Anda di halaman 1dari 10

Definisi Farmakoekonomi

- Farmakoekonomi adalah proses identifikasi, pengukuran serta perbandingan antara


biaya dan resiko dengan keuntungan dari program, pelayanan atau pengobatan.
Dengan sumber daya yang dipilih alternatif dampak kesehatan terbaik yaitu
membandingkan alternatif biaya yang dikeluarkan terhadap dampak yang diperoleh
(academy for managed care pharmacy 2016) selain itu farmakoekonomi
punmerupakan salah satu bidang yang mengevaluasi perilaku dan derajat
kesejahteraan orang, masyarakat, lembaga- lembaga dan juga pasar yang berkaitan
dengan penggunaan obat, pelayanan farmassi serta program dibidang
farmasi( William F McGhan 2010). Penganalisisan farmakoekonomi memakai
perangkat untuk meningkatkan dan memperbaiki perencanaan dan penggunaan obat,
penggunaan obat secara rasional serta manajemen obat ( Phuan Kai Hong)
Makna atau fungsi Farmakoekonomi
1. Bagi pelayanan Kesehatan/Kefarmasian
Pelaku pelayanan kefarmasian adalah dokter, apoteker/asisten apoteker/pemilik
apotek, bidan/perawat, serta instalasi klinik di RS. Semua memanfaatkan fungsi
farmakoekonomi untuk memilih obat. Baik efektivitas maupun keterjangkauan harga.
Kaidah yang dikedepankan adalah mengedepankan kemanjuran, baru
mempertimbangkan keterjangkauan.
2. Bagi Pasien
Kendala pasien dalam memperoleh pengobatan atau obat adalah sudut pandang pasien
sendiri. Semurah apapun pengobatan selalu dianggap mahal karena ketidakrelaan
dalam membayarnya. Ada beberapa penghambat untuk memeperoleh pengobatan dan
obat baik langsung maupun tidak langsung.
Penghambatan langsung adalah keharusan membayar iuran kesehatan serta
rendahnya informasi dan pendidikan dalam menghadapi sakit. Selain itu masalah
biaya transportasi untuk penebusan resep, besaran premi asuransi, penebusan resep
serta biaya pengasuhan juga menjadi beban bagi pasien. Beban tidak langsung adalah
kehilangan pekerjaan, potong gaji karena tidak bisa bekerja serta biaya ekstrak
menggaji pembantu.
3. Bagi Masyarakat
Masyarakat memerlukan pemahaman tentang manfaat dan fungsi farmakoekonomi
bagi dirinya dan masyarakat di sekitar. Peran penting farmakoekonomi antara lain
dalam rangka memperoleh obat dan pengobatan menjur dengan biaya seringan
mungkin. Salah satu metodologi yang dilupakan adalah Cost Illnes. Biaya sakit
dihitung hanya dari biaya pengobatan dan perawatan. Sakit bukan hanya berdaampak
klinis saja , tetapi juga ada dampak ekonomik dan humanistik sebagaimana
ECHO( echonomic, clinical and humanistik outcome). Orang yang sakit pasti merasa
kurang nyaman dan banyak keluhan sehingga kualitas hidup menurun, secara klinik
penyakit harus dapat pengobatan / obat yang manjur atau sedikit efek samping.
Morbiditas dan mortalitis lebih banyak dibahas dari aspek ekonomi dari pada aspek
klinis atau humanistik. sekalipun tingkat kesakitan (morbiditas) dan tingkat angka
kematian (mortalitas) adalah istilah kesehatan, namun dampak yang diakibatkan lebih
banyak dari aspek ekonomi, khususnya ekonomi makro. Morbiditas dan mortalitas
yang tinggi di usia produktif akan mengakibatkan produktivitas kerja nurun yang
akhirnya berpengaruh pada Gross National Product, Produk Domestik Bruto suatu
negara.
