Nim : 3351201462
Kelas : B
TUGAS REVIEW 10
FARMAKOEKONOMI
Pakar ekonomi inggris Lionel Robbins mendefinisikan ekonomi adalah ilmu yang
mempelajari tentang perilaku manusia sesuai tujuan hidupnya serta kelangkaan perangkap untuk
mencapai tujuan tersebut. Meski perangkat tersebut langka namun perangkat tersebut punya
berbagai pilihan penggunaan. Tujuan dari ilmu ekonomi adalah menggunakan sumber daya yang
terbatas dengan cara yang paling efisien serta mengenal dan memperhatikan biaya sehubungan
Ekonomi adalah tentang pertukaran dan pilihan antara keinginan, kebutuhan, dan
ekonomi, kebanyakan orang memikirkan pertukaran antara barang dan jasa dan uang, namun,
perdagangan mungkin juga diekspresikan dalam istilah humanistik. Oleh karena itu, kami berhati-
hati untuk memasukkan baik penggunaan sumber daya dan evaluasi humanistik dari terapi obat
Farmakoekonomi telah didefinisikan sebagai "deskripsi dan analisis biaya terapi obat
mengukur, dan membandingkan biaya (yaitu, sumber daya yang dikonsumsi) dan konsekuensi
(yaitu, klinis, ekonomi, humanistik) dari produk dan layanan farmasi. Dalam kerangka ini
dimasukkan metode penelitian yang berkaitan dengan minimalisasi biaya, efektivitas biaya, biaya-
manfaat, biaya penyakit, utilitas biaya, konsekuensi biaya, dan analisis keputusan, serta kualitas
hidup dan lainnya. penilaian humanistik. Intinya, analisis farmakoekonomi menggunakan alat
untuk memeriksa dampak (diinginkan, tidak diinginkan) dari terapi obat alternatif dan intervensi
perbandingan biaya dan manfaat produk dan jasa farmasi. Analisa farmakoekonomi tidak hanya
terbatas pada pengukuran moneter atau klinis. Analisa ini juga bisa memanfaatkan sejumlah faktor
pada kondisi yang sama. Selain itu juga dapat membandingkan pengobatan yang berbeda pada
kondisi yang berbeda Vogenberg, 2001. Dimana hasilnya bisa dijadikan informasi yang dapat
membantu para pembuat kebijakan dalam menentukan pilihan atas alternatif-alternatif pengobatan
agar pelayanan kesehatan menjadi lebih efisien dan ekonomis. Informasi farmakoekonomi saat ini
dianggap sama pentingnya dengan informasi khasiat dan keamanan obat dalam menentukan
pilihan obat mana yang akan digunakan. Trisna, 2010. Farmakoekonomi diperlukan karena sumber
daya yang terbatas dan bagaimana memberikan obat yang efektif dengan dana yang tersedia,
pengalokasian sumber daya secara efisien, kebutuhan pasien dimana dari sudut pandang pasien
adalah biaya yang seminimal mungkin Vogenberg, 2001. Dengan keterbatasan sumber daya, maka
2010.
Meski sekilas Nampak mirip atau sama, tetapi ada perbedaan yang mendalam antara makna
kebutuhan dan keinginan dan permintaan. Kebutuhan (Needs) ialah keadaan dimana manusia
merasa tidak mempunyai kepuasan dasar. Kebutuhan tidaklah diciptakan oleh masyarakat ataupun
pemasar, melainkan sudah ada serta terukir dalam hayati kondisi manusia itu sendiri. Sedangkan
keinginan (Wants) ialah hasrat akan pemuas tertentu dari kebutuhan tersebut, keinginan manusia
dibentuk oleh kekuatan dan juga institusi sosial. Sementara permintaan (Demands) ialah keinginan
akan sesuatu yang didukung dengan kemampuan dan kesediaan untuk membelinya. Keinginan
Perbedaan ini dapat menjelaskan bahwa pemasar tidak menciptakan kebutuhan, melainkan
kebutuhan sudah ada sebelumnya. Pemasar mempengaruhi keinginan dan permintaan seseorang
dengan membuat suatu produk yang menarik, cocok, terjangkau, serta mudah diperoleh oleh
Kebutuhan (Needs) baru berubah menjadi keinginan (Wants) bila individu merasa ada
kekurangan pasokan kebutuhan. Keinginan (Wants) baru berubah menjadi permintaan (Demands)
apabila individu tidak mampu mencukupi sendiri keinginanya dan ia memiliki cukup dana dan
rata rata. Manusia butuh makan karena makanan merupakan kebutuhan tubuh, manusia ingin
(wants) makan karena ia lapar dan lapar merupakan sinyal tubuh membutuhkan makanan.
