PENGANTAR
BAB XIV
INDUSTRI FARMASI, PROFIT, DAN ETIKA
Paten berakhir
Pengeluaran
Masa paten
habis
pertama adalah menekan harga obat mulai dari fase riset hingga
pemasaran. Penekanan ini dapat menggunakan berbagai bentuk,
termasuk pembiayaan riset oleh pemerintah atau masyarakat. Di
samping itu, diharapkan kerja sama antara perusahaan obat yang
mempunyai sistem produksi dan distribusi baik dengan pemerintah
untuk menyediakan obat murah terutama bagi masyarakat miskin
(Wildus 2001). Pendekatan ini sedang dilakukan oleh TB Alliance,
kelompok yang berusaha mengembangkan obat TB baru dengan dana
campuran dari berbagai sumber, pemerintah, masyarakat, dan industri
farmasi. Di samping itu, timbul usaha untuk memperpendek waktu
paten, tetapi hal ini ditentang keras oleh industri obat.
Pendekatan kedua adalah menggunakan pendekatan etika.
Dalam hal ini Burton dkk (2001) menyatakan bahwa harus ada nilai
normatif dalam bentuk etika yang dipunyai oleh sektor kesehatan
dalam mengendalikan biaya obat. Nilai-nilai tersebut akan hadir
apabila timbul kesadaran mengenai keterbatasan sumber daya untuk
pengadaan obat, rasa kemanusiaan untuk menolong orang yang sakit
dan sengsara, adanya hak pasien mendapatkan yang terbaik,
kepercayaan bersama, dan adanya kesadaran mengenai pemilihan obat
sebagai keputusan bersama. Apa yang diuraikan oleh Burton dkk
(2001) merupakan harapan normatif yang disampaikan untuk sektor
kesehatan dan industri farmasi. Banyak pihak yang skeptis terhadap
pendekatan normatif ini, tanpa suatu peraturan tegas. Pertanyaan
penting: apakah ada etika dalam industri farmasi?
Velasquez (1998) menguraikan sebuah contoh etika bisnis
perusahaan yang berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh Merck,
perusahaan obat raksasa. Pada tahun 1979, Dr. William Campbell,
seorang peneliti yang bekerja pada Merck and Co, menemukan bukti
bahwa salah satu obat binatang Ivermectin® mungkin dapat mem-
bunuh parasit yang menyebabkan penyakit river blindness di Afrika
dan Amerika Latin. Dr. Campbell dan timnya kemudian menghubungi
Dr. P. Roy Vagelos, Chairman Merck mengenai hal ini. Penemuan ini
menjadikan perdebatan di dalam Merck, apakah akan meneruskan
penelitian ini dan mencobakannya ke manusia. Para manajer yang
menentang menyatakan bahwa masyarakat miskin tidak akan mampu
Bagian V 241
jangka panjang etika dan profit akan berjalan bersama. Dengan kasus
ini, sebenarnya terdapat etika bisnis dalam perusahaan yang mencari
keuntungan.
Sebagai penutup secara ringkas dapat disebutkan bahwa industri
farmasi merupakan industri yang sama dengan industri lain dengan
tujuan memaksimalkan keuntungan. Ciri ini juga terjadi pada industri
peralatan rumah sakit yang menggunakan teknologi tinggi. Tujuan
industri sektor rumah sakit ini mempunyai indikator keuntungan
ataupun naik-turunnya harga saham industri tersebut. Dengan
demikian, perilaku industri farmasi dari pabrik hingga para detailman
adalah memaksimalkan keuntungan. Pertanyaan penting adalah: (1)
Apakah para dokter dan manajer rumah sakit yang berada dalam
sistem rumah sakit non-profit ataupun sosial akan berperilaku for-
profit pula, seperti industri farmasi?; (2) Apakah para manajer rumah
sakit dan dokter menggunakan obat sebagai alat untuk mendapatkan
pendapatan dan keuntungan setinggi-tingginya?; dan (3) Apakah
masih ada pertimbangan moral dan kaidah etika dalam sektor farmasi
di rumah sakit?
Bagian V 243
BAB XV
TRANSISI RUMAH SAKIT, INDIKATOR, DAN
EVALUASI EKONOMI
Lembaga usaha
yang berfungsi
sosial
Lembaga kemanusiaan Lembaga usaha komersial
yang bersifat non-profit bersifat for-profit
Gambar 15.1 Spektrum rumah sakit berbentuk lembaga kemanusiaan murni hingga
lembaga usaha komersial
246 Memahami Penggunaan Ilmu Ekonomi
ilmu manajemen bahwa input dan struktur harus diatur dalam proses
yang baik untuk mencapai tujuan berupa hasil (yang dapat diukur)
dengan sebaik-baiknya (Drucker dan Eccles, 1998; Burrows dkk.,
1994).