4. Bagi Lembaga Pembiayaan
Orang miskin berobat ke rumah sakit gratis, tidak membayar karena yang mebayarkan
adalah pemerintah. Orang yang ikut asuransi tersebut juga tidak harus membayar
karena yang membayar adalah perusahaan asuransi, asal orang tersebut selalu
membayar premi. Obat dan biaya kesehatan lainya yang ditanggung oleh orang lain
pasti ada keterbatasan . pembatasan tersebut yang disebut pressure from payer.
5. Kebijaksanaan Negara dibidang Kesehatan dan Farmasi
Keberadaan negara bertujuan untuk mensejahterakan rakyat melalui kebijakan dan
programprogram jangka panjang dan jangka pendek. Implementasi kebijaksanaan
negara dalam bidang kesehatan dijalankan oleh kementrian/departemen terkait.
6. Bagi Perusahaan Yang Memiliki Banyak Pekerja
Dinegara maju jaminan kesehatan bagi pekerja oleh perusahaan selalu ada, yaitu
dengan mebebankan pada komponen gaji pekerja. Gaji pekerja sudah dipotong oleh
pajak penghasilan serta premi-premi untuk jaminan kesehatan dan hari tua. Sudut
pandang perusahaan terhadap fungsi analisis farmakoekonomi adalah efisiensi pada
dua hal yaitu minimalisasi pekerja tidak masuk kerja serta minimalisasi pengeluaran
untuk kesehatan pekerja. Di indonesia jaminan kesehatan bagi pekerja dicangkup
oleh asuransi kesehatan melalu BPJS ketenagakerjaan.
7. Bagi industrisfarmasi
Farmakoekonomi memiliki fungsi penting bagi industri farmasi, mulai dari proses
pembuatan obat baru sampai dengan obat tersebut setelah di pasarkan. Analis
Farmakoekonomi bermanfaat bagi industri farmasi dalam empat tahap:
a. Sebelum melakukan penemuan obat baru, terlebih dahulu ditentukan wilayah
terapi mana yang mau dituju.
b. Analisis farmakoekonomi pada waktu uji klinik fase I,II, dan III
c. Dilakukan kajian saat ingin dipasarkan “ Business Analysis dan Marketing
Decision” dalam rangka memastikan pasar yang tepat dengan sediaan yang sesuai
d. Dilakukan kajian lebih lanjut yaitu uji klinis fase IV setelah dipasarkan
Empat peran PE ala Lylle Bootman
Farmakoekonomi memiliki fungsi penting bagi industri farmasi, mulai dari proses
pembuatan obat baru sampai dengan obat tersebut setelah di pasarkan. Analis
Farmakoekonomi bermanfaat bagi industri farmasi dalam empat tahap:
e. Sebelum melakukan penemuan obat baru, terlebih dahulu ditentukan wilayah
terapi mana yang mau dituju.
f. Analisis farmakoekonomi pada waktu uji klinik fase I,II, dan III
g. Dilakukan kajian saat ingin dipasarkan “ Business Analysis dan Marketing
Decision” dalam rangka memastikan pasar yang tepat dengan sediaan yang sesuai
Dilakukan kajian lebih lanjut yaitu uji klinis fase IV setelah dipasarkan Drug Discovery
dengan contoh covid
Penemuan obat baru sangat beresiko besar, karena untuk menemukan satu obat baru industri
farmasi harus mengeluarkan uang dan waktu yang banyak. Sehingga untuk meminimalisir
resiko kegagalan penemuan obat maka dilakukanlah analisis farmakoekonomi sejak awal
pembuatan. Penentuan, pendaftaran dan pemasaran obat baru, terdiri dari empat tahap yaitu
1. Proses pemuatan obat baik hasil isolasi atau sintesa
2. Proses uji klinik tahap I,II,III
3. Analisis bisnis dan penentuan pasar
4. Penelitian lanjutan setelah obat dipasarkan, termasuk uji klinik fase IV
Tahap Pertama
Tugas R&D industri farmasi yaitu menemukan obat/formulasi baru. Untuk menjamin obat
yang ditemukan laku di pasaran maka lebih dahulu di tentukan wilayah/ kelas terapi yang
dipilih atas kajian farmaepidemiologi. Kajian farmakoepidemiologi adalah kajian epidemi,
penyakit yang banyak terjangkit dinegara/ wilayah penelitian serta kesiaan obat yang ada.
