Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pemukiman desa merupakan pemukiman yang biasanya di huni para


penduduk dengan mata pencaharian yang berhubungan dengan tanah, baik
sebagai petani, peternak dan sebagainya. Umumnya semua kehidupan masih
berhubungan dengan alam dan bersifat alami, misalnya air yang digunakan
langsung dari sumur ataupun sungai. Bentuk pemukiman di pedesaan juga
umumnya memanjang mengikuti jalan-jalan yang ada dan rumah yang satu
dengan yang lain masih memiliki jarak atau pembatas pekarangan. Jenis
pemukiman pedesaan dominan pemukiman yang layak huni di mana
pemukiman sehat yang dinyatakan layak huni adalah cukup cahaya dan
udara, yaitu persyaratan fisik untuk menjamin kesehatan fisik penghuninya
(Kuswartojo:72).

Pemukiman di pedesaan mayoritas setengah permanen dan sedikit lebih


teratur dibandingkan pemukiman pantai. Pemukiman pantai ataupun danau
merupakan pemukiman yang umumnya di huni para penduduk dengan mata
pencaharian sebagai nelayan. Pemukiman nelayan sangat berbeda dengan
pemukiman kota maupun pemukiman desa. Pemukiman pantai diartikan
sebagai sekelompok rumah tempat tinggal bersama prasarana dan sarananya
yang merupakan kesatuan dalam hal keuangan dan berasal dari pada bentang
alam dengan hamparan air yang menonjol (Tobing,1984/1985:5).

Sekitar 65 persen penduduk Indonesia bermukim di sekitar wilayah pantai


atau danau sekitar 150 juta orang (Soemarwoto,2001:49-50). Penduduk yang
berada di daerah pantai ataupun danau pada umumnya adalah nelayan yang
sudah terbiasa dengan kehidupan laut. Namun demikian, naiknya permukaan

Page | 1
air bukanlah sesuatu yang diharapkan oleh para nelayan. Nelayan dalam
kehidupan sehari-harinya telah terbiasa dengan terpaan badai dan gelombang
laut. Oleh karenanya, kenaikan permukaan air laut yang kemudian
menggenangi pemukimannya merupakan sesuatu permasalahan yang harus
dihadapi oleh penduduk setempat. Situasi naiknya permukaan air pada
dasarnya dapat menimbulkan stress pada penduduk di daerah pantai ataupun
danau. Pemukiman nelayan bila ditinjau dari kesehatan akan terlihat sebagai
kawasan yang kurang layak huni dan cenderung memberikan citra
kemiskinan. Nelayan yang hidup di bawah garis kemiskinan tersebut masih
banyak yang tinggal di rumah sangat sederhana bahkan jauh dari layak.
Mayoritas mereka masih tinggal di rumah-rumah dengan material dari kayu
atau papan, beratap nipah dan sebagian kecil seng serta berlantai papan.
Kondisi rumah mereka yang terletak ditepi laut sudah reot dan hampir
tumbang ditelan waktu yang terus berputar. Persoalan di lingkungan
pemukiman tersebut yang paling mencolok, adalah masalah MCK (mandi,
cuci, kakus) dan saluran air limbah rumah tangga. Kesulitan penataan
lingkungan berpangkal pada topografi yang datar, di samping itu juga sering
tergenang ketika laut pasang. Ini merupakan ciri umum yang biasa dialami
pemukiman nelayan, Permasalahan pemukiman merupakan sebuah
permasalahan yang berlanjut dan bahkan akan terus meningkat, seirama
dengan pertumbuhan penduduk, dinamika kependudukan dan tuntutan-
tuntutan sosial ekonomi yang semakin berkembang.

Dengan diberlakukannya UU No. 32 Tahun 2004, UU No.33 Tahun 2004


yang memberikan kewenangan lebih luas pada Pemerintah Daerah untuk
mengelola wilayahnya, membawa implikasi semakin besarnya tanggung
jawab dan tuntutan untuk menggali dan mengembangkan seluruh potensi
sumber daya yang dimiliki daerah dalam rangka menopang perjalanan
pembangunan di daerah. Di Sulawesi selatan khusunya di kota makassar

Page | 2
perkembangan pariwisata mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang melalui pintu masuk
makassar pada maret 2015 mencapai 1.178 orang. Jumlah wisman tersebut
naik sebesar 26,53 persen jika dibandingkan Februari 2015 yang mencapai
931 orang. Jumlah tersebut jelas akan semakin bertambah tiap tahun jika
pemerintah kota makassar gencar mengembangkan sektor pariwisata di
berbagai daerah di Makassar. Kota makassar sebagai kota sekaligus pusat
perekonomian Indonesia, dimana sebagian besar pendapatan berasal dari
sektor sekunder dan tersier di antaranya adalah Jasa, Industri baik produksi
maupun manufaktur. Namun, di luar dari besarnya pendapatan yang
disumbangkan oleh sektor-sektor tersebut di makassar sendiri masih terdapat
penyumbang pendapatan daerah yang dimana sebagian besar pendapatan
berasal dari sektor sekunder dan tersier di antaranya adalah Jasa, Industri baik
produksi maupun manufaktur. Namun, di luar dari besarnya pendapatan yang
disumbangkan oleh sektor-sektor tersebut di Makassar sendiri masih terdapat
penyumbang pendapatan daerah yang dimana sebagian besar pendapatan
berasal dari sektor sekunder dan tersier di antaranya adalah Jasa, Industri baik
produksi maupun manufaktur. Namun, di luar dari besarnya pendapatan yang
disumbangkan oleh sektor-sektor tersebut di Makassar sendiri masih terdapat
penyumbang pendapatan daerah dari sektor primer.

