbukti
satu pihak berkewarganegaraan bahwa syarat-syarat perkawinan
/v }v •] ^X yang ditentukan oleh hukum yang
Penafsiran pasal ini bahwa berlaku bagi pihak masing-masing
perkawinan campuran yang dimaksud telah dipenuhi.
ialah apabila salah satu pihak 2. Untuk membuktikan bahwa
berkewarganegaraan asing dan pihak syarat-syarat tersebut dalam ayat 1
yang lain berkewarganegaraan telah dipenuhi dan karena itu
Indonesia. Ketentuan-ketentuan lain tidak ada rintangan untuk
yang berhubungan dengan perkawinan melangsungkan perkawinan
campuran dapat dijabarkan sebagai campuran, maka oleh mereka yang
berikut : menurut hukum yang berlaku
Pasal 58. bagi pihak masing t masing
Bagi orang-orang yang berlainan berwenang mencatat perkawinan,
kewarganegaraan yang melakukan diberikan surat keterangan bahwa
perkawinan campuran, dapat syarat-syarat telah dipenuhi.
memperoleh kewarganegaraan dari 3. Jika pejabat yang bersangkutan
suami/isterinya dan dapat pula menolak untuk memberikan surat

21
Lex Privatum, Vol.I/No.1/Jan-Mrt/2013

keterangan itu, maka atas Menurut pandangan Hukum


permintaan yang berkepentingan Islam, tidak ada istilah pengertian
Pengadilan memberikan keputusan perkawinan Campuran, yang ada
dengan tidak beracara serta tidak adalah pengertian beda agama.
boleh dimintakan banding lagi Menurut Hukum Islam adalah tidak sah
tentang soal apakah penolakan perkawinan beda agama sebagaimana
pemberian surat keterangan itu disebut dalam Al- Quran surah Baqarah
beralasan atau tidak. ayat 221. Demikian juga Fatwa Majelis
4. Jika pengadilan memutuskan Ulama Indonesia (MUI) DKI Jaya tanggal
bahwa penolakan tidak beralasan 30 September 1986 tentang
maka keputusan itu menjadi Perkawinan Antar Agama berdasarkan
pengganti keterangan yang tersebut pendapat dalam sidang pleno tanggal 2
ayat 3. Agustus 1986 yang menganjurkan,
5. Surat keterangan atau keputusan dilarang perkawinan antara wanita
pengganti keterangan tidak muslim dengan laki-laki musyrik dan
mempunyai kekuatan lagi jika laki-laki muslim dilarang kawin dengan
perkawinan itu tidak wanita yang bukan beragama Islam
dilangsungkan dalam masa 6 (enam) (larangan mutlak). Lihat juga Keputusan
bulan sesudah keterangan itu Seminar perkawinan antar agama di
diberikan. Universitas Katolik Atmajaya tanggal 21
Pasal 61. Maret 1987, yang pada prinsipnya
1. Perkawinan campuran dicatat gereja melarang perkawinan campur
oleh pegawai pencatat yang antar agama.8
berwenang. Dalam Kompilasi Hukum Islam
2. Barang siapa melangsungkan (Inpres Nomor 1 Tahun 1991) dengan
perkawinan campuran tanpa tegas menyebutkan dalam pasal 40 dan
memperlihatkan lebih dahulu ‰ • o ððU Ç vP u vÇ µšl v ZÁ U ^
kepada pegawai pencatat yang Dilarang melangsungkan perkawinan
berwenang surat keterangan atau antara seorang pria dengan seorang
keputusan pengganti keterangan wanita karena keadaan tertentu :
yang disebut dalam pasal 60 ayat 4 seorang wanita yang tidak beragama
Undang-undang ini dihukum dengan Islam, dan seorang wanita Islam
hukuman kurungan selama-lamanya dilarang melangsungkan perkawinan
1 (satu) bulan. dengan seorang yang tidak beragama
3. Pegawai pencatat perkawinan /•o u_X9
yang mencatat perkawinan Dengan demikian, pada prinsipnya
sedangkan ia mengetahui bahwa pandangan Hukum Islam bahwa beda
keterangan atau keputusan agama dilarang untuk melangsungkan
pengganti keterangan tidak ada, perkawinan.
dihukum dengan hukuman Hal serupa diatur oleh Undang-
kurungan selama-lamanya 3 (tiga) undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
bulan dan dihukum jabatan. Perkawinan, yang dalam
Pasal 62. pelaksanaannya perkawinan antar
Dalam perkawinan campuran
kedudukan anak diatur sesuai dengan
8
Pasal 59 ayat 1 Undang-undang ini. Ibid , hal 195 .
9
Lihat Kompilasi Hukum Islam , hal 191,192
.

