Anda di halaman 1dari 12

Nama : Muhamad Ardiansyah

Nim : 3351201462

Kelas : B

TUGAS REVIEW 10
FARMAKOEKONOMI

Pakar ekonomi inggris Lionel Robbins mendefinisikan ekonomi adalah ilmu yang

mempelajari tentang perilaku manusia sesuai tujuan hidupnya serta kelangkaan perangkap untuk

mencapai tujuan tersebut. Meski perangkat tersebut langka namun perangkat tersebut punya

berbagai pilihan penggunaan. Tujuan dari ilmu ekonomi adalah menggunakan sumber daya yang

terbatas dengan cara yang paling efisien serta mengenal dan memperhatikan biaya sehubungan

dengan pilihan yang sudah ditetapkan.

Ekonomi adalah tentang pertukaran dan pilihan antara keinginan, kebutuhan, dan

kelangkaan sumber daya untuk memenuhi keinginan tersebut. Ketika mempertimbangkan

ekonomi, kebanyakan orang memikirkan pertukaran antara barang dan jasa dan uang, namun,

perdagangan mungkin juga diekspresikan dalam istilah humanistik. Oleh karena itu, kami berhati-

hati untuk memasukkan baik penggunaan sumber daya dan evaluasi humanistik dari terapi obat

dalam penilaian farmakoekonomi (J Lyle Bootman, et.al. 1986).

Farmakoekonomi telah didefinisikan sebagai "deskripsi dan analisis biaya terapi obat

untuk sistem perawatan kesehatan dan masyarakat." Penelitian farmakoekonomi mengidentifikasi,

mengukur, dan membandingkan biaya (yaitu, sumber daya yang dikonsumsi) dan konsekuensi

(yaitu, klinis, ekonomi, humanistik) dari produk dan layanan farmasi. Dalam kerangka ini

dimasukkan metode penelitian yang berkaitan dengan minimalisasi biaya, efektivitas biaya, biaya-

manfaat, biaya penyakit, utilitas biaya, konsekuensi biaya, dan analisis keputusan, serta kualitas
hidup dan lainnya. penilaian humanistik. Intinya, analisis farmakoekonomi menggunakan alat

untuk memeriksa dampak (diinginkan, tidak diinginkan) dari terapi obat alternatif dan intervensi

medis lainnya. Riset farmakoekonomi berkaitan dengan identifikasi, pengukuran, dan

perbandingan biaya dan manfaat produk dan jasa farmasi. Analisa farmakoekonomi tidak hanya

terbatas pada pengukuran moneter atau klinis. Analisa ini juga bisa memanfaatkan sejumlah faktor

yang membuka biaya alternatif-alternatif dari perspektif pasien,

Tujuan farmakoekonomi adalah membandingkan obat yang berbeda untuk pengobatan

pada kondisi yang sama. Selain itu juga dapat membandingkan pengobatan yang berbeda pada

kondisi yang berbeda Vogenberg, 2001. Dimana hasilnya bisa dijadikan informasi yang dapat

membantu para pembuat kebijakan dalam menentukan pilihan atas alternatif-alternatif pengobatan

agar pelayanan kesehatan menjadi lebih efisien dan ekonomis. Informasi farmakoekonomi saat ini

dianggap sama pentingnya dengan informasi khasiat dan keamanan obat dalam menentukan

pilihan obat mana yang akan digunakan. Trisna, 2010. Farmakoekonomi diperlukan karena sumber

daya yang terbatas dan bagaimana memberikan obat yang efektif dengan dana yang tersedia,

pengalokasian sumber daya secara efisien, kebutuhan pasien dimana dari sudut pandang pasien

adalah biaya yang seminimal mungkin Vogenberg, 2001. Dengan keterbatasan sumber daya, maka

sudah sepantasnya farmakoekonomi dimanfaatkan dalam membantu membuat keputusan Trisna,

2010.

Kebutuhan, Keinginan, Permintaan

Meski sekilas Nampak mirip atau sama, tetapi ada perbedaan yang mendalam antara makna

kebutuhan dan keinginan dan permintaan. Kebutuhan (Needs) ialah keadaan dimana manusia

merasa tidak mempunyai kepuasan dasar. Kebutuhan tidaklah diciptakan oleh masyarakat ataupun

pemasar, melainkan sudah ada serta terukir dalam hayati kondisi manusia itu sendiri. Sedangkan
keinginan (Wants) ialah hasrat akan pemuas tertentu dari kebutuhan tersebut, keinginan manusia

dibentuk oleh kekuatan dan juga institusi sosial. Sementara permintaan (Demands) ialah keinginan

akan sesuatu yang didukung dengan kemampuan dan kesediaan untuk membelinya. Keinginan

menjadi permintaan apabila didukung dengan daya beli si pelakunya.