Sehingga peluang obat terpakai sangatlah besar dan laku dipasaran.
Contoh : dua puluh tahun lalu R&D industri farmasi Pfizer di amerika mencari dan
menemukan simvastatin , artovastatin dan amlodipin. Dari aspek farmakoepidemiologi
populasi hipertensi dan penyumbatan pembuluh darah banyak terjadi pada orang amerika
dikarnakan gaya hidupnya. Selama 10 tahun hak paten ppfizer mendapatkan laba besar dari
penjualan artovastatin dan amlodipin. selama itu obat tersebut menjadi obat yang paling laku
dipasaran di dunia.
Pada tahap ini dilakukan riset toksikologi , biologi dan kimia. Kemudian diambil kesimpulan
apakah obat ini bisa dilanjutkan. Kesimpulan dapat diperoleh dari pertimbangan metodologi
farmakoekonomi, kemanjuran, kemanfaatan dan efisiensi.

Tahap Kedua
Uji praklinis dilakukan sebelum pengujian Klinis. Uji praklinis merupakan uji pada binatang
percobaan yang fokus pada tingkat toksisitas serta pengamatan tentang perjalanan
penggunaan obat dalam tubuh mahluk (farmakokinetika). Setelah obat dinyatakan tidak
toksik terhadap binatang percobaan, barulah obat tersebut dilakukan pengujian klinis.
Uji klinik fase I
Uji klinik adalah uji utama dari kelulusan suatu obat. Uji klinik terdiri dari empat tahap,
mulai
dari uji toksisitas pada manusia sampai membandingkan terhadap plasebo. Obat yang telah
diuji tidak toksik terhadap hewan percobaan diuji kembali pada manusia sehat. Sasaran dari
uji fase I yaitu untuk memastikan profil toksisitas obat dalam tubuh manusia. Langkah uji
tahap
I yaitu pengumpulan sukarelawan sehat untuk diberikan obat. Pemberian dosis obat dilakukan
secara bertahap sampai muncul gejala awal toksisitas lalu berhenti. Sehingga dapat
mengetahui pada dosis berapa munculnya gejala awal toksisitas. Kemudian dilanjutkan
dengan uji fase II.
Uji Klinik fase II
Pada pengujian fase II obat yang diteliti diberikan kepada sekelompok pasien dengan
penyakit
yang dimaksudkan dan diberikan perhatian khusus pada pasien tersebut. Idealnya diberikan
kepada pasien dengan penyakit tunggal tanpa komplikasi dan dirawat dalam kondidi sehat.
Perhatian khusus dilakukan untuk meminimalisir variabel lain yang mempengaruhi kinerja
suatu obat. Sehingga potensi obat akan lebih terlihat. Pemastian kemanjuran perlu adanya
perbandingan dengan drugs of choice dan plasebo. Komparasi tersebut berguna untuk
menentukan dosis terapi yang optimal. Selma uji fase II dapat mulai di teliti tentang Cost of
illnes biaya yag harus dikeluarkan dan kualitas hidup.
Uji klinik fase III
Obat yang lolos dari uji klinik fase II bisa menempuh uji klinik fase III, sekelompok
sukarelawan dengan penyakit tertentu tersebut dibagi menjadi dua, satu kelompok diberi obat
yang lulus uji klinik kedua, satu lainnya yang diberi placebo. Dampak pada klompok
pertama dibandingkan dengan klompok kedua(yang diberi placebo). Bila ada percobaan yang
mencolok terhadap klompok placebo, maka senyawa atau isolat tersebut lulus keseluruhan uji
klinik. Perbedaan mencolok tersebut ditentukan berdasarkan uji farmakoekonomi.
