Anda di halaman 1dari 38

Pengembangan Obat

Industri farmasi merupakan salah satu industri yg


mengalokasikan dana yg cukup besar untuk litbang.
Data IMS Health World Review 2004, industri farmasi
membelanjakan tidak kurang dari US$ 100
miliar/tahun untuk litbang. Dana terbesar terutama
digunakan untuk uji klinik yaitu sekitar 40%.
Proses penemuan obat baru merupakan langkah yg sangat
panjang dan biaya yg mahal, serta melibatkan berbagai disiplin
ilmu. Secara garis besar, litbang suatu obat dibagi menjadi
beberapa tahapan :

1. Sintesis dan screening molekul


2. Studi pada hewan percobaan (pra klinis)
3. Studi pada manusia yg sehat (healthy volunteers)
4. Studi pada manusia yg sakit (pasien)
5. Studi pada manusia yg sakit dengan populasi
diperbesar
6. Studi lanjutan (post marketing surveillance)
Pengembangan Obat Baru
Obat baru lewat evaluasi KOMNAS
POJ Badan POM RI
Ahli independent di bidang
Farmasi, Farmakologi Klinik,
Kedokteran, Klinisi, dan praktisi
di bidang kesehatan.
+ 100 Obat baru beredar di
Indonesia
Pengembangan Obat Baru
Pengembangan Obat Baru
Pengembangan Obat Baru
Pengembangan Obat Baru
Pengembangan obat baru
merupakan suatu “petualangan”
yang panjang, kompleks dan
mahal.
Memerlukan + 10 – 15 tahun atau
lebih
Biaya + 1.000.000.000,- dollar AS
(10 trilyun Rupiah)
(J. Rick Turner, 2007)
Pengembangan Obat Baru
Pengembangan Obat Baru

Research Marketing
Lab. approval

10.000 10 Clinical 1 Marketing


Compounds trials approval
Pengembangan Obat Baru
Pengembangan Obat Baru
Pengembangan Obat Baru
Proses pengembangan obat baru:
- Drug discovery
- Nonclinical drug development
- Clinical drug development
- Manufacturing
- PMS

(J. Rick Turner, 2007)


Pengembangan Obat Baru
Proses pengembangan obat baru:
 Target Selection
 Target Validation
 Lead Selection
 Lead Optimization
 Pre-Clinical and Clinical Testing
 New Drug
The pathway for drug discovery

• http://www.google.co.id/#q=antiviral+drug%2Cdevelopment+strategy%2Cppt&hl=id&sa=2&fp=68546b5a6aca8eda
Pengembangan Obat Baru
Pengembangan Obat Baru
Target Selection:
 It involves choosing a disease to treat &
then developing a model for that disease.
 Researcher first select or discover a
biological target such as a particular
enzyme, receptor or ion channel that the
scientific team believes may be linked to
a pathological process.
Pengembangan Obat Baru
Target Validation:
 It involves demonstration of
relevance of the target protein in
a disease process.
Pengembangan Obat Baru
Drug Selection:
 Drug Selection or Lead Selection is a process that
involves finding a drug or group of drugs which
has the ability to interact with target protein and
modulate its activity.
 Tens of thousands of potential drug substances
(obtained from massive compound libraries) are
tested against the target proteins in a robotic
process called High Throughput Screening (HTS).
Pengembangan Obat Baru
High Throughput Screening (HTS):
 High Throughput Screening yields Hit
compounds that are further studied in
detail for their physical, chemical and
biological properties.
 Hit compounds with suitable physical,
chemical and biological properties are
called Lead Candidates.
Pengembangan Obat Baru
Lead Optimization:
 Lead Candidates are then chemically
modified and pharmacologically
characterized to obtain compounds with
suitable pharmacodynamic and
pharmacokinetic properties to become a
drug.
The compounds with best profile is then chosen
for further investigation in the form of
preclinical and clinical testing.
Nonclinical Development
 Dilakukan sebelum kandidat obat diuji
pada manusia
 Using a wide array of chemical and
biochemical assays, cell-culture models
and animal models.
 Uji In vitro dan in vivo
 Farmakokinetik, farmakologi & toksikologi
 Meliputi keamanan, efikasi, dosis obat,
frekuensi dan rute pemberian.
Nonclinical Development
 Keseimbangan antara penggunaan
hewan percobaan & tujuan untuk
mengobati penyakit manusia
 Standar 3R  Reduction, Refinement &
Replacement
 Prinsip dasar  hewan percobaan
digunakan hanya bila tidak ada
alternatif lain
 Inovasi terus dilakukan & diapresiasi
Clinical Development
 Menguji keamanan & efikasi dari
intervensi atau treatment pada
subjek manusia.
 Laporan efikasi & keamanan
dipublikasikan dalam literatur
klinik  untuk praktik evidence
based medicine
Tahap pre-klinis terutama ditujukan untuk kajian
kemanjuran (efficacy) dan keamanan (safety).