Perbedaan ini dapat menjelaskan bahwa pemasar tidak menciptakan kebutuhan, melainkan

kebutuhan sudah ada sebelumnya. Pemasar mempengaruhi keinginan dan permintaan seseorang

dengan membuat suatu produk yang menarik, cocok, terjangkau, serta mudah diperoleh oleh

konsumen yang dituju.

Kebutuhan (Needs) baru berubah menjadi keinginan (Wants) bila individu merasa ada

kekurangan pasokan kebutuhan. Keinginan (Wants) baru berubah menjadi permintaan (Demands)

apabila individu tidak mampu mencukupi sendiri keinginanya dan ia memiliki cukup dana dan

atau komoditas lain sebagai imbalan terpenuhinya permintaan.

Kebutuhan (Needs) merupakan cermin dari berkurangnya kenyamanan sampai dibawah

rata rata. Manusia butuh makan karena makanan merupakan kebutuhan tubuh, manusia ingin

(wants) makan karena ia lapar dan lapar merupakan sinyal tubuh membutuhkan makanan.

Obat baru ditemukan, dibandingkan, dengan obat yang ada dipasar

Untuk menemukan suatu obat baru industry farmasi harus mengeluarkan biaya jutaan dolar

dan waktu yang lama sampai 14 tahun. Mengingat hal tersebut maka setiap industry farmasi amat

hati-hati dalam menemukan obat baru karena resikonya amat besar. Untuk meminimalisasi risiko

kegagalan penemuan obat baru, lyle bootman et al menyarankan dilakukan analisis

farmakoekonomi sejak awal proses. Analisis farmakoekonomi pada tahap pertama diawali oleh

penentuan wilayah terapi yang digarap kemudian riset dibidang biologi, kimia, dan toksikologi

lalu riset dibidang farmakokinetika, toksikologi dan biologi lanjutan sehingga dimungkinkan uji
pada manusia. Pada tahap kedua yaitu uji klinik, pada fase I, II, dan III, selanjutnya tahap ketiga

adalah /Business analysis and marketing decision, dan keempat adalah riset setelah obat

dipasarkan, antara lain uji klinik fase IV. Riset dasar serta pengembangannya dilengkapi dengan

analisis farmakoekonomi untuk deteksi kemungkinan riset lanjutan yang sia-sia. Dengan demikian

maka analisis farmakoekonomi diperlukan sejak sebelum obat ditemukan sampai setelah obat

dipasarkan

Adapun tahapan uji klinis obat sebagai berikut.

Uji klinis Fase I dilakukan penentuan profil toksisitas obat atau vaksin pada manusia.

Dosis yang diberikan obat atau vaksin, yaitu dosis tunggal yang diawasi secara ketat dan

konservatif kepada sejumlah kecil sukarelawan yang sehat. Pada tahap ini jumlah sukarelawan

yang digunakan 20 sampai 100 relawan sehat. Efek dari peningkatan ukuran dan jumlah dosis

harian dievaluasi sampai efek toksik muncul ke permukaan atau kemungkinan dosis terapeutik

secara substansial terlampaui. Pada tahap ini studi biaya penyakit harus diselesaikan untuk

membantu dalam memutuskan apakah akan mengembangkan obat atau vaksin lebih lanjut dan

mengumpulkan data latar belakang untuk evaluasi farmakoekonomi di masa mendatang. Data

biaya penyakit juga dapat membantu dalam pengembangan model awal untuk menilai manfaat

klinis yang harus dicapai untuk memiliki produk yang dapat dipasarkan.

