Dosen Pengampu :
Apt. Nur Furqani, M.Farm
Disusun Oleh :
Meri Kartika Maulida
2020E1C033
IV B
1
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik
dan benar, serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai
“Sejarah Perkembangan Farmasi”. Makalah ini berisikan tentang sejarah perkembangan
farmasi dari masa ke masa, dari zaman yunani hingga zaman modern. Dan di dalamnya
membahas tentang momentum, tokoh-tokoh, perkermbangan farmasi di indonesia dan tren
dunia farmasi ke depan. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar
pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta
kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan
untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
berwenang. Pengaturan ini ada yang bersifat nasional di masing-masing negara; regional
misalnya di Uni Eropa, ASEAN, PIC/S; maupun internasional melalui Organisasi
Kesehatan Dunia (World Health Organization). Di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan latar belakang diatas menimbulkan suatu pertanyaan besar
“Bagaiamana perkembangan industry farmasi di Indonesia?”
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui perkembangan industry farmasi di
Indonesia.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
PP No. 26 Tentang Apotek. Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian. Tak hanya itu, Pemerintah juga mengeluarkan peraturan
yang mengatur tentang pemberian izin Apotek terus berubah mulai dari UU
No.3/1953 tentang pembukaan apotek sampai dengan Kepmenkes
No.1332/Menkes/SK/X/2002 tentang perubahan PERMENKESRI
No.922/Menkes/PER/X/1992 tentang ketentuan dan tata cara pemberian izin
apotik sesuai dengan perkembangan dunia bisnis dan ilmu serta teknologi yang
berkembang saat ini.
2.3.6 Pasar Farmasi Indonesia Bervolusi Sejak 2014
Tahukah Anda bahwa sejak tahun 2014 lalu pasar farmasi Indonesia secara
signifikan berevolusi. Hal ini dikarenakan pemerintah meluncurkan Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN). JKN sebenarnya dinilai cukup mengganggu industri
farmasi. Meskipun mampu memperluas cakupan pasar dan menyediakan akses
layanan dan perawatan kesehatan bagi masyarakat luas, pemerintah memasang
harga yang cukup ketat untuk obat-obatan yang diterima dalam JKN. Obat-obatan
ini kemudian disediakan secara gratis untuk warga negara yang memenuhi syarat
saat berobat. Awalnya, jumlah pasien JKN terus meningkat pesat sedangkan
jumlah pasien yang menanggung biaya pengobatannya sendiri justru menjadi
cenderung stagnan. Namun, banyak pasien yang akhirnya lebih memilih
menanggung biaya kesehatan sendiri untuk merawat kondisi tertentu karena tak
ingin berlama-lama menunggu saat memanfaatkan JKN.
2.3.7 Perkembangan Industri Farmasi Disaat Pandemi
Seperti yang kita tahu, wabah COVID-19 sudah menyebar semenjak awal Maret
lalu. Hal ini tak hanya berefek pada industri farmasi di Indonesia. Sebagai pasar
farmasi terbesar di Asia Tenggara. Menurut Fitch Solutions, Indonesia
diperkirakan akan menjadi negara dengan pertumbuhan sektor farmasi tercepat di
kawasan Asia Tenggara selama beberapa dekade ke depan. Namun dilansir dari
Oxford Business Group (OBG), akibat pandemi virus corona, Indonesia dinilai
perlu meningkatkan kapasitas produksi farmasi untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri yang mendesak tujuannya agar dapat melindungi negara. Dalam kondisi ini,
perusahaan farmasi yang mampu bertahan di tengah gangguan pasar akibat wabah
COVID-19 adalah yang memiliki portofolio terdiversifikasi. Perusahaan ini
umumnya tidak bergantung pada produksi obat-obatan tertentu yang digunakan
untuk penyakit langka maupun non-kritis.