22
Lex Privatum, Vol.I/No.1/Jan-Mrt/2013

agama tidak diatur, karena perkawinan Menurut pasal 2 ayat 2 Undang-


tersebut tidak dibenarkan ajaran undang Nomor 1 Tahun 1974, tiap-tiap
agama, yaitu ada halangan terjadinya perkawinan dicatat menurut peraturan
perkawinan bagi calon suami, calon istri perundang-undangan yang berlaku,
perbedaan agama, hal ini sesuai dengan sedangkan menurut Peraturan
yang dikehendaki pasal 2 ayat 1 dan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 pasal
pasal 8 huruf f Undang-undang 2 mengatur, pencatatan perkawinan
Perkawinan. Pasal 2 ayat 1 Undang- dari mereka yang melangsungkan
undang Perkawinan menyatakan : perkawinannya menurut agama Islam,
Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan oleh Pegawai Pencatat
dilakukan menurut hukum masing- sebagaimana dimaksud dalam Undang-
masing agamanya dan kepercayaannya undang Nomor 32 Tahun 1974 tentang
itu. Pasal 2 Undang-undang Perkawinan Pencatatan Nikah, Talak dan Rujuk.
terang menunjuk paling pertama Pencatatan perkawinan dari mereka
kepada hukum masing-masing agama yang melangsungkan perkawinan
dan kepercayaannya bagi masing- menurut agamanya dan
masing pemeluknya, sedangkan kepercayaannya itu selain agama Islam
menurut penjelasan pasal 2 itu, tidak dilakukan oleh Pegawai Pencatat
ada perkawinan di luar hukum masing- Perkawinan pada Kantor Catatan Sipil
masing agamanya dan kepercayaannya sebagaimana dimaksud dalam berbagai
itu, sesuai dengan Undang-undang perundang-undangan mengenai
Dasar 1945. pencatatan perkawinan.
Hak dan kewajiban suami istri Seperti telah dikemukakan diatas
dalam perkawinan Campuran tidak bahwa yang dimaksud dengan
diatur, baik menurut Hukum perkawinan Campuran dalam Undang-
perkawinan Islam , Undang-undang undang Nomor 1 Tahun 1974 ialah
Nomor 1 Tahun 1974 maupun dalam perkawinan antara dua orang yang di
Kompilasi Hukum Islam (Inpres Nomor Indonesia tunduk pada hukum yang
1 Tahun 1991), yang dalam hal ini berlainan karena perbedaan
semua hak dan kewajiban suami isteri kewarganegaraan dan salah satu pihak
dalam perkawinan biasa dan campuran kewarganegaraan yang melakukan dari
adalah sama. Untuk Undang-undang suami/istrinya dan dapat pula
Nomor 1 Tahun 1974 diatur dalam Bab kehilangan kewarganegaraannya
VI, pasal 30 sampai dengan pasal 34, menurut cara-cara yang telah
sedangkan menurut ketentuan ditentukan dalam Undang-undang
Kompilasi Hukum Islam diatur dalam Kewarganegaraan Republik Indonesia
Bab XII, pasal 77 sampai dengan pasal (pasal 3 ayat 2 Undang-undang Nomor
84. 1 Tahun 1974).
Dengan demikian , semua hak dan Apabila seorang mempelai beragama
kewajiban suami isteri baik dalam Islam yang berkewarganegaraan
perkawinan biasa dan perkawinan Indonesia hendak melangsungkan
campuran adalah sama dan harus perkawinan Campuran diperlukan surat
sesuai dengan aturan perundang- keterangan dari Pegawai Pencatat
undangan yang berlaku yaitu pasal 30 Nikah di daerah tempat tinggalnya
sampai dengan pasal 36 Undang- sebagaimana dimaksud pasal 64
Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Undang-undang perkawinan. Surat
Perkawinan. keterangan yang dimaksud pasal 60