Bersamaan dengan konsep ini Drummond dkk (1997)
mengembangkan metode evaluasi ekonomi untuk pelayanan kesehatan
yang sistematis. Dua hal penting dalam evaluasi ekonomi. Pertama
adalah evaluasi ekonomi berarti mencakup biaya dan hasil dari proses
yang menggunakan biaya tersebut. Kedua, evaluasi ekonomi selalu
mengandung kegiatan membandingkan antaralternatif-alternatif
pilihan pelayanan kesehatan. Dalam hal ini Drummond dkk (1997)
menyatakan bahwa evaluasi ekonomi adalah “The comparative
analysis of alternative courses of action in terms of both their costs
and concequences”. Oleh karena itu, manfaat utama evaluasi ekonomi
adalah untuk mengidentifikasi, mengukur, menilai, dan memban-
dingkan biaya dan konsekuensi dari alternatif yang dipertimbangkan.
Gambar 15.5 berikut ini menunjukkan prinsip evaluasi ekonomi.
Gambar 15.5 memperlihatkan bahwa evaluasi ekonomi mem-
bandingkan pilihan antara berbagai alternatif. Dalam hal ini misalnya
terjadi perbandingan antara tindakan A dan pembanding B. Evaluasi
ekonomi dapat dipergunakan dalam pemahaman mengenai konsep
evaluasi tindakan atau teknologi kesehatan. Secara tradisional pada
sektor rumah sakit dan kesehatan pada umumnya, sering dilakukan
Hasil A
Biaya A Tindakan A
Pilihan
Hasil B
Pembanding
B
Biaya B
dingkan dua tindakan. Hal ini dapat dibaca pada berbagai jurnal
kedokteran yang banyak melaporkan hasil penelitian evaluasi.
Evaluasi jenis ini lebih banyak mengukur hasil, bukan pada biaya
tindakan. Drummond dkk (1997) menggambarkan hal tersebut dengan
Tabel 15.2 di bawah ini.
Pada kotak 1A, 1B, dan 2 tidak ada perbandingan alternatif
(hanya ada satu tindakan atau program yang sedang dievaluasi). Sebe-
narnya evaluasi harus mempunyai arti membandingkan satu dengan
lainnya. Oleh karena itu, “evaluasi” dalam kotak ini sebenarnya bukan
evaluasi sesungguhnya, tapi lebih merupakan suatu gambaran. Pada
kotak 1A hanya hasil dari tindakan yang diperiksa, dan disebut
pada hasil, maka tidak dapat disebut sebagai evaluasi ekonomi penuh.
Pada kotak 3A dan 3B terdapat perbandingan antara dua
alternatif tindakan kesehatan, tetapi tidak melakukan penghitungan
biaya. Pada kotak 3A tindakan ini disebut sebagai evaluasi efektivitas
yang banyak dilakukan dalam uji klinik. Dalam kotak 3B hanya biaya
yang dibandingkan sehingga disebut sebagai analisis biaya. Kotak 4
merupakan evaluasi ekonomi penuh dengan biaya dan hasil antar
alternatif dibandingkan. Dikenal empat jenis evaluasi ekonomi penuh
yaitu cost-minimization analysis, cost-effectiveness analysis, cost-
utility analysis, dan cost-benefit analysis.
BAB XVI
ETIKA BISNIS RUMAH SAKIT
Utilitas milik
Jamhuri
J2 D
.R
.H
J1 A B
S3 S1 S2
Utilitas milik Suroto
ilmu manajemen bahwa input dan struktur harus diatur dalam proses
yang baik untuk mencapai tujuan berupa hasil (yang dapat diukur)
dengan sebaik-baiknya (Drucker dan Eccles, 1998; Burrows dkk.,
1994).
Bersamaan dengan konsep ini Drummond dkk (1997)
mengembangkan metode evaluasi ekonomi untuk pelayanan kesehatan
yang sistematis. Dua hal penting dalam evaluasi ekonomi. Pertama
adalah evaluasi ekonomi berarti mencakup biaya dan hasil dari proses
yang menggunakan biaya tersebut. Kedua, evaluasi ekonomi selalu
mengandung kegiatan membandingkan antaralternatif-alternatif
pilihan pelayanan kesehatan. Dalam hal ini Drummond dkk (1997)
menyatakan bahwa evaluasi ekonomi adalah “The comparative
analysis of alternative courses of action in terms of both their costs
and concequences”. Oleh karena itu, manfaat utama evaluasi ekonomi
adalah untuk mengidentifikasi, mengukur, menilai, dan memban-
dingkan biaya dan konsekuensi dari alternatif yang dipertimbangkan.
Gambar 15.5 berikut ini menunjukkan prinsip evaluasi ekonomi.
Gambar 15.5 memperlihatkan bahwa evaluasi ekonomi mem-
bandingkan pilihan antara berbagai alternatif. Dalam hal ini misalnya
terjadi perbandingan antara tindakan A dan pembanding B. Evaluasi
ekonomi dapat dipergunakan dalam pemahaman mengenai konsep
evaluasi tindakan atau teknologi kesehatan. Secara tradisional pada
sektor rumah sakit dan kesehatan pada umumnya, sering dilakukan
Hasil A
Biaya A Tindakan A
Pilihan
Hasil B
Pembanding
B
Biaya B
dingkan dua tindakan. Hal ini dapat dibaca pada berbagai jurnal
kedokteran yang banyak melaporkan hasil penelitian evaluasi.