Contoh : Di indonesia ada lima produk bahan alam yang telah lulus uji klinik sehingga dapat
digunakan sebagai fitofarmaka:
1. CURSIL : kombinasi curcuminoid dan Silamarin sebagai Hepatoprotektor.
2. Tensigard : ekstrak seledri, kumis kucing sebagai antihipertensi
3. Stimuno : ekstrak Meniran sebagai imunomodulator
4. Nodiar : ekstrak jambu biji dan kunyit untuk menghentikan mencret
5. Reumancer : ektrak cabe jawa, temulawak, jahe, kunyit dan temu kunci
Bila kelima fitofarmaka tersebut dibandingkan dengan lipitor norvask lalu ditapis dengan
metode ala Lyle Bootman maka akan diperoleh analisis sebagai berikut:
1. Dengan riset kimia, biologi dan toksikologi ketujuh obat tersebut memenuhi kriteria.
2. Dengan metode farmakoekonomi menyatakan apakah ketujuh obat tersebut punya
prospek yang bagus, Kesimpulannya;
a) Ketujuh obat tersebut memenuhi farmakoepidemiologi.
b) Kesadaran kesehatan rakyat indonesia yang terbatas mengakibatkan kurangnya
perhatian untuk melindungi hati (hepatoprotektor) dan menjaga daya tahan tubuh
(imunomodulator), sehingga crusil dan stimuno kurang diminati masyarakat.
Bukannya kurang efektif, tetapi kesadaran masyarakat yang kurang.
c) Kebiasaan orang amerika mengkonsumsi daging dan lain sebagainya akan
berdampak pada kolesterol ang tinggi.
d) Dengan analisis CEA (Cost effectiviness Analysis) Lipitor da Norvask lebih efektif
dibandingkan dengan obat lain.
e) Dengan analisis CEA obat tekanan darah tinggi (Tensigard ) obat diare(Nodiar) dan
rematik (Reumanerr) sudah bersaing dipasar indonesia.
Contoh lain : Kiranti merupakan sekedar jamu biasa, kemudian ditingkatkan menjadi
herbal terstandar. Padahal beberapa tahun sebelumnya industri tersebut telah menemukan
fitofarmaka yaitu curcuminoid yang digunakan sebagai hepatoprotektor (Cursil) hanya
saja produk tersebut tidak laku karena kesadaran masyarakat akan kesehatan masih
rendah. Justru kiranti yang merupakan herbal terstandar yang lebih disukai dikalangan
masyarakat.
Contoh covid
Contoh uji klinik dan Penilaian Keamanan Vaksin
  Kegiatan Perkiraan Deteksi Kejadian Reaksi
Jumlah Vaksin
Vaksin Kegiatan Jarang
terjadi
Uji Klinis Pada fase I dilakukan uji 10 – 100 +/- –
Fase I keamanan dan
imunogenisitas vaksin
pada beberapa orang
yang risiko rendah
(umumnya orang dewasa
muda yang sehat) untuk
menguji tolerabilitas
terhadap vaksin.
Uji Klinis Pada uji klinis fase II 100 – 1000 + –
Fase II dimaksudkan untuk
memantau keamanan
vaksin, potensi
munculnya efek simpang,
respons imun,
menentukan dosis
optimal dan jadwal
pemberian vaksinasi.
Uji Klinis Pada uji klinis fase III ini 1000 – 10 000 + –
Fase III dimaksudkan untuk
melihat efikasi vaksin,
dalam mencegah
penyakit yang
ditargetkan dan
pengamatan lebih jauh
tentang keamanan vaksin
dengan melibatkan
populasi yang lebih
beragam dan jangka
waktu yang lebih
panjang.
Submission Setelah uji klinis fase III selesai maka dibuat Surat permohonan ijin edar
dari vaksin ini kepada Badan POM dengan melengkapi seluruh persyaratan
yang diminta oleh Badan POM.