Untuk menemukan suatu obat baru industry farmasi harus mengeluarkan biaya jutaan dolar
dan waktu yang lama sampai 14 tahun. Mengingat hal tersebut maka setiap industry farmasi amat
hati-hati dalam menemukan obat baru karena resikonya amat besar. Untuk meminimalisasi risiko
farmakoekonomi sejak awal proses. Analisis farmakoekonomi pada tahap pertama diawali oleh
penentuan wilayah terapi yang digarap kemudian riset dibidang biologi, kimia, dan toksikologi
lalu riset dibidang farmakokinetika, toksikologi dan biologi lanjutan sehingga dimungkinkan uji
pada manusia. Pada tahap kedua yaitu uji klinik, pada fase I, II, dan III, selanjutnya tahap ketiga
adalah /Business analysis and marketing decision, dan keempat adalah riset setelah obat
dipasarkan, antara lain uji klinik fase IV. Riset dasar serta pengembangannya dilengkapi dengan
analisis farmakoekonomi untuk deteksi kemungkinan riset lanjutan yang sia-sia. Dengan demikian
maka analisis farmakoekonomi diperlukan sejak sebelum obat ditemukan sampai setelah obat
dipasarkan
Uji klinis Fase I dilakukan penentuan profil toksisitas obat atau vaksin pada manusia.
Dosis yang diberikan obat atau vaksin, yaitu dosis tunggal yang diawasi secara ketat dan
konservatif kepada sejumlah kecil sukarelawan yang sehat. Pada tahap ini jumlah sukarelawan
yang digunakan 20 sampai 100 relawan sehat. Efek dari peningkatan ukuran dan jumlah dosis
harian dievaluasi sampai efek toksik muncul ke permukaan atau kemungkinan dosis terapeutik
secara substansial terlampaui. Pada tahap ini studi biaya penyakit harus diselesaikan untuk
membantu dalam memutuskan apakah akan mengembangkan obat atau vaksin lebih lanjut dan
mengumpulkan data latar belakang untuk evaluasi farmakoekonomi di masa mendatang. Data
biaya penyakit juga dapat membantu dalam pengembangan model awal untuk menilai manfaat
klinis yang harus dicapai untuk memiliki produk yang dapat dipasarkan.
Uji Klinis Fase II merupakan tahap dimana obat atau vaksin diberikan kepada sejumlah
pasien dengan penyakit target. Fokus utama Uji Fase II adalah menentukan dosis optimal atau
dosis kandidat obat atau vaksin, untuk menentukan cara terbaik pemberian obat atau vaksin untuk
memaksimalkan kemungkinan manfaat, sambil meminimalkan risiko. Pada percobaan uji klinis II,
obat atau vaksin yang diteliti diberikan kepada pasien dengan penyakit yang dimaksud. Perhatian
khusus harus diberikan pada kelompok pasien tersebut. Pasien berpenyakit tunggal, tidak ada
komplikasi dan dirawat dalam kondisi kesehatan yang ideal. Maksud perhatian khusus merupakan
rangka meminimalisasi variabel lainnya yang mempengaruhi kerja obat atau vaksin. Selama fase
ini, studi biaya penyakit dapat dimulai atau dilanjutkan, seperti halnya pengembangan awal
instrumen kualitas hidup dan pemanfaatan sumber daya. Model dapat disempurnakan karena lebih
banyak informasi tersedia tentang aspek klinis obat. Selama uji klinis fase II dapat mulai diteliti
tentang “Cost of Ilness”, kemudian biaya yang harus dikeluarkan dan kualitas hidup, “Quality of
Life”.