Mengembangkan permukiman nelayan yang bernuansa wisata dan


berwawasan lingkungan hidup di kawasan Pantai Utara”. Salah satu
permukiman nelayan yang ada di pantai utara Makassar yang berpotensi untuk
dijadikan kawasan wisata adalah permukiman nelayan Untia. Di kampung
nelayan untia ini terdapat potensi sumber daya alam yaitu tambak ikan
nelayan, budidaya hutan mangrove yang dapat dijadikan sarana wisata di
daerah tersebut.

Page | 3
Dari hasil pengamatan saya di lokasi permukiman nelayan ini memiliki
banyak kekurangan dibidang utilitas, fasilitas, kebersihan, dan infrastruktur,
misalnya pada masalah lumpur dilaut, bisa dipasangkan dipesisir pantai
sebuah bendungan meghalang agar ombak yang menghalang lumpur tidak
naik kedarat dan merusak tanaman mangrove dan mempermudah kapal untuk
bersandar dan berlabu yang biasanya terhalang oleh lumpur yang dibawah
oleh ombak.

Pada masalah lain pada utilitas yang disediakan di kampung nelayan


prasarana lampu jalan yang tidak disediakan sekitar permukiman nelayan
sehingga membuat pegunjung yang pulang larut/malam sangat kesulitan untuk
berkendara karena kurangnya peneranagan diajalan.

Masalah berikutnya adalah tanaman mangrove dan bakau yang ada disana
terbengkalai sehingga pertumbuhannya tidak teratur dan susunannya tidak
teratur sehingga membuat viewnya tidak meanarik. Struktur jalan yang tidak
rata yang masih menggunakan paving blok yang saat ini tidak rata dan
menggangu pejalan kaki dikampung nelayan.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
identifikasi masalah yang akan dibahas adalah mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan:
1. Bagaimana merancang konsep wisata agar sesuai dengan kawasan
kampung nelayan di kelurahan untia dimakassar?
2. Bagaimana cara merancang design fisik kawasan wisata ekowisata
dimakassar?

Page | 4
C. Tujuan dan sasaran pembahasan
1. Tujuan pembahasan
a. Menyusun konsep wisata agar sesuai dengan kawasan kampung
nelayan di kelurahan untia dimakassar
b. Merancang design fisik sarana dan prasarana kawasan kampung
nelayan untia agar sesuai dengan konsep wisata
2. Sasaran pembahasan
Mewujudkan kawasan wisata dengan konsep ekowisata yang dapat
dikelola oleh masyarakat Untia serta dapat dimanfaatkan oleh masyarakat
Kota Makassar dan difokuskan pada perancangan desain dengan standar
penataan elemen perancangan kota yaitu :
a. Tata Ruang
b. Bentuk dan Massa Bangunan
c. Sirkulasi dan Parkir
d. Sirkulasi dalam hal ini termasuk sirkulasi kendaraan maupun manusia.
e. Pedestrian
f. Ruang terbuka
g. Pendukung Kegiatan
h. Penanda

D. Lingkup dan Batasan Pembahasan


1. Lingkup Pembahasan
Pembahasan dalam hal ini lebih spesifik pada perencanaan dan
perancangan kawasan wisata, yakni dengan mendesain tempat
pemancingan, serta membudidayakan hutan mangrove. Adapun
konsepnya lebih kepada konsep ekowisata.
Pembahasan dalam lingkup ilmu Arsitektur khususnya Urban Design
yang menyangkut konsep dasar perencanaan dan perancangan secara

Page | 5
menyeluruh dan didukung oleh disiplin ilmu lain sebagai masukan dan
pendukung pencapaian sasaran pembahasan.
a. Batasan Pembahasan
Pembahasan mengenai “permukiman nelayan Untia”, artinya
perencanaan hanya berada pada area permukimannya saja, mengingat
kondisi wilayah Kel.Untia cukup luas maka penulis membatasinya.
b. Konsep ekowisata yang diterapkan hanya mengarah pada bagian area
hutan mangrove, tambak ikan, dan area permukiman..

E. Sistematika Penulisan
Dari laporan sistematika pembahasan terdiri dari tiga bab yang tentunya
saling berhubungan atau berkaitan satu sama lain. Sistematika pembahasan
menjadi langkah-langkah penyusunan laporan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang, permasalahan,
tujuan dan sasaran, lingkup pembahasan dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada abab ini menguraikan tentang pengertian-pengertian dasar yang


berhubungan dengan materi kajian yang relevan serta studi preseden.
BAB III TINJAUAN KHUSUS

Bab ini berisi mengenai gambaran umum kondisi pemukiman nelayan


Untia serta karakteristik fisik bangunan dan kondisi social ekonomi
masyarakatnya.

Page | 6

Anda mungkin juga menyukai