Introduksi Introduksi vaksin baru artinya melibatkan berbagai kegiatan sampai vaksin
tersebut mendapat ijin edar di pasaran untuk digunakan.
METODOLOGI FARMAKOEKONOMI
Cost Minimization Analysis (CMA)
CMA dilakukan dengan cara membandingkan biaya pengobatan / obat dengan
golongan terapi yang sama serta kemanjuran yang sama pula. Apabila dua atau
lebih campur tangan telah "ditunjukkan. Oleh itu, ia setara dengan hasil atau
kepatuhan, CMA dianggap sebagai alternatif yang paling murah.
Analisis Biaya Terendah (CMA) dapat dilakukan pada tiga masalah yaitu:
1. Di pasar obat yang hak patennya sudah habis akan ada jenis obat yang beredar
yaitu obat pemula, obat generik bermerek dan obat generik. Ketiga jenis obat
yang ada kandungan zat berkhasiat yang sama dengan jumlah yang sama dan
cara pemakaian yang sama pula.
2. Membandingkan harga yang mesti dibayar dari obat yang sama dengan
pemakaian tunggal atau jamak. Contoh misalnya yang murah antara
Allopurinol 100 mg sehari tiga kali atau 300 mg sehari sekali.
3. Membandingkan harga obat yang mesti diambil dari obat yang sama, tetapi
cara pakainya berbeda. Contoh Tablet Voltadex / Voltaren dengan Voltadex /
Voltaren Cream.
CEA: Cost Effective Analysis
Analisis Kemanjuran dengan Biaya (Cost Effectivines Analysir) sebagai
metoda farmakoekonomi yang paling luas dipakai setiap satu harga adalah
rupiah. sedangkan satuan kemanjuran diukur dalam satuan masing-masing,
seperti contoh mmHg pada tekanan darah atau mg gula darah atau derajat
Celcius suhu badan atau boleh juga jumlah pesakit tersembuhkan atau nyawa
terselamatkan atau berapa tahun bertambah dan seterusnya diperlukan dari apa
yang diukur.
CEA adalah analisis antara biaya yang dikeluarkan dengan efektivitas obat
dalam rangka pilihan obat, kombinasi obat atau program pelayanan kesehatan
kefarmasian yang paling efektif dan paling murah.. Tujuan CEA adalah
pilihan harga termurah untuk satu jenis jenis wilayah terapi. Analisis Biaya-
Kemanjuran (CEA) ada keterbatasan,yaitu hanya dapat dipergunakan untuk
membandingkan antar penyakit yang sama, Tidak dapat dipakai untuk
membandingkin antar penyakit yang berbeda.
Contoh : Program A bisa menyelamatkan keselamatan 100 jiwa dengan biaya
100 juta sehingga unit costnya 1 juta. Sedangkan program B bisa
menyelamatkan 100 jiwa dengan biaya 70 juta sehingga unit costnya 700 ribu,
maka program B lebih efektif.
CUA: Cost Utility Analysis
CUA adalah analisis keuangan yang dipakai sebagai pertimbangan dalam pesanan
atau penggunaan produk atau pelayanan. CUA dipergunakan untuk menentukan
berapa harga yang mesti dikeluarkan untuk setiap tingkat tahap / kepuasan yang
diperoleh. aplikasi yang paling umum dan terkenal dalam farmakekonomi
Kepuasan / pilihan sangat subyektif bergantung kepada siapa dan kapan kejadiannya.
Penggunaan Metoda Analisis Biaya dan Kenyanıanan, CUA "Cost Utility Analysis",
dilakukan di bidang rawatan obat, khusus pada penyakit degeneratif. Penyaki
menahun atau penyakit yang belum ada obatnya. Satuannya adalah Quality Adjusted
Life Years (QALYS ), Berapa tahun lagi dapat menjalani hidup mendekati normal
dengan biaya pengobatan / obat berapa
Beberapa tentang Analisis Kos dan Kemanfaatan, CUA, Analisis Utiliti Kos 'serta
QALY adalah sebagai berikut:
1. Utiliti (kegunaan, kelebihan nilai faedah) adalah keadaan berguna,
menguntungkan dan bermanfaat. bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai
utilitas atau kenyamanan.