Evaluasi jenis ini lebih banyak mengukur hasil, bukan pada biaya
tindakan. Drummond dkk (1997) menggambarkan hal tersebut dengan
Tabel 15.2 di bawah ini.
Pada kotak 1A, 1B, dan 2 tidak ada perbandingan alternatif
(hanya ada satu tindakan atau program yang sedang dievaluasi). Sebe-
narnya evaluasi harus mempunyai arti membandingkan satu dengan
lainnya. Oleh karena itu, “evaluasi” dalam kotak ini sebenarnya bukan
evaluasi sesungguhnya, tapi lebih merupakan suatu gambaran. Pada
kotak 1A hanya hasil dari tindakan yang diperiksa, dan disebut
pada hasil, maka tidak dapat disebut sebagai evaluasi ekonomi penuh.
Pada kotak 3A dan 3B terdapat perbandingan antara dua
alternatif tindakan kesehatan, tetapi tidak melakukan penghitungan
biaya. Pada kotak 3A tindakan ini disebut sebagai evaluasi efektivitas
yang banyak dilakukan dalam uji klinik. Dalam kotak 3B hanya biaya
yang dibandingkan sehingga disebut sebagai analisis biaya. Kotak 4
merupakan evaluasi ekonomi penuh dengan biaya dan hasil antar
alternatif dibandingkan. Dikenal empat jenis evaluasi ekonomi penuh
yaitu cost-minimization analysis, cost-effectiveness analysis, cost-
utility analysis, dan cost-benefit analysis.
BAB XVI
ETIKA BISNIS RUMAH SAKIT
Utilitas milik
Jamhuri
J2 D
.R
.H
J1 A B
S3 S1 S2
Utilitas milik Suroto
disebut bermutu baik pada suatu tempat adalah yang tepat berdasarkan
kebutuhan pasien akan pelayanan medik dan biayanya. Pada saat
merawat pasien, rumah sakit sebaiknya mempunyai mekanisme untuk
secara rutin mengkaji mutu dan efektivitas biaya pelayanan para
pasien yang menggunakan sumber biaya besar. Di samping itu, selama
dirawat pasien sebaiknya diberi informasi secara teratur mengenai
biaya yang telah dipergunakan dan pelayanan yang mereka terima.
Dalam hal pemberian subsidi dan sumber dana bagi pasien yang
miskin, etika bisnis rumah sakit harus memperhatikan berbagai hal.
Komitmen rumah sakit untuk memberikan pelayanan bagi orang
miskin (tanpa memperhatikan kemampuan atau sumber pembiaya-
annya) tidak berarti masalah biaya merupakan hal yang tidak penting.
Bagi pasien yang disubsidi pun, faktor biaya harus diperhatikan
karena pemberi subsidi tidak berharap bahwa uang yang disum-
bangkan akan dipergunakan secara tidak efisien oleh rumah sakit.
Dalam hal ini komitmen rumah sakit untuk memberikan
pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi kepada semua orang mem-
butuhkan tindakan untuk mencari sumber pembiayaan bagi pasien
yang tidak mampu dan harus dicari secara bijaksana. Akan menjadi
ironi apabila untuk membiayai orang miskin, rumah sakit sendiri akan
menjadi tidak sehat keuangannya dan akan bangkrut. Disamping itu,
rumah sakit harus mempunyai dana yang dapat dipakai untuk
menanggung risiko jika ada pasien yang sangat membutuhkan biaya.
rumah sakit.
Etika bisnis secara konseptual dibutuhkan oleh manajer rumah
sakit untuk menjalankan pekerjaannya. Oleh karena itu, konsultan
khusus diperlukan dalam etika bisnis rumah sakit. Tujuan konsultan
ini adalah untuk: (1) memberitahukan pengambil keputusan mengenai
masalah-masalah etika bisnis rumah sakit; (2) memberi rekomendasi;
(3) memberikan opini lain dalam hal keputusan bisnis yang berat,
misalnya dalam pemutusan hubungan kerja, dan memberikan masukan
untuk peningkatan kinerja rumah sakit dari aspek etika. Pada
akhirnya, prinsip dasar etika bisnis akan sejalan dengan konsep dasar
bisnis yang harus hidup serasi dengan lingkungannya.
Di dalam rumah sakit diharapkan etika bisnis rumah sakit akan
mendukung gerakan ke arah good corporate governance rumah sakit
profit maupun non-profit. Di samping itu, bersama-sama dengan etika
dokter, etika bisnis rumah sakit akan mendukung pengembangan good
clinical governance pada pelayanan medik rumah sakit.
PENUTUP