Uji Klinis Fase III merupakan tahap dimana sejumlah besar pasien diberi obat atau vaksin
baru dalam kisaran dosis yang ditetapkan dan dalam bentuk sediaan akhir. Obat atau vaksin yang
lolos dari fase uji klinis II bisa dilakukan uji klinis III. Uji ini melibatkan 300 hingga 3.000 peserta
dari populasi pasien yang pada akhirnya akan menggunakan obat tersebut. Peneliti merancang uji
klinis fase 3 ini bertujuan untuk mendemonstrasikan apakah kandidat obat menawarkan manfaat
pengobatan untuk populasi tertentu memberikan data keamanan yang lebih rinci, dan berfungsi
sebagai dasar untuk pelabelan produ Hasil uji coba Tahap 3 sering kali memberikan dasar untuk
persetujuan, uji coba Tahap 3 terkadang juga disebut uji coba pivotal. Jika obat tersebut disetujui,
dokter dapat meresepkan obat untuk pasiennya. Uji klinis fase III ini mengunakan sekelompok
sukarelawan dengan penyakit tertentu tersebut yang dibagi dua, yaitu satu kelompok diberi obat
yan lulus uji klinis fase II, satu kelompok lainnya diberi placebo. Bila ada perbedaan yang
mencolok atau signifikan terhadap kelompok placebo, maka senyawa atau isolate tersebut lulus
keseluruhan uji klinik. Pemilihan pasien masih diawasi secara ketat pada Fase III, meskipun
beberapa pasien dengan masalah medis yang ada secara sengaja dimasukkan untuk memungkinkan
penilaian komplikasi dalam penggunaan obat. Studi klinis prospektif yang telah memasukkan
evaluasi farmakoekonomi selama tahap akhir evaluasi efikasi mendekati situasi ideal. Kritik dari
studi ini mengklaim bahwa evaluasi farmakoekonomi akan menghambat proses aplikasi obat baru
(NDA). Para pendukung evaluasi farmakoekonomi dengan tepat mencatat bahwa, kecuali
pengobatan obat atau vaksin baru tidak memiliki alternatif dan benar-benar merupakan terobosan,
Obat yang telah melalui proses tahap pertama dan tahap kedua secara berskala lab sudah
bisa didaftarkan untuk mendapatkan registrasi resmi. Obat yang sudah jadi secara skala lab perlu
diuji “Kedigdayaan”-nya sebelum masuk tahap ketiga: Business Analysis and Marketing Decision
Dua keunggulan yang harus diuji yaitu: Unggul kemanjuran dan bersaing dalam harga.
Obat baru dibandingkan terhadap obat yang sudah ada dipasar dari sisi kemanjuran/efektivitas
pada wilayahh terapi sama. Ada tiga kemungkinan hasilnya yaitu: lebih efektif, sama efektif
Obat baru yang lebih manjur atau sama manjur dilakukan seleksi atas dasar harga. Prioritas
yang didahulukan adalag bagi obat baru yang lebih manjur (effectiness). Harga obat baru yang
lebih manjur kemungkinan lebih mahal atau sama atau justru lebih murah
a) Pilihan pertama pada obat yang lebih manjur tetapi lebih murah (I), sedangkan pilihan
kedua adalah obat yang lebih manjur dengan harga yang sama (I).
b) Bagi obat yang lebih manjur tetapi lebih mahal dilakukan uji farmakoekonomi CEA (Cost
kenaikkan harga. Pilihan ketiga adalah obat yang lebih besar dibandingkan dengan
kenaikan harganya (II) langkah berikut obat baru dengan kemanjuran sama (effectiveness),
kemungkinan harganya lebih mahal atau sama atau lebih murah. Pilihan keempat adalah
Praktek di Indonesia sendiri ternyata berbeda didalam pembandingan obat baru dengan
obat yang sudah ada dipasaran. Badan POM memberikan izin edar obat baru dengan nilai
efektivitas kurang dibandingkan dengan obat yang sudah ada di pasaran. Salah satu contoh
pembandingan obat baru dengan obat yang sudah ada di pasaran adalah kombinasi parasetamol
dengan ibuprofen yang telah disetujui oleh Badan POM dengan nama merek Neo Rheumacyl,
Mixagrip Rheuma dan Paramex Nyeri Otot. Dari nama obat tersebut masyarakat berasosiasi bahwa
obat tersebut digunakan untuk mengobati encok alias rematik, namun secara rasional obat tersebut
dimaksudkan sebagai analgetika atau pereda nyeri. Parasetmol merupakan antipiretik digunakan
di Indonesia sejak 1970-an. Selain itu juga merupakan analgesic daya rendah sedangkan Ibuprofen
masuk golongan NSAID (Non steroid Anti-Inflamaton drug) generasi awal, dimana sudah banyak
yang baru dan lebih baik. Beberapa peneliti menyatakan kombinasi Ibuprofen dan parasetamol
dapat memperkuat daya antipiretiknya. Sebagai analgetika kombinasi parasetamol dan ibuprofen
bekerja lebih kuat dibandingkan tunggal. Namun sebagai anti-inflamasi masih ada NSAID yang
bekerja lebih kuat. Kelebihan kombinasi parasetamol dan ibuprofen daripada NSAID terletak pada
golongan obat. Dimana satu merupakan obat yang harus dengan resep dokter, yang lain masuk
Dalam kajian farmakoekonomi, biaya selalu menjadi pertimbangan penting karena adanya
keterbatasan sumberdaya, terutama dana. Dalam kajian yang terkait dengan ilmu ekonomi, biaya
(atau biaya peluang, opportunity cost) didefinisikan sebagai nilai dari peluang yang hilang sebagai
akibat dari penggunaan sumberdaya dalam sebuah kegiatan. Patut dicatat bahwa biaya tidak selalu
melibatkan pertukaran uang. Dalam pandangan para ahli farmakoekonomi, biaya kesehatan
melingkupi lebih dari sekadar biaya pelayanan kesehatan, tetapi termasuk pula, misalnya, biaya
Peran Farmakoekonomi tahap ketiga, yaitu Business Analysis and Marketing Decision.