2. Ruang lingkup manfaat dalam kehidupan sehari-hari sangat luas, bermula dari
kamar mandi hingga istana negara. Namun pada sisi lain bermanfaat juga
sangat berkaitan, bergantung pada masing-masing, juga waktu, dan juga
keperluannya
3. Mengukur kegunaan pada pesakit yang sulit, pada penyakit yang sama tingkat
penderitaan orang lain-beda.
4. CUA kita boleh memilih alternatif yang dikhendaki. Mau hidup 10 tahun
lagi, meski tak lengkap normal atau menyerah saja pada nasib yang hanya
boleh hidup 5 tahun lagi.
5. Dengan satuan QALYS, penggunaan CUA darat dibatasi iaitu pada lamanya
hidup secara normal atau di bawah normal. Contoh soal yang sudah
diberikan dan diharapkan dapat digunakan apa sahaja Utilitas, CUA dan
QALYs
CBA : “Cost Benefit Analysis”
CBA adalah analisis yang membandingkan antara biaya yang dikeluarkan
dengan perolehan yang didapat dimana satuannya sama yaitu satuan moneter/
rupiah. Untuk melakukan analisis metode ini yaitu dengan mengkonversikan
dampak ekonomi, humanistik dan klinik dalam satu moneter. CBA
memungkinkan periset melakukan perbandingan yang amat luas, baik
penanggulangan pengobatan TBC ataupun Kanker dini.
CBA adalah proses dimana satu aktivitas atau proyek satu proyek diuraikan
dan dicermati manfaatnya serta ditinjau dari aspek perolehan finansial,
dampak sosial, dan kesejahteraan masyarakat
Kelebihan Analisis Kos dan Perolehan, CBA 'Cost Benefit Analysis'
dibandingkan dengan metoda analisis lainnya, dapat dipakai pada semua hasil
/ keputusan, asal dapat dikonversi dalam satuan moneter.Kelemahannya
adalah tak manusiawi. Tak memperkirakan kualiti hidup dan kerelaan
membayar.
Contoh : Penggunaan Vaksin dibandingkan dengan penggunaan Program
antihiperlipid.
Perbedaan dan Persamaan ke- 4 Metoda
CMA : Analisis yang digunakan untuk membandingkan dua atau lebih intervensi kesehatan,
termasuk obat, dengan hasil terapi yang sama akan tetapi pengeluaran biaya lebih
murah. Contoh : membandingkan obat gerik bermerek dengan berlogo.
CBA : Analisis yang digunakan untuk menghitung dan membandingkan surplus biaya suatu
program/ intervensi kesehatan terhadap manfaat. Contoh : perbandingan antara
program/intervensi dengan outcome yang sangat berbeda ( misal : program klinik
antikoagulan atau program klinik antidiabetes)
CUA : membandingkan dua atau lebih intervensi kesehatan, outcome dinyatakan dengan
peningkatan kualitas atau perubahan kualitas. Contoh : membandingkan obat kanker
baru dengan pencegahan.

CEA : metode analisis yang membandingkan dua tau lebih yang memberikan besaran efek
yang berbeda. Contoh : membandingkan dua atau lebih obat dengan kelas terapi yang sama
akan tetapi memberikan besaran yang berbeda.
Persamaan keempat metode analisis tersebut adalah semuanya berisi komponen yang sama
yaitu cost dan sama-sama fokus pada biaya (Jumlah rupiah) yang dikeluarkan untuk
mendapatkan hasil yang diinginkan.