Uji Klinis Fase II merupakan tahap dimana obat atau vaksin diberikan kepada sejumlah

pasien dengan penyakit target. Fokus utama Uji Fase II adalah menentukan dosis optimal atau

dosis kandidat obat atau vaksin, untuk menentukan cara terbaik pemberian obat atau vaksin untuk

memaksimalkan kemungkinan manfaat, sambil meminimalkan risiko. Pada percobaan uji klinis II,

obat atau vaksin yang diteliti diberikan kepada pasien dengan penyakit yang dimaksud. Perhatian

khusus harus diberikan pada kelompok pasien tersebut. Pasien berpenyakit tunggal, tidak ada
komplikasi dan dirawat dalam kondisi kesehatan yang ideal. Maksud perhatian khusus merupakan

rangka meminimalisasi variabel lainnya yang mempengaruhi kerja obat atau vaksin. Selama fase

ini, studi biaya penyakit dapat dimulai atau dilanjutkan, seperti halnya pengembangan awal

instrumen kualitas hidup dan pemanfaatan sumber daya. Model dapat disempurnakan karena lebih

banyak informasi tersedia tentang aspek klinis obat. Selama uji klinis fase II dapat mulai diteliti

tentang “Cost of Ilness”, kemudian biaya yang harus dikeluarkan dan kualitas hidup, “Quality of

Life”.

Uji Klinis Fase III merupakan tahap dimana sejumlah besar pasien diberi obat atau vaksin

baru dalam kisaran dosis yang ditetapkan dan dalam bentuk sediaan akhir. Obat atau vaksin yang

lolos dari fase uji klinis II bisa dilakukan uji klinis III. Uji ini melibatkan 300 hingga 3.000 peserta

dari populasi pasien yang pada akhirnya akan menggunakan obat tersebut. Peneliti merancang uji

klinis fase 3 ini bertujuan untuk mendemonstrasikan apakah kandidat obat menawarkan manfaat

pengobatan untuk populasi tertentu memberikan data keamanan yang lebih rinci, dan berfungsi

sebagai dasar untuk pelabelan produ Hasil uji coba Tahap 3 sering kali memberikan dasar untuk

persetujuan, uji coba Tahap 3 terkadang juga disebut uji coba pivotal. Jika obat tersebut disetujui,

dokter dapat meresepkan obat untuk pasiennya. Uji klinis fase III ini mengunakan sekelompok

sukarelawan dengan penyakit tertentu tersebut yang dibagi dua, yaitu satu kelompok diberi obat

yan lulus uji klinis fase II, satu kelompok lainnya diberi placebo. Bila ada perbedaan yang

mencolok atau signifikan terhadap kelompok placebo, maka senyawa atau isolate tersebut lulus

keseluruhan uji klinik. Pemilihan pasien masih diawasi secara ketat pada Fase III, meskipun

beberapa pasien dengan masalah medis yang ada secara sengaja dimasukkan untuk memungkinkan

penilaian komplikasi dalam penggunaan obat. Studi klinis prospektif yang telah memasukkan

evaluasi farmakoekonomi selama tahap akhir evaluasi efikasi mendekati situasi ideal. Kritik dari
studi ini mengklaim bahwa evaluasi farmakoekonomi akan menghambat proses aplikasi obat baru

(NDA). Para pendukung evaluasi farmakoekonomi dengan tepat mencatat bahwa, kecuali

pengobatan obat atau vaksin baru tidak memiliki alternatif dan benar-benar merupakan terobosan,

sehingga nilai penggunaannya harus dipelajari secara ilmiah.

Obat yang telah melalui proses tahap pertama dan tahap kedua secara berskala lab sudah

bisa didaftarkan untuk mendapatkan registrasi resmi. Obat yang sudah jadi secara skala lab perlu

diuji “Kedigdayaan”-nya sebelum masuk tahap ketiga: Business Analysis and Marketing Decision

Dua keunggulan yang harus diuji yaitu: Unggul kemanjuran dan bersaing dalam harga.

1. Seleksi Kemanjuran (Effectiviness Analysis)

Obat baru dibandingkan terhadap obat yang sudah ada dipasar dari sisi kemanjuran/efektivitas

pada wilayahh terapi sama. Ada tiga kemungkinan hasilnya yaitu: lebih efektif, sama efektif

atau kurang efektif.