Peran ketiga ini merupakan pengkajian peluang usaha serta segmen pasar yang paling menjanjikan
untuk obat yang ditemukan. Farmakoekonomi tidak menelaah usaha industri farmasi, baik industri
farmasi, pedagang besar farmasi, instalasi farnasi rumah sakit atau apotek, hal ini disebabkan
Farmakoekonomi pada obat terbatas disebabkan produksi oleh industri farmasi, kemudian
didistribusikan oleh pedagang besar farmasi, instalasi farmasi rumah sakit ataupun apotek.
Bahasan keduanya memiliki kesamaan atau kemiripan namun berbeda pada hal – hal yang
berprinsip dan hal yang membedakan adalah hasil yang ingin dicapai. Sejak tahap Therapeutic
Area Targetted peluang obat laku sudah dipertimbangkan atas pemeilihan wilayah terapi yang
disasar (penyakit yang banyak diderita) sudah merupakan jaminan awal bahwa obat tersebut akan
lebih banyak dipakai daripada obat untuk wilayah terapi yang insidensinya jarang (sekalipun life
saving).
Konsep Pemasaran
Konsep pemasaran memiliki banyak definisi antara lain menurut Peter Ducker mengatakan
bahwa pemasaran bukanlah sekedar perluasan dari penjualan. Pemasaran sama sekali bukan
aktivitas khusus. Pemasaran meliputi keseluruhan bisnis. Pemasaran adalah keseluruhan bisnis
yang dilihat dari sudut pandang hasil akhir yang dicapai, yakni sudut pandang pelanggan. Ia juga
mengemukakan bahwa pemasaran adalah fungsi yang berbeda dan merupakan fungsi unik dari
suatu bisnis. Selain itu Philip Kotler mengatakan Pemasaran adalah masalah yang mendasar
sehingga tidak boleh dipisah-pisahkan berdasarkan fungsi pemasaran, yaitu keseluruhan bisnis
yang ditinjau dari produk akhirnya yang dilihat dari kacamata konsumen bukan kacamata
produsen.
Selain itu pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang membuat individu dan
kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan serta inginkan lewat penciptaan dan pertukaran
timbal balik produk dan nilai dengan orang lain. Dalam memahami dan melaksanakan pemasaran
harus berangkat dari kebutuhan dan keinginan maanusia, hal ini karena pemasaran tergantung dari
konsep tentang kebutuhan (need), keinginan (wants), permintaan (demands), produk, nilai-biaya-
relation), pemasaran dan pemasar. Motivasi merupakan dorongan dalam diri manusia untuk
perilaku seseorang baik dilingkungan kerja maupun dalam kehidupan kesehariannya. Salah satu
ahli, yaitu Abraham Maslov, Herzberg dan Aderfer telah melakukan identifikasi analisis
kebutuhan, yaitu Human Needs, model dari motivasi Abraham Masloz ini adalah model yang
sangat banyak dinimati oleh pakar pemasaran. Teori Maslov ini digunakan agar mampu
Menurut ahli yaitu Maslow menyatakan bahwa kebutuhan manusia (needs) terdiri dari lima
1. Physiological needs
Kebutuhan pertama dari kebutuhan bawah yang didorong oleh id pada hierarki Maslow
adalah kebutuhan fisiologis. Kebutuhan hidup manusia yang paling mendasar ini mencakup
makanan dan air, istirahat yang cukup, pakaian dan tempat tinggal, kesehatan secara
keseluruhan, dan reproduksi. Maslow menyatakan bahwa kebutuhan fisiologis dasar ini harus
perlindungan dari kekerasan dan pencurian, stabilitas dan kesejahteraan emosional, keamanan
Kebutuhan sosial pada tingkat ketiga dari hierarki Maslow berhubungan dengan interaksi
manusia dan merupakan yang terakhir dari apa yang disebut kebutuhan yang lebih rendah. Di
antara kebutuhan ini adalah persahabatan dan ikatan keluarga — baik dengan keluarga biologis