7
2.2 Revolusi Industri Farmasi di Tengah Pandemi Covid-19
Lebih dari 90% bahan baku industri farmasi nasional masih bergantung pada produk
impor. Namun, saat ini pemerintah melalui Kementerian Kesehatan dan Kementerian
Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong terwujudnya kemandirian dan peningkatan
daya saing industri farmasi dalam negeri. Hal ini sejalan dengan Instruksi Presiden
Republik Indonesia Nomor 6 tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri
Farmasi dan Alat Kesehatan. Untuk mendukung kemandirian tersebut pula, Kemenperin
menerbitkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 16 Tahun 2020 tentang Ketentuan dan
Tata Cara Penghitungan Nilai Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) Produk Farmasi.
Penerapan TKDN bagi industri farmasi juga dipandang sebagai upaya memacu serta
merangsang pelaku industri untuk membangun industri bahan baku obat (Active
Pharmaceuticals Ingredients) di dalam negeri. Di era pandemi Covid-19 ini industri farmasi
juga mengalami dampaknya. Bahan baku farmasi nasional sebagian besar diimpor, baik
dari China maupun India. Alhasil, saat pandemi melanda dunia dan mengakibatkan kedua
negara pemasok bahan baku tersebut harus menutup aksesnya (lockdown), pasokan bahan
baku farmasi nasional terhambat. Kondisi ini tentu mengganggu proses bisnis perusahaan
farmasi.
Dengan adanya kendala tersebut, industri farmasi nasional mulai mempertimbangkan
untuk mendiversifikasi rantai pasok bahan baku. Artinya, tak hanya bergantung dari China
dan India tetapi impor juga dari negara lain. Selain itu, tidak semua industri farmasi
nasional memiliki portofolio produk yang beragam. Beberapa di antaranya khusus
memproduksi obat-obatan untuk penyakit kronis, sehingga ketika wabah ini melanda
penjuru negeri, yang mampu bertahan di tengah gangguan pasar akibat wabah Covid-19
adalah perusahaan farmasi yang memiliki portofolio terdiversifikasi. Perusahaan seperti ini
biasanya tidak bergantung pada produksi obat-obatan tertentu yang digunakan untuk
penyakit langka atau penyakit nonkritis.
Hal ini sangat penting karena layanan kesehatan tertentu seperti layanan dokter gigi
hampir seluruhnya dihentikan selama pandemi. Jumlah pasien yang berkunjung ke rumah
sakit dan menerima perawatan untuk penyakit kronis (yang tidak terkait Covid-19) selama
pandemi ini pun turun signifikan. Perusahaan farmasi yang memiliki produk terkait
pandemi Covid-19, baik dalam bentuk produk promotif, preventif, dan kuratif mampu
bertahan dan terus tumbuh. Bentuk promotif bisa berupa multivitamin, kuratif sesuai
regimen terapi Covid-19 secara nasional serta preventif misalnya vaksin. Sejak
8
pertengahan tahun ini, pemerintah melalui Kementerian BUMN juga telah melakukan uji
coba Fase 3 calon vaksin Covid-19 melalui PT Biofarma (Persero) dan sejauh ini berjalan
lancar, tidak ada efek samping yang signifikan. Diharapkan, awal 2021 vaksin ini lolos uji
coba dan bisa segera diproduksi secara massal. Industri farmasi sedang menghadapi kondisi
moderate raised di mana permintaan produk-produk farmasi yang berkaitan dengan
penanganan Covid-19 mengalami peningkatan signifikan, tetapi di sisi lain permintaan
produk yang tidak berkaitan langsung dengan Covid-19, tidak mengalami pertumbuhan
atau mengalami penurunan.
Persoalannya jumlah pasien penyakit kronis yang berkunjung ke rumah sakit turun
signifikan dan pelayanan dokter gigi juga sempat ditutup sementara waktu, sehingga
beberapa produk yang tidak berkaitan langsung dengan Covid-19 tumbuh melambat.