2. Seleksi Harga (Cost Analysis)

Obat baru yang lebih manjur atau sama manjur dilakukan seleksi atas dasar harga. Prioritas

yang didahulukan adalag bagi obat baru yang lebih manjur (effectiness). Harga obat baru yang

lebih manjur kemungkinan lebih mahal atau sama atau justru lebih murah

a) Pilihan pertama pada obat yang lebih manjur tetapi lebih murah (I), sedangkan pilihan

kedua adalah obat yang lebih manjur dengan harga yang sama (I).

b) Bagi obat yang lebih manjur tetapi lebih mahal dilakukan uji farmakoekonomi CEA (Cost

Effectiveness Analysis), membandingkan kenaikkan kemanjuran (effectiveness) dengan

kenaikkan harga. Pilihan ketiga adalah obat yang lebih besar dibandingkan dengan

kenaikan harganya (II) langkah berikut obat baru dengan kemanjuran sama (effectiveness),
kemungkinan harganya lebih mahal atau sama atau lebih murah. Pilihan keempat adalah

obat dengan kemanjuran sama tetapi harga lebih murah (II).

Praktek di Indonesia sendiri ternyata berbeda didalam pembandingan obat baru dengan

obat yang sudah ada dipasaran. Badan POM memberikan izin edar obat baru dengan nilai

efektivitas kurang dibandingkan dengan obat yang sudah ada di pasaran. Salah satu contoh

pembandingan obat baru dengan obat yang sudah ada di pasaran adalah kombinasi parasetamol

dengan ibuprofen yang telah disetujui oleh Badan POM dengan nama merek Neo Rheumacyl,

Mixagrip Rheuma dan Paramex Nyeri Otot. Dari nama obat tersebut masyarakat berasosiasi bahwa

obat tersebut digunakan untuk mengobati encok alias rematik, namun secara rasional obat tersebut

dimaksudkan sebagai analgetika atau pereda nyeri. Parasetmol merupakan antipiretik digunakan

di Indonesia sejak 1970-an. Selain itu juga merupakan analgesic daya rendah sedangkan Ibuprofen

masuk golongan NSAID (Non steroid Anti-Inflamaton drug) generasi awal, dimana sudah banyak

yang baru dan lebih baik. Beberapa peneliti menyatakan kombinasi Ibuprofen dan parasetamol

dapat memperkuat daya antipiretiknya. Sebagai analgetika kombinasi parasetamol dan ibuprofen

bekerja lebih kuat dibandingkan tunggal. Namun sebagai anti-inflamasi masih ada NSAID yang

bekerja lebih kuat. Kelebihan kombinasi parasetamol dan ibuprofen daripada NSAID terletak pada

golongan obat. Dimana satu merupakan obat yang harus dengan resep dokter, yang lain masuk

obat bebas terbatas bisa dibeli tanpa resep dokter.

Dalam kajian farmakoekonomi, biaya selalu menjadi pertimbangan penting karena adanya

keterbatasan sumberdaya, terutama dana. Dalam kajian yang terkait dengan ilmu ekonomi, biaya

(atau biaya peluang, opportunity cost) didefinisikan sebagai nilai dari peluang yang hilang sebagai

akibat dari penggunaan sumberdaya dalam sebuah kegiatan. Patut dicatat bahwa biaya tidak selalu

melibatkan pertukaran uang. Dalam pandangan para ahli farmakoekonomi, biaya kesehatan
melingkupi lebih dari sekadar biaya pelayanan kesehatan, tetapi termasuk pula, misalnya, biaya

pelayanan lain dan biaya yang diperlukan oleh pasien sendiri.

Analisis Bisnis dan Penentuan Pasar

Peran Farmakoekonomi tahap ketiga, yaitu Business Analysis and Marketing Decision.

Peran ketiga ini merupakan pengkajian peluang usaha serta segmen pasar yang paling menjanjikan

untuk obat yang ditemukan. Farmakoekonomi tidak menelaah usaha industri farmasi, baik industri

farmasi, pedagang besar farmasi, instalasi farnasi rumah sakit atau apotek, hal ini disebabkan

karena wilayah dari Pharmaceutical economics atau manajemen farmasi.

Farmakoekonomi pada obat terbatas disebabkan produksi oleh industri farmasi, kemudian

didistribusikan oleh pedagang besar farmasi, instalasi farmasi rumah sakit ataupun apotek.

Bahasan keduanya memiliki kesamaan atau kemiripan namun berbeda pada hal – hal yang

berprinsip dan hal yang membedakan adalah hasil yang ingin dicapai. Sejak tahap Therapeutic

Area Targetted peluang obat laku sudah dipertimbangkan atas pemeilihan wilayah terapi yang

disasar (penyakit yang banyak diderita) sudah merupakan jaminan awal bahwa obat tersebut akan

lebih banyak dipakai daripada obat untuk wilayah terapi yang insidensinya jarang (sekalipun life

saving).