(orang tua, saudara kandung, anak) dan keluarga terpilih (pasangan dan pasangan). Keintiman
fisik dan emosional mulai dari hubungan seksual hingga ikatan emosional yang intim penting
untuk mencapai rasa kekeluargaan yang tinggi. Selain itu, keanggotaan dalam kelompok sosial
berkontribusi untuk memenuhi kebutuhan ini, mulai dari menjadi anggota tim rekan kerja
Kebutuhan yang lebih tinggi, dimulai dengan harga diri, adalah kebutuhan yang didorong
oleh ego. Elemen utama dari penghargaan adalah harga diri (keyakinan bahwa Anda berharga
dan pantas mendapatkan martabat) dan harga diri (keyakinan pada potensi Anda untuk
pertumbuhan dan pencapaian pribadi). Maslow secara khusus mencatat bahwa harga diri dapat
dibagi menjadi dua jenis: harga diri yang didasarkan pada rasa hormat dan pengakuan dari
orang lain, dan harga diri yang didasarkan pada penilaian diri nda sendiri Kepercayaan diri dan
Aktualisasi diri menggambarkan pemenuhan potensi penuh Anda sebagai pribadi. Kadang-
kadang disebut kebutuhan pemenuhan diri, kebutuhan aktualisasi diri menempati tempat
keterampilan-pemurnian bakat di berbagai bidang seperti musik, atletik, desain, memasak, dan
berkebun-merawat orang lain, dan tujuan yang lebih luas seperti belajar bahasa baru, bepergian
kebutuhan dasar di bagian bawah piramida dan kebutuhan tidak berwujud tingkat tinggi di
bagian atas. Seseorang hanya dapat melanjutkan untuk memenuhi kebutuhan tingkat yang
lebih tinggi ketika kebutuhan dasar mereka terpenuhi secara memadai. Kebutuan yang
terbawah pada piramida kebutuhan, yaitu Physiological needs yang merupakan kebutuhan
paling pertama. Setelah kebutuhan pertama sudah terpenuhi dilanjutkan kebutuhan kedua,
demikian sampai seterusnya di puncak piramida kebutuhan, yaitu Self-Actualization Needs and
Fulfillment Needs. Adapun gambaran Maslow dalam mengurangi kebutuhan manusia dalam
1. Maslow dalam Physiological needs, mengajarkan bahwa untuk dapat hidup orang
memerlukan makan dan makanan, selain itu membutuhkan pakaian dan tempat berteduh,
yaitu rumah.
2. Maslow dalam Security and Safety needs, mengajarkan bahwa apabila orang sudah
terjamin makanan, pakaian, dan rumahnya (meskipun baru mampu menyewa rumah saja),
dalam hal ini menimbulkan kebutuhan baru, yaitu butuh rasa aman bebas dari gangguan.
Seseorang akan membuat pagar rumah (bila tadinya tidak berpagar), maka akan mencari
rumah dengan lingkungan yang lebih aman, mencoba membeli sepeda motor atau mobil
supaya tidak repot naik angkot atau bus kota yang banyak copet atau penodong.
3. Maslow dalam Social (Love and Feeling) Needs, mengajarkan seseorang yang sudah
merasa aman ia akan berkenalan dan bergaul denan teman sekerja atau tetangga supaya
4. Maslow dalam Competence, Prestige, and Esteem needs, mengajarkan bahwa setelah
kebutuhan terpenuhi, rasa aman terjamin dan hubungan dengan lingkungan sudah
harmonis, sehingga manusia jadi percaya diri, ingin dihargai, sangat menjaga diri dan
membutuhkan penghargaan.
puncaknya manusia yan sempurna dimana mulai ingi membuktikan bahwa pandangan
Melakukan pemasaran dengan berbagai macam produk harus memperhatikan kelima strata
motivasi kebutuhan dari Maslow. Salah satu contoh Kelompok strata 1, yaitu memasarkan nasi
uduk mengunakan kereta dorong dan dibungkus, pada kelompok strata 4 ingin membeli nasi
uduk di tempat-tempat yang bergengsi, tidak ingin nasi uduk yang menggunakan kereta
dorong.