23
Lex Privatum, Vol.I/No.1/Jan-Mrt/2013

ayat 2 Undang-undang Perkawinan suami isteri dalam perkawinan biasa


diperlukan juga bagi calon mempelai dan campuran adalah sama. Untuk
yang beragama Islam yang hendak Undang-undang Nomor 1 Tahun
melangsungkan perkawinan tidak 1974 diatur dalam Bab VI, pasal 30
menurut agama Islam.10 sampai dengan pasal 34, sedangkan
Apabila Pegawai Pencatat Nikah atau menurut ketentuan Kompilasi
P3NTR tidak memberikan keterangan Hukum Islam diatur dalam Bab XII,
kepada calon mempelai sebagaimana pasal 77 sampai dengan pasal 84.
dimaksud pasal 16 PMA Nomor 3 Tahun
1975, yang bersangkutan dapat B. SARAN
mengajukan keberatannya kepada Sebelum Akad Nikah di tandatangani
Pengadilan Agama di daerah tempat oleh calon mempelai laki-laki maupun
tinggalnya. Pengadilan Agama oleh calon mempelai perempuan
memeriksa perkara penolakan itu hendaknya masing-masing pihak sudah
dengan cara singkat(court geding) mengetahui bahwa mereka mempunyai
untuk memberikan ketetapan ada atau hak dan kewajiban yang sama serta
tidak adanya penolakan tersebut. seimbang, hal ini diperlukan untuk
Apabila ternyata penolakan ini tidak menghindari perselisihan di kemudian
beralasan, maka Pengadilan Agama hari tentang hak-hak dan kewajiban
memberikan keputusan sebagai masing-masing.
pengganti keterangan tersebut (pasal
19, pasal 16 dan pasal 18 PMA Nomor 3 DAFTAR PUSTAKA
Tahun 1975).11
Djuhaendah Hasan , Hukum Keluarga,
PENUTUP CV Armico, Bandung, 1988.
A. KESIMPULAN Hill Napoleon, Pedoman Dalam
1. Hak dan Kewajiban suami istri dalam Perkawinan, Indah Jaya, Bandung,
perkawinan menurut Hukum positif 1982.
Indonesia antara lain, adalah : Hak Ramulyo Idris Mohd, Hukum
dan kewajiban antara suami-istri Perkawinan Islam, Bumi
adalah hak dan kewajiban yang Aksara,Jakarta, 2002.
timbul karena adanya perkawinan Sarumpaet R.I, Pedoman Berumah
antara mereka. Hak dan kewajiban tangga, Indonesia Publishing
suami istri diatur dalam pasal 30 House, Bandung, 1993.
sampai dengan pasal 36 Undang- Subekti, Pokok Pokok Hukum Perdata,
Undang Nomor 1 Tahun 1974. Pradnya Paramita, Jakarta, 1983. dan
2. Hak dan kewajiban suami istri dalam Tjitrosudibio, R, Kitab Undang-
perkawinan Campuran tidak diatur , Undang Hukum Perdata, Terjemahan
baik menurut Hukum perkawinan Burgelijk Wetboek, Pradnya
Islam , Undang-undang Nomor 1 Paramita.
Tahun 1974 maupun dalam Sudarsono, Hukum Perkawinan
Kompilasi Hukum Islam (Inpres Nasional, Rineka Cipta, Jakarta,
Nomor 1 Tahun 1991), yang dalam 1991.
hal ini semua hak dan kewajiban Soekanto S dan Mamudji S,
Penelitian Hukum Normatif Suatu
10
Tinjauan Singkat, PT RajaGrafindo
Op-cit , hal 199 .
11 Persada, 1995.
ibid , hal 199 .

24
Lex Privatum, Vol.I/No.1/Jan-Mrt/2013

Thalib Sayuti, Hukum Kekeluargaan


Indonesia, UI Press, Jakarta,1986.
Vollmar , Hukum Keluarga Menurut
KUH Perdata, Tarsito, Bandung,
1990.

Sumber-sumber lain :.
------------- Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 Tentang Perkawinan,
Lembaran Negara 1974 Nomor 1
Tanggal 2 Januari 1974.
------------ Instruksi Presiden Nomor 1
Tahun 1991 Kompilasi Hukum Islam.
------------ Peraturan Menteri Agama
Nomor 3 Tahun 1975.
------------ Peraturan Pemerintah
Nomor 9 Tahun 1975.

25

Anda mungkin juga menyukai