Kegiatannya meliputi farmakologi, evaluasi sifat-


sifat fisiko kimia, penentuan toksisitas akut dan
sub-akut, penentuan farmakokinetik (ADME),
farmasetika dan pengembangan proses produksi
skala besar (mass production).

Uji pre-klinis merupakan persyaratan uji untuk


calon obat, dari uji ini diperoleh informasi tentang
efikasi (efek farmakologi), profil farmakokinetik
dan toksisitas calon obat.
Setelah calon obat dinyatakan mempunyai
kemanfaatan dan aman pada hewan
percobaan, maka selanjutnya diuji pada
manusia (uji klinik), yg mempunyai 4
tahapan yang harus dilewati.

Sebelum dilakukan pengujian pada manusia,


harus diteliti terlebih dahulu kelayakannya
oleh komite etik yg didasarkan pada
Deklarasi Helsinki.
Deklarasi Helsinki : pedoman bagi dokter dan penelitian biomedis
dengan manusia sebagai subyek.
Fase I, calon obat diuji pada sukarelawan sehat.
Pd fase ini ditentukan hubungan dosis vs efek
yg ditimbulkannya dan profil farmakokinetik obat
tsb pada manusia.

Fase II, calon obat diuji pd pasien tertentu, diamati


efikasi terhadap penyakit yang diobati. Yg
diharapkan dari obat adalah mempunyai efek yang
potensial dengan efek samping tidak ada/rendah
atau tidak bersifat toksik.
Fase III, melibatkan kelompok besar pasien, pd
fase ini obat baru dibandingkan efek &
keamanannya terhadap obat pembanding yg
sudah diketahui.
Selama proses uji klinik, banyak senyawa calon
obat dinyatakan tidak dapat digunakan. Hanya 1
dari 10.000 senyawa hasil sintesis yg diperbolehkan
untuk digunakan, mengingat ES dan risikonya lebih
besar daripada manfaatnya atau efek manfaatnya
lebih kecil dibandingkan dengan obat yg sudah ada.

Keputusan untuk mengakui suatu obat baru dapat


dipergunakan dilakukan oleh badan pengatur
nasional, untuk Indonesia oleh Badan POM.
Fase terakhir adalah Fase IV, fase di mana setelah
obat dipasarkan, masih tetap dilakukan studi pasca
pemasaran (post marketing surveillance) yg diamati
pd pasien dengan berbagai kondisi, usia dan ras.

Studi ini dilakukan dalam jangka waktu lama untuk


melihat nilai terapeutik dan efek jangka panjang
dalam penggunaan obat tersebut. Setelah hasil studi
fase IV dievaluasi masih ada kemungkinan obat
ditarik dari perdagangan jika ternyata masih memiliki
efek yg membahayakan.
Clinical Development
Clinical Development
Critical Factors
Clinical Development
 Uji Klinik Fase III:
Membandingkan dengan
treatment yang lain (placebo, obat
standar)
Dilakukan bila uji fase I & II
memberikan informasi awal
bahwa kandidat obat aman &
efektif.
Clinical Development
 Uji Klinik Fase III:
Membandingkan dengan
treatment yang lain (placebo, obat
standar)
Dilakukan bila uji fase I & II
memberikan informasi awal
bahwa kandidat obat aman &
efektif.
Pengembangan Obat Baru
 Zat aktif baru (NCE)
 Indikasi baru
 Kekuatan baru
 Posologi baru
 Bentuk sediaan baru
 Kombinasi baru
Pengembangan Obat Baru
Zat aktif baru (NCE)
 Preklinik (Farmakodinamik dan
toksisitas lengkap)
 Fase I
 Fase II
 Fase III
 Fase IV (if any)
Pengembangan Obat Baru
Posologi baru
Farmakokinetika
Efikasi dan keamanan
Bentuk sediaan baru
Farmakokinetika dan
keamanan
Pengembangan Obat Baru
Kekuatan baru
Farmakokinetika
Efikasi dan keamanan

Anda mungkin juga menyukai