Konsep Pemasaran

Konsep pemasaran memiliki banyak definisi antara lain menurut Peter Ducker mengatakan

bahwa pemasaran bukanlah sekedar perluasan dari penjualan. Pemasaran sama sekali bukan

aktivitas khusus. Pemasaran meliputi keseluruhan bisnis. Pemasaran adalah keseluruhan bisnis

yang dilihat dari sudut pandang hasil akhir yang dicapai, yakni sudut pandang pelanggan. Ia juga

mengemukakan bahwa pemasaran adalah fungsi yang berbeda dan merupakan fungsi unik dari

suatu bisnis. Selain itu Philip Kotler mengatakan Pemasaran adalah masalah yang mendasar
sehingga tidak boleh dipisah-pisahkan berdasarkan fungsi pemasaran, yaitu keseluruhan bisnis

yang ditinjau dari produk akhirnya yang dilihat dari kacamata konsumen bukan kacamata

produsen.

Selain itu pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang membuat individu dan

kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan serta inginkan lewat penciptaan dan pertukaran

timbal balik produk dan nilai dengan orang lain. Dalam memahami dan melaksanakan pemasaran

harus berangkat dari kebutuhan dan keinginan maanusia, hal ini karena pemasaran tergantung dari

konsep tentang kebutuhan (need), keinginan (wants), permintaan (demands), produk, nilai-biaya-

kepuasan (value-cost and satisfaction), pertukaran-transaksi-hubungan (exchange, transaction and

relation), pemasaran dan pemasar. Motivasi merupakan dorongan dalam diri manusia untuk

mempengaruhi cara bertindak seseorang, sehingga motivasi seseorang dipengaruhi terhadap

perilaku seseorang baik dilingkungan kerja maupun dalam kehidupan kesehariannya. Salah satu

ahli, yaitu Abraham Maslov, Herzberg dan Aderfer telah melakukan identifikasi analisis

kebutuhan, yaitu Human Needs, model dari motivasi Abraham Masloz ini adalah model yang

sangat banyak dinimati oleh pakar pemasaran. Teori Maslov ini digunakan agar mampu

memahami dan memanfaatkan perilaku konsumen guna meningkatkan pemasaran

Maslow Human Needs Hierarchy

Menurut ahli yaitu Maslow menyatakan bahwa kebutuhan manusia (needs) terdiri dari lima

tingkatan dan kelompok, yaitu sebagai berikut.

1. Physiological needs

Kebutuhan pertama dari kebutuhan bawah yang didorong oleh id pada hierarki Maslow

adalah kebutuhan fisiologis. Kebutuhan hidup manusia yang paling mendasar ini mencakup

makanan dan air, istirahat yang cukup, pakaian dan tempat tinggal, kesehatan secara
keseluruhan, dan reproduksi. Maslow menyatakan bahwa kebutuhan fisiologis dasar ini harus

dipenuhi sebelum manusia bergerak ke tingkat pemenuhan berikutnya.

2. Security and Safety needs

Kebutuhan tingkat bawah berikutnya adalah keamanan. Kebutuhan keselamatan mencakup

perlindungan dari kekerasan dan pencurian, stabilitas dan kesejahteraan emosional, keamanan

kesehatan, dan keamanan finansial.

3. Social (Love and Feeling) Needs

Kebutuhan sosial pada tingkat ketiga dari hierarki Maslow berhubungan dengan interaksi

manusia dan merupakan yang terakhir dari apa yang disebut kebutuhan yang lebih rendah. Di

antara kebutuhan ini adalah persahabatan dan ikatan keluarga — baik dengan keluarga biologis

(orang tua, saudara kandung, anak) dan keluarga terpilih (pasangan dan pasangan). Keintiman

fisik dan emosional mulai dari hubungan seksual hingga ikatan emosional yang intim penting

untuk mencapai rasa kekeluargaan yang tinggi. Selain itu, keanggotaan dalam kelompok sosial

berkontribusi untuk memenuhi kebutuhan ini, mulai dari menjadi anggota tim rekan kerja

hingga membentuk identitas dalam serikat, klub, atau kelompok penghobi.