Persamaan dari keempat metode ini yaitu :
EA CA CMA , kenapa pilihan CMA
Perbandingan CMA, CA dan EA. Analisis biaya termurah berbeda dengan analisis
biaya, begitupun analisis biaya terendah berbeda dengan analisis kemanjuran.
Analisis biaya adalah pemilihan yang hanya didasarkan pada pertimbangan biaya saja.
Pertimbangan bisa lebih tinggi atapun lebih rendah. Contoh : seorang wanita sering
mengalami pusing karena hipertensi, hingga ia mengkonsumsi paramex secara terus
menerus yang mengakibatkannya meniggal dunia ( paramex murah kedokter mahal)
akan tetapi tidak selamanya yang murah tidak baik, seperti vit C ipi dengan UC
1.000 .
Analisis kemanjuran adalah pemilihan berdasarkan efeknya saja. Memang tidak ada
salahnya dalam pemilihan analisis ini, dimana pengobatan yang dipilih adalah
pengobatan yang paling berkhasiat akan tetapi msalah yang muncul adalah dimana
pasien tidak mampu membeli dan mengakibatan ketik patuhan pasien dalam
menangani penyakitya.
Dengan menggunakan analisis cost minimum akan dapat lebih efektiv dan
kemanjuran tetap terjamin dalam menangani penyakit dengan biaya yang murah.

Contoh2 Aplikasi riil CMA (generik-branded-patent) (single/multiple dose) (knp di RS


lebih pilih infus dpd suntik apalagi oral) (knp OG di Indon cuma 11% USA 49%)

Untuk analisis Analisis Biaya Terendah ada tiga hal yang harus dilakukan:
1. Membandingkan Obat Generik dengan Obat Generik Bermerek
yang mengandungi zat berkhasiat sama jenis dan kadarnya
(Paracetamcl 500mg dengan Panadol)
2. Membandingkan antara dosis ganda dengan dosis tunggal (contoh
Allopurinol 100 mg sehari 3 kali dengan Allopurinol 300 mg
sehari sekali).
3. Membandingkan ubat yang sama dengan kadar yang sama pula,
tapi cara pakainya beda (contoh suntikan atau infus)
Coba perhatikan pesakit rawat inap di rumah sakit, sebilangan besar dipasangi infus, kenape?
1. Menjamin kadar ubat dalam darah merata, tidak naik turun, daya
kerjanyapun optimum
2. Kerja ubat lebih cepat, lebih efektif digunakan per oral.
3. Tidak memerlukan pesakit untuk makan ubat atau untuk disuntik.
4. Efisiensi tenaga kerja di rumah sakit.
Pengeluaran kos yang lebih besar (pasang infus) penggunaan rawatan yang jauh lebih
berkesan. memberi kemudahan bagi pesakit (tidak terganggu) dan kos operasional rumah
sakit boleh dihemat.
Contoh2 aplikasi CEA ICER (latih dgn angka berbeda)

Contoh2 aplikasi CBA (kenapa vaksinasi prioritas bukan terapi)


metode Cost-Benefit analysis (CBA) mengukur dan membandingkan biaya penyelenggaraan
dua program kesehtan dimana outcome dari kedua program tersebut berbesa ( contoh : cost-
benefit dari program penggunaan vaksin dibandingkan dengan program penggunaan obat
antihiperlipidemia). Pengukuran dapat dilakukan dengan menghitung jumlah episode
penyakit yang dapat dicegah, kemudian dibandingkan dengan biaya kalau program kesehatan
dilakukan. Makin tinggi rasio keuntungannya, maka program makin menguntungjan.
Biasanya dilakukan untunk meneliti pengbatan tunggal. Jika rasio lebih dari satu maka
pengobatan dianggap bermanfaat karena lebih besar manfaatnya dari pada biaya.
Contoh2 Aplikasi CUA (diabet hipertensi CA Asthma Eksim dll)

Contoh Soal Komprehensif CBA CBA CEA di pabrik dgn 1000 buruh ttg vaksin A dan
B(baru)

Anda mungkin juga menyukai