Namun, dalam hal ini kami tetap optimistis akan tetap tumbuh hingga akhir 2020
mengingat saat ini aturan PSBB sudah dilonggarkan, dan beberapa layanan dokter gigi juga
sudah aktif kembali sehingga dapat menstimulasi pertumbuhan kinerja di sektor obat–
obatan yang tidak terkait dengan Covid-19. Secara langsung beberapa produk kami juga
mengalami dampak akibat wabah Covid-19 seperti Antimo yang identik dengan traveling,
cukup tertekan di sepanjang 2020. Begitu juga dengan produk etikal/resep, khususnya yang
diindikasikan bagi penyakit yang tidak berhubungan dengan Covid-19, karena jumlah
dokter atau dokter gigi yang praktek dan jumlah kunjungan pasien non Covid-19 ke rumah
sakit menurun tajam.
Di sisi lain produk multivitamin tumbuh signifikan. Namun, yang terpenting adalah
bahwa dibutuhkan strategi baru untuk mencapai target di akhir tahun dan tetap tumbuh bagi
setiap industri farmasi. Dalam hal ini kami mengoptimalisasi semua saluran yang bisa
digunakan dalam rangka meningkatkan pertumbuhan kinerja di tengah pandemi. Salah
satunya adalah sinergi dengan induk perusahaan yaitu PT Kimia Farma Tbk. Apotek Kimia
Farma yang luas dan tersebar di seluruh Indonesia dapat dimanfaatkan untuk mendongkrak
kinerja. Juga pengembangan produk-produk terkait Covid-19, baik produk promotif,
preventif, dan kuratif untuk mengisi pipeline produk. Industri farmasi juga harus mengubah
strategi pemasaran, di antaranya dengan optimalisasi digital, khususnya untuk produk obat
bebas. Adanya pandemi Covid-19 merupakan salah atu pendorong revolusi industri farmasi
nasional, sehingga diharapkan dukungan semua pihak untuk bisa memajukan industri
farmasi dalam negeri demi mencapai ketahanan nasional.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Penutup
Namun, di sisi lain pada bulan Februari, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto
mengatakan bahwa wabah COVID-19 ini sebenarnya menciptakan peluang untuk
mendorong produksi farmasi dalam negeri. Hal ini dilihat dari tingkat penyerapan bahan
baku lokal dalam proses manufaktur obat-obatan. Sekitar 90 persen bahan baku yang
digunakan oleh perusahaan farmasi Indonesia merupakan produk impor di mana 60
persennya diimpor dari Cina.
Terkait hal tersebut, Kamar Dagang Industri Indonesia (Kadin) menyatakan bahwa
rata-rata akibat dari pandemi produksi industri farmasi Indonesia turun hingga 60 persen di
bulan Mei yang artinya para produsen farmasi di Indonesia mulai mempertimbangkan
untuk mendiversifikasi rantai pasokan ke negara-negara Asia Tenggara lainnya, tak hanya
dari Tiongkok. Hal lain yang kita pahami saat ini, walaupun memberikan dampak pada
penurunan industri farmasi, pandemi Covid-19 juga memberikan efek positif bagi industri
farmasi. Diantaranya terdapat banyak relaksasi aturan yang sangat membantu industri
farmasi.
10
DAFTAR PUSTAKA
Ruskar, D., Hastuti, S., Wahyudi, H., Widana, I. D. K. K., & Apriyadi, R. K. (2021). LAFIAL:
Pandemi COVID-19 Sebagai Momentum Kemandirian Industri Farmasi Menuju Ketahanan
Kesehatan Nasional. PENDIPA Journal of Science Education, 5(3), 300-308.
Sukandar, E. Y. (2006). Tren dan paradigma dunia farmasi. Bandung: Departemen Farmasi
FMIPA ITB.V B67YYYYYY
Suliasih, B. A., & Mun'im, A. (2022). Potensi dan Masalah dalam Pengembangan Kemandirian
Bahan Baku Obat Tradisional di Indonesia. Chemistry and Materials, 1(1), 28-33.
Welley, M. M., Oroh, F. N., & Walangitan, M. D. (2021). Perbandingan Harga Saham
Perusahaan Farmasi BUMN Sebelum Dan Sesudah Pengembangan Vaksin Virus Corona
(COVID-19). JMBI UNSRAT (Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis dan Inovasi Universitas Sam
Ratulangi)., 7(3).
11