4. Competence, Prestige, and Esteem needs

Kebutuhan yang lebih tinggi, dimulai dengan harga diri, adalah kebutuhan yang didorong

oleh ego. Elemen utama dari penghargaan adalah harga diri (keyakinan bahwa Anda berharga

dan pantas mendapatkan martabat) dan harga diri (keyakinan pada potensi Anda untuk

pertumbuhan dan pencapaian pribadi). Maslow secara khusus mencatat bahwa harga diri dapat

dibagi menjadi dua jenis: harga diri yang didasarkan pada rasa hormat dan pengakuan dari

orang lain, dan harga diri yang didasarkan pada penilaian diri nda sendiri Kepercayaan diri dan

kemandirian berasal dari jenis harga diri yang terakhir ini.


5. Self-Actualization Needs and Fulfillment Needs

Aktualisasi diri menggambarkan pemenuhan potensi penuh Anda sebagai pribadi. Kadang-

kadang disebut kebutuhan pemenuhan diri, kebutuhan aktualisasi diri menempati tempat

tertinggi di piramida Maslow. Kebutuhan aktualisasi diri meliputi pendidikan, pengembangan

keterampilan-pemurnian bakat di berbagai bidang seperti musik, atletik, desain, memasak, dan

berkebun-merawat orang lain, dan tujuan yang lebih luas seperti belajar bahasa baru, bepergian

ke tempat baru, dan memenangkan penghargaan.

Teori Maslow menyajikan hierarki kebutuhannya dalam bentuk piramida, dengan

kebutuhan dasar di bagian bawah piramida dan kebutuhan tidak berwujud tingkat tinggi di

bagian atas. Seseorang hanya dapat melanjutkan untuk memenuhi kebutuhan tingkat yang

lebih tinggi ketika kebutuhan dasar mereka terpenuhi secara memadai. Kebutuan yang

terbawah pada piramida kebutuhan, yaitu Physiological needs yang merupakan kebutuhan

paling pertama. Setelah kebutuhan pertama sudah terpenuhi dilanjutkan kebutuhan kedua,

demikian sampai seterusnya di puncak piramida kebutuhan, yaitu Self-Actualization Needs and

Fulfillment Needs. Adapun gambaran Maslow dalam mengurangi kebutuhan manusia dalam

lima strata sebagai berikut.

1. Maslow dalam Physiological needs, mengajarkan bahwa untuk dapat hidup orang

memerlukan makan dan makanan, selain itu membutuhkan pakaian dan tempat berteduh,

yaitu rumah.

2. Maslow dalam Security and Safety needs, mengajarkan bahwa apabila orang sudah

terjamin makanan, pakaian, dan rumahnya (meskipun baru mampu menyewa rumah saja),

dalam hal ini menimbulkan kebutuhan baru, yaitu butuh rasa aman bebas dari gangguan.

Seseorang akan membuat pagar rumah (bila tadinya tidak berpagar), maka akan mencari
rumah dengan lingkungan yang lebih aman, mencoba membeli sepeda motor atau mobil

supaya tidak repot naik angkot atau bus kota yang banyak copet atau penodong.

3. Maslow dalam Social (Love and Feeling) Needs, mengajarkan seseorang yang sudah

merasa aman ia akan berkenalan dan bergaul denan teman sekerja atau tetangga supaya

bekerja atau bertengga merasa nyaman.

4. Maslow dalam Competence, Prestige, and Esteem needs, mengajarkan bahwa setelah

kebutuhan terpenuhi, rasa aman terjamin dan hubungan dengan lingkungan sudah

harmonis, sehingga manusia jadi percaya diri, ingin dihargai, sangat menjaga diri dan

membutuhkan penghargaan.

5. Malslow dalam Self-Actualization Needs and Fulfillment Needs, mengajarkan bahwa

puncaknya manusia yan sempurna dimana mulai ingi membuktikan bahwa pandangan

hidupnya, prinsip-prinsipnya dan kehendaknya harus dapat dilaksanakan, sehingga

akhirnya ia mulai mengatur orang lain.

Melakukan pemasaran dengan berbagai macam produk harus memperhatikan kelima strata

motivasi kebutuhan dari Maslow. Salah satu contoh Kelompok strata 1, yaitu memasarkan nasi

uduk mengunakan kereta dorong dan dibungkus, pada kelompok strata 4 ingin membeli nasi

uduk di tempat-tempat yang bergengsi, tidak ingin nasi uduk yang menggunakan kereta

dorong.

Anda mungkin juga menyukai